• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian tentang Pemberdayaan Masyarakat a. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat

A. Kajian Teori

1. Kajian tentang Pemberdayaan Masyarakat a. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat

Di Indonesia istilah pemberdayaan sudah dikenal sejak tahun 1990-an yang merupakan terjemahan dari bahasa inggris yaitu empowerment. Edi Suharto (2010: 57-58) mengungkapkan bahwa secara konsep kata pemberdayaan atau pemberkuasaan (empowerment), berasal dari kata “power” (kekuasaan atau keberdayaan). Ide utama dari pemberdayaan berdekatan dengan konsep mengenai kekuasaan. Kekuasaan seringkali dikaitkan dengan kemampuan untuk membuat orang lain melakukan apa yang diinginkan, terlepas dari keinginan dan minat mereka. Maka dari itu, pemberdayaan sering kali diartikan sebagai pendelegasian kekuasaan kepada orang lain.

Pengertian tersebut dapat diasumsikan bahwa kekuasaan sebagai suatu yang tidak berubah, tidak vakum, dan senantiasa hadir dalam relasi sosial antar manusia. kemungkinan terjadinya proses pemberdayaan sangat tergantung pada dua hal yaitu : (1) bahwa kekuasaan dapat berubah dan jika kekuasaan tidak dapat berubah, pemberdayaan tidak dapat terjadi dengan cara apapun; (2) bahwa kekuasaan dapat diperluas, konsep ini menjelaskan bahwa kekuasaan yang tidak statis melainkan dinamis.

13

Edi Suharto (2010: 58) mengatakan bahwa pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kekuasaan dalam :

1) Memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom), dalam arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan;

2) Menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan; dan

3) Berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka.

Sunit Agus T (2008: 9) mengungkapkan bahwa pemberdayaan seringkali digunakan sebagai indikator keberhasilan suatu bidang pembangunan. Konsep pemberdayaan berkaitan dengan dua istilah yang saling bertentangan, yaitu konsep berdaya dan tidak berdaya terutama bila dikaitkan dengan kemampuan mengakses dan menguasai potensi dan sumber kesejahteraan sosial. Masyarakat berdaya memiliki kemampuan dalam mengembangkan potensi diri yang dimiliki serta mengakses sumber-sumber yang dapat menjadikannya lebih sejahtera. Namun, kemampuan tersebut tidak dimiliki oleh masyarakat yang kurang berdaya dikarenakan akses menuju sumber tersebut harus ditempuh dengan sulit.

Menurut Randy R dan Riant N (2007: 115) secara konsep konvensional, pemberdayaan sebagai terjemahan empowerment, yang mengandung dua pengertian, yaitu (a) to give power or authority atau memberi kekuasaan,

14

mengalihkan kekuasaan, atau mendelegasikan otoritas ke pihak lain, (b) to give abiliy to atau usaha untuk memberi kemampuan atau keberdayaan atau bagaimana menciptakan peluang dan mengaktualisasikan keberdayaan seseorang. Menurut peneliti, pengertian pemberdayaan cenderung lebih tepat pada pengertian kedua yaitu to give ability to atau memberi kemampuan atau keberdayaan kepada seseorang karena untuk mengembangkan potensi masyarakat bukan melalui pemberian kekuasaan melainkan mengkatualisasikan keberdayaan seseorang.

Menurut Ambar Teguh Sulistyani (2004: 77) :

“pemberdayaan berasal dari kata dasar “daya” yang berarti kekuatan atau kemampuan. Pemberdayaan dimaknai sebagai suatu proses menuju berdaya, atau proses untuk memperoleh daya/kekuatan/kemampuan, dan atau proses pemberian daya/kekuatan/kemampuan dari pihak yang memiliki daya kepada pihak yang kurang atau belum berdaya”.

Sumodiningrat (dalam Ambar Teguh S, 2004: 78) berpendapat bahwa pemberdayaan sebenarnya istilah khas Indonesia daripada Barat. Di barat istilah tersebut diterjemahkan empowerment, dan isitilah itu benar tapi tidak tepat. Pemberdayaan yang kita maksud adalah memberi “daya” bukanlah “kekuasaan”. Empowerment dalam khasanah barat lebih bernuansa “pemberian kekuasaan” daripada “pemberdayaan” itu sendiri. Dalam konteks Indonesia pemberdayaan dalah memberi daya agar yang bersangkutan mampu untuk bergerak secara madiri.

Bertolak dari pengertian diatas seseorang atau masyarakat dapat dikatakan berdaya apabila mereka mempunyai kekuatan atau kemampuan. Pemberdayaan adalah proses menuju berdaya yaitu pemberian kekuatan atau kemampuan dari pihak yang memiliki daya kepada pihak yang kurang berdaya. Pemberdayaan

15

dilakukan karena seorang individu atau masyarakat dianggap belum berdaya, sehingga setelah proses pemberdayaan diberikan mereka diharapkan akan memilik kekuatan (berdaya).

Person et al. (dalam Sri Kuntari, 2009: 12) pemberdayaan menekankan bahwa, orang memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya. Seseorang yang tidak memiliki keterampilan maupun pengetahuan yang cukup tidak mempunyai pilihan untuk mempengatuhi kehidupannya sendiri maupun kehidupan orang lain.

Kartasasmita (dalam Alfitri, 2011: 20) paradigma pemberdayaan adalah paradigma pembangunan manusia, yaitu pembangunan yang berpusat pada rakyat merupakan proses pembangunan yang mendorong prakarsa masyarakat berakar dari bawah. Melalui pengertian tersebut, pemberdayaan merupakan proses membangun sumber daya manusia melalui inisiatif dari masyarakat itu sendiri. Masyarakat didorong untuk melakukan pemberdayaan atas prakarsa dirinya sendiri.

Chambers (dalam Alfitri, 2011: 22) berpendapat bahwa pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep tersebut mencerminkan paradigma baru pembangunan, yakni bersifat people centered. participatory, empowering, and suistenable. Konsep ini lebih luas dari hanya semata-mata memenuhi kebutuhan dasar atau menyediakan mekanisme untuk mencegah proses pemiskinan lebih lanjut.

16

Menurut Saraswati (dalam Alfitri, 2011: 24) secara konseptual, pemberdayaan harus mencakup enam hal berikut yaitu :

1) Learning by doing. Artinya, pemberdayaan adalah sebagai proses hal belajar dan ada suatu tindakan konkrit yang terus-menerus dampaknya dapat terlihat. 2) Problem solving. Pemberdayaan harus memberikan andil terjadinya pemecahan masalah yang dirasakan krusial dengan cara dan waktu yang tepat.

3) Self evaluation. Pemberdayaan harus mampu mendorong seseorang atau kelompok tersebut untuk melakukan evaluasi secara mandiri.

4) Self development and coordination. Artinya, mendorong agar mampu

melakukan pengembangan diri dan melakukan hubungan koordinasi dengan pihak lain secara lebih luas.

5) Self selection. Suatu kumpulan yang tumbuh sebagai upaya pemilihan dan penilaian secara mandiri dan menetapkan langkah ke depan.

6) Self decision. Dalam memilih tindakan yang tepat hendaknya dimiliki kepercayaan diri dalam memutuskan sesuatu secara mandiri.

Keenam unsur-unsur diatas merupakan pembiasaan untuk berdaya, sebagai penguat dan pengait pemberdayaan jika dilakukan secara kontinyu. Maka, ketika unsur-unsur tersebut dilaksanakan pengaruh yang ditimbulkan semakin lama semakin kuat sehingga proses pemberdayaan dapat berjalan dengan sendirinya.

Menurut Sunyoto Usman (dalam Alfitri, 2011: 25), “pemberdayaan masyarakat adalah sebuah proses dalam bingkaian usaha memperkuat apa yang lazim disebut community self reliance atau kemadirian”. Dalam proses pemberdayaan, masyarakat didampingi untuk melakukan analisis masalah yang

17

dihadapi, dibantu untuk menemukan solusi atas permasalahannya, serta diperlihatkan strategi untuk memanfaatkan sumber daya yang dimiliki. Masyarakat dibantu untuk merancang kegiatan sesuai dengan kemampuannya, bagaimana cara untuk mengimplementasikannya, serta bagaimana membangun sebuah strategi guna memperoleh sumber eksternal yang dibutuhkan.

Berkenaan dengan pemaknaan konsep pemberdayaan masyarakat menurut Chatarina Rusmiyati (2011: 16) menyatakan bahwa pemberdayaan adalah suatu cara rakyat, organisasi, atau komunitas diarahkan agar mampu menguasai kehidupannya, atau pemberdayaan dianggap sebuah proses menjadikan orang cukup kuat untuk berpartisipasi dalam kejadian-kejadian serta lembaga yang mempengaruhinya.

Menurut Winarni dalam Ambar Teguh Sulistyani (2004: 79) mengungkapkan bahwa inti dari pemberdayaan adalah meliputi tiga hal, yaitu pengembangan (enabling), memperkuat potensi atau daya (empowering), dan terciptanya kemandirian. Konsep tersebut berarti pemberdayaan tidak saja terjadi pada masyarakat yang tidak memiliki kemampuan, akan tetapi pada masyarakat yang memiliki daya yang masih terbatas, dapat dikembangkan mencapai kemandirian.

Pemberdayaan merupakan proses yang dilakukan secara bertahap di masyarakat. Pemberdayaan merupakan proses menyeluruh yaitu suatu proses aktif antara motivator, fasilitator, dan kelompok masyarakat yang perlu diberdayakan melalui peningkatan pengetahuan, keterampilan, pemberian berbagai kemudahan, serta peluang untuk mencapai akses sistem sumber daya kesejahteraan sosial

18

dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pemberdayaan merupakan proses yang berkesinambungan dimana kelompok masyarakat yang ingin diberdayakan juga ikut terlibat dalam proses pemberdayaan itu sendiri.

Sri Kuntari (2009: 12) menyatakan bahwa proses pemberdayaan meliputi enabling/ menciptakan suasana kondusif, empowering/ penguatan kapasitas dan kapabilitas masyarakat, protecting/ perlindungan dari ketidakadilan, supporting/ bimbingan dan dukungan, dan foresting/ memelihara kondisi yang kondusif tetap seimbang.

Proses pemberdayaan dilakukan melalui aktivitas yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia sebagai individu maupun masyarakat. Menurut berbagai pengertian diatas, pemberdayaan masyarakat dapat diartikan sebagai upaya untuk meningkatkan kekuatan atau daya kepada masyarakat dalam mengembangkan potensi sehingga meningkatkan kemampuan yang dimiliki hingga mencapai kemandirian.

Menurut Kartasasmita (dalam Alfitri, 2011: 25) memberdayakan adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Memberdayakan merupakan proses memampukan dan memandirikan masyarakat. Dalam kerangka pemikiran diatas upaya memberdayakan masyarakat haruslah dilakukan dengan :

1) Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang. Di sini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia atau masyarakat memilik potensi yang dapat dikembangkan. Artinya, tidak

19

ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya. Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu, dengan memotivasi dan mengembangkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya mengembangkannya. 2) Upaya itu harus diikuti dengan memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat. Diperlukan langkah positif, selain dari hanya menciptakan iklim atau suasana. Perkataan ini meliputi langkah nyata, dan menyangkut penyediaan berbagai masukan serta pembukaan akses kepada berbagai peluang yang akan membuat masyarakat menjadi makin berdaya.

3) Pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan individu anggota masyarakat, tetapi juga pranatanya. Menanamkan nilai budaya modern seperti kerja keras, hemat, keterbukaan, tanggung jawab adalah bagian pokok dari upaya pemberdayaan ini. Pembaharuan lembaga sosial dan pengintegrasiannya ke dalam kegiatan pembangunan serta peranan masyarakat di dalamnya.

4) Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan. Pemberdayaan masyarakat sangat erat kaitannya dengan pemantapan, pembudayaan, dan pengalaman demokrasi.

5) Memberdayakan juga mengandung arti melindungi. Dalam proses pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh karena kekurangberdayaan dalam menghadapi yang kuat. Perlindungan kepada yang lemah sangat mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan masyarakat. Melindungi harus dilihat sebagai upaya untuk mencegah

20

terjadinya persaingan yang tidak seimbang, serta eksploitasi yang kuat atas yang lemah.

Pemberdayaan masyarakat juga dapat dikatakan sebagai pemberdayaan sumber daya manusia. Pemberdayaan sumber daya manusia dapat dilakukan oleh lembaga milik pemerintah maupun milik swasta. Salah satu tujuan dari adanya pemberdayaan masyarakat adalah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

b. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat dapat dikatakan berhasil apabila proses memandirikan masyarakat dapat terwujud. Menurut Ambar Teguh S (2004: 80) tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan masyarakat adalah membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berpikir, bertindak, dan mengendalikan apa yang mereka lakukan.

Kemandirian masyarakat merupakan suatu kondisi yang dialami oleh masyarakat ditandai dengan kemampuan untuk memikirkan, memutuskan serta melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah yang dihadapi menggunakan daya/kemampuan yang dimiliki. Kemampuan tersebut terdiri atas kemampuan kognitif, konatif, psikomotorik, afektif, dengan pengerahan sumber daya yang dimiliki oleh lingkungan internal masyarakat tersebut.

Untuk mencapai kemandirian masyarakat diperlukan sebuah proses yang bertahap. Melalui proses belajar masyarakat secara bertahap memperoleh kemampuan kognitif, konatif, psikomotorik, dan afektif. Dengan demikian akan

21

terakumulasi kemampuan yang memadai, untuk mengantarkan kemandirian mereka.

Tujuan akhir dari pemberdayaan masyarakat harus membuat masyarakat menjadi swadiri, mampu mengurusi dirinya sendiri, swadana, mampu membiayai keperluan sendiri, dan swasembada mampu memenuhi kebutuhannya sendiri secara berkelanjutan.

c. Tahap dan Proses Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui suatu proses belajar hingga masyarakat tersebut mencapai status mandiri. Proses belajar dalam rangka pemberdayaan masyarakat berlangsung secara bertahap. Tahap-tahap yang harus dilalui tersebut menurut Ambar Teguh S (2004: 83) meliputi:

1) Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar dan peduli sehingga merasa membutuhkan peningkatan kapasitas diri.

2) Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan, kecakapan-keterampilan agar terbuka wawasan dan memberikan kecakapan-keterampilan dasar sehingga dapat mengambil peran di dalam pembangunan.

3) Tahap peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan-keterampilan sehingga terbentuklah inisiatif dan kemampuan inovatif untuk mengantarkan pada kemandirian.

Lebih lanjut lagi Ambar Teguh Sulityani menjelaskan bahwa pada tahap pertama atau tahap penyadaran dan pembentukan perilaku merupakan tahap persiapan dalam proses pemberdayaan masyarakat. Pada tahap ini pemberdaya atau pelaku pemberdayaan berusaha menciptakan prakondisi, supaya dapat

22

memfasilitasi berlangsungnya proses pemberdayaan yang efektif. Intervensi yang dilakukan kepada masyarakat ditekankan pada kemampuan afektif-nya untuk mencapai kesadaran konatif. Setelah itu, tahap penyadaran akan lebih membuka keinginan dan kesadaran masyarakat tentang kondisinya, dengan demikian dapat merangsang kesadaran mereka tentang perlunya memperbaiki kondisi untuk menciptakan masa depan yang lebih baik.

Pada tahap kedua yaitu proses transformasi pengetahuan dan kecakapan-keterampilan dapat berlangsung baik, penuh semangat dan berjalan efektif, jika tahap pertama telah berjalan dengan baik. Masyarakat akan menjalani proses belajar tentang pengetahuan dan kecakapan-keterampilan yang memiliki relevansi dengan apa yang menjadi tuntutan kebutuhan tersebut. Keadaan seperti ini akan mendorong masyarakat untuk membuka wawasan yang dimiliki serta mempelajari apa yang menjadi kebutuhan dasarnya.

Tahap ketiga merupakan tahap pengayaan atau peningkatan intelektualitas dan kecakapan-keterampilan yang diperlukan, supaya masyarakat dapat membentuk kemampuan kemandirian. Kemandirian tersebut ditandai dengan masyarakat yang mampu mebentuk inisiatif, melahirkan kreasi-kreasi, dan melakukan inovasi-inovasi di dalam lingkungannya. Apabila masyarakat telah mencapai tahap ketiga maka masyarakat dapat secara mandiri melakukan pembangunan.

Berhubungan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Ambar Teguh S seperti tersebut diatas, Azis dalam Alfitri (2011: 26) juga memberikan rincian mengenai tahapan yang seharusnya dilalui dalam pemberdayan. Pertama,

23

membantu masyarakat dalam menemukan masalahnya. Kedua, melakukan analisis terhadap permasalahan secara mandiri. Ketiga, menentukan skala prioritas masalah, dalam arti memilah dan memilih tiap masalah yang paling mendesak untuk diselesaikan. Keempat, mencari penyelesaian masalah yang sedang dihadapi, antara lain dengan pendekatan sosio kultural yang ada dalam masyarakat. Kelima, melaksanakan tindakan nyata untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Keenam, mengevaluasi seluruh rangkaian dan proses pemberdayaan itu untuk dinilai sejauh mana keberhasilan dan kegagalannya.

Menurut Ambar Teguh S (2004: 84) tahapan yang ditempuh melalui pemberdayaan dapat diamati pada tabel 1. di bawah ini.

Tabel 1. Tahapan Pemberdayaan Knowledge, Attitudes, Practice dengan Pendekatan Aspek Afektif, Kognitif, Psikomotorik dan Konatif Tahapan Afektif Tahapan

Kognitif Psikomotorik Tahapan Tahapan Konatif Belum merasa

sadar dan peduli Belum memiliki wawasan pengetahuan Belum memiliki keterampilan dasar Tidak berperilaku membangun Tumbuh rasa kesadaran dan kepedulian Menguasai pengetahuan dasar Menguasai keterampilan dasar Bersedia terlibat dalam pembangunan Memupuk semangat kesadaran dan kepedulian Mengembangkan pengetahuan dasar Mengembangka n keterampilan dasar Berinisiatif untuk mengambil peran dalam pembangunan Merasa membutuhkan kemandirian Mendalami pengetahuan pada tingkat yang lebih tinggi. Memperkaya variasi keterampilan Berposisi secara mandiri untuk membangun diri dan lingkungan.

24

Proses pemberdayaan masyarakat menurut Suharto dalam Alfitri (2011: 26-27) dapat dilakukan melalui :

1) Pemungkinan yaitu menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang secara optimal. Pemberdayaan harus mampu membebaskan masyarakat dari sekat kultural dan structural yang menghambat. 2) Penguatan yaitu memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki masyarakat dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhannya. Pemberdayaan harus mampu menumbuh kembangkan segenap kemampuan dan kepercayaan diri masyarakat yang menunjang kemandirian mereka.

3) Perlindungan yaitu melindungi masyarakat terutama kelompok lemah agar tidak tertindas oleh kelompok luar, menghindari terjadinya persaingan yang tidak seimbang (apalagi tidak sehat) antara yang kuat dan lemah dan mencegah terjadinya eksploitasi kelompok kuat terhadap kelompok lemah.

4) Penyokongan yaitu memberikan bimbingan dan dukungan agar masyarakat mampu menjalankan peranan dan tugas kehidupannya. Pemberdayaan harus mampu menyokong masyarakat agar tidak terjatuh ke dalam keadaan dan posisi yang semakin lemah dan terpinggirkan.

5) Pemeliharaan yaitu memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok dalam masyarakat. Pemberdayaan harus mampu menjamin keselarasan dan keseimbangan yang memungkinkan setiap orang memperoleh kesempatan berusaha.

25

Proses pemberdayaan masyarakat hendaknya dilakukan secara bertahap. Pemberdayaan masyarakat harus beorientasi pada hasil yang ingin dicapai, yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial. d. Prinsip-Prinsip Pemberdayaan Masyarakat

Totok Mardikanto (2015: 105) menyatakan bahwa pemberdayaan memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut :

1) Mengerjakan, artinya melibatkan masyarakat untuk mengerjakan atau menerapkan sesuatu. Karena melalui mengerjakan mereka akan mengalami proses belajar (baik dengan menggunakan pikiran, perasaan, dan keterampilannnya) yang akan terus diingat untuk jangka waktu yang lebih lama.

2) Akibat, artinya kegiatan pemberdayaan harus memberikan akibat atau pengaruh yang baik atau bermanfaat karena perasaan senang/puas atau tidak senang/kecewa akan mempengaruhi semangatnya untuk mengikuti kegiatan belajar atau pemberdayaan di masa-masa yang akan datang.

3) Asosiasi, artinya setiap kegiatan pemberdayaan harus dikaitkan dengan kegiatan lainnya, sebab setiap orang cenderung untuk mengaitkan/ menghubungkan kegiatannya dengan kegiatan atau peristiwa yang lainnya.

Dahama dan Bhatnagar (dalam Totok Mardikanto, 2015: 106) mengungkapkan prinsip-prinsip pemberdayaan mencakup :

1) Minat dan kebutuhan artinya pemberdayaan akan efektif jika selalu mengacu kepada minat dan kebutuhan masyarakat.

26

2) Organisasi masyarakat bawah artinya pemberdayaan akan efektif jika mampu melibatkan/ menyentuh organisasi masyarakat bawah, sejak dari setiap keluarga atau kekrabatan.

3) Keragaman budaya artinya pemberdayaan harus memperlibatkan adanya keragaman budaya. Perencanaan pemberdayaan harus selalu disesuaikan dengan budaya lokal yang beragam.

4) Perubahan budaya artinya setiap kegiatan pemberdayaan akan mengakibatkan perubahan budaya. Kegiatan pemberdayaan harus dilaksanakan dengan bijak dan hati-hati agar perubahan yang terjadi tidak menimbulkan kejutan-kejutan budaya.

5) Kerjasama dan partisipasi artinya pemberdayaan hanya akan efektif jika mampu menggerakkan partisipasi masyarakat untuk selalu bekerjasama dalam melaksanakan program-program pemberdayaan yang telah dirancang.

6) Demokrasi dalam penerapan ilmu artinya dalam pemberdayaan harus selalu memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menawar setiap ilmu yang ingin diterapkan.

7) Belajar sambil bekerja artinya dalam kegiatan pemberdayaan harus diupayakan agar masyarakat dapat belajar sambil bekerja atau belajar dari pengalaman tentang segala sesuatu yang ia kerjakan.

8) Penggunaan metode yang sesuai artinya pemberdayaan harus dilakukan dengan penerapan metode yang selalu disesuaikan dengan kondisi (lingkungan fisik, kemampuan ekonomi, dan nilai sosial budaya) sasarannya.

27

9) Kepemimpinan artinya penyuluhan tidak melakukan kegiatan-kegiatan yang hanya bertujuan untuk kepentingan atau kepuasan sendiri dan harus mampu mengembangkan kepemimpinan.

10) Spesialis yang terlatih artinya penyuluh harus benar-benar pribadi yang telah memperoleh latihan khusus tentang segala sesuatu yang sesuai dengan fungsinya sebagai penyuluh.

11) Segenap keluarga artinya penyuluh harus memperhatikan keluarga sebagai satu kesatuan dari unit sosial.

12) Kepuasan artinya pemberdayaan harus mampu mewujudkan tercapainya kepuasan.

2. Kajian Tentang Program Kreativitas