KAJIAN TEORETIS DAN KERANGKA TEORETIS A.Deskripsi Teoretis
G. Kalibrasi Instrumen
Dalam penelitian ini karena ada dua instrumen (tes dan nontes) yang digunakan, maka ada 2 kalibrasi instrumen. Untuk instrumen nontes, kalibrasi dilakukan dengan uji validitas ahli yang berkaitan dengan butir-butir pernyataan yang terdapat pada lembar observasi. Adapun lembar uji validitas ahli dapat dilihat pada tabel 3.7 di bawah ini.
Tabel 3.7 Lembar Uji Validitas Isi
Lembar Observasi Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi5
No Aspek yang diuji Kriteria
Kurang Cukup Baik
1 Kesesuaian indikator dengan kemampuan yang akan diukur
2 Pemilihan deskripsi yang tepat
3 Pemilihan kata dan kalimat yang sesuai dengan tata bahasa dan mudah dipahami 4 Kejelasan dan keefektifan bahasa yang
digunakan
4 Lampiran 12, h. 190-191. 5 Lampiran 8, h. 161-163..
Untuk instrumen tes, kalibrasi dilakukan guna melihat kualitas soal yang digunakan. Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini harus memiliki empat keriteria kelayakan, yaiut, validitas, reliabilitas, taraf kesukaran dan daya pembeda. Adapun penjelasan mengenai kalibrasi instrumen tes diantaranya sebagai berikut.
1. Validitas
Alat ukur yang baik harus memiliki validitas yang tinggi. Validitas suatu alat ukur menunjukkan sejauh mana alat ukur itu mengukur apa yang seharusnya diukur oleh alat ukur tersebut, validitas menunjukkan sejauh mana alat ukur tersebut memenuhi fungsinya.
Validitas item tes berbentuk uraian, digunakan rumus korelasi product moment, dengan angka kasar, yaitu:6
Keterangan :
rxy = koefisien korelasi antara variabel x dan y, dua variabel yang dikorelasikan X = skor tiap butir soal
Y = skor total tiap butir soal N = jumlah siswa
Untuk mengetahui valid atau tidaknya butir soal, maka rxy dibandingkan dengan rtabel pada taraf signifikansi (α = 0,05). Jika rxy≥ r tabel maka soal tersebut valid dan jika rxy < r tabel maka soal tersebut dinyatakan tidak valid. Berikut ini tabel interpretasi validitas:7
6 Suharsismi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h.87. 7 Ibid., h. 89.
Tabel 3.8 Interpretasi Validitas
Koefisien Korelasi Kriteria Validitas
0,80 < r ≤ 1,00 Sangat tinggi
0,60 < r ≤ 0,80 Tinggi
0,40 < r ≤ 0,60 Cukup tinggi
0,20 < r ≤ 0,40 Rendah
0,00 < r ≤ 0,20 Sangat rendah
Dalam penelitian ini, pengujian validitas instrumen menggunakan program Anates. Adapun langkah-langkah validitas instrumen dengan program ini, yakni :
a. Pilih program anates untuk soal uraian.
b. Pilih “Buat data mentah”, kemudian tentukan jumlah subyek dan jumlah soal.
c. Masukkan skor soal pada skor ideal.
d. Kemudian “Kembali ke menu utama” dan klik “Olah semua data” atau pilih “validitas”.
Untuk melihat valid atau tidaknya butir soal dari korelasi skor butir dengan skor total. Apabila hasil korelasi adalah signifikan, maka soal tersebut dinyatakan valid. Berdasarkan hasil pengolahan data, dari 15 soal yang diujicobakan, 11 soal dinyatakan valid, yaitu nomor 2,4,5,6,7,9,10,11,12,13 dan 15. Dari 11 soal yang valid, 10 soal yang akan digunakan sebagai instrumen penelitian adalah nomor 2,4,5,7,9,10,11,12,13 dan 15.8
2. Reliabilitas
Reliabilitas tes merupakan ukuran sejauh mana alat ukur tersebut memberikan gambaran yang benar-benar dapat dipercaya tentang kemampuan seseorang. Suatu tes dikatakan memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi apabila pengukuran yang dilakukan secara berulang-ulang dengan tes tersebut terhadap subjek yang sama akan memberikan hasil yang sama atau mendekati sama.
8 Lampiran 14, h. 199..
Reliabilitas tes uraian digunakan rumus Alpha sebagai berikut :
Keterangan:
r11 : koefisien reliabilitas tes k : banyaknya butir soal
∑σ2
n : jumlah varian butir soal
σ2
: varian total
Jika rhitung > r table maka instrumen dikatakan reliabel. Jika instrumen itu reliabel, maka menginterpretasikan kriteria derajat reliabilitas suatu tes adalah sebagai berikut:9
Tabel 3.9 Derajat Reliabilitas Tes
Koefisien korelasi Kriteria validitas
0,00 ≤ r ≤ 0,20 Reliabilitas kecil
0,20 < r ≤ 0,40 Reliabilitas rendah
0,40 < r ≤ 0,70 Reliabilitas sedang
0,70 < r ≤ 0,90 Reliabilitas tinggi
0,90 < r ≤ 1,00 Reliabilitas sangat tinggi
Dalam penelitian ini, pengujian reliabilitas instrumen juga menggunakan program Anates. Adapun langkah-langkah reliabilitas instrumen dengan program ini, yakni :
a. Pilih program Anates untuk soal uraian.
b. Pilih “Buat data mentah”, kemudian tentukan jumlah subyek dan jumlah soal. c. Masukkan skor soal pada skor ideal.
9 Yanti Herlanti, Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains, (Jakarta: Jurusan Pendidikan IPA FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006), h. 49.
d. Kemudian “Kembali ke menu utama” dan klik “Olah semua data” atau pilih “reliabilitas”.
Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh nilai reliabilitas soal sebesar 0,73 dengan kriteria reliabilitas tinggi.10
3. Taraf kesukaran
Taraf kesukaran butir soal adalah bagian dari keseluruhan siswa yang menjawab benar pada butir soal tersebut. Soal yang baik memiliki 3 variasi, yaitu mudah (25%), sedang (50%) dan sukar (25%).
Untuk menghitung taraf kesukaran suatu butir soal digunakan rumus sebagai berikut :11
Keterangan:
P : indeks kesukaran
B : banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar JB: jumlah seluruh siswa peserta tes
Adapun tolak ukur menginterpretasikan tingkat kesukaran butir soal yang diperoleh digunakan table berikut:12
Tabel 3.10 Interpretasi Tingkat Kesukaran
Indeks Tingkat Kesukaran Kriteria Tingkat Kesukaran
0,00 – 0,30 Sukar
0,31 – 0,70 Sedang
0,71 – 1,00 Mudah
Dalam penelitian ini, pengujian taraf kesukaran instrumen juga menggunakan program Anates. Adapun langkah-langkah pengujian taraf kesukaran instrumen dengan program ini, yakni :
10 Lampiran 14, h. 194.. 11 Arikunto, op. cit., h. 223. 12 Ibid., h. 208.
a. Pilih program Anates untuk soal uraian.
b. Pilih “Buat data mentah”, kemudian tentukan jumlah subyek dan jumlah soal. c. Masukkan skor soal pada skor ideal.
d. Kemudian “Kembali ke menu utama” dan klik “Olah semua data” atau pilih “Taraf kesukaran butir soal”.
Berdasarkan perhitungan uji taraf kesukaran butir soal diketahui bahwa dari 10 soal yang akan digunakan sebagai instrumen penelitian terdapat 3 soal dengan kategori sedang, yaitu nomor 2,5 dan 12. Terdapat 5 soal dengan kategori sukar, yaitu nomor 7,9,11,13, dan 15. Terdapat 2 soal dengan kategori sangat sukar, yaitu nomor 4 dan 10.13
4. Daya pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan suatu butir soal untuk membedakan siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dengan siswa yang kemampuannya rendah. Rumus yang digunakan untuk menentukan daya pembeda soal uraian sama dengan soal pilihan ganda, yaitu:14
Keterangan:
D = indeks daya pembeda satu butir soal tertentu
BA = banyaknya kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar BB = banyaknya kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar JA = banyaknya peserta kelas atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
Setelah indeks daya pembeda diketahui, maka harga tersebut diinterpretasikan pada kriteria daya pembeda sebagai berikut:15
13 Lampiran 14, h. 198. 14 Arikunto, op.cit., h. 228. 15 Ibid., h. 232
Tabel 3.11 Interpretasi Daya Pembeda
Indeks Daya Pembeda Kriteria Daya Pembeda
Negatif Sangat buruk, harus dibuang
0,00 ≤ DP ≤ 0,20 Buruk (poor), sebaiknya dibuang
0,20 < DP ≤ 0,40 Sedang (satisfactory)
0,40 < DP ≤ 0,70 Baik (good)
0,70 < DP ≤ 1,00 Baik sekali (excellent)
Dalam penelitian ini, pengujian daya pembeda menggunakan program Anates. Adapun langkah-langkah pengujian daya pembeda dengan program ini, yakni :
a. Pilih program Anates untuk soal uraian.
b. Pilih “Buat data mentah”, kemudian tentukan jumlah subyek dan jumlah soal. c. Masukkan skor soal pada skor ideal.
d. Kemudian “Kembali ke menu utama” dan klik “Olah semua data” atau pilih “Daya Pembeda”.
Berdasarkan hasil uji daya pembeda soal diketahui bahwa terdapat 2 soal dengan kategori buruk, yaitu soal nomor 4 dan 12. Terdapat 6 soal dengan kategori sedang, yaitu soal nomor 2,9,10,11,13, dan 15. Terdapat 2 soal dengan kategori baik, yaitu soal nomor 5 dan 7.16
H. Teknik analisis data