• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (Higher Order Thinking Skill) Berpikir tingkat tinggi mempunyai hubungan yang sangat erat dengan

KAJIAN TEORETIS DAN KERANGKA TEORETIS A.Deskripsi Teoretis

3. Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (Higher Order Thinking Skill) Berpikir tingkat tinggi mempunyai hubungan yang sangat erat dengan

kemampuan pemecahan masalah. Keterampilan berpikir tingkat tinggi merupakan bagian yang sangat penting untuk kesuksesan dalam pemecahan masalah.

a. Pengertian Keterampilan Berpikir

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), berpikir adalah menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu. Berpikir adalah suatu proses kognitif, suatu aktifitas untuk memperoleh pengetahuan.

Berpikir diartikan sebagai kemampuan untuk menganalisis, mengkritik, dan mencapai kesimpulan berdasar pada inferensi atau pertimbangan. Berpikir

melibatkan operasi mental seperti penalaran.31 Berpikir bisa terjadi di dalam alam sadar dan bisa juga terjadi di bawah alam sadar. Jika berpikir terjadi di bawah alam sadar, maka otak tidak mengetahui ia sedang berpikir atau jika ia mengethaui, maka ia tidak akan mengetahui apa yang sedang dipikirkan. Jika berpikir terjadi di dalam alam sadar, maka otak mengetahui itu adalah berpikir dan apa yang sedang dipikirkan.

Berpikir adalah suatu proses kognitif, suatu aktivitas untuk memperoleh pengetahuan. Berpikir pun perlu dikembangkan agar terbentuk pola pemikiran yang semakin baik dan membiasakan pemikiran yang logis, realistis dan kompleks. Oleh karenanya, diperlukan suatu keterampilan berpikir untuk mengembangkannya. Keterampilan adalah kemampuan untuk menggunakan akal, pikiran, ide dan kreatifitas dalam mengerjakan, mengubah ataupun membuat sesuatu menjadi lebih bermakna. Keterampilan tidak hanya meliputi gerakan motorik, melainkan juga fungsi mental yang bersifat kognitif. Keterampilan berpikir merupakan keterampilan kognitif untuk memunculkan dan mengembangkan gagasan baru, ide baru, sebagai pengembangan dari ide yang telah ada sebelumnya dan untuk memecahkan masalah.

Menurut Nicherson dalam Hilda, jenjang keterampilan berpikir dikemukakan oleh Bloom untuk domain kognitif seperti tertera pada tabel berikut.

Tabel 2.2 Kaitan Keterampilan Berpikir dengan Domain Taksonomi Bloom32

Jenjang Keterampilan Berpikir Domain Kognitif Bloom (sebelum revisi, 1956) Keterampilan Dasar Berpikir

- Menggunakan kemampuan berpikir rendah

- Bersifat rutin

- Menghapal informasi yang diterima - Mengurutkan konsep, menerapkan

1. Pengetahuan

Mengingat apa yang dipelajari 2. Memahami

Mengerti informasi yang diterima 3. Aplikasi

31 Trianto, op. cit., h. 95.

32 Hilda Karli, “Model Pembelajaran untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir”, Jurnal pendidikan Penabur, No. 18, tahun ke-11, Juni 2012, h.59.

rumus

- Mendeskripsikan, membandingkan, merangkum, menghubungkan, menerapkan, member contoh memecahkan masalah

Menerapkan informasi yang diterima dalam produk atau ilmu pengetahuan

Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi - Menggunakan kemampuan berpikir

tinggi

- Menginterpretasi, menganalisis, atau memanipulasi informasi

- Mengkritik tentang informasi, ide atau pendapat

- Membuat kesimpulan, membuat perkiraan, mengajukan pemecahan masalah, mencipta, membuat pilihan, mengungkapkan pendapat, membuat keputusan dan menghasilkan sesuatu yang baru

4.Analisis

Menguraikan informasi secara detail

5.Sintesis

Menggabungkan informasi-informasi yang diterima menjadi sebuah kesimpulan

6.Evaluasi

Membuat keputusan dari hasil analisa dan kriteria yang ditentukan

Proses berpikir ini bertahap dari pola berpikir tingkat rendah hingga pola berpikir tingkat tinggi. Keterampilan berpikir dikelompokkan menjadi berpikir dasar dan berpikir kompleks. Proses berpikir dasar merupakan gambaran dari proses berpikir rasional yang mengandung sekumpulan proses mental dari yang sederhana menuju kompleks. Sedangkan proses berpikir kompleks yang dikenal sebagai proses berpikir tingkat tinggi dikategorikan dalam 4 kelompok, yaitu pemecahan masalah, pengambilan keputusan, berpikir kreatif dan berpikir kritis.33

Keterampilan berpikir yang dikembangkan sebaiknya sudah menjangkau keterampilan berpikir tingkat tinggi atau dikenal dengan istilah Higher Order

33 Ibid., h. 59-60.

Thinking Skills yang ditinjau dari ranah kognitif Taksonomi Bloom berada pada level analisis, sintesis dan evaluasi.34

Maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan berpikir dihubungkan dengan pola perilaku lain dan memerlukan keterlibatan aktif pemikir yakni kegiatan memanipulasi mental siswa untuk memperoleh pengetahuan dalam mengembangkan keterampilan berpikirnya.

b. Pengertian Berpikir Tingkat Tinggi

Berpikir tingkat tinggi atau lebih dikenal dengan nama Higher Order Thinking Skill merupakan wilayah berpikir dalam tataran menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi dalam stuktur taksonomi bloom.35

Menurut Presseisen dalam Poppy, 1985, “Higher Order Thinking Skill” (HOTS) atau keterampilan berpikir tingkat tinggi dibagi menjadi empat kelompok, yaitu pemecahan masalah, membuat keputusan, berpikir kritis dan berpikir kreatif.36

Susan M. Brookkhart mengungkapkan bahwa keterampilan berpikir tingkat tinggi dikelompokkan dalam tiga kategori: (1) mendefinisikan keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam tingkat kognitif (analisis, evaluasi, dan kreasi), (2) mendefinisikan keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam hal berpikir kritis, dan (3) mendefinisikan keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam hal pemecahan masalah.37

Menurut Bloom keterampilan berpikir tingkat tinggi merupakan keterampilan yang paling abstrak dalam domain kognitif, yaitu meliputi analisis, sintesis dan evaluasi.38

34 Poppy Kamalia Devi, “Pengembangan Soal Higher Order Thinking Skill dalam

Pembelajaran IPA SMP/MTs”, Jurnal Pendidikan, 2009, h.1.

35 Sutrisno, Kreatif Mengembangkan Aktivitas Pembelajaran Berbasis TIK, (Jakarta : Referensi, 2011), h.65.

36 Devi, op.cit., h.3.

37 Susan M. Brookhart, How to Assess Higher-order Thinking Skills in Your Classroom, (Alexandria: ASCD, 2010), h.3.

38 Tatang Herman, “Pembelajaran Matematika Berbasis Masalah untuk Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Matematik Tingkat Tinggi Siswa SLTP”, Jurnal pendidikan, Program Pasca

Keterampilan berpikir tingkat tinggi merupakan kemampuan menghubungkan, memanipulasi, dan mentransformasi pengetahuan serta pengalaman yang sudah dimiliki untuk mencapai tujuan yaitu memperoleh pengetahuan yang meliputi tingkat berpikir analisis, sintesis, evaluatif dan kemampuan memecahkan masalah pada situasi baru.39

Berpikir tingkat tinggi mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kemampuan pemecahan masalah. Seseorang yang mempunyai keterampilan berpikir tingkat tinggi tidak hanya mampu memecahkan masalah-masalah non rutin, tetapi juga mampu melihat berbagai alternatif dari pemecahan masalah itu. Keterampilan berpikir tingkat tinggi merupakan bagian yang sangat penting untuk kesuksesan dalam pemecahan masalah. Begitupun sebaliknya, seseorang yang terbiasa menyelesaikan masalah-msalah nonrutin memiliki kecakapan dalam tingkat berpikirnya karena kreativitas berpikir diarahkan untuk menghasilkan pemecahan masalah.

c. Taksonomi Bloom

Domain Kognitif menurut Benjamin S. Bloom Harus diakui bahwa buah pemikiran tokoh Benjamin S. Bloom tentang domain kognitif pengetahuan/berpikir, yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesa, dan evaluasi. Seiring dengan perkembangan jaman, kemajuan pengetahuan dan teknologi, konsep tingkatan berpikir tersebut di atas mengalami perubahan. Adalah Lorin Anderson, seorang murid Bloom merevisi taksonomi Bloom tahun 1990. Hasil perbaikannya dipublikasikan pada tahun 2001 dalam buku yang berjudul Taxonomy for Learning, Teaching and Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. Dalam revisi ini ada perubahan kata kunci, pada kategori dari kata benda menjadi kata kerja. Domain kognitif itu mengalami perubahan, yakni

39 Emi Rofiah, Nonoh Siti Aminah, Elvin Yusliana Ekawati, “Penyusunan Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Fisika Pada Siswa SMP”, Jurnal Pendidikan Fisika, Vol. 1, No. 2, September 2013, ISSN: 2338 – 0691, h. 18.

mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan berkreasi.

Level 1: Remembering (mengingat) Level ini merujuk pada kemampuan peserta didik untuk mengingat-ingat kembali (recall) apa yang disampaikan oleh gurunya. Peserta didik bisa menyampaikan informasi/pengetahuan sederhana secara verbal atau tulisan. Misalnya, tentang tanggal lahir suatu tokoh, nama-nama ilmuwan, nama-nama presiden, nama tempat, menghafal puisi, dll. Jadi sifatnya ingatan semata, tanpa ada intepretasi atau manipulasi dari peserta didik sebab apa yang dingat dan disampaikan adalah data dan fakta belaka.

Level 2: Understanding (memahami) Level ini merujuk pada kemampuan peserta didik untuk memahami, menjabarkan, atau menegaskan informasi yang masuk seperti menafsirkan dengan bahasa sendiri memberi contoh, menjelaskan idea atau konsep, membuat summary dan melakukan intepretasi sederhana terhadap data/informasi. Understanding melampui kemampuan menghafal pada level 1. Peserta didik mampu menerjemahkan materi bentuk-bentuk baru, menjelaskan dan meringkas bahan, atau memperkirakan kecendrungan masa depan. Misalnya, peserta didik diminta untuk menafsirkan informasi yang diberikan, menerjemahkan informasi dari satu media ke yang lain, atau secara sederhana memberikan penjelasan sesuatu dengan kata-kata mereka sendiri.

Level 3: Applying (menerapkan) Aplikasi memerlukan informasi yang dipelajari untuk digunakan dalam mencapai solusi atau menyelesaikan tugas. Contoh, peserta didik menerapkan aturan tata bahasa ketika menulis makalah, atau mereka menerapkan teorema geometris ketika memecahkan masalah geometri. Untuk dikategorikan sebagai kegiatan mengaplikasikan, masalah harus unik. Dalam level ini, peserta didik dapat melakukan aktivitas belajar dengan melaksanakan, menggunakan, menjalankan, melakukan, mempraktikan, memilih, menyusun, memulai, menyelesaikan, mendeteksi, dsb.

Level 4: Analysis (menganalisis). Level ini merujuk pada kemampuan anak didik dalam menguraikan, membandingkan, mengorganisir, menyusun ulang, mengubah struktur, mengkerangkakan, menyusun outline, mengintegrasikan, membedakan, menyamakan, mengintegrasikan, mengelompokkan, menjelaskan cara kerja sesuatu, menganalisis hubungan antara bagian-bagian, mengenali motif atau struktur organisasi, dsb. Seorang guru sains misalnya, mungkin bertanya bagaimana sistem peredaran darah manusia bekerja. Seorang guru kelas dua SMP mungkin meminta gagasan tentang cara menggunakan sebuah kata dalam sebuah kalimat. Sedangkan seorang guru ilmu pengetahuan sosial mungkin meminta peserta didik untuk menjelaskan sikap yang bertanggung jawab terhadap lingkungan.

Level 5: Evaluating (mengevaluasi) Level ini merujuk pada kemampuan peserta didik memberikan justifikasi terhadap sesuatu yang dievaluasi. Ini berarti, peserta didik dengan sendirinya memiliki berbagai bahan pertimbangan yang diperlukan untuk memberi nilai. Evaluasi dapat dalam bentuk kuantitatif dan kualitatif yang didasarkan atas kriteria internal atau eksternal. Selain itu, peserta didik mampu menyusun hipotesis,mengkritik, memprediksi, menilai, menguji, membenarkan, menyalahkan, dsb. Contoh, peserta didik bisa diminta menentukan sumber energi terbaik bagi Indonesia. Intinya, peserta didik diminta memutuskan yang terbaik maupun terburuk; mengidentifikasi paling tidak atau paling penting yang membutuhkan pemikiran dan penalaran tingkat tinggi.

Level 6. Creating (berkreasi) Level ini merujuk pada kemampuan peserta didik memadukan berbagai macam informasi dan mengembangkannya sehingga terjadi sesuatu bentuk yang baru. Selain itu juga ditunjukkan dengan kemampuan dalam merancang, membangun, merencanakan, memproduksi, menemukan, membaharui, menyempurnakan, memperkuat, memperindah, mengubah, dsb.40

40 Yuli Kwartolo, “Multiple Intelligences dan Implementasinya dalam Taksonomi Bloom”, Jurnal Pendidikan Penabur, No 18, Thn ke-11, Juni 2012, h.71.

Tabel 2.3 Taksonomi Bloom yang telah direvisi Dimensi Pengetahuan Dimensi Proses Kognitif Pengetahuan Faktual

a. Pengetahuan tentang terminologi b. Pengetahuan tentang bagian detail

dan unsur-unsur

Pengetahuan Konseptual

a. Pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori

b. Pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi

c. Pengetahuan tentang teori, model dan struktur

Pengetahuan Prosedural

a. Pengetahuan tentang keterampilan khusus yang berhubungan dengan suatu bidang tertentu dan

pengetahuan logaritma

b. Pengetahuan tentang teknik dan metode

c. Pengetahuan tentang kriteria penggunaan prosedur Pengetahuan Metakognitif a. Pengetahuan strategi

b. Pengetahuan tentang operasi kognitif

c. Pengetahuan tentang diri sendiri

C1 Mengingat (Remember) 1.1 mengenali (Recognizing) 1.2 mengingat (Recalling) C2 Memahami (Understand)

1.1 menafsirkan (Interpreting) 1.2 memberi contoh (Exampliying) 1.3 meringkas (summarizing) 1.4 menarik inferensi (Inferring) 1.5 membandingkan (Comparing) 1.6 menjelaskan (Explaining) C3 Mengaplikasikan (Apply) 1.1 menjalankan (Executing) 1.2 mengimplementasikan (Implementing) C4 Menganalisis (Analyze) 1.1 menguraikan (Differentiating) 1.2 mengorganisir (Organizing) 1.3 menemukan makna tersirat

(Attributing) C5 Evaluasi (Evaluate) 1.1 memerikasa (Checking) 1.2 mengkritik (Critiquing) C6 Membuat (Create) 1.1 merumuskan (Generating) 1.2 merencanakan (Planning) 1.3 memproduksi (Producing)

d. Indikator Berpikir Tingkat Tinggi

Taksonomi Bloom (Bloom, Englehart, Furst, Hill, & Krathwohl, 1956) untuk merancang instruksi juga telah banyak digunakan untuk membedakan keterampilan berpikir tingkat rendah dan keterampilan berpikir tingkat tinggi.

Gambar 2.2 Tingkatan Taksonomi Bloom Revisi

Anderson dan Krathwohl (2001) merevisi taksonomi ini dengan mengklasifikasikan enam proses kognitif yang dapat dipelajari siswa yaitu (1) mengingat, (2) memahami, (3) mengaplikasikan, (4) menganalisis, (5) mengevaluasi, dan (6) menciptakan. Seperti kerangka asalnya, taksonomi revisi ini juga memiliki rangkaian proses-proses yang menunjukkan kompleksitas kognitif. Keterampilan berpikir tingkat tinggi atau ”Higher Order Thinking Skill” (HOTS) jika ditinjau dari ranah kognitif pada Taksonomi Bloom, berada pada level C4 (menganalisis), C5 (mengevaluasi) dan C6 (mengkreasi).41

Berikut adalah indikator pencapaian berpikir tingkat tinggi. 1) Menganalisis (C4)

a) Menganalisis informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya.

b) Mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebua skenario yang rumit.

c) Mengidentifikasi/merumuskan pertanyaan

41 Rachel Patricia B. Ramiez dan Mildred S Gabaden, “Aktivitas Kreatif dan Kemampuan

2) Mengevaluasi (C5)

a) Memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, dan metodologi dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yang ada untuk memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya.

b) Membuat hipotesis, mengkritik dan melakukan pengujian

c) Menerima atau menolak suatu pernyataan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.

3) Mengkreasi (C6)

a) Membuat generalisasi suatu ide atau cara pandang terhadap sesuatu.

b) Merancang suatu cara untuk menyelesaikan masalah.

c) Mengorganisasikan unsur-unsur atau bagian-bagian menjadi struktur baru yang belum pernah ada sebelumnya.42

Keterampilan menganalisis merupakan kemampuan menguraikan suatu material menjadi komponen-komponen atau bagian sehingga struktur dari material tersebut dapat dipahami.43 Menilai keterampilan siswa dalam menganalisis, dapat dilihat dari bagaimana mereka menemukan informasi, memecah informasi menjadi beberapa bagian, dan menggambarkan bagian-bagian dan mencari tahu hubungan dari setiap informasi yang ditemukan. Kemudian mereka mengajukan pertanyaan atau masalah yang jawabannya memerlukan berbagai cara penyelesaian.44 Output dari keterampilan menganalisis ini merepresentasikan berpikir tingkat tinggi karena menuntut pemahaman dari isi maupun struktur dari material yang dipelajari.

Keterampilan mengevaluasi merupakan kemampuan mempertimbangkan nilai-nilai dari suatu material untuk keperluan tertentu.45 Menilai

42 Lewy, dkk, “Pengembangan Soal untuk Mengukur Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Pokok Bahasan Barisan dan Deret Bilangan di Kelas IX Akselerasi SMP Xaverius Maria Palembang”, Jurnal Pendidikan Matematika, vol 3. No. 2, Desember 2009, h. 16.

43 Herman, loc. cit.

44 Brookhart, op. cit., h. 42. 45 Herman, loc. cit.

keterampilan siswa dalam mengevaluasi, dapat dilihat dari bagaimana siswa menilai beberapa tujuan dan beberapa kriteria yang siswa temukan sendiri kemudian dipilih hasil yang terbaik dari penilaian tersebut.46 Output dari keterampilan mengevaluasi ini membangun kemampuan siswa dalam memberikan pertimbangan berdasarkan kriteria yang telah ditentukan dari suatu material yang telah dipelajari.

Keterampilan mencipta merupakan kemampuan membangun komponen-komponen bagian membentuk sesuatu yang baru atau utuh. Menilai keterampilan siswa dalam mencipta, dapat dilihat dari bagaimana siswa menata kembali hal-hal yang ada untuk membuat sesuatu yang baru, siswa menyajikan beberapa ide dan menghasilkan beberapa solusi, siswa merencanakan prosedur untuk mencapai tujuan tertentu, atau memproduksi sesuatu yang baru.47 Output dari keterampilan mencipta ini berfokus pada kreatifitas yang menekankan pada hasil pola struktur yang baru.

Menurut Pohl dalam Lewy, 2010, dalam taksonomi Bloom, menganalisis, mengevaluasi dan mengkreasi tergolong berpikir tingkat tinggi.48 Kaitan antara taksonomi Bloom pada jenjang kognitif C4 sampai C6 dengan indikator keterampilan berpikir tingkat tinggi dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.4 Kaitan Taksonomi Bloom Jenjang C4 sampai C6 dengan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi

Taksonomi Bloom Indikator Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi

Analisis (C4) 1. Menguraikan 2. Mengorganisir 3. Membandingkan

4. Menemukan makna tersirat

Menganalisis

1. Menganalisis informasi 2. Mengenali atau membedakan 3. Mengidentifikasi

4. Merumuskan pertanyaan

46 Brookhart, op. cit., h. 53. 47 Ibid., h. 55-56.

Evaluasi (C5) 1. Memeriksa/menilai 2. Mengkritik 3. Memprediksi 4. Menyusun hipotesis Mengevaluasi 1. Memberikan penilaian 2. Membuat hipotesis 3. Mengkritik

4. Menerima atau menolak pernyataan Kreasi (C6) 1. Merencanakan 2. Memproduksi 3. Merancang 4. Memperkuat Mengkreasi

1. Membuat generalisasi suatu ide atau cara pandang

2. Merancang penyelesaian masalah

3. Mengorganisasikan

4. Hubungan Penggunaan LKS berbasis Problem Based Instruction