• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Pembahasan Hasil Penelitian Kuantitatif

II. HASIL PENELITIAN KUALITATIF

4. Kancah Penelitian

Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma didirikan pada tahun 1996 berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jendral pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 162/DIKTI/Kep/1996 tanggal 4 juni 1996.

Fakultas ini dibuka sebagai bentuk aktualisasi misi Universitas Sanata Dharma yang ingin ikut terlibat dalam pembentukan dan pendidikan kaum muda lulusan SMU agar memiliki kompetensi ilmu pengetahuan yang berperikemanusiaan dan berasaskan prinsip humanistik dan kristiani.

Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma menerima mahasiswa angkatan pertama pada tahun akademik 1996/1997. Dengan diampu 8 orang dosen, Fakultas menerima mahasiswa sejumlah 128 orang dan dididik dengan konsentrasi pada psikologi komunikasidan menggunakan kurikulum program profesi psikologi yang telah disahkan oleh Koordinator Kopertis Wilayah V.

Dalam perkembangannya, Fakultas Psikologi Sanata Dharma mulai tahun akademik 2000/2001 dapat menyelenggarakan proses belajar-mengajar secara mandiri berdasarkan surat keputusan Badan Akreditasi

Nasional Perguruan Tinggi Depdiknas Republik Indonesia nomor 012/BAN-PT/Ak-IV/VI/2000 yang telah mengakui dan mengakreditasi program studi psikologi untuk progam Sarjana Psikologi yang diselenggarakan oleh Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Selain itu, ciri khas dan konsentrasi pendidikan di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma tidak hanya bertumpu pada psikologi komunikasi, namun juga pada psikologi budaya.

Pada tanggal 2 Juni 2005, Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma memperoleh akreditasi dengan nilai A. Akreditasi ini tertuang dalam surat keputusan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi Depdiknas RI nomor 007/BAN-PT/Ak-IX/S1/VI/2005. Prestasi ini memberikan otoritasi kepada Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma untuk menyelenggarakan pendidikan psikologi secara mandiri selama 5 tahun. 5. Subyek Penelitian a. Demografis Tabel 10 Demografis Subyek Subyek I Subyek II Nama Usia Jenis Kelamin Anak ke-CBL 26 tahun Laki-laki 2 ND 21 tahun Laki-laki 2

Pekerjaan Semester Skor Total Mahasiswa 6 79 Mahasiswa 6 41 b. Latar Belakang

1). Latar Belakang Subyek I (CBL)

Subyek lahir pada tanggal 15 April 1982. Merupakan anak dari bpk. VN dan EK. Kedua orang tuanya bekerja sebagai guru. Subyek tinggal di daerah lereng merapi tepatnya di desa Srumbung Magelang. Lahir dan besar di pinggiran kota Magelang, membentuk karakter pedesaan yang kuat dimana ditandai dengan gaya hidup sederhana.

Ia tinggal di dalam keluarga yang begitu harmonis dan sederhana. Bapak-ibunya sungguh-sungguh memperhatikan pembentukan kepribadian yang sehat, atau dengan kata lain membimbing putra-putrinya mencapai kedewasaan manusiawi dan kristiani. Secara otomatis kehidupan keluarga seperti ini, membentuk pribadi subyek memperhatikan kehidupan rohaninya dengan selalu terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan. Selain itu, secara nyata hal ini terlihat dari perhatiannya kepada kakak satu-satunya yang mengalami keterbelakangan mental. Walaupun tidak dalam kondisi yang normal, subyek tetap menerima dan tidak merasa malu atas kondisi kakaknya. Apalagi kakaknya adalah kakak tiri, buah perkawinan pertama ibunya. Dari sini nampak jelas bahwa

subyek memiliki relasi yang positif dengan kakaknya. Demikian juga relasi dengan orang tua. Komunikasi yang baik antar anak dengan orang tua, memungkinkan sub yek memiliki kedekatan emosional dengan orang tuanya. Selama ini orang tua juga selalu mendukung sub yek dalam memilih dan mengambil keputusan dalam hidupnya.

Selain itu, keluarga sub yek adalah keluarga modern. Mereka begitu menekankan aspek pendidikan formal anak-anaknya sehingga kebiasaan belajar begitu tertanam dalam diri subyek. Kondisi semacam ini memberi kontribusi positif bagi sub yek dimana ia dapat mengeksplorasi dan mengembangkan kemampuan intelegensinya. Selama menjalani pendidikan formal, subyek termasuk murid yang pandai.

Pada dasarnya, subyek merupakan pribadi yang tidak mudah bergaul, terutama dalam menjalin relasi dengan lawan jenis. Tidak mudah baginya untuk begitu µin¶ bila berinteraksi dengan lawan jenis, apalagi yang baru saja ia kenal. Tidak banyak teman ia miliki, namun dalam dirinya, selalu muncul usaha untuk mengatasi kelemahan ini. Subyek berusaha mengatasinya dengan terlibat dalam kegiatan sosial dan keagamaan, seperti terlibat dalam kegiatan kerja bakti di kampung, selalu datang saat acara sembayangan, dan ikut dalam kepengurusan kegiatan keagamaan. Diharapkan dengan terlibat aktif dalam masyarakat, ia dapat mengikis hambatan relasi sosial.

Walaupun demikian, hambatan di atas memiliki ekses berupa sulitnya dia membangun kerja sama dengan orang lain. Di satu sisi subyek

adalah pribadi yang mandiri. Hal ini nampak dalam perilakunya yang jarang meminta bantuan orang lain dan tidak suka mengeluh. Sejauh memungkinkan, ia akan mengerjakan sendiri pekerjaan dan tugas yang diberikan kepadanya namun dalam konteks kerja sama tim, ia cenderung single fighter dalam mengerjakan tugas-tugas. Juga, subyek kurang memiliki kemampuan managerial yang baik dan kurang teliti sehingga ketika berorganisasi, cenderungsemrawut dan kurang rapi.

Ia begitu berminat pada isu-isu sosial dan politik. Juga begitu gemar berdiskusi dan aktif di bidang keagamaan. Saat ini ia terlibat aktif dalam kelompok muda di Gerejanya.

Karakteristik kepribadian lain yang teramati adalah sub yek juga merupakan pribadi yang tidak begitu mudah mengikuti gaya hidup yang berkembang di masyarakat. Bisa dikatakan sedikit konservatif. Dandanan pakaian yang out of date menjadi salah satu tanda bahwa ia tidak begitu mudah mengikuti gaya hidup masyarakat dan memiliki sistem tata nilai sendiri yang sering kali dianggap tidak populer dihadapan teman-teman sebaya.

Ada satu hal yang menjadi ciri utama kepribadiannya yakni bicara lepas dan tanpa basa-basi. Kadang sifat ini menghambatnya dalam bergaul namun setelah dekat dengannya banyak teman merasa terbantu karena ia tidak sungkan-sungkan memberi kritik sehingga orang lain menjadi tahu titik kelemahannya.

2). Latar Belakang Subyek II (ND)

Subyek lahir pada tanggal 22 Oktober 1986. Merupakan anak dari bpk. S dan ibu R. Bapaknya merupakan pensiunan guru SMU sedangkan ibunya sampai sekarang masih aktif mengajar di sebuah sekolah dasar negeri. Subyek lahir dan besar di Yogyakarta. Ia mengenyam waktu studinya dari jenjang SD sampai kuliah di Yogyakarta. Subyek berasal dari keluarga yang tidak harmonis. Hal ini dilatarbelakangi oleh status orang tuanya. Ibunya merupakan istri kedua bapaknya. Pernikahan mereka dilakukan secara siri dan tidak mendapat persetujuan dari istri pertama. Status perkawinan tersebut menjadi rumit karena ibu subyek beragama Katolik yang memiliki azas pernikahan

tunggal.

Selama ini subyek tumbuh besar dibawah asuhan kakek-neneknya. Hal ini dikarenakan bapak kandungnya memilih tinggal bersama istri pertamanya. Sedangkan ibunya sibuk bekerja sehingga profil orang tua ia dapatkan dari figur kakek-neneknyanya. Memasuki masa SMP, subyek bersama ibunya tinggal terpisah dengan kakek-neneknyanya. Pada masa itu, ibunya secara intens membangun relasi emosi yang baik.

Walaupun diasuh kakek-neneknyanya dapat katakan bahwa subyek tidak menemukan figur bapak dalam hidupnya. Peran kakek-neneknya yang bersifat subtitutif tentu saja tidak mampu menutupi semua kebutuhan psikologis yang dibutuhkan anak dari figur ayahnya. Subyek

sama sekali tidak memiliki relasi yang positif dengan bapaknya. Ini menyebabkan subyek kehilangan kesempatan untuk belajar mandiri, mengambil keputusan, mengembangkan kemampuan kognitif yang selama ini menjadi citra peran ayah dalam pendidikan anak. Hasil studi subyek selama ini memang cukup memuaskan. Ia dapat menyelesaikan masa sekolah menengah tingkat atas di sebuah sekolah favorit di Yogyakarta. Namun kemampuan kognitif yang cukup itu kurang mampu diberdayakan sehingga subyek kurang memiliki kemampuan manajemen konflik yang baik dan kurang bijak dalam mengambil keputusan.

Memang secara rutin, ayahnya datang berkunjung seminggu atau dua minggu sekali. Namun suasana yang tercipta kurang kondusif karena tak jarang keluarganya diintimidasi oleh keluarga istri pertama bapaknya. Selain itu, karakter bapaknya yang cenderung keras dan reaktif membuat relasi subyek dengan bapaknya justru memburuk.

Subyek juga memiliki satu kakak perempuan. Relasi dengan kakaknya sangat dekat karena sama-sama mengalami ketidakharmonisan sehingga muncul perasaan senasib dan di rumah, hanya kakaknya yang dapat diajak bermain, berelasi dan berbagi.

Situasi yang kondusif ini berubah semenjak kakaknya menikah. Akar permasalahanya bukan pada hadirnya figur baru dalam keluarga, yakni kakak ipar namun bersumber pada latar belakang pernikahan kakaknya. Kakaknya menikah karena sudah hamil saat masa pacaran. Peristiwa ini mirip seperti yang dialami ibunya. Hal ini

memunculkan luka trauma baru bagi sub yek. Ia merasa dikecewakan oleh kakaknya karena dulu kakaknya pernah berjanji akan selalu menjaganya dan akan menjadi contoh yang baik bagi dirinya. Kehadiran keponakan pun tidak dapat dijadikan sebagai sumber penghiburan dan kegembiraan dalam keluarga. Kakak sub yek dinilai masih sangat egois dan terkesan menelantarkan anaknya. Melihat itu, mau tidak mau subyek harus menemani ataungemong keponakannya.

Pengalaman hidup seperti ini menjadikan subyek menjadi pribadi yang cenderung tertutup. Tidak mudah baginya untuk menceritakan pengalaman dan keadaan dirinya. Ia cenderung bersikap pasif bila berhadapan dengan orang lain. Tidak mudah baginya bila harus mengutarakan sesuatu, termasuk bila itu adalah keinginannya sendiri. Ia juga dikenal sebagai pribadi yang begitu selektif dalam membangun relasi interpersonal.

Sebagai satu-satunya laki-laki dalam keluarga, subyek dituntut harus menggantikan peran sosial bapaknya. Hal ini mendorong sub yek harus berani memikul tanggung jawab sosial, seperti hadir saat kenduri warga, rapat warga dan sebagainya. Peran ini membentuk subyek menjadi pribadi yang keras. Di sisi lain, subyek memaknai peran tersebut sebagai beban yang harus dia pikul sehingga ia menjadi pribadi yang mudah marah dan terpancing emosinya.

Selama dibesarkan ibunya, subyek sering ditinggal oleh ibunya karena bekerja. Pengalaman ditinggalkan menyebabkan subyek selalu

meminta perhatian dan amat membutuhkan figur yang selalu dekat dengannya. Pengalaman sering ditinggal ibu, tak jarang dijadikan alasan bagi subyek untuk menentang ibunya bila dia disuruh melakukan sesuatu. Bila sedang berdebat atau berselisih paham dengan ibunya, ia menggunakan alasan-alasan berkaitan dengan pengalaman ditinggal ibunya.

Dalam membangun relasi dengan masyarakat sekitar, subyek mengalami banyak hambatan. Selain karakter pribadi yang cenderung tertutup, kondisi keluarganya sering menjadi batu sandungan dalam berinteraksi sosial. Masyarakat masih memandang situasi keluarganya sebagai sebuah aib dan menjadi bahan pergunjingan warga. Hal ini mempengaruhi kejiwaan sub yek sehingga ia cenderung menjadi pribadi yang anti sosial. Ia sering protes mengapa ia harus menanggung kesalahan keluarganya. Padahal menurutnya, dia juga korban dari situasi tersebut. Keterlibatannya dalam masyarakat akhirnya hanya dimaknai sebagai kewajiban tanpa disertai sikap proaktif.

Dokumen terkait