• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

D. Koding

2. Koding Subyek ND

Tabel 13

Tabel Koding Berdasarkan Hasil Wawancara

Aspek Hal yg diungkap Subyek 2

Latar Belakang Menjadi Mahasiswa Motivasi menjadi mahasiswa psikologi Ketertarikan terhadap ilmu psikologi Dasar pemilihan Universitas Sanata Dharma

Pemahaman visi, misi dan semboyan Sanata Dharma

Penginternalisasian visi, misi dan semboyan Sanata Dharma

Ingin mengenal diri sendiri

Dapat membaca pikiran dan menebak kepribadian seseorang

USD dipandang dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas dengan input yang tidak sebaik perguruan tinggi negeri

Tidak pernah memperhatikan. Namun mengetahui USD sebagai kampus humanis walau tidak nampak secara faktual.

Tidak ada proses penginternalisa-sian. Kuliah hanya sekedar kuliah.

Perwujudan konkret penginternalisasian Pernyataan kedewasaan diri

Tidak muncul.

Merasa sedang dalam proses menuju ke kedewasaan diri.

Definisi kedewasaan Dewasa adalah adanya peningkatan dari masa sebelumnya dan proses ini tidak akan berhenti (life-span development.)

Definisi Diri Pemahaman ilmu psikologi Penginternalisasian ilmu psikologi Pengaruh ilmu psikologi terhadap proses pendewasaan Hal-hal penghambat kedewasaan Besaran motivasi menjadi manusia dewasa Hal-hal pemicu motivasi

Yang terus diingat adalah proses mengenali perasaan. Diawali dengan menyadari perasaan yang muncul. Dicari sumber penyebab dan kemudian menentukan sikap.

Memahami kondisi keluarga yang tidak ideal dan menyadari munculnya rasa iri. Kemudian berusaha menerima realitas tersebut dengan berusaha mencari aspek positifnya.

Merasa terbantu dengan adanya ilmu psikologi dalam menghadapi masalah hidup.

Merasa kurangnya dukungan dari keluarga yang menyebabkan merasa tidak ada yang peduli dengannya. Subyek menyadari beban sebagai harapan satu-satunya bagi keluarganya. Namun dorongan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik lebih besar daripada beban yang harus ia pikul.

Kondisi keluarga yang tidak ideal dijadikan sebagai pemicu untuk lebih dewasa walau tak jarang hal itu justru menjadi beban karena sub yek adalah harapan satu-satunya bagi keluarganya yang dapat memberikan kebanggaan.

Hubungan Baru

Relasi pertemanan Memiliki teman yang sedikit namun tetap memiliki sahabat untuk berbagi pengalaman (curhat).

Proses pergaulan Tidak mudah bagi subyek untuk bergaul dengan siapa saja karena merasa adanya hambatan atau pembatasan yang bersifat psikologis. Hambatan dalam rasa minder karena kondisi

Peran Sosial

Langkah solutif Tetap mengatasi hambatan tersebut. Namun subyek menyadari jika ditanya tetang keluarganya secara otomatis ia menarik diri. Apalagi jika berhubungan dengan lawan jenis. Ia merasa takut karena biasanya pasti ditanya tentang latar belakang keluarganya. Relasi dengan Masyarakat Kedekatan dengan masyarakat Keterlibatan dengan masyarakat Deskripsi karakteristik masyarakat

Hanya sekedar kenal dengan masyarakat sekitar.

Tetap terlibat namun tidak aktif terutama dalam keorganisasian. Sebagian besar keluarga di masyarakat tempat tinggal subyek merupakan keluarga yang utuh.

Relasi dengan keluarga

Hambatan sosialisasi Tidak nyaman dengan masyarakat karena menerima penolakan dari masyarakat dalam bentuk cibiran terhadap keluarganya.

Sikap yang diambil Tetap memiliki kepedulian terhadap masyarakat. Contohnya saat gempa. Subyek terlibat sebagai relawan. Deskripsi keluarga Keluarga subyek merupakan keluarga

tidak utuh karena ibunya merupakan istri kedua sehingga ia jarang bertemu dan tidak dekat dengan bapaknya. Karena itu, sebagai single parent, ibunya merasa berat dalam mendidik. Keadaan ini semakin berat mengingat kakak subyek juga menikah karena MBA sehingga menambah beban keluarga. Kakak subyek juga nampak tidak siap dengan pernikahannya karena masih didominasi oleh dorongan egoisme yang kuat. Karena itu subyek cenderung mengalah dan meluangkan banyak waktu bagi keponakannya. Keterlibatan dalam keluarga Kebersamaan dalam keluarga Pandangan terhadap keluarga

Ia merasa tidak nyaman di rumah sehingga memilih menghabiskan waktu dengan teman-temannya. Subyek jarang meluangkan waktu dengan keluarganya.

Keluarganya adalah keluarga yang penuh masalah dan tidak adanya

Rasa bangga terhadap keluarga

Wujud konkret relasi dengan keluarga

Perasaan ketika dekat dengan keluarga

panutan yang baik dari orang tuanya. Secara jujur subyek tidak bangga dengan keluarganya karena kondisi keluarga yang tidak memiliki komunikasi yang baik antara bapak dan ibunya sehingga ia tidak dapat belajar tentang manajemen konflik. Subyek lebih dekat dengan kakak iparnya karena sesama laki-laki. Misalnya nongkrong bareng di angkringan untuk sharing atau curhat.

Merasa tidak nyaman namun tetap memiliki kerinduan terhadap keluarganya.

Kelebihan keluarga Figur ibu yang masih semangat mengayomi dan menghidupi keluarga walau sebagaisingle parent.

Kekurangan keluarga Tidak adanya keutuhan dan relasi yang baik.

Keadaan Fisik

Pemicu konflik dalam keluarga

Sikap terhadap konflik dalam keluarga

Wujud konkret terhadap konflik dalam keluarga Ritualisasi dalam keluarga

Kepercayaan diri terhadap kondisi tubuh Pemicu

ketidakpercayaan diri

Secara umum konflik yang sering muncul berkaitan dengan masalah finansial.

Dalam taraf berpikir, subyek memiliki niat untuk memperbaiki keadaan namun hal itu terbentur oleh status subyek sebagai anak paling kecil. Subyek menyikapi masalah tersebut dengan hidup hemat. Selain itu, melihat situasi emosional ibunya bila ingin meminta sesuatu.

Beres-beres rumah bersama.

Tidak percaya diri, malu dan minder dengan kondisi tubuhnya.

Tubuhnya lebih pendek dibanding teman-temannya.

Langkah solutif Berusaha mengatasi dengan berenang namun tidak berhasil. Akhirnya berusaha menerima keadaan tersebut Kesadaran akan

tuntutan dan harapan masyarakat

Deskripsi tuntutan dan

Menyadari adanya tuntutan terutama dari keluarga

Perilaku sosial yang

bertanggung jawab

Sikap terhadap tuntutan dan harapan masyarakat

Keyakinan akan

perwujudan tuntutan dan harapan masyarakat

Wujud konkret

perwujudan tuntutan dan harapan masyarakat Perasaan terhadap tuntutan dan harapan masyarakat

Kesesuaian antara tuntutan dan harapan masyarakat dengan cita-cita individu Pandangan tentang perilaku sosial yang bertanggung jawab

norma sosial.

Merasa kesulitan karena adanya hambatan sosial, namun tetap berusaha mewujudkannya.

Selama ini tidak memikirkan keyakinan tersebut. Yang penting sejauh mungkin dapat terlibat di masyarkat.

Terlibat di acara kampung seperti pesta tujuh belasan, hadir saat kendurian.

Terasa tidak adil namun tetap berusaha menerima dan menjalankannya.

Harapan dan tuntutan tersebut sesuai dengan cita-cita subyek

Perilaku yang sesuai dengan aturan yang berlaku dalam masyarakat

Relasi dengan orang tua Relasi yang terjalin tidak dekat dan akrab karena kurangnya intensitas pertemuan dan kurangnya interaksi personal dengan orang tua

Keterbukaan dengan orang tua

Jarang menceritakan pengalaman dan permasalahan yang dihadapi karena suasana rumah yang tidak kondusif dan tidak ada budaya duduk bersama. Dukungan orang tua Tapi orang tua tetap mendukung

subyek Kemandirian

emosional

Pengambilan keputusan secara mandiri

Selalu mengambil keputusan sendiri Harapan orang tua Mampu menyelesaikan studi,

membangun hidup yang mapan dan berkeluarga secara benar

Sikap terhadap orang tua

Sebenarnya hal itu menjadi beban dan terasa tidak adil namun tetap

berusaha menerima dan menjalankannya.

Harapan pribadi Harapan saat ini sebisa mungkin dapat lulus kuliah secepatnya dan segera membangun kemapanan hidup agar tidak membebani orang tua, terutama ibu

cita-perbedaan harapan citanya dibandingkan harapan orang tua karena bagaimanapun juga dialah yang menjalani cita-cita itu, bukan orang tuanya. Walau harus menentang orang tua

Perangkat Nilai

Sikap terhadap

ketergantungan dengan orang tua

Pandangan tentang pribadi yang mandiri

Pandangan tentang figur orang tua yang ideal Kepemilikan perangkat nilai Deskripsi tentang perangkat nilai Kebutuhan akan perangkat nilai Metode pencarian perangkat nilai Pengembangan norma dan pengetahuan yang dimiliki

Walaupun tergantung secara finansial, subyek akan tetap menjalani apa yang ia pikir baik baginya. Dan dia akan berusaha menunjukkan kepada orang tuanya bahwa pilihannya memang baik adanya.

Orang yang mandiri adalah orang yang tidak tergantung pada orang lain. Dapat memenuhi kebutuhannya sendiri. Memang saat ini ia tergantung secara finansial pada orang tuanya tapi secara obyektif hal itu sudah kewajiban orang tuanya Orang tua yang ideal adalah orang tua yang mampu menjalin komunikasi dan relasi yang dekat dengan anak- anak mereka

Memiliki sistem atau perangkat nilai.

Perjalanan memanggul salib merupakan spiritualitas dasar yang dihayati subyek. Spiritualitas tersebut disadari karena pengalaman hidup yang tidak selalu mengenakkan dan perjumpaan dengan orang lain yang meneguhkan perjuangan hidup subyek. Dari situ subyek menyimpulkan seberat apapun hidup, manusia harus terus melangkah maju dan menghadapi semua itu

Merasa membutuhkan untuk pegangan hidup

Spritualitas itu muncul dan ditemukan setelah subyek diteguhkan teman sharingnya yang menceritakan tentang kisah hidup Yesus Kristus Sampai saat ini spiritualitas tersebut masih diyakini dan dihayati subyek.

Kesesuaian perangkat nilai yang dimiliki

dengan norma

kemasyarakatan

Perwujudan perangkat nilai yang dimiliki

karena spiritualitas tersebut dirasa masih kontekstual bagi pergulatan hidupnya

Subyek merasa sistem nilai yang ia hayati tidak bertentangan dan dapat diterima oleh masyarakat

Secara konkret subyek menghayati sistem nilai tersebut dengan berusaha menerima keadaan keluarganya

Dokumen terkait