• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakter berasal dari bahasa Yunani yaitu ‘karasso’ yang berarti cetak biru, format dasar, sidik, seperti sidik jari. Pusat Kurikulum Nasional mengartikan karakter sebagai watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak (Suparno, 2015: 27-28). Karakter itu terbentuk dari perkembangan dasar yang telah kena pengaruh pengajaran.

Dalam pendidikan karakter, sangatlah penting diperhatikan kedua segi ini: bakat dan pendidikan. Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Pasal I UU Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa salah satu tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia (Adi, 2010: 9).

Unsur pendidikan sangat penting adalah membangun karakter seseorang. Dalam sebuah proses pendidikan, penanaman karakter merupakan bagian penting. Pendidikan karakter tidak dapat dipahami sebagai bagian pengembangan keunggulan akademik peserta didik, tetapi menjadi satu bagian integral dalam rangka pendidikan kemanusiaan secara utuh. Pendidikan karakter juga terkait dengan bagaimana mereka yang terlibat di dalamnya dapat mendesain, memiliki sikap serta memiliki keprihatinan tentang nilai-nilai yang ingin dikembangkan.

Driyarkara mengungkapkan bahwa pendidikan bertujuan untuk memanusiakan manusia, atau membantu proses hominisasi dan humanisasi; yakni membantu orang muda untuk semakin menjadi manusia, manusia yang berbudaya

tinggi dan bernilai tinggi, bukan hanya hidup sebagai ”manusia” (makan minum) melainkan manusia yang bermoral, berwatak, bertanggung jawab, dan bersosialitas (Suparno, 2015: 60).

Driyarkara menyamakan karakter dengan budi pekerti. Menurut Driyarkara, seseorang disebut mempunyai budi pekerti atau karakter bila ia mempunyai kebiasaan mengalahkan dorongan yang tidak baik dalam dirinya. Secara sederhana, karakter dapat dikatakan sebagai nilai-nilai dan sikap hidup yang positif, yang dimiliki seseorang sehingga memengaruhi tingkah laku, cara berpikir dan bertindak orang itu, dan akhirnya menjadi tabiat hidupnya (Suparno, 2015: 28).

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) telah merumuskan 18 nilai yang dianggap sebagai nilai karakter bangsa yang perlu ditanamkan pada peserta didik di sekolah. Menurut Salim (2013: 41-42) nilai untuk pendidikan karakter seperti tabel 2.2 sebagai berikut.

Tabel 2.2 Nilai dan Deskripsi Nilai pendidikan Karakter

No. Nilai Deskripsi

1. Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksankan ajran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

3. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

5. Kerja keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh- sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas

No. Nilai Deskripsi

serta menyelesaikan tugas dengan sebaik- baiknya. 6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan

cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. 7. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada

orang lain dalam menyelesaikan tugas- tugas.

8. Demokratis Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. 9. Rasa Ingin

Tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, atau di dengar.

10. Semangat Kebangsaan

Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

11. Cinta Tanah Air

Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

12. Menghargai Prestasi

Sikap dan tindaakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain.

13. Bersahabat/ Komunikatif

Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.

14. Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

15. Gemar Membaca

Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajiakn bagi dirinya.

16. Peduli lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam sekitarnya dan mengembangkan upaya- upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

17. Peduli Sosial

Sikap da tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. 18. Tanggung

Jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajiban, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, dan lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara, dan Tuhan YME.

Dari 18 nilai diatas, sangat jelas bahwa nilai karakter bangsa itu merupakan sikap dan tindakan, bukan hanya pengetahuan (Suparno, 2012: 3-5). Untuk membantu agar peserta didik mengalami dan memperoleh karakter yang

kuat, perlu ada pendidikan karakter. Subjek utama yang harus dilibatkan dalam pendidikan karakter adalah peserta didik.

Pendidikan karater sekarang ini perlu mengikuti trend pembelajaran sekarang, yaitu berpusat pada peserta didik aktif. Peserta didik tidak boleh digunakan sebagai objek, tetapi lebih sebagai subjek yang akan berkembang dalam karakter. Pendidikan karakter sebenarnya dapat diintegrasikan dalam kurikulum yang implementasinya terlihat dalam praktik pembelajaran. Tugas pendidik adalah mengembangkan karakter yang sudah baik dan membantu peserta didik untuk menanamkan nilai-nilai yang baik dalam diri peserta didik. Pendidik di sekolah mempunyai andil besar dalam pendidikan karakter peserta didik.

Melalui pengajaran, sikap hidup, pendidik menanamkan nilai-nilai yang baik kepada peserta didik, maka perlu keteladanan guru dalam menanamkan karakter kepada peserta didik. Menurut Suparno (2015: 70), suasana yang khas di lingkungan sekolah mempunyai pengaruh pada pendidikan dan pengembangan karakter peserta didik.

Di zaman modern ini, pendidikan karakter tidak lagi diberikan melalui pelajaran khusus, namun diberikan secara holistik. Penanaman nilai karakter itu terlaksana melalui kegiatan, mata pelajaran dan semua guru terlibat aktif dalam menanamkan nilai karakter kepada peserta didik. Dalam proses pembelajaran, pendidik hendaknya menanamkan nilai-nilai karakter yang hendak ditanamkan pada diri peserta didik. Dalam mata pelajaran apa pun, pendidik dapat mengajarkan nilai karakter pada peserta didik, dan dengan demikian pendidik dipermudah dalam menanamkan nilai tersebut kepada peserta didik.

Penyampaian pendidikan karakter tidak semata-mata hanya dalam bentuk ceramah, tetapi terutama melalui pengalaman peserta didik. Peserta didik akan lebih menghayati dan dapat mengolah pengalamannya dan melalui pengalaman tersebut, peserta didik dapat menemukan lebih dalam bagaimana nilai karakter itu dikembangkan.

Menurut Suparno (2015: 118), secara sistematis cara guru mengajarkan nilai karakter dalam pelajaran dapat diwujudkan melalui beberapa langkah berikut:

Gambar 2.1 Langkah Pendidikan Nilai Karakter

Pendidikan karakter dilaksanakan secara tidak langsung melalui proses belajar-mengajar di dalam kelas dan bersifat non-tematis. Jadi, setiap pendidik diharapkan memiliki kreativitas dalam memberikan pencerahan tentang pendidikan nilai terhadap anak didik melalui materi pelajaran yang sedang diajarkannya. Pendidik bertanggung jawab menemukan dimensi moral dari mata

pelajaran yang diajarkannya sehingga peserta didik tidak kehilangan waktu dalam mempelajari materi, namun juga tidak kehilangan kesempatan untuk memperoleh inspirasi nilai-nilai hidup dari mata pelajaran yang sedang dipelajarinya (Koesoema, 2012: 18).

Salah satu mata pelajaran yang tidak sarat nilai adalah mata pelajaran fisika. Oleh karena itu, guru harus dengan cermat melihat isi bahan mana yang memiliki atau terkait dengan nilai karakter. Beberapa nilai kehidupan dapat diturunkan dari pengetahuan tentang fisika. Misalnya, guru fisika mengajarkan bahan Asas Black, yaitu asas kesetimbangan panas, dimana panas yang diberikan sama dengan panas yang diterima, sekaligus dapat membantu peserta didik agar sadar akan pentingnya keadilan dalam kehidupan ini, akan kejujuran dan tidak korupsi dalam pembagian bahan (Suparno, 2015: 120).

Guru fisika diharapkan dapat membantu peserta didik bukan hanya mengerti hukum, teori fisika, tetapi juga menangkap nilai-nilai kemanusiaan di balik pengetahuan itu (Suparno, 2012: 8). Menanamkan nilai karakter pada peserta didik tidak hanya diberikan melalui isi bahan, melainkan juga melalui metode mengajar. Salah satu contoh dalam pembelajaran fisika adalah dengan menggunakan metode praktikum (eksperimen).

Lewat eksperimen, peserta didik melakukan percobaan bersama dengan teman-teman dalam sebuah kelompok. Disana peserta didik akan belajar bersama. Melalui percobaan fisika, pendidik membantu peserta didik lebih belajar bekerjasama, berpikir kritis, menggali bersama dan mencoba mengerjakan dan memecahkan masalah, mencari solusi dan pada puncaknya menyimpulkan

berdasarkan data yang valid. Hal itu dilakukan secara bersama di dalam kelompok. Melalui metode eksperimen ini, beberapa nilai seperti kerjasama, mendengarkan, ketelitian, kejujuran, keterbukaana dapat dilatih dan ditanamkan.

Melalui eksperimen (praktikum) yang dilakukan oleh peserta didik bersama dengan teman kelompoknya, pendidik dapat mengajak peserta didik untuk melakukan refleksi, melibatkan, mengaktifkan peserta didik untuk tahu nilai apa yang mereka temukan lewat praktikum bersama teman kelompok, menggali, merasakan dan menemukan serta menyadari akan nilai-nilai karakter yang mereka temukan dan belajar untuk mengaplikasikannya. Dalam praksisnya, pendidikan karakter memanfaatkan isi kurikulum yang telah ada untuk membantu peserta didik menjadi individu yang lebih baik.

Sikap dalam belajar fisika yang dapat menunjang dan oleh guru digunakan dalam menanamkan nilai karakter bangsa ada banyak antara lain sikap jujur dalam melakukan praktikum, ketelitian dalam melakukan percobaan, daya tahan dalam mengola data yang tidak mudah, kerjasama, dll (Suparno, 2012: 18).

Dengan pendidikan fisika yang mempunyai tiga unsur penting yaitu pengetahuan, proses, dan sikap belajar fisika, dapat dengan tegas membantu peserta didik berpikir nalar, kritis, aktif dalam pembelajaran yang dapat dilihat dari hasil belajar, serta dapat meningkatkan nilai karakter.

Perkembangan jaman yang sangat pesat ini, melihat kebutuhan anak dan keprihatinan bangsa sekarang ini pendidikan karakter sangat perlu ditekankan, karena individu tidak cukup hanya pintar saja namun harus memiliki karakter yang baik. Pendidikan karakter harus kita nomor satukan. Agar nilai-nilai agama

dan budaya bangsa tidak tergerus, karena anak-anak tidak hanya didik di sekolah, bukan hanya guru namun media sosial ikut mendidik mereka. Oleh karena itu, berbahaya apabila kita tidak memberi pendidikan karakter.

Penguatan pendidikan karakter menjadi pintu masuk pembenahan pendidikan nasional. Penguatan karakter menjadi salah satu program prioritas Presiden Joko Widodo, pemerintah akan melakukan revolusi karakter bangsa. Dengan dikeluarkan peraturan presiden republik Indonesia (Perpres) No. 87 tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PKK) atas dasar kepedulian dan keprihatinan perkembangan jaman sekarang yang berdampak kepada anak- anak bangsa.

Perpes no. 87 tahun 2017 pasal 2, PPK memiliki tujuan membangun dan membekali peserta didik sebagai generasi emas Indonesia Tahun 2045 dengan jiwa Pancasila dan Pendidikan karakter yang baik guna menghadapi dinamika perubahan dimasa depan. Presiden Joko Widodo menekankan lima nilai karakter utama yang bersumber dari Pancasila, yang menjadi prioritas pengembangan gerakan PKK; yaitu religius, nasionalisme, integritas, kemandirian dan kegotongroyongan. Masing- masing nilai ini tidak berdiri sendiri, melainkan saling beinteraksi satu sama lain, berkembang secara dinamis dan membentuk keutuhan pribadi. Persoalan membangun karakter bangsa diatas menjadi tanggung jawab kita semua sebagai anggota bangsa, baik pemerintah, masyarakat, dan juga institusi apapun yang ada di negara ini. Maka tugas itu tidak lepas dari tanggung jawab sebagai pendidik atau guru fisika (Suparno, 2012: IX). Guru fisika ikut

ambil bagian melalu pembelajaran fisika membentuk karakter positif peserta didik agar menjadi generasi emas Indonesia dengan kecakapan abad ke- 21.

Berdasarkan latar belakang pada Bab. 1 dan melihat kebutuhan anak dijaman abad ke -21 ini sesuai dengan Perpres dan ajakan Jokowi tentang pendidikan karakter lima nilai karakter tekanan utama yang bersumber dari pancasila, peneliti memilih 5 karakter yaitu kerjasama, tanggung jawab, jujur, toleransi, dan disiplin sebagai karakter yang akan ditingkatkan melalui pembelajaran menggunakan metode eksperimen terbimbing. Dimana ke 5 karakter tersbut mencakup ajakan Presiden Joko Widodo untuk mengembangkan lima nilai karakter utama yang bersumber dari pancasila seperti pada tabel 2.3. Adapun kisi- kisi kuesioner pengembangan nilai karakter seperti pada tabel 2.4.

Tabel 2.3 Nilai Karakter Nilai Karakter Utama

bersumber dari Pancasila

Nilai Karakter Kemdikbud (Yang akan di tingkatkan

melalui Pembelajaran)

Religius Toleransi

Nasionalisme Disiplin

Integritas Jujur

Kemandirian Tanggung Jawab

Gotong Royong Kerjasama

Tabel 2.4 Kisi- kisi Kuesioner Nilai Karakter

No Karakter Indikator

1. Kerjasama a) Bekerja dalam kelompok, mau terlibat penuh, aktif dalam kelompok b) Mampu berkomunikasi dengan

anggota kelompok

c) Bersikap saling bergantung/ saling membutuhkan

No Karakter Indikator

e) Mau bekerja secara sistematis dan metodis

2. Tanggung Jawab a. Berhati- hati memakai alat b. Melakukan tugas sesuai dengan

prosedur percobaan yang ada

c. Pengembalian alat-alat yang dipakai untuk percobaan ketempat semula dalam keadaan rapi dan bersih d. Menerima resiko dari tindakan yang

dilakukan

e. Mengkaji, menelaah, dan berpikir sebelum bertindak

3. Jujur a. Tidak menyontek, menipu, atau mencuri hasil percobaan kelompok lain

b. Berani mengakui kesalahan c. Menuliskan laporan eksperimen

berdasarkan kerja sendiri dan sesuai dengan hasil percobaan

d. Tidak menggunakan barang orang lain tanpa izin

e. Mengatakan yang sebenarnya dengan ketulusan

4. Toleransi a. Terbuka terhadap berbagai pendapat orang

b. Menerima pandangan baru c. Tidak membedakan teman d. Berpartisipasi dan mendnegarkan

dengan baik

e. Keinginan kuat untuk belajar dari orang lain

5. Disiplin a. Datang tepat waktu b. Teliti dan sistematis dalam

melakukan percobaan

c. Mengerjakan/ mengumpulkan tugas sesuai dengan waktu yang ditentukan d. Menggunakan alat sesuai dengan

maksud dan tujuan

e. Mengikuti kaidah berbahasa tulis yang baik dan benar

Dokumen terkait