• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Karakteristik Kurikulum SD 2013

Karakteristik kurikulum 2013 ada beberapa, diantaranya yaitu, (1) mengembangkan keseimbangan antara sikap spiritual dan sosial, pengetahuan, dan keterampilan, serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat, (2) menempatkan sekolah sebagai bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar agar peserta didik mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar, (3) memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan, (3) mengembangkan kompetensi yang dinyatakan dalam bentuk Kompetensi Inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran, (4) mengembangkan Kompetensi Inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) Kompetensi Dasar. Semua Kompetensi Dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam Kompetensi Inti, (5) mengembangkan Kompetensi Dasar berdasar pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar-mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal). (Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003).

Selain itu karakteristik kurikulum 2013 dapat diartikan sebagai berikut: (1) pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran kurikulum

9

2013 ialah pendekatan scientific dan tematik-integratif. Apa yang dipelajari dan diperoleh peserta didik dilakukan dengan indera dan akal pikiran sendiri sehingga mereka mengalami secara langsung dalam proses mendapatkan ilmu pengetahuan, (2) yang menjadi karakteristik kurikulum 2013 selanjutnya adalah kompetensi lulusan. Dalam hal ini kompetensi lulusan berhubungan dengan kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Pada kurikulum 2013 yang diprioritaskan ialah kemampuan sikap (afektif), (3) terakhir yang menjadi karakteristik pembeda dengan kurikulum sebelumnya ialah pendekatan penilaian yang digunakan. Pada kurikulum 2013 proses penilaian pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian otentik (authentic assessment). Penilaian otentik ialah penilaian secara utuh, meliputi kesiapan peserta didik, proses, dan hasil belajar (Fadlillah, 2014: 175-179).

Berdasarkan pemaparan mengenai Kurikulum 2013, dapat disimpulkan bahwa Kurikulum 2013 merupakan seperangkat rencana untuk menyempurnakan KBK, dimana lebih ditekankan pada aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta menekankan pada pendidikan karakter sebagai pondasi pada tingkat berikutnya.

Berikut karakteristik Kurikulum 2013 adalah sebagai berikut: a. Terpadu

Pada Kurikulum 2013, seluruh konten pelajaran dikemas secara tematik terpadu, kecuali untuk mata pelajaran agama dan budi pekerti yang mandiri. Kurniawan (2014:95), menjelaskan bahwa tematik adalah salah satu bentuk atau model dari pembelajaran terpadu, yaitu model terjala (webbed). Selain itu, Yani (2014:114) mengatakan bahwa pembelajaran

tematik adalah pembelajaran yang tidak menggunakan “nama-nama

disiplin ilmu” sebagai nama mata pelajaran akan tetapi menggunakan tema

-tema tertentu. Tema yang digunakan berfungsi untuk mengaitkan beberapa pokok bahasan dalam satu mata pelajaran yang disebut tematik, sedangkan tema yang mengikat beberapa pokok bahasan dan sejumlah mata pelajaran yang berbeda disebut “tematik terpadu”

10

Pada dasarnya, pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang menggunakan tema-tema, terdari berbagai mata pelajaran dalam satu tema. Pada pembelajaran tematik, peserta didik bukan hanya mempelajari satu mata pelajaran dalam satu pembelajaran, tetapi juga mempelajari mata pelajaran lainnya dalam pembelajaran tersebut. Oleh karena itu, Kurikulum 2013 memiliki karakteristik terpadu, karena memadukan beberapa mata pelajaran ke dalam satu tema.

b. Saintifik

Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran Kurikulum 2013 adalah pendekatan scientific. Pendekatan scientific adalah pendekatan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mendapatkan pengalaman belajar melalui mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Proses pembelajaran yang mengimplementasikan pendekatan scientific akan menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap (afektif), pengetahuan (kognitif0, dan keterampilan (psikomotor). Jadi, pembelajaran dengan pendekatan scientific adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hokum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip

yang “ditemukan” (Daryanto, 2017:41-44).

Dalam kegiatan pembelajaran pendekatan scientific dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1) Mengamati

Kegiatan mengamati memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan metode

11

mengamati peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru.

Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-langkah seperti berikut ini:

a) Menentukan objek apa yang akan diamati.

b) Membuat pedoman pengamatan sesuai dengan lingkungan objek yang diamati.

c) Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diamati, baik primer maupun sekunder.

d) Menentukan dimana tempat objek yang akan diamati.

e) Menentukan secara jelas bagaimana proses pengamatan yang akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar.

f) Menentukan cara dan melakukan pencatatan hasil pengamatan, seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya (Daryanto, 2017: 46).

2) Menanya

Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan daan mengembangkan ranah sikap, keterampilan dan pengetahuannya. Istilah “pertanyaan” tidak selalu dalam bentuk “kalimat tanya”, melainkan juga dapat dalam bentuk pernyataan, asalkan keduanya menginginkan tanggapan verbal. Fungsi bertanya yaitu membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian pesrta didik tentang suatu tema atau topik pembelajaran. Siswa juga terdorong untuk aktif dalam belajar (Daryanto, 2017: 49).

Majid (2014:78) menuturkan bahwa pada kegiatan menanya, aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan yaitu:

a) Mengajukan pertanyaan dari yang faktual sampai ke yang bersifat hipotesis.

12

b) Diawali dengan bimbingan guru sampai dengan mandiri (suatu kebiasaan).

3) Mengeksperimen atau Mencoba

Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari proses menanya. Untuk memperoleh hasil belajar yang otentik, peserta didik harus mencari tahu apa yang sedang dipelajari atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

Aktivitas pembelajaran nyata untuk ini adalah:

a) Menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum;

b) Mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan;

c) Mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen sebelumnya;

d) Melakukan dan mengamati percobaan;

e) Mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data;

f) Menarik kesimpulan atas hasil percobaan (Daryanto, 2017: 51). 4) Mengasosiasi atau Menalar

Kegiatan “mengasosiasi/menalar” dalam kegiatan pembelajaran

sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati mengumpulkan informasi. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.

13

Menurut Majid (2014: 84), penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atau fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Pada kegiatan menalar, aktivitas pembelajaran yang dilakukan yaitu:

a) Menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, menentukan hubungan data/kategori.

b) Menyimpulkan dari hasil analisis data. 5) Mengkomunikasikan

Peserta didik diharapkan dapat mengkomunikasikan hasil pekerjaan yang telah disusun secara bersama-sama, baik dalam kelompok maupun secara individu. Dalam kegiatan mengkomunikasikan ini peserta didik dapat mempaparkan hasil kerjanya dalam bentuk tulisan ataupun secara lisan.

Berdasarkan pemaparan tersebut, pendekatan scientific dalam Kurikulum 2013 merupakan pembelajaran yang dilakukan melalui tahapan ilmiah yaitu kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan.

c. Penilaian Otentik

Dalam Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan, arti penilaian otentik adalah penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran. Menurut Daryanto (2017: 16), penilaian autentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Istilah autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid atau reliabel. Penilaian autentik terdiri dari berbagai teknik penilaian. Pertama, pengukuran langsung keterampilan peserta didik yang berhubungan dengan hasil jangka panjang pendidikan seperti kesuksesan ditempat kerja.

Kedua, penilaian atas tugas-tugas yang memerlukan keterlibatan yang luas dan kinerja yang kompleks. Ketiga, analisis proses yang digunakan

14

untuk menghasilkan respon peserta didik atas perolehan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang ada. Menurut Hibarrt (dalam Hosnan, 2014: 388) ada beragam alat penilaian autentik yang melibatkan siswa di dalam tugas-tugas autentik yang bermanfaat, penting, dan bermakna yaitu: (1) asesmen kinerja; (2) observasi dan pertanyaan; (3) presentasi dan diskusi; (4) proyek dan investigasi; (5) portofolio dan jurnal.

Salah satu elemen perubahan yang ada pada Kurikulum 2013 adalah penilaian autentik (authentic). Penilaian autentik digunakan pada pembelajaran dengan pendekatan scientific yang memiliki karakteristik berikut ini:

a) Penilaian berbasis kompetensi.

b) Pergeseran dari penilaian melalui tes (mengukur kompetensi pengetahuan berdasarkan hasil saja), menuju penilaian autentik (mengukur kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil).

c) Memperkuat PAP (Penilaian Acuan Patokan) yaitu pencapaian hasil belajar didasarkan pada posisi skor yang diperolehnya terhadap skor maksimal.

d) Penilaian tidak hanya pada level Kompetensi Dasar, tetapi juga Kompetensi Inti dan Standar Kompetensi Lulusan.

e) Mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat peserta didik sebagai instrumen utama penilaian.

d. Peguatan pendidikan karakter

Menurut Suparno (2015:29), pendidikan karakter merupakan pendidikan yang bertujuan untuk membantu siswa agar siswa-siswa mengalami, memperoleh, dan memiliki karakter yang diinginkan. Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang sarat akan pendidikan karakter. Kompetensi Lulusan (SKL) yaitu istilah Kompetensi Inti (KI). Lahirnya konsep KI diawali dari pengelompokan kompetensi pokok atas sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Pada Kurikulum Berbasis Kompetensi

15

(KBK) awalnya kompetensi sikap hanya ada satu rumusan saja, namun setelah ada pendalaman materi maka kompetensi sikap dibedakan antara sikap spiritual dan sikap sosial (Yani, 2009:54).

Aspek sosial merupakan gambaran bentuk hubungan dengan sesama manusia dan juga lingkungannya (Fadillah, 2014:49). Aspek ini mengajarkan kepada peseta didik dalam bersosialisasi di masyarakat tempat tinggalnya. Sedangkan sikap spriritual, peserta didik akan memiliki moral atau etika yang baik dalam kehidupannya. Sikap spiritual juga merupakan perwujudan hubungan antara seseorang dengan Tuhan Yang Maha Esa (Fadillah, 2014:49). Pendidikan karakter diintegrasikan pada seluruh mata pelajaran dalam Kurikulum 2013. Guru dituntut untuk memasukkan muatan pendidikan karakter pada setiap pembelajarannya.

Penilaian pendidikan karakter oleh guru dapat dilihat melalui pengamatan langsung memakai data sekunder seperti catatan-catatan peserta didik yang sudah ada; evaluasi diri oleh siswa seperti siswa melakukan refleksi setelah pembelajaran, guru, dan kepala sekolah; dan jejak positif siswa selama di sekolah.

e. Kemampuan berpikir tingkat tinggi

Yani (2014:73), menegaskan bahwa mindset Kurikulum 2013 adalah mengembangkan keterampilan menalar, mengkomunikasikan, dan mencipta. Mindset ini mengacu pada buku yang berjudul Paradigma Pendidikan Nasional Abad XXI yang dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) tahun 2010. Artinya peserta didik dianggap berhasil jika memiliki kemampuan menalar, mengkomunikasikan, dan mencipta. Kemampuan tersebut merupakan kompetensi tingkat tinggi atau disebut dengan High Order Thinking Skills (HOTS) sesuai dengan Taksonomi Bloom hasil revisi.

Kemampuan berpikir paling tinggi menurut taksonomi bloom yang direvisi oleh Anderson dan Krathwohl (2014) adalah mencipta. Berikut

16

taksonomi bloom yang telah direvisi oleh Anderson dan Krathwohl (2014: 44-45):

Tingkatan Anderson dan Krathwohl

C1 Mengingat C2 Memahami C3 Mengaplikasikan C4 Menganalisis C5 Mengevaluasi C6 Mencipta

Dokumen terkait