PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN INOVATIF
DALAM SUB TEMA 1 GEMAR BEROLAHRAGA MENGACU
KURIKULUM 2013 UNTUK SISWA KELAS I SEKOLAH DASAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Mega Setya Putri
NIM: 151134128
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk:
Yang Utama Dari Segalanya
Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT Atas karunia serta kemudahan yang
Engkau berikan akhirnya skripsi yang sederhana ini dapat terselesaikan. Sholawat dan
salam selalu terlimpahkan keharibaan Rasullah Muhammad SAW.
Kedua Orang tua tercinta
Alm. Bapak Supriyatno dan Ibu Sih Ratmi
Yang telah mendukung, memotivasi, memberikan kasih sayang yang lebih sehingga
saya menjadi orang yang kuat dan pantang menyerah.
Dosen Pembimbing Tugas Akhirku
Bapak Drs. Puji Purnomo, M.Si selaku dosen pembimbing tugas akhir saya,
terimakasih banyak pak. Bapak adalah dosen favorit saya.
Sahabat-sahabat yang selalu membantu dan memotivasi dalam menyelesaikan
penelitian skripsi ini.
Kupersembahkan karya ini untuk almamaterku
v MOTTO
Yakinlah bahwa setiap usaha pasti akan menghasilkan sesuatu yang tidak terduga,
sehingga teruslah berusaha yang terbaik karena setiap usaha tidak akan pernah
menghianati hasil.
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan”. (QS. Al Insyirah: 5)
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah suatu kaum hingga mereka mengubah keadaan
yang ada pada diri mereka sendiri”. (QS. Al Ra’d: 11)
Sukses tidak dalam semalam. Saat Anda setiap hari sedikit lebih baik dari hari
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 8 Februari 2019
Penulis
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Mega Setya Putri
Nomor Mahasiswa : 151134128
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
“PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN INOVATIF DALAM SUB TEMA 1 GEMAR BEROLAHRAGA MENGACU KURIKULUM 2013 UNTUK SISWA KELAS I SEKOLAH DASAR”.
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma
hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam
bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di
Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari
saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 8 Februari 2019
Yang menyatakan
viii ABSTRAK
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN INOVATIF DALAM SUB TEMA 1 GEMAR BEROLAHRAGA
MENGACU KURIKULUM 2013 UNTUK SISWA KELAS I SEKOLAH DASAR
Mega Setya Putri Universitas Sanata Dharma
2019
Penelitian ini dilakukan berdasarkan analisis kebutuhan yang menunjukkan bahwa diperlukan adanya contoh perangkat pembelajaran inovatif dalam sub tema 1 gemar berolahraga mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas I sekolah dasar.
Peneliti menggunakan langkah-langkah penelitian dan pengembangan dari Borg dan Gall. Ada 10 (sepuluh) langkah pengembangan penelitian menurut Borg dan Gall namun peneliti membatasi sampai 7 (tujuh) langkah yaitu (1) potensi dan masalah (observasi dan wawancara), (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain (evaluasi formatif), (5) revisi desain, (6) uji coba produk (evaluasi sumatif), (7) revisi produk, sampai menghasilkan produk akhir berupa perangkat pembelajaran inovatif mengacu Kurikulum 2013. Peneliti menggunakan satu pendekatan dan satu model pembelajaran inovatif yaitu pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL) dan model Problem Based Learning (PBL).
Berdasarkan hasil validasi perangkat pembelajaran inovatif dari kedua pakar pembelajaran inovatif yang dikembangkan dengan pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL) dan model Problem Based Learning (PBL) diperoleh skor rerata 4,43 dengan kualitas “sangat baik”. Sedangkan berdasarkan penilaian melalui uji coba terbatas oleh satu guru kelas I dan satu calon guru sekolah dasar diperoleh skor rerata 4,64 dengan kualitas “sangat baik”. Jadi peneliti mendapat skor rerata dari hasil validasi dan uji coba 4,53. Skor tersebut menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran inovatif (dengan pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL) dan model Problem Based Learning (PBL)) yang dikembangkan memiliki kualitas “sangat baik”.
ix ABSTRACT
THE DEVELOPMENT OF INNOVATIVE LEARNING DEVICE ON
THE SUB THEME 1 GEMAR BEROLAHRAGA
REFERRING TO CURRICULUM OF 2013 FOR THE SECOND GRADE
ELEMENTARY SCHOOL
Mega Setya Putri Sanata Dharma University
2019
This research was on the analysis of the necessary of example on innovative learning devices in the sub theme 1 gemar berolahraga refers to the 2013 curriculum for first grade students of elementary school.
The researchers used the research and development steps from Borg and Gall. There are 10 steps of research development according to Borg and Gall, but the researchers only discuss 7 of 10 steps, that namely as (1) potential and problems (observation and interviews), (2) data collection, (3) product design, (4) validation design (formative evaluation), (5) design revision, (6) product trial (summative evaluation), (7) product revision, until produce the final product in the form of innovative learning devices refers to the 2013 curriculum. The researchers use one approach and one innovative learning model, namely the approach Contextual Teaching Learning (CTL) and Problem Based Learning (PBL) model.
Based on the results of the validation of innovative learning devices from the two innovative learning experts which was developed with the approach Contextual Teaching Learning (CTL) and Problem Based Learning (PBL) model, the mean score of 4,43 with "very good" quality was obtained. While based on assessment through limited trials by one teacher of I class and one primary school teacher candidate, an average score of 4,64 was obtained with "very good" quality. So the researcher got an average score from the results of validation and trial 4,53. The score shows that innovative learning devices (Contextual Teaching Learning models (CTL) and Problem Based Learning (PBL)) that are developed have a "very good" quality.
x
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW yang mengantarkan
manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang ini. Penyusunan
skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna mencapai gelar
Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terselesaikan tanpa
dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis
ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:
1. Dr. Yohanes Harsoyo, S. Pd., M. Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si.,M.Pd., selaku Ketua Program Studi PGSD.
3. Kintan Limiansih, S. Pd.,M.Pd., selaku Wakil Ketua Program Studi
PGSD.
4. Drs. Puji Purnomo, M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis selama menyusun skripsi serta
memberikan banyak ilmu serta solusi pada setiap permasalahan atas
kesulitan dalam penulisan skripsi ini.
5. Taufik Ariyanto, S.Pd., selaku validator pakar pembelajaran inovatif
yang telah memberikan bantuan dalam penelitian ini dan melakukan
validasi produk.
6. Suwansih, S.Pd., selaku guru kelas I SD Negeri Ngabean yang telah
membantu peneliti dalam melakukan uji coba produk dan memberi nilai
uji coba produk.
7. Diah Wahyu Utaminingtyas, selaku penilai teman sejawat yang telah
xi
coba produk, dan sahabat di kala susah maupun senang dari awal masuk
hingga sekarang.
8. Suprihatin, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SD Negeri Ngabean yang telah
memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di SD
tersebut.
9. Ibu tercinta Sih Ratmi yang telah memberikan dukungan baik moril
maupun materil serta doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis dan
Alm. Ayah tercinta Supriyatno yang telah membesarkan peniliti hingga
saat ini, skripsi ini aku persembahkan untukmu ayah.
10. Kedua kakak tercinta Bambang Setia Karmana dan Nikko Satya yang
telah memberikan dukungan, baik moril maupun materil.
11. Widi Raharjo, yang telah membantu peneliti baik moril maupun materil
dan memberikan semangat lainnya dalam penyelesaian skripsi ini.
12. Konsita Belarosa dan Laura Damayanti, yang telah membantu peneliti
dalam menyelesaikan skripsi ini.
13. Hilaria Heladita, Advensia Setyaningrum, Puspita Putri Narulita selaku
sahabat dan keluarga yang selalu mendukung, memberikan semangat
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
14. Mei Dwi Cahyani selaku sahabat yang selalu ada di kala suka maupun
duka.
15. Niken Sholikhatun Maulani selaku sahabat yang telah mendukung,
memberi semangat, dan membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi
ini.
16. Seluruh teman-teman mahasiswa payung pembelajaran inovatif yang
selalu memberi bantuan dan motivasi kepada peneliti.
17. Seluruh teman-teman kelas D yang telah memberikan kebahagiaan
selama ini kepada peneliti.
18. Seluruh pihak baik saudara, teman, tetangga, maupun sahabat yang tidak
xii
dukungan yang telah diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan
bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak khususnya dalam bidang
pendidikan dasar.
Yogyakarta, 8 Februari 2019
Penulis
xiii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vii
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
F. Spesifikasi Produk yang dikembangkan ... 5
BAB II LANDASAN TEORI ... 8
A. Kajian Pustaka ... 8
1. Karakteristik Kurikulum SD 2013 ... 8
2. Keterampilan Dasar Belajar Abad 21 ... 16
3. Perangkat Pembelajaran ... 19
4. Pembelajaran Inovatif ... 25
B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 32
C. Kerangka Berpikir ... 36
xiv
BAB III METODE PENELITIAN ... 39
A. Jenis Penelitian ... 39
B. Setting Penelitian ... 43
C. Prosedur Pengembangan ... 43
D. Uji Coba Terbatas ... 48
E. Jadwal Kegiatan ... 54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 56
A. Analisis Kebutuhan ... 56
B. Desain Awal Produk ... 64
C. Validasi ahli dan Revisi Produk ... 68
D. Uji Coba Terbatas ... 75
E. Kajian Produk Akhir dan Pembahasan ... 78
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENGEMBANGAN DAN SARAN ... 92
A. Kesimpulan ... 92
B. Keterbatasan Pengembangan ... 93
C. Saran ... 93
DAFTAR PUSTAKA ... 94
LAMPIRAN ... 97
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Prinsip-prinsip pendekatan CTL (Contextual Teaching Learning) ... 29
Tabel 2.2 Langkah-langkah pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ... 31
Tabel 3.1 Konversi Nilai Skala Lima…….……….52
Tabel 3.2 Konversi skala lima ... 54
Tabel 3.3 Jadwal Kegiatan ... 54
Tabel 4.1 Komentar Pakar dan revisi model pembelajaran CTL………72
Tabel 4.2 Komentar Pakar dan revisi model pembelajaran PBL ... 73
Tabel 4.3 Komentar Guru SD Kelas I dan revisi Model Pembelajaran CTL ... 76
Tabel 4 4 Komentar Guru SD Kelas I dan revisi Model Pembelajaran PBL ... 77
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Literature Map ... 35 Gambar 2.2 Kerangka Berpikir ... 37 Gambar 3.1 Langkah-langkah penggunaan Metode Research and Development
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1: Pedoman Wawancara ... 98
Lampiran 2: Pedoman Observasi ... 100
Lampiran 3: Rangkuman Hasil Wawancara ... 103
Lampiran 4: Hasil Observasi Guru ... 118
Lampiran 5: Hasil Observasi Siswa ... 127
Lampiran 6: Pernyataan validasi produk perangkat pembelajaran inovatif ... 130
Lampiran 7: Pernyataan ujicoba produk pada guru ... 139
Lampiran 8: Pernyataan ujicoba produk pada siswa ... 140
Lampiran 9: Hasil Validasi Produk Pakar 1 ... 141
Lampiran 10: Hasil Validasi Produk Pakar 2 ... 153
Lampiran 11: Hasil ujicoba dinilai guru SD ... 165
Lampiran 12: Hasil ujicoba dinilai teman sejawat ... 173
Lampiran 13: Surat Izin Penelitian ... 181
Lampiran 14: Surat Balikan dari Kepala Sekolah ... 182
1 BAB I PENDAHULUAN
Pada bagian Bab I ini memberikan gambaran bagi pembaca mengenai latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan
istilah, dan spesifikasi produk yang dikembangkan.
A. Latar Belakang Masalah
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang menjadi harapan pendidikan
Indonesia untuk lebih maju dalam pembelajarannya. Kurikulum ini menuntut
siswa sebagai subjek pembelajarannya sehingga siswa akan mendapatkan
pengalaman langsung dari pembelajaran yang telah dilaksanakan. Dalam
kurikulum ini, siswa dituntut aktif dalam mengikuti pembelajaran dan guru
hanya sebagai fasilitator bagi siswa. Pembelajaran menggunakan kurikulum
2013 ini menggabungkan beberapa mata pelajaran menjadi satu tema atau
biasa disebut pembelajaran terpadu atau lebih familiarnya pembelajaran
tematik. Pembelajaran tematik ini menuntut siswa untuk dapat berfikir secara
komprehensif. Kurikulum 2013 juga menegaskan bahwa pentingnya
keterampilan abad 21 yaitu 4C (critical thinking, creative thinking,
collaborative, communicative) (Hosnan, 2014: 87). Mengembangkan
pembelajaran abad 21 ini, guru harus merubah pola pembelajaran tradisional
menjadi pola pembelajaran yang berpusat pada siswa.
Pengertian pembelajaran tematik lainnya, yaitu pembelajaran terpadu
dengan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja
mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra bidang studi maupun antar
bidang studi (Margunayasa, 2014: 45). Pembelajaran tematik sebagai model
pembelajaran termasuk salah satu tipe atau jenis dari model pembelajaran
terpadu (Depdiknas, 2006: 5). Dengan demikian pembelajaran tematik
merupakan penggabungan dari beberapa mata pelajaran menjadi satu tema
yang dapat memberikan pengalaman bermakna bagi siswa karena siswa
2
memberikan pembelajaran yang inovatif bagi siswa. Guru harus mengubah
metode ceramah yang lebih berpusat kepada guru dengan model pembelajaran
yang berpusat pada siswa. Suyatno, (2009: 6) mengemukakan pembelajaran
inovatif adalah pembelajaran yang langkah-langkah belajar dengan metode
baru sehingga memperoleh kemajuan hasil belajar. Kurikulum 2013 saat ini
juga menuntut guru untuk dapat memberikan pengajaran yang menarik untuk
siswa.
Karakteristik pembelajaran inovatif ditandai dengan prinsip-prinsip
sebagai berikut: pembelajaran, bukan pengajaran; guru sebagai fasilitator,
bukan intrukstur; siswa sebagai subjek, bukan objek; pembelajaran induktif,
bukan deduktif; materi bermakna bagi siswa, bukan sekedar dihafal;
keterlibatan siswa partisipatif, bukan pasif. Dalam menangani siswa,
pembelajaran inovatif haruslah seirima dengan karakteristik siswa sebagai
pembelajar (Suyatno, 2009: 7). Gagasan pembaharuan ini muncul sebagai
akibat pembelajaran dirasakan statis, klasik, dan tidak produktif dalam
memecahkan masalah belajar. Oleh karena itu, paradigma baru yang diyakini
mampu memecahkan masalah tersebut.
Untuk membuat pembelajaran inovatif yang mengacu pada kurikulum
2013 tentunya membutuhkan strategi atau model yang harus digunakan dalam
pembelajaran tersebut. Joyce dan Weill dalam buku Huda (2013: 73)
mendeskripsikan model pembelajaran sebagai rencana atau pola yang dapat
digunakan untuk mendesain materi-materi instruksional, dan memadu proses
pengajaran di ruang kelas atau di setting yang berbeda. Sedangkan, Huda
(2013: 74) mengemukakan model-model pengajaran yaitu strategi-strategi
pengajaran prespektif yang membantu mencapai tujuan-tujuan. Ada banyak
sekali model-model pembelajaran inovatif yang dapat digunakan guru dalam
kegiatan pembelajaran. Salah satu contoh model pembelajaran inovatif yaitu
Problem Based Learning (PBL) dan pendekatan Contextual Teaching
3
yang berbeda. Model-model pembelajaran ini menjadi acuan dalam
pembelajaran inovatif yang mengacu pada kurikulum 2013.
Namun, berdasarkan hasil observasi dan wawancara guru SD kelas I di
empat (4) sekolah dasar yang beralamatkan di Ngabean, Depok, Kricak, dan
Bintaran kidul, peneliti melihat bahwa ketika kegiatan pembelajaran
berlangsung siswa merasa bosan. Ketika dikonfirmasi, guru terbukti tidak
membuat dan menggunakan pembelajaran yang inovatif dalam mengajar.
Guru menggunakan metode ceramah dalam kegiatan pembelajaran. Bahkan
ada beberapa guru yang belum paham mengenai perangkat pembelajaran yang
inovatif.
Melihat kondisi tersebut, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian
dan pengembangan (research and development) mengenai perangkat
pembelajaran inovatif pada Kurikulum SD 2013. Perangkat pembelajaran
inovatif ini dapat menjadi contoh bagi guru untuk melaksanakan pembelajaran
inovatif yang mengacu pada Kurikulum 2013. Penelitian ini hanya dibatasi
pada materi sub tema 1 Gemar Berolahraga untuk siswa kelas I sekolah dasar.
Pemilihan sub tema 1 Gemar Berolahraga dilakukan berdasarkan perlunya
siswa mengetahui bagian kesehatan tubuh dan bagaimana cara merawat
kesehatan dengan baik dan benar melalui olahraga. Sedangkan, pemilihan
kelas I sekolah dasar dilakukan berdasarkan rasa ingin tahu dan kebutuhan
siswa akan materi tersebut. Peneliti melihat siswa bertanya kepada guru
kelasnya mengenai kesehatan tubuh yang ada pada kehidupan sehari-harinya.
Pengembangan dilakukan dengan membuat produk perangkat
pembelajaran inovatif mengacu Kurikulum 2013 yang terdiri dari Program
Tahunan (Prota), Program Semester (Prosem), Silabus, dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dalam satu sub tema 1 yaitu Gemar
4 B. Rumusan Masalah
Bagaimana kualitas perangkat pembelajaran inovatif dalam Sub Tema 1
Gemar Berolahraga Mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas I Sekolah
Dasar?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui kualitas perangkat pembelajaran inovatif dalam Sub Tema
1 Gemar Berolahraga Mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas I Sekolah
Dasar.
D. Manfaat Penelitian
Ada pun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti
Peneliti mendapatkan pengalaman baru dalam menyusun dan
mengembangkan perangkat pembelajaran inovatif yang mengacu pada
kurikulum 2013.
2. Bagi Guru
Guru memiliki referensi dalam membuat atau mengembangkan perangkat
pembelajaran yang mengacu pada Kurikulum 2013 supaya menjadi
pembelajaran yang inovatif/menarik.
3. Bagi Sekolah
Sekolah mendapatkan pengetahuan baru dan contoh konkret mengenai
penerapan perangkat pembelajaran inovatif mengacu pada Kurikulum
2013. Sehingga dapat mendorong dan memperbaiki kegiatan pembelajaran
5 4. Bagi Prodi PGSD
Menambah referensi atau bahan bagi prodi PGSD Universitas Sanata
Dharma untuk pengembangan perangkat pembelajaran inovatif dalam Sub
Tema 1 Gemar Berolahraga mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas I
Sekolah Dasar.
E. Batasan Istilah
1. Pembelajaran Inovatif adalah pembelajaran yang dikemas guru atas
dorongan gagasan baru untuk melakukan langkah-langkah belajar dengan
metode baru sehingga memperoleh kemajuan hasil belajar.
2. Perangkat pembelajaran Inovatif adalah proses pembelajaran yang
menarik, menyenangkan, dan tidak membosankan karena terjadi
perubahan/inovasi baru.
3. Kurikulum Sekolah Dasar 2013 adalah langkah lanjutan pengembangan
kurikulum berbasis kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan
KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan secara terpadu.
4. Pendekatan CTL (Contextual Teaching Learning) adalah konsep belajar
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi
dunia nyata siswa yang mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari.
5. Model pembelajaran inovatif PBL (Problem Based Learning) adalah
pembelajaran yang diperoleh melalui proses menuju pemahaman akan
resolusi suatu masalah.
F. Spesifikasi Produk yang dikembangkan
Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini memiliki spesifikasi sebagai
berikut:
6
Cover depan produk terdiri dari judul Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Inovatif dalam Sub Tema Gemar Berolahraga Mengacu
Kurikulum 2013 Untuk Siswa Kelas I Sekolah Dasar; logo Universitas;
nama penulis; NIM penulis; keterangan yang berisi Program Studi yaitu
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan yaitu Ilmu Pendidikan, Fakultas
yaitu Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas yaitu Sanata Dharma
Yogyakarta, tahun ajaran. Cover belakang berisi sinopsis dan biodata
singkat penulis
2. Ukuran kertas
Dicetak dalam ukuran kertas A4 dengan berat 70 gram sedangkan sampul
dicetak dengan kertas ivory 230.
3. Format tulisan
Produk ditulis menggunakan theme font times new roman dengan spasi
1,5.
4. Kata pengantar
Kata pengantar terdiri dari ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa;
penjelasan kerangka berpikir seputar pembelajaran inovatif; ucapan
terimakasih kepada pihak yang membantu dan terlibat dalan penyusun
produk; dan kesediaan penulis dalam menerima kritik dan saran terkait
dengan produk yang dikembangkan.
5. Daftar isi
6. Perangkat pembelajaran program tahunan untuk kelas I SD semester gasal
dan genap.
7. Perangkat pembelajaran program semester untuk kelas I SD semester
gasal tahun 2018/2019.
8. Perangkat pembelajaran silabus untuk kelas I SD semester gasal tahun
2018/2019.
9. Perangkat pembelajaran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
10.Model Pembelajaran
7
a. Contextual Teaching Learning (CTL)
Pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL) digunakan pada
pembelajaran ke 1 dan 5.
b. Problem Based Learning (PBL)
Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) digunakan pada
pembelajaran 2, 3, 4, dan 6.
11. Terdapat pendekatan scientific.
12. Mengembangkan keterampilan abad 21.
13. Dikemas dalam pembelajaran terpadu.
14. Penguatan pendidikan karakter yang diintegrasikan dalam seluruh mata
pelajaran.
15. Menerapkan High Order Thinkin Skill (HOTS).
16. Menerapkan penilaian otentik.
17. Penyusunan RPP sesuai dengan ketentuan Pedoman Umum Ejaan Bahasa
8 BAB II
LANDASAN TEORI
Bab II ini berisi tentang kajian pustaka, hasil penelitan yang relevan, kerangka
berpikir, dan pertanyaan penelitian. Kajian pustaka membahas tentang teori-teori
yang mendukung. Penelitian yang relevan membahas tentang penelitian-penelitian
yang pernah dilakukan berkaitan dengan judul yang peneliti rumuskan. Kerangka
berpikir berisikan kerangka pemikiran.
A. Kajian Pustaka
1. Karakteristik Kurikulum SD 2013
Karakteristik kurikulum 2013 ada beberapa, diantaranya yaitu, (1)
mengembangkan keseimbangan antara sikap spiritual dan sosial, pengetahuan,
dan keterampilan, serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan
masyarakat, (2) menempatkan sekolah sebagai bagian dari masyarakat yang
memberikan pengalaman belajar agar peserta didik mampu menerapkan apa
yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat
sebagai sumber belajar, (3) memberi waktu yang cukup leluasa untuk
mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan, (3)
mengembangkan kompetensi yang dinyatakan dalam bentuk Kompetensi Inti
kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran, (4)
mengembangkan Kompetensi Inti kelas menjadi unsur pengorganisasi
(organizing elements) Kompetensi Dasar. Semua Kompetensi Dasar dan
proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang
dinyatakan dalam Kompetensi Inti, (5) mengembangkan Kompetensi Dasar
berdasar pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan
memperkaya (enriched) antar-mata pelajaran dan jenjang pendidikan
(organisasi horizontal dan vertikal). (Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003).
Selain itu karakteristik kurikulum 2013 dapat diartikan sebagai berikut: (1)
9
2013 ialah pendekatan scientific dan tematik-integratif. Apa yang dipelajari
dan diperoleh peserta didik dilakukan dengan indera dan akal pikiran sendiri
sehingga mereka mengalami secara langsung dalam proses mendapatkan ilmu
pengetahuan, (2) yang menjadi karakteristik kurikulum 2013 selanjutnya
adalah kompetensi lulusan. Dalam hal ini kompetensi lulusan berhubungan
dengan kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Pada kurikulum
2013 yang diprioritaskan ialah kemampuan sikap (afektif), (3) terakhir yang
menjadi karakteristik pembeda dengan kurikulum sebelumnya ialah
pendekatan penilaian yang digunakan. Pada kurikulum 2013 proses penilaian
pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian otentik (authentic
assessment). Penilaian otentik ialah penilaian secara utuh, meliputi kesiapan
peserta didik, proses, dan hasil belajar (Fadlillah, 2014: 175-179).
Berdasarkan pemaparan mengenai Kurikulum 2013, dapat disimpulkan
bahwa Kurikulum 2013 merupakan seperangkat rencana untuk
menyempurnakan KBK, dimana lebih ditekankan pada aspek pengetahuan,
keterampilan, dan sikap serta menekankan pada pendidikan karakter sebagai
pondasi pada tingkat berikutnya.
Berikut karakteristik Kurikulum 2013 adalah sebagai berikut:
a. Terpadu
Pada Kurikulum 2013, seluruh konten pelajaran dikemas secara
tematik terpadu, kecuali untuk mata pelajaran agama dan budi pekerti yang
mandiri. Kurniawan (2014:95), menjelaskan bahwa tematik adalah salah
satu bentuk atau model dari pembelajaran terpadu, yaitu model terjala
(webbed). Selain itu, Yani (2014:114) mengatakan bahwa pembelajaran
tematik adalah pembelajaran yang tidak menggunakan “nama-nama
disiplin ilmu” sebagai nama mata pelajaran akan tetapi menggunakan tema
-tema tertentu. Tema yang digunakan berfungsi untuk mengaitkan beberapa
pokok bahasan dalam satu mata pelajaran yang disebut tematik, sedangkan
10
Pada dasarnya, pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang
menggunakan tema-tema, terdari berbagai mata pelajaran dalam satu tema.
Pada pembelajaran tematik, peserta didik bukan hanya mempelajari satu
mata pelajaran dalam satu pembelajaran, tetapi juga mempelajari mata
pelajaran lainnya dalam pembelajaran tersebut. Oleh karena itu, Kurikulum
2013 memiliki karakteristik terpadu, karena memadukan beberapa mata
pelajaran ke dalam satu tema.
b. Saintifik
Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran Kurikulum 2013
adalah pendekatan scientific. Pendekatan scientific adalah pendekatan
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mendapatkan pengalaman belajar melalui mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Proses
pembelajaran yang mengimplementasikan pendekatan scientific akan
menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap (afektif), pengetahuan (kognitif0, dan
keterampilan (psikomotor). Jadi, pembelajaran dengan pendekatan
scientific adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar
peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hokum atau prinsip
melalui tahapan-tahapan mengamati (mengidentifikasi atau menemukan
masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau menganalisis data,
menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip
yang “ditemukan” (Daryanto, 2017:41-44).
Dalam kegiatan pembelajaran pendekatan scientific dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
1) Mengamati
Kegiatan mengamati memiliki keunggulan tertentu, seperti
menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan
tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Mengamati sangat bermanfaat
bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga proses
11
mengamati peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan antara
obyek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh
guru.
Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan
menempuh langkah-langkah seperti berikut ini:
a) Menentukan objek apa yang akan diamati.
b) Membuat pedoman pengamatan sesuai dengan lingkungan objek
yang diamati.
c) Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diamati, baik
primer maupun sekunder.
d) Menentukan dimana tempat objek yang akan diamati.
e) Menentukan secara jelas bagaimana proses pengamatan yang akan
dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan
lancar.
f) Menentukan cara dan melakukan pencatatan hasil pengamatan,
seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video
perekam, dan alat-alat tulis lainnya (Daryanto, 2017: 46).
2) Menanya
Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk
meningkatkan daan mengembangkan ranah sikap, keterampilan dan
pengetahuannya. Istilah “pertanyaan” tidak selalu dalam bentuk “kalimat tanya”, melainkan juga dapat dalam bentuk pernyataan, asalkan keduanya menginginkan tanggapan verbal. Fungsi bertanya
yaitu membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian pesrta didik
tentang suatu tema atau topik pembelajaran. Siswa juga terdorong
untuk aktif dalam belajar (Daryanto, 2017: 49).
Majid (2014:78) menuturkan bahwa pada kegiatan menanya, aktivitas
pembelajaran yang dapat dilakukan yaitu:
a) Mengajukan pertanyaan dari yang faktual sampai ke yang bersifat
12
b) Diawali dengan bimbingan guru sampai dengan mandiri (suatu
kebiasaan).
3) Mengeksperimen atau Mencoba
Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari proses menanya. Untuk
memperoleh hasil belajar yang otentik, peserta didik harus mencari tahu
apa yang sedang dipelajari atau melakukan percobaan, terutama untuk
materi atau substansi yang sesuai. Aplikasi metode eksperimen atau
mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan
belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Aktivitas pembelajaran nyata untuk ini adalah:
a) Menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar
menurut tuntutan kurikulum;
b) Mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia
dan harus disediakan;
c) Mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen
sebelumnya;
d) Melakukan dan mengamati percobaan;
e) Mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan
data;
f) Menarik kesimpulan atas hasil percobaan (Daryanto, 2017: 51).
4) Mengasosiasi atau Menalar
Kegiatan “mengasosiasi/menalar” dalam kegiatan pembelajaran
sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun
2013, adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik
terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil
dari kegiatan mengamati mengumpulkan informasi. Adapun
kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti,
disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan
13
Menurut Majid (2014: 84), penalaran adalah proses berpikir yang
logis dan sistematis atau fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi
untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Pada kegiatan
menalar, aktivitas pembelajaran yang dilakukan yaitu:
a) Menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, menentukan
hubungan data/kategori.
b) Menyimpulkan dari hasil analisis data.
5) Mengkomunikasikan
Peserta didik diharapkan dapat mengkomunikasikan hasil pekerjaan
yang telah disusun secara bersama-sama, baik dalam kelompok maupun
secara individu. Dalam kegiatan mengkomunikasikan ini peserta didik
dapat mempaparkan hasil kerjanya dalam bentuk tulisan ataupun secara
lisan.
Berdasarkan pemaparan tersebut, pendekatan scientific dalam
Kurikulum 2013 merupakan pembelajaran yang dilakukan melalui
tahapan ilmiah yaitu kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar,
dan mengkomunikasikan.
c. Penilaian Otentik
Dalam Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar
Penilaian Pendidikan, arti penilaian otentik adalah penilaian yang
dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input),
proses, dan keluaran (output) pembelajaran. Menurut Daryanto (2017: 16),
penilaian autentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas
hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan
pengetahuan. Istilah autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid atau
reliabel. Penilaian autentik terdiri dari berbagai teknik penilaian. Pertama,
pengukuran langsung keterampilan peserta didik yang berhubungan dengan
hasil jangka panjang pendidikan seperti kesuksesan ditempat kerja.
Kedua, penilaian atas tugas-tugas yang memerlukan keterlibatan yang
14
untuk menghasilkan respon peserta didik atas perolehan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang ada. Menurut Hibarrt (dalam Hosnan,
2014: 388) ada beragam alat penilaian autentik yang melibatkan siswa di
dalam tugas-tugas autentik yang bermanfaat, penting, dan bermakna yaitu:
(1) asesmen kinerja; (2) observasi dan pertanyaan; (3) presentasi dan
diskusi; (4) proyek dan investigasi; (5) portofolio dan jurnal.
Salah satu elemen perubahan yang ada pada Kurikulum 2013 adalah
penilaian autentik (authentic). Penilaian autentik digunakan pada
pembelajaran dengan pendekatan scientific yang memiliki karakteristik
berikut ini:
a) Penilaian berbasis kompetensi.
b) Pergeseran dari penilaian melalui tes (mengukur kompetensi
pengetahuan berdasarkan hasil saja), menuju penilaian autentik
(mengukur kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan
berdasarkan proses dan hasil).
c) Memperkuat PAP (Penilaian Acuan Patokan) yaitu pencapaian hasil
belajar didasarkan pada posisi skor yang diperolehnya terhadap skor
maksimal.
d) Penilaian tidak hanya pada level Kompetensi Dasar, tetapi juga
Kompetensi Inti dan Standar Kompetensi Lulusan.
e) Mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat peserta didik sebagai
instrumen utama penilaian.
d. Peguatan pendidikan karakter
Menurut Suparno (2015:29), pendidikan karakter merupakan
pendidikan yang bertujuan untuk membantu siswa agar siswa-siswa
mengalami, memperoleh, dan memiliki karakter yang diinginkan.
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang sarat akan pendidikan karakter.
Kompetensi Lulusan (SKL) yaitu istilah Kompetensi Inti (KI). Lahirnya
konsep KI diawali dari pengelompokan kompetensi pokok atas sikap,
15
(KBK) awalnya kompetensi sikap hanya ada satu rumusan saja, namun
setelah ada pendalaman materi maka kompetensi sikap dibedakan antara
sikap spiritual dan sikap sosial (Yani, 2009:54).
Aspek sosial merupakan gambaran bentuk hubungan dengan sesama
manusia dan juga lingkungannya (Fadillah, 2014:49). Aspek ini
mengajarkan kepada peseta didik dalam bersosialisasi di masyarakat
tempat tinggalnya. Sedangkan sikap spriritual, peserta didik akan memiliki
moral atau etika yang baik dalam kehidupannya. Sikap spiritual juga
merupakan perwujudan hubungan antara seseorang dengan Tuhan Yang
Maha Esa (Fadillah, 2014:49). Pendidikan karakter diintegrasikan pada
seluruh mata pelajaran dalam Kurikulum 2013. Guru dituntut untuk
memasukkan muatan pendidikan karakter pada setiap pembelajarannya.
Penilaian pendidikan karakter oleh guru dapat dilihat melalui
pengamatan langsung memakai data sekunder seperti catatan-catatan
peserta didik yang sudah ada; evaluasi diri oleh siswa seperti siswa
melakukan refleksi setelah pembelajaran, guru, dan kepala sekolah; dan
jejak positif siswa selama di sekolah.
e. Kemampuan berpikir tingkat tinggi
Yani (2014:73), menegaskan bahwa mindset Kurikulum 2013 adalah
mengembangkan keterampilan menalar, mengkomunikasikan, dan
mencipta. Mindset ini mengacu pada buku yang berjudul Paradigma
Pendidikan Nasional Abad XXI yang dikeluarkan oleh Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP) tahun 2010. Artinya peserta didik dianggap
berhasil jika memiliki kemampuan menalar, mengkomunikasikan, dan
mencipta. Kemampuan tersebut merupakan kompetensi tingkat tinggi atau
disebut dengan High Order Thinking Skills (HOTS) sesuai dengan
Taksonomi Bloom hasil revisi.
Kemampuan berpikir paling tinggi menurut taksonomi bloom yang
16
taksonomi bloom yang telah direvisi oleh Anderson dan Krathwohl (2014:
44-45):
Tingkatan Anderson dan Krathwohl
C1 Mengingat
C2 Memahami
C3 Mengaplikasikan
C4 Menganalisis
C5 Mengevaluasi
C6 Mencipta
2. Keterampilan Dasar Belajar Abad 21
Abad ke-21 adalah zaman akuntabilitas. Maksud dari akuntabilitas yaitu
menetapkan bahwa para guru mengajarkan apa yang seharusnya mereka
ajarkan, dan siswa mempelajari apa yang seharusnya mereka pelajari
(Prastowo, 2015: 16). Oleh sebab itu, peserta didik perlu dibekali dengan
pengalaman, sikap, dan keterampilan. Pergeseran paradigma pembelajaran
kontemporer telah berganti pada student centered (pembelajaran yang
berpusat pada siswa), yaitu siswa yang berperan secara aktif dalam proses
pembelajaran, dimana guru tidak lagi sebagai satu-satunya pusat informasi,
melainkan sebagai manajer dan fasilitator, yaitu sebagai pengelola
pembelajaran yang memfasilitasi kegiatan pembelajaran. Dengan demikian,
siswa diberikan kebebasan dan keleluasaan belajar sesuai dengan minat,
bakat, dan kebutuhan mereka serta siswa tersebut dapat mengukur sendiri
sejauh mana pemahaman dan penguasaan mereka terhadap suatu materi
17
Berikut tabel paradigma pembelajaran abad 21 menurut Kemdikbud, 2013
(dalam Hosnan, 2014: 25):
Ciri Abad 21 Metode Pembelajaran
Informasi (tersedia
dimana saja, kapan saja)
Pembelajaran diarahkan untuk
mendorong siswa mencari tahu dari
berbagai sumber, bukan diberi tahu
Komputasi
(dari mana saja, ke mana
saja)
Pembelajaran menekankan
pentingnya kerjasama dan
kolaborasi dalam menyelesaikan
masalah
Kegiatan pembelajaran dalam Kurikulum 2013 saat ini diarahkan untuk
mengembangkan semua potensi yang dimiliki peserta didik agar mereka
memiliki kompetensi yang diharapkan melalui upaya menumbuhkan serta
mengembangkan sikap/ attidue, pengetahuan/ knowledge, dan keterampilan/
skill. Karakteristik pembelajaran abad 21 yang dikemukakan oleh Hosnan
(2014: 85), antara lain: (1) pembelajaran berpusat pada peserta didik (student
18
suasana yang menarik; (4) mengembangkan beragam kemampuan yang
bermuatan nilai dan makna; (5) belajar melalui berbuat yakni peserta didik
aktif berbuat; (6) menekankan pada penggalian, penemuan, dan penciptaan
serta; (7) menciptakan pembelajaran dalam situasi nyata dan konteks
sebenarnya melalui pendekatan kontekstual.
Pada abad 21 ini, peserta didik dituntut untuk memiliki kecakapan
diantaranya adalah kecakapan dalam berkomunikasi (communication skill),
kecakapan berpikir kritis (critical thinking skill), kolaborasi (collaboration
skill), dan kecakapan kreativitas (creaticivity and innovation skill) atau
disebut dengan 4C (Hosnan, 2014: 87).
a. Communication skill (kemampuan berkomunikasi)
Siswa dituntut untuk memahami, mengelola, dan menciptakan
komunkasi yang efektif dalam berbagai bentuk da nisi secara lisan, tulisan,
dan multimedia (Hosnan, 2014: 87). Siswa diberi kesempatan untuk
menggunakan kemampuannya baik itu melalui diskusi maupun
menyelesaikan masalah dari gurunya.
b. Collaboration skill (kemampuan bekerjasama)
Siswa menunjukkan kemampuannya dalam bekerjasama dengan
kelompok dan kemampuan dalam kepemimpinan, beradaptasi dalam
berbagai peran dan tanggung jawab, bekerja secara produktif dengan yang
lain, menempatkan empati pada tempatnya, menghormati perspektif
berbeda. Siswa juga menjalankan tanggung jawab pribadi dan fleksibilitas
secara pribadi, pada tempat belajar dan hubungan masyarakat, menetapkan
dan mencapai standar dan tujuan yang tinggi untuk diri sendiri dan orang
lain, memaklumi kerancauan (Hosnan, 2014: 87).
c. Critical thinking skill (kemampuan berpikir kritis)
Siswa berusaha memberikan penalaran yang masuk akal dalam
memahami dan membuat pilihan yang rumit. Siswa juga menggunakan
19
yang dihadapinya dengan mandiri, juga memiliki kemampuan untuk
menyusun dan menungkapkan, menganalisis, dan menyelesaikan masalah.
d. Creaticivity and innovation skill (kemampuan kreativitas dan inovasi)
Siswa mampu mengembangkan ide, solusi, konsep, teori, prosedur,
dan inovasi. Proses pembelajaran lebih berpusat pada siswa serta
meninggalkan perlakukan yang bersifat menyamakan siswa, tetapi lebih
bersifat individual (Hosnan, 2014: 87). Siswa harus dipicu untuk berpikir di
luar kebiasaan yang ada, melibatkan cara berpikir yang baru, memperoleh
kesempatan untuk menyampaikan ide-ide dan solusi-solusi baru. kreativitas
dan inovasi akan semakin berkembang jika pesrta didik memiliki
kesempatan untuk berpikir divergen.
Jadi, ada 4 keterampilan dalam abad 21 atau bisa disebut dengan 4C yang
mmeliputi kecakapan dalam berkomunikasi (communication skill), kecakapan
berpikir kritis (critical thinking skill), kolaborasi (collaboration skill), dan
kecakapan kreativitas (creaticivity and innovation skill). Keterampilan
tersebut harus ada di kegiatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Pada abad 21, peserta didik perlu dibekali dengan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan.
3. Perangkat Pembelajaran
Dalam kurikulum 2013 terdapat perangkat pembelajaran yang menunjang
pelaksanaan pembelajaran. Menurut KBBI (2008) perangkat merupakan alat
perlengkapan, sedangkan pembelajaran merupakan proses, cara menjadikan
orang belajar. Perangkat pembelajaran yang dimaksudkan yaitu silabus,
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), program tahunan, dan program
semester. Berikut akan dibahas perangkat pembelajaran yaitu silabus,
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), program tahunan, dan program
20 a. Program Tahunan dan Semester
Program tahunan merupakan program umum setiap mata pelajaran
untuk setiap kelas, yang dikembangkan oleh guru mata pelajaran yang
bersangkutan (Mulyasa, 2013: 95). Program tahunan adalah rencana
penetapan alokasi waktu satu tahun ajaran untuk mencapai tujuan (standar
kompetensi dari kompetensi dasar) yang telah ditetapkan (Wina, 2010:
51). Program tahunan ini perlu dipersiapkan oleh guru karena merupakan
pedoman penyampaian materi yang harus ditempuh dalam beberapa waktu
yaitu satu tahun. Dalam kegiatan belajar mengajar, program tahunan ini
bisa dikatakan sebagai acuan pengembangan pengajaran. Selain program
tahunan, sebelum kegiatan belajar mengajar dilaksanakan, guru juga
membuat program semester untuk mempermudah ketika menyampaikan
materi. Program semester berisikan garis-garis besar mengenai hal-hal
yang hendak dilaksanakan dan dicapai dalam semester tersebut. Program
semester ini merupakan penjabaran dari program tahunan (Mulyasa, 2013:
98). Kalau program tahunan disusun untuk menentukan jumlah jam yang
diperlukan untuk mencapai suatu kompetensi dasar, maka program
semester disusun untuk menjawab pada kapan pembelajaran untuk
mencapai suatu kompetensi dasar dapat dilaksanakan (Wina, 2010: 53).
Berikut langkah-langkah perancangan program tahunan yang dituliskan
Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016:
1) Menelaah jumlah tema dan subtema pada suatu kelas;
2) Menandai hari-hari libur, permulaan tahun pelajaran, minggu efektif
pada kalender akademik;
3) Hari-hari libur meliputi jeda tengah semester, jeda akhir semester,
libur akhir tahun pelajaran, hari libur keagamaan, hari libur umum
termasuk hari-hari besar nasional, hari libur khusus, dan kegiatan
khusus satuan pendidikan;
4) Menghitung jumlah Minggu Belajar Efektif (MBE) ke dalam sub
21
Komponen-komponen dalam menyusun program tahunan sebagai berikut.
1) Identitas (antara lain muatan pelajaran, kelas, tahun pelajaran).
2) Format isian (antara lain tema, subtema, dan alokasi waktu).
Berdasarkan pendapat para ahli, Program Semester (Prosem)
merupakan penjabaran dari program tahunan yang berisikan
kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan selama satu semester. Berikut
langkah-langkah perencanaan program semester yang dituliskan oleh
Permendikbud.
1) Menelaah kalender pendidikan dan ciri khas satuan pendidikan
berdasarkan kebutuhan tingkat pendidikan;
2) Menandai hari-hari libur meliputi jeda tengah semester, jeda akhir
semester, libur akhir tahun pelajaran, hari libur keagamaan, hari libur
umum termasuk hari-hari besar nasional, hari libur khusus, dan
kegiatan khusus satuan pendidikan;
3) Menghitung jumlah Minggu Hari Belajar Efektif (HBE) dan jam
Belajar Efektif (JBE) setiap bulan dan semester dalam satu tahun;
4) Menghitung jumlah Jam Pembelajaran (JP) sesuai dengan ketentuan
yang terdapat pada strukur kurikulum yang berlaku;
5) Mendistribusikan alokasi waktu yang disediakan untuk suatu sub tema
serta mempertimbangkan waktu dan penilaian serta riview materi.
b. Silabus
Silabus dapat didefinisikan sebagai garis-garis besar, ringkasan,
ikhtisar, atau pokok-pokok isi atau materi pelajaran (Salim, 1987: 98).
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan atau kelompok
matapelajaran atau tema tertentu yang mencakup kompetensi inti,
kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, alokasi waktu, dan
sumber belajar (Majid, 2014: 207). Silabus adalah rencana pembelajaran
pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu, yang
22
indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang
dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan (Mulyasa, 2013: 190). Sesuai
dengan pengertian dari para ahli, dapat disimpulkan sebagai berikut:
silabus merupakan rencana atau garis besar dalam pembelajaran pada
suatu matapelajaran yang berisi kompetensi inti, kompetensi dasar, materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian
kompetensi untuk penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.
Hosnan (2014:135) mengungkapkan bahwa silabus paling sedikit
memuat hal berikut.
1) Identitas mata pelajaran;
2) Identitas sekolah, meliputi nama satuan pendidikan dan kelas;
3) Kompetensi inti, merupakan gambaran secara kategorial mengenai
kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang
harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan
mata pelajaran.
4) Kompetensi dasar, merupakan kompetensi spesifik mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang terkait muatan atau mata
pelajaran;
5) Tema;
6) Materi pokok, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang
relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan
indikator pencapaian kompetensi;
7) Pembelajaran, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan peserta
didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan;
8) Penilaian, merupakan proses pengumpulan data dan pengolahan
informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik;
9) Alokasi waktu sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur
kurikulum untuk satu semester atau satu tahun;
10) Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam
23
c. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana pelaksanaan pembelajaran atau yang dikenal dengan isitilah
RPP merupakan suatu bentuk perenncanaan pembelajaran yang akan
dilaksanakan oleh pendidik dalam kegiatan pembelajaran (Fadlillah, 2014:
143). Menurut Permendikbud No. 65 tahun 2013 tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar dan Menengah disebutkan bahwa Rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka
untuk satu pertemuan atau lebih. Rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) merupakan suatu rencana yang menggambarkan prosedur dan
manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi
dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus
(Mulyasa, 2013: 212). Mengacu pada Permendikbud No.81A Tahun 2013
tentang Implementasi Kurikulum 2013, bahwa rencana pelaksanaan
pembelajaran adalah rencana pembelajaran yang dikembangkan secara
rinci dari suatu materi pokok atau tema tertentu yang mengacu pada
silabus. RPP mencakup: (1) data sekolah, mata pelajaran, dan
kelas/semester; (2) materi pokok; (3) alokasi waktu; (4) tujuan
pembelajaran, KD, dan indikator pencapaian kompetensi; (5) materi
pembelajaran, metode pembelajaran; (6) media, alat, dan sumber belajar;
(7) langkah-langkah kegiatan pembelajaran; (8) penilaian.
Prastowo (2015:163) mengatakan bahwa indikator dirumuskan dengan
kata kerja operasional yang bisa diukur dan dibuat instrumen
penilaiannya. Kata kerja operasional dapat dilihat dari tingkatan berpikir
yang sudah direvisi oleh Anderson dan Krathwohl atau yang disebut
dengan Taksonomi Bloom. Tingkatan atau kategori menurut Anderson
dan Krathwohl (2014:100) yaitu mengingat, memahami, mengaplikasikan,
menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.
Indikator pembelajaran diturunkan menjadi tujuan pembelajaran.
Tujuan pembelajaran menurut Prastowo (2015:186) adalah penguasaan
24
siswa dalam RPP. Tujuan pembelajaran yang baik adalah yang memuat empat unsur, unsur tersebut dikenal “ABCD” yang berasal dari empat kata sebagai berikut: A (Audience), B (Behaviour), C (Condition), D (Degree).
Audience, adalah peserta didik yang akan belajar. Behaviour, adalah
perilaku yang spesifik yang akan dimunculkan oleh peserta didik setelah
selesai proses belajarnya dalam pelajaran tersebut. Condition, adalah
kondisi yang berarti batasan yang dikenakan kepada peserta didik atau
kondisi apa yang diperlakukan peserta didik untuk terjadinya perilaku
yang diharapkan. Degree, adalah tingkatan keberhasilan peserta didik
dalam mencapai suatu perilaku.
Adapun, berikut prinsip-prinsip penyusunan RPP yang dikemukakan
oleh Permendikbud Nomor 22 tahun 2016.
1) Perbedaan individual peserta didik anatara lain kemampuan awal,
tingkat intelektual, bakat, potensi, minat, motivasi belajar, kemampuan
sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar
belakang budaya, norma, nilai, dan lingkungan peserta didik;
2) Partisipasi aktif peserta;
3) Berpusat pada peserta didik untuk mendorong semangat belajar,
motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi dan
kemandirian;
4) Pengembangan budaya membaca dan menulis yang dirancang untuk
mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan,
dan berekpresi dalam berbagai bentuk tulisan;
5) Pemberian umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan
program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan
remidi;
6) Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian
kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan
25
7) Mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan lintas
mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya;
8) Penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi,
sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.
4. Pembelajaran Inovatif
a. Hakikat Pembelajaran Inovatif
Dalam kurikulum 2013 saat ini guru mencari cara supaya dapat
mengajarkan materi dengan model yang berbeda, tidak hanya dengan
metode ceramah saja. Kata inovatif dimaknai sebagai beberapa gagasan
dan teknik baru. Adapun kata inovasi, berarti pembaharuan, pembelajaran
merupakan terjemahan dari learning, yang artinya belajar. Jadi,
pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang langkah-langkah belajar
dengan metode baru sehingga memperoleh kemajuan hasil belajar
(Suyatno, 2009: 6).
Pembelajaran inovatif juga mengandung arti pembelajaran yang dikemas
oleh guru yang merupakan wujud gagasan atau teknik yang dipandang
baru agar mampu memfasilitasi siswa untuk memperoleh kemajuan dalam
proses dan hasil belajar. Berdasarkan definisi secara harfiah pembelajaran
inovatif tersebut, terkandung makna pembaharuan (Suyatno, 2009: 6-7).
Gagasan pembaharuan ini muncul sebagai akibat pembelajaran dirasakan
statis, klasik, dan tidak produktif dalam memecahkan masalah belajar.
Oleh karena itu, paradigma baru yang diyakini mampu memecahkan
masalah tersebut.
Berdasarkan pendapat Suyatno (2009: 6-7), pembelajaran inovatif
merupakan pembelajaran yang dikemas oleh guru sedemikian rupa
sebagai wujud gagasan atau teknik baru dengan langkah-langkah
pembelajaran yang menunjang kemajuan proses dan hasil kegiatan
26 b. Karakteristik Pembelajaran Inovatif
Pembelajaran inovatif tidak selalu berarti penerapan metode
pembelajaran yang benar-benar baru namun perubahan yang terjadi dari
pembelajaran konvensional ke pembelajaran aktif. Pembelajaran yang
variatif, tidak membosankan, menarik, menumbuhkan partisipasi peserta
didik supaya aktif, dan terjadi proses transfer pengetahuan merupakan
beberapa karakteristik mendasar dari pembelajaran inovatif. Karakteristik
pembelajaran inovatif ditandai dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:
pembelajaran, bukan pengajaran; guru sebagai fasilitator, bukan
intrukstur; siswa sebagai subjek, bukan objek; multimedia, bukan
monomedia; sentuhan manusiawi, bukan hewani; pembelajaran induktif,
bukan deduktif; materi bermakna bagi siswa, bukan sekedar dihafal;
keterlibatan siswa partisipatif, bukan pasif. Dalam menangani siswa,
pembelajaran inovatif haruslah seirima dengan karakteristik siswa sebagai
pembelajar (Suyatno, 2009: 7).
c. Keunggulan Pembelajaran Inovatif
Sesuai dengan buku yang penulis baca dengan judul Mendesain
Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan Konteksual karya Trianto
Ibnu Badar al-Tabany halaman 195, dalam hal ini peneliti mendapatkan
beberapa keunggulan pembelajaran inovatif diantaranya sebagai berikut:
(1) pembelajaran inovatif lebih berpusat pada siswa, (2) proses belajar
dirancang supaya siswa belajar, (3) guru menjadi kreatif, (4) kegiatan
belajar mengajar bersifat menyenangkan, (5) siswa dapat aktif menerima
informasi, (6) pengalaman belajar siswa digunakan untuk membangun
27
d. Berbagai Model Pembelajaran Inovatif yang digunakan dalam Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara belajar mereka
sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal, menarik, dan
tidak membosankan perlu adanya berbagai model pembelajaran. Dalam
hal ini penulis akan membahas dua model pembelajaran yang akan
digunakan dalam sebuah penelitian yaitu pendekatan CTL (Contextual
Teaching Learning) dan model Problem Based Learning (PBL).
a. CTL (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan
situasi dunia nyata siswa yang mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari. Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and
Learning) melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran produktif
yakni kontruktivisme, bertanya (questioning), menemukan (inquiry),
masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modelling), dan
penilaian sementara (authentic assessment) (Poerwati dan Sofan,
2013:62). Komponen-komponen pendekatan CTL (Contextual
Teaching Learning) (Nurdyansyah&Eni, 2016: 38) yaitu: (1)
mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar
lebih bermakna, apakah dengan cara bekerja sendiri, menemukan
sendiri, dan mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilan baru
siswa, (2) melaksanakan kegiatan inkuiri untuk semua topik yang
diajarkan, (3) mengembangkan sifat ingin tahu melalui
pertanyaan-pertanyaan, (4) menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui
kegiatan kelompok berdiskusi, tanya jawab, dan lain sebagainya, (5)
menghadirkan contoh pembelajaran melalui ilustrasi, model, bahkan
media yang sebenarnya, (6) membiasakan anak melakukan refleksi
28
penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya
pada setiap siswa.
Berikut adalah Prinsip-prinsip pendekatan CTL (Contextual Teaching
Learning) (Nurdyansyah&Eni, 2016: 39-46):
Tahap Aktivitas Guru dan Peserta Didik Tahap 1
Konstruktivisme
Guru membangun pemahaman siswa dari
pengalaman baru berdasarkan pada
pengetahuan awal.
Tahap 2
Inquiry (Menemukan)
Guru membantu peserta didik melakukan
proses perindahan dari pengamatan
menjadi pemahaman.
Tahap 3
Questioning (Bertanya)
Guru mendorong peserta didik untuk
membimbing dan menilai kemampuan
berpikir siswa.
Tahap 4
Learning Community (Masyarakat
belajar)
Guru membantu peserta didik untuk
berbagi pengalaman dan bekerjasama
dengan sekelompok orang yang terkait
dalam kegiatan belajar.
Tahap 5
Modeling (Pemodelan)
Guru mncontohkan proses penampilan
(berpikir, bekerja, dan belajar) kepada
peserta didik untuk mengerjakan apa
yang guru inginkan agar siswa
mengerjakannya.
Tahap 6
Authentic Assesment (Penilaian yang
sebenarnya)
Guru mengukur pengetahuan dan
keterampilan siswa dengan cara menilai
produk (kinerja) dan tugas-tugas yang
relevan dan kontekstual dari peserta
29 Tahap 7
Reflection (Refleksi)
Guru membimbing siswa untuk mencatat
apa yang telah dipelajari dan
mengungkapkan perasaannya hari ini
dalam melakukan pembelajaran di buku
harian mereka.
Tabel 2.1 Prinsip-prinsip pendekatan CTL (Contextual Teaching Learning)
Kelebihan pendekatan CTL (Contextual Teaching Learning) yaitu:
(1) pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya, siswa
dituntut dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di
sekolah dengan kehidupan nyata, (2) pembelajaran lebihproduktif dan
mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena
metodel pembelajaran CTL (Contextual Teaching Learning) menganut
aliran kontruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk
menemukan pengetahuannya sendiri (Hosnan, 2014: 279).
Kelemahan pendekatan CTL (Contextual Teaching Learning) yaitu:
(1) Guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru
adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama
untuk menemukan pengetahuan dan keterampilan yang baru bagi
siswa, (2) guru hanya memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan mengajak siswa agar
menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi-strategi mereka
sendiri untuk belajar (Hosnan, 2014: 279-280).
b. Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran dengan
pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik ehingga siswa
dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan
30
meningkatkan kepercayaan diri sendiri (Hosnan, 2014: 295). Berikut
langkah-langkah penerapan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) yaitu:(1) Orientasi siswa pada masalah, (2)
mengorganisasi siswa untuk belajar, (3) membimbing penyelidikan
individual dan kelompok, (4) mengembangkan dan menyajikan hasil
karya, (5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
31
Langkah-langkah pembelajaran yang disajikan dalam tabel berikut
(Hosnan, 2014: 302).
Tahap Aktivitas Guru dan Peserta Didik
Tahap 1
Mengorientasikan peserta didik terhadap
masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
dan sarana atau logistik yang dibutuhkan.
Guru memotivasi peserta didik untuk
terlibat dalam aktivitas pemecahan
masalah nyata yang dipilih atau
ditentukan.
Tahap 2
Mengorganisasi peserta didik untuk
belajar
Guru membantu peserta didik
mendefinisikan dan mengorganisasi
tugas belajar yang berhubungan dengan
masalah yang sudah diorientasikan pada
tahap sebelumnya.
Tahap 3
Membimbing penyelidikan individual
maupun kelompok
Guru mendorong peserta didik untuk
mengumpulkan informasi yang sesuai
dan melaksanakan eksperimen untuk
mendapatkan kejelasan yang diperlukan
untuk menyelesaikan masalah.
Tahap 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil
karya
Guru membantu peserta didik untuk
berbagi tugas dan merencanakan atau
menyiapkan karya yang sesuai sebagai
hasil pemecahan masalah dalam bentuk
laporan, video, atau model.
Tahap 5
Menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah
Guru membantu peserta didik untuk
melakukan refleksi atau evaluasi
terhadap proses pemecahan masalah
yang dilakukan.