• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan perangkat pembelajaran inovatif dalam sub tema 1 Gemar Berolahraga mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas I Sekolah Dasar - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengembangan perangkat pembelajaran inovatif dalam sub tema 1 Gemar Berolahraga mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas I Sekolah Dasar - USD Repository"

Copied!
201
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN INOVATIF

DALAM SUB TEMA 1 GEMAR BEROLAHRAGA MENGACU

KURIKULUM 2013 UNTUK SISWA KELAS I SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Mega Setya Putri

NIM: 151134128

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk:

Yang Utama Dari Segalanya

Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT Atas karunia serta kemudahan yang

Engkau berikan akhirnya skripsi yang sederhana ini dapat terselesaikan. Sholawat dan

salam selalu terlimpahkan keharibaan Rasullah Muhammad SAW.

Kedua Orang tua tercinta

Alm. Bapak Supriyatno dan Ibu Sih Ratmi

Yang telah mendukung, memotivasi, memberikan kasih sayang yang lebih sehingga

saya menjadi orang yang kuat dan pantang menyerah.

Dosen Pembimbing Tugas Akhirku

Bapak Drs. Puji Purnomo, M.Si selaku dosen pembimbing tugas akhir saya,

terimakasih banyak pak. Bapak adalah dosen favorit saya.

Sahabat-sahabat yang selalu membantu dan memotivasi dalam menyelesaikan

penelitian skripsi ini.

Kupersembahkan karya ini untuk almamaterku

(5)

v MOTTO

Yakinlah bahwa setiap usaha pasti akan menghasilkan sesuatu yang tidak terduga,

sehingga teruslah berusaha yang terbaik karena setiap usaha tidak akan pernah

menghianati hasil.

Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan”. (QS. Al Insyirah: 5)

Sesungguhnya Allah tidak mengubah suatu kaum hingga mereka mengubah keadaan

yang ada pada diri mereka sendiri”. (QS. Al Ra’d: 11)

Sukses tidak dalam semalam. Saat Anda setiap hari sedikit lebih baik dari hari

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 8 Februari 2019

Penulis

(7)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Mega Setya Putri

Nomor Mahasiswa : 151134128

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN INOVATIF DALAM SUB TEMA 1 GEMAR BEROLAHRAGA MENGACU KURIKULUM 2013 UNTUK SISWA KELAS I SEKOLAH DASAR”.

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma

hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam

bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di

Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari

saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama

saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 8 Februari 2019

Yang menyatakan

(8)

viii ABSTRAK

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN INOVATIF DALAM SUB TEMA 1 GEMAR BEROLAHRAGA

MENGACU KURIKULUM 2013 UNTUK SISWA KELAS I SEKOLAH DASAR

Mega Setya Putri Universitas Sanata Dharma

2019

Penelitian ini dilakukan berdasarkan analisis kebutuhan yang menunjukkan bahwa diperlukan adanya contoh perangkat pembelajaran inovatif dalam sub tema 1 gemar berolahraga mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas I sekolah dasar.

Peneliti menggunakan langkah-langkah penelitian dan pengembangan dari Borg dan Gall. Ada 10 (sepuluh) langkah pengembangan penelitian menurut Borg dan Gall namun peneliti membatasi sampai 7 (tujuh) langkah yaitu (1) potensi dan masalah (observasi dan wawancara), (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain (evaluasi formatif), (5) revisi desain, (6) uji coba produk (evaluasi sumatif), (7) revisi produk, sampai menghasilkan produk akhir berupa perangkat pembelajaran inovatif mengacu Kurikulum 2013. Peneliti menggunakan satu pendekatan dan satu model pembelajaran inovatif yaitu pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL) dan model Problem Based Learning (PBL).

Berdasarkan hasil validasi perangkat pembelajaran inovatif dari kedua pakar pembelajaran inovatif yang dikembangkan dengan pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL) dan model Problem Based Learning (PBL) diperoleh skor rerata 4,43 dengan kualitas “sangat baik”. Sedangkan berdasarkan penilaian melalui uji coba terbatas oleh satu guru kelas I dan satu calon guru sekolah dasar diperoleh skor rerata 4,64 dengan kualitas “sangat baik”. Jadi peneliti mendapat skor rerata dari hasil validasi dan uji coba 4,53. Skor tersebut menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran inovatif (dengan pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL) dan model Problem Based Learning (PBL)) yang dikembangkan memiliki kualitas “sangat baik”.

(9)

ix ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF INNOVATIVE LEARNING DEVICE ON

THE SUB THEME 1 GEMAR BEROLAHRAGA

REFERRING TO CURRICULUM OF 2013 FOR THE SECOND GRADE

ELEMENTARY SCHOOL

Mega Setya Putri Sanata Dharma University

2019

This research was on the analysis of the necessary of example on innovative learning devices in the sub theme 1 gemar berolahraga refers to the 2013 curriculum for first grade students of elementary school.

The researchers used the research and development steps from Borg and Gall. There are 10 steps of research development according to Borg and Gall, but the researchers only discuss 7 of 10 steps, that namely as (1) potential and problems (observation and interviews), (2) data collection, (3) product design, (4) validation design (formative evaluation), (5) design revision, (6) product trial (summative evaluation), (7) product revision, until produce the final product in the form of innovative learning devices refers to the 2013 curriculum. The researchers use one approach and one innovative learning model, namely the approach Contextual Teaching Learning (CTL) and Problem Based Learning (PBL) model.

Based on the results of the validation of innovative learning devices from the two innovative learning experts which was developed with the approach Contextual Teaching Learning (CTL) and Problem Based Learning (PBL) model, the mean score of 4,43 with "very good" quality was obtained. While based on assessment through limited trials by one teacher of I class and one primary school teacher candidate, an average score of 4,64 was obtained with "very good" quality. So the researcher got an average score from the results of validation and trial 4,53. The score shows that innovative learning devices (Contextual Teaching Learning models (CTL) and Problem Based Learning (PBL)) that are developed have a "very good" quality.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya

kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW yang mengantarkan

manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang ini. Penyusunan

skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna mencapai gelar

Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terselesaikan tanpa

dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis

ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:

1. Dr. Yohanes Harsoyo, S. Pd., M. Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si.,M.Pd., selaku Ketua Program Studi PGSD.

3. Kintan Limiansih, S. Pd.,M.Pd., selaku Wakil Ketua Program Studi

PGSD.

4. Drs. Puji Purnomo, M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah

membimbing dan mengarahkan penulis selama menyusun skripsi serta

memberikan banyak ilmu serta solusi pada setiap permasalahan atas

kesulitan dalam penulisan skripsi ini.

5. Taufik Ariyanto, S.Pd., selaku validator pakar pembelajaran inovatif

yang telah memberikan bantuan dalam penelitian ini dan melakukan

validasi produk.

6. Suwansih, S.Pd., selaku guru kelas I SD Negeri Ngabean yang telah

membantu peneliti dalam melakukan uji coba produk dan memberi nilai

uji coba produk.

7. Diah Wahyu Utaminingtyas, selaku penilai teman sejawat yang telah

(11)

xi

coba produk, dan sahabat di kala susah maupun senang dari awal masuk

hingga sekarang.

8. Suprihatin, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SD Negeri Ngabean yang telah

memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di SD

tersebut.

9. Ibu tercinta Sih Ratmi yang telah memberikan dukungan baik moril

maupun materil serta doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis dan

Alm. Ayah tercinta Supriyatno yang telah membesarkan peniliti hingga

saat ini, skripsi ini aku persembahkan untukmu ayah.

10. Kedua kakak tercinta Bambang Setia Karmana dan Nikko Satya yang

telah memberikan dukungan, baik moril maupun materil.

11. Widi Raharjo, yang telah membantu peneliti baik moril maupun materil

dan memberikan semangat lainnya dalam penyelesaian skripsi ini.

12. Konsita Belarosa dan Laura Damayanti, yang telah membantu peneliti

dalam menyelesaikan skripsi ini.

13. Hilaria Heladita, Advensia Setyaningrum, Puspita Putri Narulita selaku

sahabat dan keluarga yang selalu mendukung, memberikan semangat

kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

14. Mei Dwi Cahyani selaku sahabat yang selalu ada di kala suka maupun

duka.

15. Niken Sholikhatun Maulani selaku sahabat yang telah mendukung,

memberi semangat, dan membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi

ini.

16. Seluruh teman-teman mahasiswa payung pembelajaran inovatif yang

selalu memberi bantuan dan motivasi kepada peneliti.

17. Seluruh teman-teman kelas D yang telah memberikan kebahagiaan

selama ini kepada peneliti.

18. Seluruh pihak baik saudara, teman, tetangga, maupun sahabat yang tidak

(12)

xii

dukungan yang telah diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan

dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan

bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak khususnya dalam bidang

pendidikan dasar.

Yogyakarta, 8 Februari 2019

Penulis

(13)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vii

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

F. Spesifikasi Produk yang dikembangkan ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

A. Kajian Pustaka ... 8

1. Karakteristik Kurikulum SD 2013 ... 8

2. Keterampilan Dasar Belajar Abad 21 ... 16

3. Perangkat Pembelajaran ... 19

4. Pembelajaran Inovatif ... 25

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 32

C. Kerangka Berpikir ... 36

(14)

xiv

BAB III METODE PENELITIAN ... 39

A. Jenis Penelitian ... 39

B. Setting Penelitian ... 43

C. Prosedur Pengembangan ... 43

D. Uji Coba Terbatas ... 48

E. Jadwal Kegiatan ... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 56

A. Analisis Kebutuhan ... 56

B. Desain Awal Produk ... 64

C. Validasi ahli dan Revisi Produk ... 68

D. Uji Coba Terbatas ... 75

E. Kajian Produk Akhir dan Pembahasan ... 78

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENGEMBANGAN DAN SARAN ... 92

A. Kesimpulan ... 92

B. Keterbatasan Pengembangan ... 93

C. Saran ... 93

DAFTAR PUSTAKA ... 94

LAMPIRAN ... 97

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Prinsip-prinsip pendekatan CTL (Contextual Teaching Learning) ... 29

Tabel 2.2 Langkah-langkah pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ... 31

Tabel 3.1 Konversi Nilai Skala Lima…….……….52

Tabel 3.2 Konversi skala lima ... 54

Tabel 3.3 Jadwal Kegiatan ... 54

Tabel 4.1 Komentar Pakar dan revisi model pembelajaran CTL………72

Tabel 4.2 Komentar Pakar dan revisi model pembelajaran PBL ... 73

Tabel 4.3 Komentar Guru SD Kelas I dan revisi Model Pembelajaran CTL ... 76

Tabel 4 4 Komentar Guru SD Kelas I dan revisi Model Pembelajaran PBL ... 77

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Literature Map ... 35 Gambar 2.2 Kerangka Berpikir ... 37 Gambar 3.1 Langkah-langkah penggunaan Metode Research and Development

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1: Pedoman Wawancara ... 98

Lampiran 2: Pedoman Observasi ... 100

Lampiran 3: Rangkuman Hasil Wawancara ... 103

Lampiran 4: Hasil Observasi Guru ... 118

Lampiran 5: Hasil Observasi Siswa ... 127

Lampiran 6: Pernyataan validasi produk perangkat pembelajaran inovatif ... 130

Lampiran 7: Pernyataan ujicoba produk pada guru ... 139

Lampiran 8: Pernyataan ujicoba produk pada siswa ... 140

Lampiran 9: Hasil Validasi Produk Pakar 1 ... 141

Lampiran 10: Hasil Validasi Produk Pakar 2 ... 153

Lampiran 11: Hasil ujicoba dinilai guru SD ... 165

Lampiran 12: Hasil ujicoba dinilai teman sejawat ... 173

Lampiran 13: Surat Izin Penelitian ... 181

Lampiran 14: Surat Balikan dari Kepala Sekolah ... 182

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

Pada bagian Bab I ini memberikan gambaran bagi pembaca mengenai latar

belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan

istilah, dan spesifikasi produk yang dikembangkan.

A. Latar Belakang Masalah

Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang menjadi harapan pendidikan

Indonesia untuk lebih maju dalam pembelajarannya. Kurikulum ini menuntut

siswa sebagai subjek pembelajarannya sehingga siswa akan mendapatkan

pengalaman langsung dari pembelajaran yang telah dilaksanakan. Dalam

kurikulum ini, siswa dituntut aktif dalam mengikuti pembelajaran dan guru

hanya sebagai fasilitator bagi siswa. Pembelajaran menggunakan kurikulum

2013 ini menggabungkan beberapa mata pelajaran menjadi satu tema atau

biasa disebut pembelajaran terpadu atau lebih familiarnya pembelajaran

tematik. Pembelajaran tematik ini menuntut siswa untuk dapat berfikir secara

komprehensif. Kurikulum 2013 juga menegaskan bahwa pentingnya

keterampilan abad 21 yaitu 4C (critical thinking, creative thinking,

collaborative, communicative) (Hosnan, 2014: 87). Mengembangkan

pembelajaran abad 21 ini, guru harus merubah pola pembelajaran tradisional

menjadi pola pembelajaran yang berpusat pada siswa.

Pengertian pembelajaran tematik lainnya, yaitu pembelajaran terpadu

dengan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja

mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra bidang studi maupun antar

bidang studi (Margunayasa, 2014: 45). Pembelajaran tematik sebagai model

pembelajaran termasuk salah satu tipe atau jenis dari model pembelajaran

terpadu (Depdiknas, 2006: 5). Dengan demikian pembelajaran tematik

merupakan penggabungan dari beberapa mata pelajaran menjadi satu tema

yang dapat memberikan pengalaman bermakna bagi siswa karena siswa

(19)

2

memberikan pembelajaran yang inovatif bagi siswa. Guru harus mengubah

metode ceramah yang lebih berpusat kepada guru dengan model pembelajaran

yang berpusat pada siswa. Suyatno, (2009: 6) mengemukakan pembelajaran

inovatif adalah pembelajaran yang langkah-langkah belajar dengan metode

baru sehingga memperoleh kemajuan hasil belajar. Kurikulum 2013 saat ini

juga menuntut guru untuk dapat memberikan pengajaran yang menarik untuk

siswa.

Karakteristik pembelajaran inovatif ditandai dengan prinsip-prinsip

sebagai berikut: pembelajaran, bukan pengajaran; guru sebagai fasilitator,

bukan intrukstur; siswa sebagai subjek, bukan objek; pembelajaran induktif,

bukan deduktif; materi bermakna bagi siswa, bukan sekedar dihafal;

keterlibatan siswa partisipatif, bukan pasif. Dalam menangani siswa,

pembelajaran inovatif haruslah seirima dengan karakteristik siswa sebagai

pembelajar (Suyatno, 2009: 7). Gagasan pembaharuan ini muncul sebagai

akibat pembelajaran dirasakan statis, klasik, dan tidak produktif dalam

memecahkan masalah belajar. Oleh karena itu, paradigma baru yang diyakini

mampu memecahkan masalah tersebut.

Untuk membuat pembelajaran inovatif yang mengacu pada kurikulum

2013 tentunya membutuhkan strategi atau model yang harus digunakan dalam

pembelajaran tersebut. Joyce dan Weill dalam buku Huda (2013: 73)

mendeskripsikan model pembelajaran sebagai rencana atau pola yang dapat

digunakan untuk mendesain materi-materi instruksional, dan memadu proses

pengajaran di ruang kelas atau di setting yang berbeda. Sedangkan, Huda

(2013: 74) mengemukakan model-model pengajaran yaitu strategi-strategi

pengajaran prespektif yang membantu mencapai tujuan-tujuan. Ada banyak

sekali model-model pembelajaran inovatif yang dapat digunakan guru dalam

kegiatan pembelajaran. Salah satu contoh model pembelajaran inovatif yaitu

Problem Based Learning (PBL) dan pendekatan Contextual Teaching

(20)

3

yang berbeda. Model-model pembelajaran ini menjadi acuan dalam

pembelajaran inovatif yang mengacu pada kurikulum 2013.

Namun, berdasarkan hasil observasi dan wawancara guru SD kelas I di

empat (4) sekolah dasar yang beralamatkan di Ngabean, Depok, Kricak, dan

Bintaran kidul, peneliti melihat bahwa ketika kegiatan pembelajaran

berlangsung siswa merasa bosan. Ketika dikonfirmasi, guru terbukti tidak

membuat dan menggunakan pembelajaran yang inovatif dalam mengajar.

Guru menggunakan metode ceramah dalam kegiatan pembelajaran. Bahkan

ada beberapa guru yang belum paham mengenai perangkat pembelajaran yang

inovatif.

Melihat kondisi tersebut, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian

dan pengembangan (research and development) mengenai perangkat

pembelajaran inovatif pada Kurikulum SD 2013. Perangkat pembelajaran

inovatif ini dapat menjadi contoh bagi guru untuk melaksanakan pembelajaran

inovatif yang mengacu pada Kurikulum 2013. Penelitian ini hanya dibatasi

pada materi sub tema 1 Gemar Berolahraga untuk siswa kelas I sekolah dasar.

Pemilihan sub tema 1 Gemar Berolahraga dilakukan berdasarkan perlunya

siswa mengetahui bagian kesehatan tubuh dan bagaimana cara merawat

kesehatan dengan baik dan benar melalui olahraga. Sedangkan, pemilihan

kelas I sekolah dasar dilakukan berdasarkan rasa ingin tahu dan kebutuhan

siswa akan materi tersebut. Peneliti melihat siswa bertanya kepada guru

kelasnya mengenai kesehatan tubuh yang ada pada kehidupan sehari-harinya.

Pengembangan dilakukan dengan membuat produk perangkat

pembelajaran inovatif mengacu Kurikulum 2013 yang terdiri dari Program

Tahunan (Prota), Program Semester (Prosem), Silabus, dan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dalam satu sub tema 1 yaitu Gemar

(21)

4 B. Rumusan Masalah

Bagaimana kualitas perangkat pembelajaran inovatif dalam Sub Tema 1

Gemar Berolahraga Mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas I Sekolah

Dasar?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui kualitas perangkat pembelajaran inovatif dalam Sub Tema

1 Gemar Berolahraga Mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas I Sekolah

Dasar.

D. Manfaat Penelitian

Ada pun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti

Peneliti mendapatkan pengalaman baru dalam menyusun dan

mengembangkan perangkat pembelajaran inovatif yang mengacu pada

kurikulum 2013.

2. Bagi Guru

Guru memiliki referensi dalam membuat atau mengembangkan perangkat

pembelajaran yang mengacu pada Kurikulum 2013 supaya menjadi

pembelajaran yang inovatif/menarik.

3. Bagi Sekolah

Sekolah mendapatkan pengetahuan baru dan contoh konkret mengenai

penerapan perangkat pembelajaran inovatif mengacu pada Kurikulum

2013. Sehingga dapat mendorong dan memperbaiki kegiatan pembelajaran

(22)

5 4. Bagi Prodi PGSD

Menambah referensi atau bahan bagi prodi PGSD Universitas Sanata

Dharma untuk pengembangan perangkat pembelajaran inovatif dalam Sub

Tema 1 Gemar Berolahraga mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas I

Sekolah Dasar.

E. Batasan Istilah

1. Pembelajaran Inovatif adalah pembelajaran yang dikemas guru atas

dorongan gagasan baru untuk melakukan langkah-langkah belajar dengan

metode baru sehingga memperoleh kemajuan hasil belajar.

2. Perangkat pembelajaran Inovatif adalah proses pembelajaran yang

menarik, menyenangkan, dan tidak membosankan karena terjadi

perubahan/inovasi baru.

3. Kurikulum Sekolah Dasar 2013 adalah langkah lanjutan pengembangan

kurikulum berbasis kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan

KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan

keterampilan secara terpadu.

4. Pendekatan CTL (Contextual Teaching Learning) adalah konsep belajar

membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi

dunia nyata siswa yang mendorong siswa membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan

sehari-hari.

5. Model pembelajaran inovatif PBL (Problem Based Learning) adalah

pembelajaran yang diperoleh melalui proses menuju pemahaman akan

resolusi suatu masalah.

F. Spesifikasi Produk yang dikembangkan

Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini memiliki spesifikasi sebagai

berikut:

(23)

6

Cover depan produk terdiri dari judul Pengembangan Perangkat

Pembelajaran Inovatif dalam Sub Tema Gemar Berolahraga Mengacu

Kurikulum 2013 Untuk Siswa Kelas I Sekolah Dasar; logo Universitas;

nama penulis; NIM penulis; keterangan yang berisi Program Studi yaitu

Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan yaitu Ilmu Pendidikan, Fakultas

yaitu Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas yaitu Sanata Dharma

Yogyakarta, tahun ajaran. Cover belakang berisi sinopsis dan biodata

singkat penulis

2. Ukuran kertas

Dicetak dalam ukuran kertas A4 dengan berat 70 gram sedangkan sampul

dicetak dengan kertas ivory 230.

3. Format tulisan

Produk ditulis menggunakan theme font times new roman dengan spasi

1,5.

4. Kata pengantar

Kata pengantar terdiri dari ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa;

penjelasan kerangka berpikir seputar pembelajaran inovatif; ucapan

terimakasih kepada pihak yang membantu dan terlibat dalan penyusun

produk; dan kesediaan penulis dalam menerima kritik dan saran terkait

dengan produk yang dikembangkan.

5. Daftar isi

6. Perangkat pembelajaran program tahunan untuk kelas I SD semester gasal

dan genap.

7. Perangkat pembelajaran program semester untuk kelas I SD semester

gasal tahun 2018/2019.

8. Perangkat pembelajaran silabus untuk kelas I SD semester gasal tahun

2018/2019.

9. Perangkat pembelajaran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

10.Model Pembelajaran

(24)

7

a. Contextual Teaching Learning (CTL)

Pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL) digunakan pada

pembelajaran ke 1 dan 5.

b. Problem Based Learning (PBL)

Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) digunakan pada

pembelajaran 2, 3, 4, dan 6.

11. Terdapat pendekatan scientific.

12. Mengembangkan keterampilan abad 21.

13. Dikemas dalam pembelajaran terpadu.

14. Penguatan pendidikan karakter yang diintegrasikan dalam seluruh mata

pelajaran.

15. Menerapkan High Order Thinkin Skill (HOTS).

16. Menerapkan penilaian otentik.

17. Penyusunan RPP sesuai dengan ketentuan Pedoman Umum Ejaan Bahasa

(25)

8 BAB II

LANDASAN TEORI

Bab II ini berisi tentang kajian pustaka, hasil penelitan yang relevan, kerangka

berpikir, dan pertanyaan penelitian. Kajian pustaka membahas tentang teori-teori

yang mendukung. Penelitian yang relevan membahas tentang penelitian-penelitian

yang pernah dilakukan berkaitan dengan judul yang peneliti rumuskan. Kerangka

berpikir berisikan kerangka pemikiran.

A. Kajian Pustaka

1. Karakteristik Kurikulum SD 2013

Karakteristik kurikulum 2013 ada beberapa, diantaranya yaitu, (1)

mengembangkan keseimbangan antara sikap spiritual dan sosial, pengetahuan,

dan keterampilan, serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan

masyarakat, (2) menempatkan sekolah sebagai bagian dari masyarakat yang

memberikan pengalaman belajar agar peserta didik mampu menerapkan apa

yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat

sebagai sumber belajar, (3) memberi waktu yang cukup leluasa untuk

mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan, (3)

mengembangkan kompetensi yang dinyatakan dalam bentuk Kompetensi Inti

kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran, (4)

mengembangkan Kompetensi Inti kelas menjadi unsur pengorganisasi

(organizing elements) Kompetensi Dasar. Semua Kompetensi Dasar dan

proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang

dinyatakan dalam Kompetensi Inti, (5) mengembangkan Kompetensi Dasar

berdasar pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan

memperkaya (enriched) antar-mata pelajaran dan jenjang pendidikan

(organisasi horizontal dan vertikal). (Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2003).

Selain itu karakteristik kurikulum 2013 dapat diartikan sebagai berikut: (1)

(26)

9

2013 ialah pendekatan scientific dan tematik-integratif. Apa yang dipelajari

dan diperoleh peserta didik dilakukan dengan indera dan akal pikiran sendiri

sehingga mereka mengalami secara langsung dalam proses mendapatkan ilmu

pengetahuan, (2) yang menjadi karakteristik kurikulum 2013 selanjutnya

adalah kompetensi lulusan. Dalam hal ini kompetensi lulusan berhubungan

dengan kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Pada kurikulum

2013 yang diprioritaskan ialah kemampuan sikap (afektif), (3) terakhir yang

menjadi karakteristik pembeda dengan kurikulum sebelumnya ialah

pendekatan penilaian yang digunakan. Pada kurikulum 2013 proses penilaian

pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian otentik (authentic

assessment). Penilaian otentik ialah penilaian secara utuh, meliputi kesiapan

peserta didik, proses, dan hasil belajar (Fadlillah, 2014: 175-179).

Berdasarkan pemaparan mengenai Kurikulum 2013, dapat disimpulkan

bahwa Kurikulum 2013 merupakan seperangkat rencana untuk

menyempurnakan KBK, dimana lebih ditekankan pada aspek pengetahuan,

keterampilan, dan sikap serta menekankan pada pendidikan karakter sebagai

pondasi pada tingkat berikutnya.

Berikut karakteristik Kurikulum 2013 adalah sebagai berikut:

a. Terpadu

Pada Kurikulum 2013, seluruh konten pelajaran dikemas secara

tematik terpadu, kecuali untuk mata pelajaran agama dan budi pekerti yang

mandiri. Kurniawan (2014:95), menjelaskan bahwa tematik adalah salah

satu bentuk atau model dari pembelajaran terpadu, yaitu model terjala

(webbed). Selain itu, Yani (2014:114) mengatakan bahwa pembelajaran

tematik adalah pembelajaran yang tidak menggunakan “nama-nama

disiplin ilmu” sebagai nama mata pelajaran akan tetapi menggunakan tema

-tema tertentu. Tema yang digunakan berfungsi untuk mengaitkan beberapa

pokok bahasan dalam satu mata pelajaran yang disebut tematik, sedangkan

(27)

10

Pada dasarnya, pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang

menggunakan tema-tema, terdari berbagai mata pelajaran dalam satu tema.

Pada pembelajaran tematik, peserta didik bukan hanya mempelajari satu

mata pelajaran dalam satu pembelajaran, tetapi juga mempelajari mata

pelajaran lainnya dalam pembelajaran tersebut. Oleh karena itu, Kurikulum

2013 memiliki karakteristik terpadu, karena memadukan beberapa mata

pelajaran ke dalam satu tema.

b. Saintifik

Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran Kurikulum 2013

adalah pendekatan scientific. Pendekatan scientific adalah pendekatan

pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

mendapatkan pengalaman belajar melalui mengamati, menanya,

mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Proses

pembelajaran yang mengimplementasikan pendekatan scientific akan

menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap (afektif), pengetahuan (kognitif0, dan

keterampilan (psikomotor). Jadi, pembelajaran dengan pendekatan

scientific adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar

peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hokum atau prinsip

melalui tahapan-tahapan mengamati (mengidentifikasi atau menemukan

masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau menganalisis data,

menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip

yang “ditemukan” (Daryanto, 2017:41-44).

Dalam kegiatan pembelajaran pendekatan scientific dapat dilakukan

dengan cara sebagai berikut:

1) Mengamati

Kegiatan mengamati memiliki keunggulan tertentu, seperti

menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan

tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Mengamati sangat bermanfaat

bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga proses

(28)

11

mengamati peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan antara

obyek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh

guru.

Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan

menempuh langkah-langkah seperti berikut ini:

a) Menentukan objek apa yang akan diamati.

b) Membuat pedoman pengamatan sesuai dengan lingkungan objek

yang diamati.

c) Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diamati, baik

primer maupun sekunder.

d) Menentukan dimana tempat objek yang akan diamati.

e) Menentukan secara jelas bagaimana proses pengamatan yang akan

dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan

lancar.

f) Menentukan cara dan melakukan pencatatan hasil pengamatan,

seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video

perekam, dan alat-alat tulis lainnya (Daryanto, 2017: 46).

2) Menanya

Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk

meningkatkan daan mengembangkan ranah sikap, keterampilan dan

pengetahuannya. Istilah “pertanyaan” tidak selalu dalam bentuk “kalimat tanya”, melainkan juga dapat dalam bentuk pernyataan, asalkan keduanya menginginkan tanggapan verbal. Fungsi bertanya

yaitu membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian pesrta didik

tentang suatu tema atau topik pembelajaran. Siswa juga terdorong

untuk aktif dalam belajar (Daryanto, 2017: 49).

Majid (2014:78) menuturkan bahwa pada kegiatan menanya, aktivitas

pembelajaran yang dapat dilakukan yaitu:

a) Mengajukan pertanyaan dari yang faktual sampai ke yang bersifat

(29)

12

b) Diawali dengan bimbingan guru sampai dengan mandiri (suatu

kebiasaan).

3) Mengeksperimen atau Mencoba

Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari proses menanya. Untuk

memperoleh hasil belajar yang otentik, peserta didik harus mencari tahu

apa yang sedang dipelajari atau melakukan percobaan, terutama untuk

materi atau substansi yang sesuai. Aplikasi metode eksperimen atau

mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan

belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

Aktivitas pembelajaran nyata untuk ini adalah:

a) Menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar

menurut tuntutan kurikulum;

b) Mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia

dan harus disediakan;

c) Mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen

sebelumnya;

d) Melakukan dan mengamati percobaan;

e) Mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan

data;

f) Menarik kesimpulan atas hasil percobaan (Daryanto, 2017: 51).

4) Mengasosiasi atau Menalar

Kegiatan “mengasosiasi/menalar” dalam kegiatan pembelajaran

sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun

2013, adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik

terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil

dari kegiatan mengamati mengumpulkan informasi. Adapun

kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti,

disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan

(30)

13

Menurut Majid (2014: 84), penalaran adalah proses berpikir yang

logis dan sistematis atau fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi

untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Pada kegiatan

menalar, aktivitas pembelajaran yang dilakukan yaitu:

a) Menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, menentukan

hubungan data/kategori.

b) Menyimpulkan dari hasil analisis data.

5) Mengkomunikasikan

Peserta didik diharapkan dapat mengkomunikasikan hasil pekerjaan

yang telah disusun secara bersama-sama, baik dalam kelompok maupun

secara individu. Dalam kegiatan mengkomunikasikan ini peserta didik

dapat mempaparkan hasil kerjanya dalam bentuk tulisan ataupun secara

lisan.

Berdasarkan pemaparan tersebut, pendekatan scientific dalam

Kurikulum 2013 merupakan pembelajaran yang dilakukan melalui

tahapan ilmiah yaitu kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar,

dan mengkomunikasikan.

c. Penilaian Otentik

Dalam Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar

Penilaian Pendidikan, arti penilaian otentik adalah penilaian yang

dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input),

proses, dan keluaran (output) pembelajaran. Menurut Daryanto (2017: 16),

penilaian autentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas

hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan

pengetahuan. Istilah autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid atau

reliabel. Penilaian autentik terdiri dari berbagai teknik penilaian. Pertama,

pengukuran langsung keterampilan peserta didik yang berhubungan dengan

hasil jangka panjang pendidikan seperti kesuksesan ditempat kerja.

Kedua, penilaian atas tugas-tugas yang memerlukan keterlibatan yang

(31)

14

untuk menghasilkan respon peserta didik atas perolehan sikap,

keterampilan, dan pengetahuan yang ada. Menurut Hibarrt (dalam Hosnan,

2014: 388) ada beragam alat penilaian autentik yang melibatkan siswa di

dalam tugas-tugas autentik yang bermanfaat, penting, dan bermakna yaitu:

(1) asesmen kinerja; (2) observasi dan pertanyaan; (3) presentasi dan

diskusi; (4) proyek dan investigasi; (5) portofolio dan jurnal.

Salah satu elemen perubahan yang ada pada Kurikulum 2013 adalah

penilaian autentik (authentic). Penilaian autentik digunakan pada

pembelajaran dengan pendekatan scientific yang memiliki karakteristik

berikut ini:

a) Penilaian berbasis kompetensi.

b) Pergeseran dari penilaian melalui tes (mengukur kompetensi

pengetahuan berdasarkan hasil saja), menuju penilaian autentik

(mengukur kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan

berdasarkan proses dan hasil).

c) Memperkuat PAP (Penilaian Acuan Patokan) yaitu pencapaian hasil

belajar didasarkan pada posisi skor yang diperolehnya terhadap skor

maksimal.

d) Penilaian tidak hanya pada level Kompetensi Dasar, tetapi juga

Kompetensi Inti dan Standar Kompetensi Lulusan.

e) Mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat peserta didik sebagai

instrumen utama penilaian.

d. Peguatan pendidikan karakter

Menurut Suparno (2015:29), pendidikan karakter merupakan

pendidikan yang bertujuan untuk membantu siswa agar siswa-siswa

mengalami, memperoleh, dan memiliki karakter yang diinginkan.

Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang sarat akan pendidikan karakter.

Kompetensi Lulusan (SKL) yaitu istilah Kompetensi Inti (KI). Lahirnya

konsep KI diawali dari pengelompokan kompetensi pokok atas sikap,

(32)

15

(KBK) awalnya kompetensi sikap hanya ada satu rumusan saja, namun

setelah ada pendalaman materi maka kompetensi sikap dibedakan antara

sikap spiritual dan sikap sosial (Yani, 2009:54).

Aspek sosial merupakan gambaran bentuk hubungan dengan sesama

manusia dan juga lingkungannya (Fadillah, 2014:49). Aspek ini

mengajarkan kepada peseta didik dalam bersosialisasi di masyarakat

tempat tinggalnya. Sedangkan sikap spriritual, peserta didik akan memiliki

moral atau etika yang baik dalam kehidupannya. Sikap spiritual juga

merupakan perwujudan hubungan antara seseorang dengan Tuhan Yang

Maha Esa (Fadillah, 2014:49). Pendidikan karakter diintegrasikan pada

seluruh mata pelajaran dalam Kurikulum 2013. Guru dituntut untuk

memasukkan muatan pendidikan karakter pada setiap pembelajarannya.

Penilaian pendidikan karakter oleh guru dapat dilihat melalui

pengamatan langsung memakai data sekunder seperti catatan-catatan

peserta didik yang sudah ada; evaluasi diri oleh siswa seperti siswa

melakukan refleksi setelah pembelajaran, guru, dan kepala sekolah; dan

jejak positif siswa selama di sekolah.

e. Kemampuan berpikir tingkat tinggi

Yani (2014:73), menegaskan bahwa mindset Kurikulum 2013 adalah

mengembangkan keterampilan menalar, mengkomunikasikan, dan

mencipta. Mindset ini mengacu pada buku yang berjudul Paradigma

Pendidikan Nasional Abad XXI yang dikeluarkan oleh Badan Standar

Nasional Pendidikan (BSNP) tahun 2010. Artinya peserta didik dianggap

berhasil jika memiliki kemampuan menalar, mengkomunikasikan, dan

mencipta. Kemampuan tersebut merupakan kompetensi tingkat tinggi atau

disebut dengan High Order Thinking Skills (HOTS) sesuai dengan

Taksonomi Bloom hasil revisi.

Kemampuan berpikir paling tinggi menurut taksonomi bloom yang

(33)

16

taksonomi bloom yang telah direvisi oleh Anderson dan Krathwohl (2014:

44-45):

Tingkatan Anderson dan Krathwohl

C1 Mengingat

C2 Memahami

C3 Mengaplikasikan

C4 Menganalisis

C5 Mengevaluasi

C6 Mencipta

2. Keterampilan Dasar Belajar Abad 21

Abad ke-21 adalah zaman akuntabilitas. Maksud dari akuntabilitas yaitu

menetapkan bahwa para guru mengajarkan apa yang seharusnya mereka

ajarkan, dan siswa mempelajari apa yang seharusnya mereka pelajari

(Prastowo, 2015: 16). Oleh sebab itu, peserta didik perlu dibekali dengan

pengalaman, sikap, dan keterampilan. Pergeseran paradigma pembelajaran

kontemporer telah berganti pada student centered (pembelajaran yang

berpusat pada siswa), yaitu siswa yang berperan secara aktif dalam proses

pembelajaran, dimana guru tidak lagi sebagai satu-satunya pusat informasi,

melainkan sebagai manajer dan fasilitator, yaitu sebagai pengelola

pembelajaran yang memfasilitasi kegiatan pembelajaran. Dengan demikian,

siswa diberikan kebebasan dan keleluasaan belajar sesuai dengan minat,

bakat, dan kebutuhan mereka serta siswa tersebut dapat mengukur sendiri

sejauh mana pemahaman dan penguasaan mereka terhadap suatu materi

(34)

17

Berikut tabel paradigma pembelajaran abad 21 menurut Kemdikbud, 2013

(dalam Hosnan, 2014: 25):

Ciri Abad 21 Metode Pembelajaran

Informasi (tersedia

dimana saja, kapan saja)

Pembelajaran diarahkan untuk

mendorong siswa mencari tahu dari

berbagai sumber, bukan diberi tahu

Komputasi

(dari mana saja, ke mana

saja)

Pembelajaran menekankan

pentingnya kerjasama dan

kolaborasi dalam menyelesaikan

masalah

Kegiatan pembelajaran dalam Kurikulum 2013 saat ini diarahkan untuk

mengembangkan semua potensi yang dimiliki peserta didik agar mereka

memiliki kompetensi yang diharapkan melalui upaya menumbuhkan serta

mengembangkan sikap/ attidue, pengetahuan/ knowledge, dan keterampilan/

skill. Karakteristik pembelajaran abad 21 yang dikemukakan oleh Hosnan

(2014: 85), antara lain: (1) pembelajaran berpusat pada peserta didik (student

(35)

18

suasana yang menarik; (4) mengembangkan beragam kemampuan yang

bermuatan nilai dan makna; (5) belajar melalui berbuat yakni peserta didik

aktif berbuat; (6) menekankan pada penggalian, penemuan, dan penciptaan

serta; (7) menciptakan pembelajaran dalam situasi nyata dan konteks

sebenarnya melalui pendekatan kontekstual.

Pada abad 21 ini, peserta didik dituntut untuk memiliki kecakapan

diantaranya adalah kecakapan dalam berkomunikasi (communication skill),

kecakapan berpikir kritis (critical thinking skill), kolaborasi (collaboration

skill), dan kecakapan kreativitas (creaticivity and innovation skill) atau

disebut dengan 4C (Hosnan, 2014: 87).

a. Communication skill (kemampuan berkomunikasi)

Siswa dituntut untuk memahami, mengelola, dan menciptakan

komunkasi yang efektif dalam berbagai bentuk da nisi secara lisan, tulisan,

dan multimedia (Hosnan, 2014: 87). Siswa diberi kesempatan untuk

menggunakan kemampuannya baik itu melalui diskusi maupun

menyelesaikan masalah dari gurunya.

b. Collaboration skill (kemampuan bekerjasama)

Siswa menunjukkan kemampuannya dalam bekerjasama dengan

kelompok dan kemampuan dalam kepemimpinan, beradaptasi dalam

berbagai peran dan tanggung jawab, bekerja secara produktif dengan yang

lain, menempatkan empati pada tempatnya, menghormati perspektif

berbeda. Siswa juga menjalankan tanggung jawab pribadi dan fleksibilitas

secara pribadi, pada tempat belajar dan hubungan masyarakat, menetapkan

dan mencapai standar dan tujuan yang tinggi untuk diri sendiri dan orang

lain, memaklumi kerancauan (Hosnan, 2014: 87).

c. Critical thinking skill (kemampuan berpikir kritis)

Siswa berusaha memberikan penalaran yang masuk akal dalam

memahami dan membuat pilihan yang rumit. Siswa juga menggunakan

(36)

19

yang dihadapinya dengan mandiri, juga memiliki kemampuan untuk

menyusun dan menungkapkan, menganalisis, dan menyelesaikan masalah.

d. Creaticivity and innovation skill (kemampuan kreativitas dan inovasi)

Siswa mampu mengembangkan ide, solusi, konsep, teori, prosedur,

dan inovasi. Proses pembelajaran lebih berpusat pada siswa serta

meninggalkan perlakukan yang bersifat menyamakan siswa, tetapi lebih

bersifat individual (Hosnan, 2014: 87). Siswa harus dipicu untuk berpikir di

luar kebiasaan yang ada, melibatkan cara berpikir yang baru, memperoleh

kesempatan untuk menyampaikan ide-ide dan solusi-solusi baru. kreativitas

dan inovasi akan semakin berkembang jika pesrta didik memiliki

kesempatan untuk berpikir divergen.

Jadi, ada 4 keterampilan dalam abad 21 atau bisa disebut dengan 4C yang

mmeliputi kecakapan dalam berkomunikasi (communication skill), kecakapan

berpikir kritis (critical thinking skill), kolaborasi (collaboration skill), dan

kecakapan kreativitas (creaticivity and innovation skill). Keterampilan

tersebut harus ada di kegiatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Pada abad 21, peserta didik perlu dibekali dengan pengetahuan, sikap, dan

keterampilan.

3. Perangkat Pembelajaran

Dalam kurikulum 2013 terdapat perangkat pembelajaran yang menunjang

pelaksanaan pembelajaran. Menurut KBBI (2008) perangkat merupakan alat

perlengkapan, sedangkan pembelajaran merupakan proses, cara menjadikan

orang belajar. Perangkat pembelajaran yang dimaksudkan yaitu silabus,

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), program tahunan, dan program

semester. Berikut akan dibahas perangkat pembelajaran yaitu silabus,

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), program tahunan, dan program

(37)

20 a. Program Tahunan dan Semester

Program tahunan merupakan program umum setiap mata pelajaran

untuk setiap kelas, yang dikembangkan oleh guru mata pelajaran yang

bersangkutan (Mulyasa, 2013: 95). Program tahunan adalah rencana

penetapan alokasi waktu satu tahun ajaran untuk mencapai tujuan (standar

kompetensi dari kompetensi dasar) yang telah ditetapkan (Wina, 2010:

51). Program tahunan ini perlu dipersiapkan oleh guru karena merupakan

pedoman penyampaian materi yang harus ditempuh dalam beberapa waktu

yaitu satu tahun. Dalam kegiatan belajar mengajar, program tahunan ini

bisa dikatakan sebagai acuan pengembangan pengajaran. Selain program

tahunan, sebelum kegiatan belajar mengajar dilaksanakan, guru juga

membuat program semester untuk mempermudah ketika menyampaikan

materi. Program semester berisikan garis-garis besar mengenai hal-hal

yang hendak dilaksanakan dan dicapai dalam semester tersebut. Program

semester ini merupakan penjabaran dari program tahunan (Mulyasa, 2013:

98). Kalau program tahunan disusun untuk menentukan jumlah jam yang

diperlukan untuk mencapai suatu kompetensi dasar, maka program

semester disusun untuk menjawab pada kapan pembelajaran untuk

mencapai suatu kompetensi dasar dapat dilaksanakan (Wina, 2010: 53).

Berikut langkah-langkah perancangan program tahunan yang dituliskan

Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016:

1) Menelaah jumlah tema dan subtema pada suatu kelas;

2) Menandai hari-hari libur, permulaan tahun pelajaran, minggu efektif

pada kalender akademik;

3) Hari-hari libur meliputi jeda tengah semester, jeda akhir semester,

libur akhir tahun pelajaran, hari libur keagamaan, hari libur umum

termasuk hari-hari besar nasional, hari libur khusus, dan kegiatan

khusus satuan pendidikan;

4) Menghitung jumlah Minggu Belajar Efektif (MBE) ke dalam sub

(38)

21

Komponen-komponen dalam menyusun program tahunan sebagai berikut.

1) Identitas (antara lain muatan pelajaran, kelas, tahun pelajaran).

2) Format isian (antara lain tema, subtema, dan alokasi waktu).

Berdasarkan pendapat para ahli, Program Semester (Prosem)

merupakan penjabaran dari program tahunan yang berisikan

kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan selama satu semester. Berikut

langkah-langkah perencanaan program semester yang dituliskan oleh

Permendikbud.

1) Menelaah kalender pendidikan dan ciri khas satuan pendidikan

berdasarkan kebutuhan tingkat pendidikan;

2) Menandai hari-hari libur meliputi jeda tengah semester, jeda akhir

semester, libur akhir tahun pelajaran, hari libur keagamaan, hari libur

umum termasuk hari-hari besar nasional, hari libur khusus, dan

kegiatan khusus satuan pendidikan;

3) Menghitung jumlah Minggu Hari Belajar Efektif (HBE) dan jam

Belajar Efektif (JBE) setiap bulan dan semester dalam satu tahun;

4) Menghitung jumlah Jam Pembelajaran (JP) sesuai dengan ketentuan

yang terdapat pada strukur kurikulum yang berlaku;

5) Mendistribusikan alokasi waktu yang disediakan untuk suatu sub tema

serta mempertimbangkan waktu dan penilaian serta riview materi.

b. Silabus

Silabus dapat didefinisikan sebagai garis-garis besar, ringkasan,

ikhtisar, atau pokok-pokok isi atau materi pelajaran (Salim, 1987: 98).

Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan atau kelompok

matapelajaran atau tema tertentu yang mencakup kompetensi inti,

kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran,

indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, alokasi waktu, dan

sumber belajar (Majid, 2014: 207). Silabus adalah rencana pembelajaran

pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu, yang

(39)

22

indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang

dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan (Mulyasa, 2013: 190). Sesuai

dengan pengertian dari para ahli, dapat disimpulkan sebagai berikut:

silabus merupakan rencana atau garis besar dalam pembelajaran pada

suatu matapelajaran yang berisi kompetensi inti, kompetensi dasar, materi

pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian

kompetensi untuk penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.

Hosnan (2014:135) mengungkapkan bahwa silabus paling sedikit

memuat hal berikut.

1) Identitas mata pelajaran;

2) Identitas sekolah, meliputi nama satuan pendidikan dan kelas;

3) Kompetensi inti, merupakan gambaran secara kategorial mengenai

kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang

harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan

mata pelajaran.

4) Kompetensi dasar, merupakan kompetensi spesifik mencakup sikap,

pengetahuan, dan keterampilan yang terkait muatan atau mata

pelajaran;

5) Tema;

6) Materi pokok, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang

relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan

indikator pencapaian kompetensi;

7) Pembelajaran, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan peserta

didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan;

8) Penilaian, merupakan proses pengumpulan data dan pengolahan

informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik;

9) Alokasi waktu sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur

kurikulum untuk satu semester atau satu tahun;

10) Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam

(40)

23

c. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana pelaksanaan pembelajaran atau yang dikenal dengan isitilah

RPP merupakan suatu bentuk perenncanaan pembelajaran yang akan

dilaksanakan oleh pendidik dalam kegiatan pembelajaran (Fadlillah, 2014:

143). Menurut Permendikbud No. 65 tahun 2013 tentang Standar Proses

Pendidikan Dasar dan Menengah disebutkan bahwa Rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka

untuk satu pertemuan atau lebih. Rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP) merupakan suatu rencana yang menggambarkan prosedur dan

manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi

dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus

(Mulyasa, 2013: 212). Mengacu pada Permendikbud No.81A Tahun 2013

tentang Implementasi Kurikulum 2013, bahwa rencana pelaksanaan

pembelajaran adalah rencana pembelajaran yang dikembangkan secara

rinci dari suatu materi pokok atau tema tertentu yang mengacu pada

silabus. RPP mencakup: (1) data sekolah, mata pelajaran, dan

kelas/semester; (2) materi pokok; (3) alokasi waktu; (4) tujuan

pembelajaran, KD, dan indikator pencapaian kompetensi; (5) materi

pembelajaran, metode pembelajaran; (6) media, alat, dan sumber belajar;

(7) langkah-langkah kegiatan pembelajaran; (8) penilaian.

Prastowo (2015:163) mengatakan bahwa indikator dirumuskan dengan

kata kerja operasional yang bisa diukur dan dibuat instrumen

penilaiannya. Kata kerja operasional dapat dilihat dari tingkatan berpikir

yang sudah direvisi oleh Anderson dan Krathwohl atau yang disebut

dengan Taksonomi Bloom. Tingkatan atau kategori menurut Anderson

dan Krathwohl (2014:100) yaitu mengingat, memahami, mengaplikasikan,

menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.

Indikator pembelajaran diturunkan menjadi tujuan pembelajaran.

Tujuan pembelajaran menurut Prastowo (2015:186) adalah penguasaan

(41)

24

siswa dalam RPP. Tujuan pembelajaran yang baik adalah yang memuat empat unsur, unsur tersebut dikenal “ABCD” yang berasal dari empat kata sebagai berikut: A (Audience), B (Behaviour), C (Condition), D (Degree).

Audience, adalah peserta didik yang akan belajar. Behaviour, adalah

perilaku yang spesifik yang akan dimunculkan oleh peserta didik setelah

selesai proses belajarnya dalam pelajaran tersebut. Condition, adalah

kondisi yang berarti batasan yang dikenakan kepada peserta didik atau

kondisi apa yang diperlakukan peserta didik untuk terjadinya perilaku

yang diharapkan. Degree, adalah tingkatan keberhasilan peserta didik

dalam mencapai suatu perilaku.

Adapun, berikut prinsip-prinsip penyusunan RPP yang dikemukakan

oleh Permendikbud Nomor 22 tahun 2016.

1) Perbedaan individual peserta didik anatara lain kemampuan awal,

tingkat intelektual, bakat, potensi, minat, motivasi belajar, kemampuan

sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar

belakang budaya, norma, nilai, dan lingkungan peserta didik;

2) Partisipasi aktif peserta;

3) Berpusat pada peserta didik untuk mendorong semangat belajar,

motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi dan

kemandirian;

4) Pengembangan budaya membaca dan menulis yang dirancang untuk

mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan,

dan berekpresi dalam berbagai bentuk tulisan;

5) Pemberian umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan

program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan

remidi;

6) Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi

pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian

kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan

(42)

25

7) Mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan lintas

mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya;

8) Penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi,

sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.

4. Pembelajaran Inovatif

a. Hakikat Pembelajaran Inovatif

Dalam kurikulum 2013 saat ini guru mencari cara supaya dapat

mengajarkan materi dengan model yang berbeda, tidak hanya dengan

metode ceramah saja. Kata inovatif dimaknai sebagai beberapa gagasan

dan teknik baru. Adapun kata inovasi, berarti pembaharuan, pembelajaran

merupakan terjemahan dari learning, yang artinya belajar. Jadi,

pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang langkah-langkah belajar

dengan metode baru sehingga memperoleh kemajuan hasil belajar

(Suyatno, 2009: 6).

Pembelajaran inovatif juga mengandung arti pembelajaran yang dikemas

oleh guru yang merupakan wujud gagasan atau teknik yang dipandang

baru agar mampu memfasilitasi siswa untuk memperoleh kemajuan dalam

proses dan hasil belajar. Berdasarkan definisi secara harfiah pembelajaran

inovatif tersebut, terkandung makna pembaharuan (Suyatno, 2009: 6-7).

Gagasan pembaharuan ini muncul sebagai akibat pembelajaran dirasakan

statis, klasik, dan tidak produktif dalam memecahkan masalah belajar.

Oleh karena itu, paradigma baru yang diyakini mampu memecahkan

masalah tersebut.

Berdasarkan pendapat Suyatno (2009: 6-7), pembelajaran inovatif

merupakan pembelajaran yang dikemas oleh guru sedemikian rupa

sebagai wujud gagasan atau teknik baru dengan langkah-langkah

pembelajaran yang menunjang kemajuan proses dan hasil kegiatan

(43)

26 b. Karakteristik Pembelajaran Inovatif

Pembelajaran inovatif tidak selalu berarti penerapan metode

pembelajaran yang benar-benar baru namun perubahan yang terjadi dari

pembelajaran konvensional ke pembelajaran aktif. Pembelajaran yang

variatif, tidak membosankan, menarik, menumbuhkan partisipasi peserta

didik supaya aktif, dan terjadi proses transfer pengetahuan merupakan

beberapa karakteristik mendasar dari pembelajaran inovatif. Karakteristik

pembelajaran inovatif ditandai dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:

pembelajaran, bukan pengajaran; guru sebagai fasilitator, bukan

intrukstur; siswa sebagai subjek, bukan objek; multimedia, bukan

monomedia; sentuhan manusiawi, bukan hewani; pembelajaran induktif,

bukan deduktif; materi bermakna bagi siswa, bukan sekedar dihafal;

keterlibatan siswa partisipatif, bukan pasif. Dalam menangani siswa,

pembelajaran inovatif haruslah seirima dengan karakteristik siswa sebagai

pembelajar (Suyatno, 2009: 7).

c. Keunggulan Pembelajaran Inovatif

Sesuai dengan buku yang penulis baca dengan judul Mendesain

Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan Konteksual karya Trianto

Ibnu Badar al-Tabany halaman 195, dalam hal ini peneliti mendapatkan

beberapa keunggulan pembelajaran inovatif diantaranya sebagai berikut:

(1) pembelajaran inovatif lebih berpusat pada siswa, (2) proses belajar

dirancang supaya siswa belajar, (3) guru menjadi kreatif, (4) kegiatan

belajar mengajar bersifat menyenangkan, (5) siswa dapat aktif menerima

informasi, (6) pengalaman belajar siswa digunakan untuk membangun

(44)

27

d. Berbagai Model Pembelajaran Inovatif yang digunakan dalam Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara belajar mereka

sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal, menarik, dan

tidak membosankan perlu adanya berbagai model pembelajaran. Dalam

hal ini penulis akan membahas dua model pembelajaran yang akan

digunakan dalam sebuah penelitian yaitu pendekatan CTL (Contextual

Teaching Learning) dan model Problem Based Learning (PBL).

a. CTL (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar

membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan

situasi dunia nyata siswa yang mendorong siswa membuat hubungan

antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam

kehidupan sehari-hari. Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and

Learning) melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran produktif

yakni kontruktivisme, bertanya (questioning), menemukan (inquiry),

masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modelling), dan

penilaian sementara (authentic assessment) (Poerwati dan Sofan,

2013:62). Komponen-komponen pendekatan CTL (Contextual

Teaching Learning) (Nurdyansyah&Eni, 2016: 38) yaitu: (1)

mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar

lebih bermakna, apakah dengan cara bekerja sendiri, menemukan

sendiri, dan mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilan baru

siswa, (2) melaksanakan kegiatan inkuiri untuk semua topik yang

diajarkan, (3) mengembangkan sifat ingin tahu melalui

pertanyaan-pertanyaan, (4) menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui

kegiatan kelompok berdiskusi, tanya jawab, dan lain sebagainya, (5)

menghadirkan contoh pembelajaran melalui ilustrasi, model, bahkan

media yang sebenarnya, (6) membiasakan anak melakukan refleksi

(45)

28

penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya

pada setiap siswa.

Berikut adalah Prinsip-prinsip pendekatan CTL (Contextual Teaching

Learning) (Nurdyansyah&Eni, 2016: 39-46):

Tahap Aktivitas Guru dan Peserta Didik Tahap 1

Konstruktivisme

Guru membangun pemahaman siswa dari

pengalaman baru berdasarkan pada

pengetahuan awal.

Tahap 2

Inquiry (Menemukan)

Guru membantu peserta didik melakukan

proses perindahan dari pengamatan

menjadi pemahaman.

Tahap 3

Questioning (Bertanya)

Guru mendorong peserta didik untuk

membimbing dan menilai kemampuan

berpikir siswa.

Tahap 4

Learning Community (Masyarakat

belajar)

Guru membantu peserta didik untuk

berbagi pengalaman dan bekerjasama

dengan sekelompok orang yang terkait

dalam kegiatan belajar.

Tahap 5

Modeling (Pemodelan)

Guru mncontohkan proses penampilan

(berpikir, bekerja, dan belajar) kepada

peserta didik untuk mengerjakan apa

yang guru inginkan agar siswa

mengerjakannya.

Tahap 6

Authentic Assesment (Penilaian yang

sebenarnya)

Guru mengukur pengetahuan dan

keterampilan siswa dengan cara menilai

produk (kinerja) dan tugas-tugas yang

relevan dan kontekstual dari peserta

(46)

29 Tahap 7

Reflection (Refleksi)

Guru membimbing siswa untuk mencatat

apa yang telah dipelajari dan

mengungkapkan perasaannya hari ini

dalam melakukan pembelajaran di buku

harian mereka.

Tabel 2.1 Prinsip-prinsip pendekatan CTL (Contextual Teaching Learning)

Kelebihan pendekatan CTL (Contextual Teaching Learning) yaitu:

(1) pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya, siswa

dituntut dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di

sekolah dengan kehidupan nyata, (2) pembelajaran lebihproduktif dan

mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena

metodel pembelajaran CTL (Contextual Teaching Learning) menganut

aliran kontruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk

menemukan pengetahuannya sendiri (Hosnan, 2014: 279).

Kelemahan pendekatan CTL (Contextual Teaching Learning) yaitu:

(1) Guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru

adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama

untuk menemukan pengetahuan dan keterampilan yang baru bagi

siswa, (2) guru hanya memberikan kesempatan kepada siswa untuk

menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan mengajak siswa agar

menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi-strategi mereka

sendiri untuk belajar (Hosnan, 2014: 279-280).

b. Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran dengan

pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik ehingga siswa

dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan

(47)

30

meningkatkan kepercayaan diri sendiri (Hosnan, 2014: 295). Berikut

langkah-langkah penerapan model pembelajaran Problem Based

Learning (PBL) yaitu:(1) Orientasi siswa pada masalah, (2)

mengorganisasi siswa untuk belajar, (3) membimbing penyelidikan

individual dan kelompok, (4) mengembangkan dan menyajikan hasil

karya, (5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

(48)

31

Langkah-langkah pembelajaran yang disajikan dalam tabel berikut

(Hosnan, 2014: 302).

Tahap Aktivitas Guru dan Peserta Didik

Tahap 1

Mengorientasikan peserta didik terhadap

masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran

dan sarana atau logistik yang dibutuhkan.

Guru memotivasi peserta didik untuk

terlibat dalam aktivitas pemecahan

masalah nyata yang dipilih atau

ditentukan.

Tahap 2

Mengorganisasi peserta didik untuk

belajar

Guru membantu peserta didik

mendefinisikan dan mengorganisasi

tugas belajar yang berhubungan dengan

masalah yang sudah diorientasikan pada

tahap sebelumnya.

Tahap 3

Membimbing penyelidikan individual

maupun kelompok

Guru mendorong peserta didik untuk

mengumpulkan informasi yang sesuai

dan melaksanakan eksperimen untuk

mendapatkan kejelasan yang diperlukan

untuk menyelesaikan masalah.

Tahap 4

Mengembangkan dan menyajikan hasil

karya

Guru membantu peserta didik untuk

berbagi tugas dan merencanakan atau

menyiapkan karya yang sesuai sebagai

hasil pemecahan masalah dalam bentuk

laporan, video, atau model.

Tahap 5

Menganalisis dan mengevaluasi proses

pemecahan masalah

Guru membantu peserta didik untuk

melakukan refleksi atau evaluasi

terhadap proses pemecahan masalah

yang dilakukan.

Gambar

Gambar 3.1 Langkah-langkah penggunaan Metode Research and Development
Tabel 2.1 Prinsip-prinsip pendekatan CTL (Contextual Teaching
Tabel 2.2 Langkah-langkah pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Gambar 2.1 Literature Map
+7

Referensi

Dokumen terkait

Analisis atas pencapaian kinerja pelaksanaan program dan kegiatan selama tahun 2013, sesuai dengan materi yang termuat pada Dokumen Penetapan Kinerja, Indikator

Terbanding 3, agama Islam, Pendidikan SD, Pekerjaan Tani, bertempat tinggal di Kabupaten Barito Timur, Selanjutnya disebut sebagai Turut Tergugat I/Turut

NANI dan APEL dirujuk dua kali (makna referensial), tetapi untuk membentuk struktur gramatikal yang benar, kita juga harus tahu apakah makna konteks linguistis itu mencakup hanya

Simpulan yang diperoleh dari penelitian ini yaitu sistem dapat mempersingkat waktu yang diperlukan dalam pemeriksaan setiap mahasiswa yang akan masuk ke ruang ujian dan pencatatan

Profesi sebagai polisi dalam dunia hukum tidak dapat dipisahkan dengan etika profesi polisi sebagai aparat penegak hukum dan aparat negara terkait dengan fungsi dari

Pemberian air pada tanaman cabai merah besar dilakukan dengan cara menimbang selisih berat antara berat tanah hari pertama dan berat tanah hari ke dua, dan seterusnya

Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri bukan Plagiat, apabila dikemudian hari diketahui Tesis saya tersebut Plagiat