(oleh Massie21 dan berikutnya oleh Hume22) bahwa bunga hanya suatu bagian
dari laba kotor, dan bahwa ia sesungguhnya memerlukan sesuatu penyingkapan seperti itu.
Ketiga, apakah si kapitalis industri beroperasi dengan kapitalnya sendiri atau dengan kapital pinjaman sama sekali tidak mengubah kenyataan bahwa kelas kaum kapitalis uang menghadapi dirinya sebagai suatu jenis kapitalis khusus. Kapital uang sebagai suatu jenis kapital yang otonom, dan bunga sebagai bentuk tersendiri dari nilai-lebih yang sesuai dengan kapital khusus ini.
Dari sudut-pandang kualitatif, bunga adalah nilai-lebih yang dipasok oleh kapital sebagai kepemilikan sederhana, yang dihasilkan kapital itu sendiri, bahkan jika pemiliknya tetap di luar proses reproduksi itu; oleh karena itu nilai-lebih dihasilkan secara terpisah dari prosesnya.
Daru sudut-pandang kuantitatif, bagian dari laba yang merupakan bunga tampaknya tidak berhubungan dengan kapital industri dan komersial itu sendiri melainkan lebih dengan kapital uang, dan tingkat dari bagian nilai-lebih ini, tingkat bunga itu, menguatkan hubungan ini. Ini pertama-tama karena tingkat bunga – sekalipun ketergantungannya pada tingkat laba umum– ditentukan secara tersendiri, dan kedua karena ia tampil, tepat seperti harga pasar komoditi, sebagai sesuatu yang keras dan cepat, dengan segala perubahannya: suatu hubungan yang nyata dan selalu tertentu, dibandingkan/berbeda dengan tingkat laba yang tak dapat dinyatakan secara jelas. Jika semua kapital didapatkan di tangan kaum kapitalis industri, maka tidak akan ada bunga dan tidak ada tingkat bunga. Bentuk independen yang diambil oleh pembagian kuantitatif dari laba kotor ini menghasilkan perbedaan kualitatif ini. Jika kita membandingkan kapitalis industri dengan kapitalis uang, maka ia hanya dibedakan oleh laba usaha, yaitu, lebihan/ surplus laba kotor atas bunga rata-rata, yang menyebabkan tingkat bunga tampak sebagai suatu kuantitas yang ditentukan secara empirik. Jika kita membandingkannya –sebaliknya– dengan kapitalis industri yang beroperasi dengan kapitalnya sendiri dan tidak dengan kapital pinjaman, maka yang tersebut terakhir itu dibedakan darinya sebagai seorang kapitalis uang hanya sejauh ia sendiri yang mengantongi bunga itu dan bukannya membayarkannya. Dari kedua pihak, bagian dari laba kotor yang berbeda dari bunga tampak baginya sebagai laba usaha, dan bunga itu sendiri tampak sebagai suatu nilai-lebih yang dihasilkan kapital di dalam dan darinya sendiri dan yang oleh karena itu akan dihasilkannya bahkan tanpa penggu-naan/penerapan produktif.
Bagi si kapitalis individual, ini adalah tepat di dalam praktek. Ia mempunyai pilihan antara meminjamkan kapitalnya sebagai kapital penghasil-bunga atau yang memvalorisasinya sendiri sebagai kapital produktif, tidak peduli apakah itu berada sebagai kapital uang sejak dari awal atau telah terlebih dulu ditransformasi
menjadi kapital uang. Pada umumnya, yaitu manakala kita menerapkannya pada keseluruhan kapital masyarakat, sebagaimana dilakukan oleh beberapa ahli ekonomi vulgar dan bahkan dikeluarkan sebagai dasar laba, ini sudah tentu tidak masuk akal. Adalah omong-kosong besar untuk menyiratkan bahwa semua kapital dapat ditransformasi menjadi kapital uang tanpa kehadiran orang untuk membeli dan memvalorisasi alat-alat produksi, yaitu yang dalam bentuk itu seluruh kapital itu berada, kecuali bagian yang relatif kecil yang berada berupa uang. Lagi pula, tersembunyi dalam ide ini, adalah omong kosong lebih besar lagi bahwa kapital dapat menghasilkan bunga atas dasar cara produksi kapitalis tanpa berfungsi sebagai kapital produktif, yaitu tanpa menciptakan nilai-lebih, yang darinya bunga hanya merupakan suatu bagian; bahwa cara produksi kapitalis dapat melangsungkan prosesnya tanpa produksi kapitalis. Jika suatu jumlah besar sekali kaum kapitalis berusaha mentransformasi kapital mereka menjadi kapital uang, maka hasilnya akan berupa suatu devaluasi kapital uang yang hebat dan suatu kejatuhan yang hebat dalam tingkat bunga; banyak orang akan seketika mendapatkan diri mereka dalam posisi tidak dapat hidup dari bunga mereka dan dengan demikian terpaksa mengubah di mereka kembali menjadi kaum kapitalis industri. Namun, sebagaimana telah kita katakan di atas, bagi si kapitalis indi- vidual inilah sebenarnya kenyataannya. Oleh karena itu, bahkan jika ia beroperasi dengan kapitalnya sendiri, ia niscaya memandang bagiannya dari laba rata-rata yang setara dengan bunga rata-rata sebagai buah dari kapitalnya sendiri, dengan mengenyampingkan proses produksi itu; dan berbeda dengan bagian yang diberikan suatu keberadaan tersendiri sebagai bunga, ia memandang lebihan (ekses) dari laba kotor di atas dan melebihi ini sebagai semata-mata laba usaha.
Keempat (suatu kekosongan/celah dalam naskah).
Karenanya, kita telah mengetahui bahwa bagian dari laba yang mesti dibayar si kapitalis yang berfungsi kepada sekedar pemilik kapital yang dipinjam telah ditransformasi menjadi bentuk tersendiri bagi sebagian laba yang dihasilkan oleh semua kapital sendiri, entah ia pinjaman atau bukan pinjaman, di dengan nama/ bawah judul bunga. Berapa besar bagian ini bergantung pada tingkat bunga rata-rata. Asal-usulnya hanya terbukti dalam cara si kapitalis yang berfungsi itu, sejauh ia adalah pemilik dari kapitalnya sendiri, tidak bersaing –sekurang- kurangnya tidak secara aktif– dalam menentukan tingkat bunga itu. Pembagian laba yang semurninya kuantitatif antara dua pribadi dengan hak-hak hukum yang berbeda atasnya telah ditransformasi menjadi suatu perbedaan kualitatif yang tampaknya lahir dari sifat kapital dan laba itu sendiri. Karena, sebagaimana telah kita ketahui, segera setelah satu bagian dari laba umumnya mengambil bentuk bunga, perbedaan antara laba rata-rata dan bunga itu, atau bagian laba di atas dan melampaui bunga itu, telah ditransformasi menjadi suatu bentuk antitetik