suatu ekspansi mutlak.
Aliran-aliran kembali menyatakan transformasi-kembali dari kapital komoditi menjadi uang, M-C-M’, seperti sudah kita ketahui dalam pembahasan proses reproduksi (Buku II, Bagian Satu). Kredit membuat aliran-kembali dalam bentuk uang tidak bergantung pada titik dalam waktu dari aliran-kembali yang sesungguhnya, entah kita berurusan dengan industri ataupun saudagar. Masing- masingnya menjual atas kredit; komoditinya dialienasi sebelum ia ditransformasi kembali menjadi uang bagi dirinya, yaitu mengalir kembali pada dirinya dalam bentuk uang. Di lain pihak ia membeli atas kredit, dan dengan demikian nilai komoditinya telah ditransformasi-kembali bagi dirinya entah menjadi kapital produktif ataupun menjadi kapital komoditi bahkan sebelum nilai ini secara sungguh-sungguh ditransformasi menjadi uang, sebelum harga komoditi itu jatuh waktu dan dibayar.
Pada masa-masa kemakmuran seperti itu, aliran-kembali berlangsung scara mulus dan mudah. Pedagang eceran pasti membayar pedagang grosir, yang tersebut terakhir kepada pengusaha manufaktur, dan ini kepada pengimpor bahan mentah dsb. Permunculan aliran-kembali yang cepat dan pasti selalu bertahan untuk suatu waktu tertentu setelah ini benar-benar pada akhirnya, berdasarkan kredit yang sudah diberikan, karena aliran-kembali kredit menggantikan yang sesungguhnya. Bank-bank mulai mencium bau bahaya segera setelah nasabah mereka mendepositkan lebih banyak surat wesel daripada dengan uang. Lihat kesaksian direktur bank Liverpool yang dikutip di atas, hal. 451.
Untuk mengulangi di sini yang sudah kunyatakan sebelumnya: “Pada periode- periode ekspansi kredit kecepatan perputaran mata-uang meningkat lebih cepat daripada harga-harga komoditi, sedangkan pada periode-periode menciutnya kredit kecepatan perputaran mata-uang menurun lebih cepat daripada harga- harga komoditi.” (A Contribution to the Critique of Political Economy, hal. 105).
Pada periode-periode krisis, yang sebaliknya yang terjadi. Sirkulasi no.I menciut, harga-harga jatuh, dan begitu pula upah-upah; jumlah pekerja yang dipekerjakan terbatas, jumlah omset menurun. Pada sirkulasi no. II, sebaliknya, kebutuhan akan akomodasi moneter bertumbuh dengan menurunnya kredit, suatu titik yang akan langsung kita bicara secara lebih rinci.
Tiada keraguan sama sekali bahwa dengan menurunnya kredit, yang terjadi bersama dengan suatu kemacetan dalam proses reproduksi, jumlah perputaran mata-uang yang diperlukan untuk no. I, pengeluaran pendapatan, menurun, sedangkan yang untuk no. II, pemindahan kapital, meningkat. Namun, masih mesti diselidiki sejauh mana hal ini identik dengan penegasan-penegasan Fullarton dan lain-lain:
“Suatu permintaan akan kapital pinjaman dan suatu permintaan akan sirkulasi tambahan adalah dua
hal yang berbeda sekali, dan tidak sering didapat tergabung.” (Fullarton, op.cit., hal. 82; judul Bab
5).
54Pertama-tama sekali sudah jelas bahwa dalam yang tersebut terdahulu dari kedua kasus di atas, periode kemakmuran, manakala kuantitas dari medium peredaran mesti bertumbuh, terdapat suatu permintaan akannya yang bertumbuh. Namun sama jelasnya pula bahwa, jika seorang pengusaha manufaktur menarik lebih banyak deposito dari banknya dalam emas atau uang kertas karena ia mesti mengeluarkan lebih banyak kapital dalam bentuk uang, maka bukan permintaannya akan kapital yang bertumbuh atas rekeningnya melainkan hanya permintaannya akan bentuk pengeluaran tertentu kapitalnya. Permintaan itu hanya berhubungan dengan bentuk teknik yang dengannya ia menempatkan kapitalnya ke dalam sirkulasi. Ini tepat sebagaimana, menurut perkembangan diferensial dari sistem kredit, misalnya, kapital variabel yang sama, jumlah upah-upah yang sama, memerlukan suatu kuantitas lebih besar dari medium peredaran di suatu negeri daripada suatu negeri lain; di Inggris, misalnya, lebih daripada di Skotlandia, di Jerman lebih daripada di Inggris. Dalam pertanian, juga, kapital yang aktif di dalamn proses reproduktif memerlukan jumlah-jumlah uang yang berbeda-beda pada musim-musim yang berbeda-beda untuk melaksanakan fungsinya.
Namun perlawanan yang dilakukan Fullarton tidak tepat. Sama sekali bukan, demikian ia mengklaim, permintaan yang kuat akan pinjaman-pinjaman yang membedakan periode kemacetan dari periode kemakmuran melainkan lebih kemudahan yang dengannya permintaan ini dipenuhi pada masa kemakmuran dan kesulitan memenuhinya begitu kemacetan mulai terjadi. Dalam kenyataan adalah justru perkembangan luar-biasa dari sistem kredit selama periode kemakmuran, dan oleh karena itu juga kenaikan luar-biasa dalam permintaan akan kapital pinjaman dan kemudahan yang dengannya ini disediakan pada periode-periode seperti iti, yang mengakibatkan kekurangan kredit pada periode kemacetan. Dengan demikian bukanlah suatu perbedaan dalam permintaan akan pinjaman-pinjaman yang membedakan kedua periode itu.
Sebagaimana telah kita nyatakan di atas, kedua periode itu pertama-tama dibedakan oleh kenyataan bahwa dalam periode kemakmuran adalah permintaan akan alat-alat sirkulasi di antara para konsumen dan pedagang yang dominan, sedangkan dalam periode depresi adalah permintaan akan alat-alat sirkulasi diantara kaum kapitalis yang dominan. Dalam periode kemacetan yang tersebut terdahulu merosot sedangkan yang tersebut berikutnya meningkat.
Yang dianggap oleh Fullarton dan yang lain-lainnya penting secara menentukan ialah gejala bahwa, pada masa-masa seperti itu, kalau jaminan-jaminan di tangan
manakala permintaan akan akomodasi moneter ini mereda, untuk investasi- investasi baru dalam surat-surat jaminan. Dalam semua situasi ini, istilah kapital digunakan di sini semata-mata dalam pengertian perbankan, yang berarti bahwa bank itu dipaksa meminjamkan lebih daripada hanya kreditnya.
Sebagaimana sudah diketahui dengan baik, Bank of England melakukan semua persekotnya dalam uang kertasnya sendiri. Jika sekalipun ini, sirkulasi nota Bank itu secara normal berkurang seperti wesel-wesel dan surat-surat jaminan yang didiskonto yang berada dalam pemilikannya –yaitu, pengeluaran- pengeluaran di muka itu telah dilakukankannya– meningkat, maka apakah jadinya dengan nota-nota yang ditempatkan dalam sirkulasi, dan bagaimana itu semua mengalir-kembali pada Bank itu?
Pertama-tama, jika permintaan akan akomodasi moneter timbul dari suatu neraca pembayaran nasional yang tidak menguntungkan dan karenanya mengantarai suatu pengurasan emas, maka masalah ini sangatlah sederhana. Uang kertas bank itu ditukarkan dengan emas pada Bank itu sendiri, dalam Departemen Penerbitan itu, dan emas itu diekspor. Ini adalah sama seakan- akan Bank itu membayar emas secara langsung, tanpa perantaraan uang kertas, sebagaimana yang dilakukannya dengan mendiskonto surat-surat wesel. Suaru peningkatan permintaan sejenis ini –dan dalam kasus-kasus tertentu ia mencapai adalah£7 hingga £10 juta– dengan sendiri tidak menambahkan satupun uang kertas £5 pada sirkulasi dalam negeri itu. Jika kini dikatakan bahwa Bank dalam kasus ini mengeluarkan kapital di muka dan bukan mata-uang, maka ini mempunyai makna rangkap. Pertama, bahwa ia tidak mengeluarkan kredit di muka melainkan nilai sesungguhnya, sebagian dari kapitalnya sendiri atau kapital yang didepositkan dengannya. Kedua, bahwa ia mengeluarkan uang di muka tidak untuk sirkulasi dalam negeri melainkan lebih untuk sirkulasi internasional, uang dunia. Dan untuk maksud ini uang itu mesti selalu berada di dalam bentuk penimbunannya, dalam wujud logamnya; dalam bentuk yang dengannya ia tidak saja merupakan bentuk nilai tetapi ia sendiri setara dengan nilai yang darinya ia merupakan bentuk uangnya. Sekalipun emas ini kini mewakili kapital bagi Bank maupun bagi pedagang yang mengekspor emas, kapital perbankan atau kapital komersial, permintaan itu tidak timbul akannya sebagai kapital melainkan lebih sebagai bentuk mutlak dari kapital uang. Ia timbul pada saat yang bersamaan dengan dibanjirinya pasar-pasar luar negeri dengan kapital komoditi Inggris yang tidak dapat direalisasikan. Yang dimin ta bukan kapital sebagai kapital melainkan lebih kapital sebagai uang, dalam bentuk yang dengannya uang itu suatu komoditi di pasar dunia umumnya; dan ini adalah bentuk aslinya sebagai logam mulia. Pengurasan emas bukan, seperti dikatakan Fullarton, Tooke dsb., “sekedar suatu persoalan kapital.”Kenyataan bahwa ia bukan suatu masalah sirkulasi domestik