• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesimpulan

Doronglah para siswa untuk berdoa setiap hari supaya Roh Kudus akan menjadi rekan tetap me-reka. Tantanglah mereka untuk mengevaluasi kehi-dupan mereka untuk mengetahui karunia-karunia rohani apa saja yang mungkin telah Tuhan berikan

kepada mereka. Bagikan kesaksian bahwa Tuhan telah menunjukkan kuasa karunia rohani dalam kehidupan Anda dan bahwa Anda telah diberi kesempatan istimewa untuk melihat penerapan karunia-karunia ini dalam pekerjaan Tuhan.

Papan Tulis 1

Bab 16

Kepatuhan, Sebuah Kekuatan Bab 17

Hukum Surga

Pendahuluan

Dua kisah berikut dapat digunakan untuk memperkenalkan hukum kepatuhan dan meng-gambarkannya. Hubungkan salah satu kisah, serta bahaslah dalam konteks kepatuhan terhadap nasi-hat nabi yang masih hidup pada zaman sekarang.

“Dalam banyak kesempatan Efraim Hanks dianugerahi karena kepatuhannya kepada Nabi, Brigham Young. Suatu pagi di musim semi, dia be-rada di tempat kerja, membangun rumah batako di kota. Ruang bawah tanahnya hampir selesai dan dia sedang mulai meletakkan batu bata yang akan kering dengan sinar matahari, ketika Brigham de-ngan mengendarai keretanya datang serta berkata, ‘Efraim, seberapa tebal tembok batu tersebut?’

Efraim menjawab bahwa tebalnya dua puluh sentimeter.

Brigham berkata, ‘Bongkarlah, Efraim, dan ba-ngunlah dua kali lebih tebal.’ Kemudian, seolah-olah menghindari perdebatan, dia memutar keretanya dan pergi.

Efraim telah memindahkan batu dari gunung Ensign Peak selama berhari-hari, dan telah mem-bayar mahal tukang batu untuk mencampur batu kapur serta pasir dan air. Dia berusaha keras me-lakukan pekerjaan serta pengeluaran lebih banyak uang untuk mengulanginya dari awal.

Tukang batu, juga menunjukkan ketidaksetuju-annya dengan melontarkan kata-kata kotor dan mengatakan, ‘Brigham Young mungkin seorang suci, namun dia bukanlah seorang nabi jika beru-rusan dengan membangun tembok batu!

Walaupun begitu, Efraim mengontrak kembali tukang batu itu untuk mempertebal tembok itu ser-ta mulai memindahkan batu lagi keesokan harinya. Satu bulan berikutnya, mereka meletakkan pada tembok yang tebalnya 16 sentimeter ini banyak batu dan campuran semen. Ketika mereka meletakkan kaso, badai yang hebat menghantam. Hujan turun dengan deras, mengakibatkan aliran air meluap ke segala arah. Dalam beberapa menit, ruang bawah tanah rumah yang baru kebanjiran, namun tembok yang kuat serta tebal ini tetap berdiri aman dan ku-kuh, menopang rumah itu. Beberapa hari kemudian ketika air surut dan mereka selesai meletakkan kaso, Efraim mengendarai keretanya dan mulai menyanyikan dengan sungguh-sungguh lagu ‘Kami bersyukur bagi Nabi.’“ (Sidney Alvarus Hanks and Ephraim K. Hanks, Scouting for the

Mormons on the Great Frontier,hlm. 78–80).

“Kakek saya sedang membantu dalam pemba-ngunan Bait Suci Nauvoo serta mengendarai sepa-sang kuda betina yang susah dikendalikan. Suatu

hari ketika memundurkan keretanya di tambang penggalian dekat hulu sungai, Nabi datang meng-hampirinya dan berkata: ‘Israel, dalam perjalanan Anda selanjutnya, mampir serta belilah cemeti kereta,’ yang kemudian disetujui oleh kakeknya. Dalam perjalanan berikutnya ke kota dia membeli sebuah cemeti kereta dan kembali untuk mengam-bil muatan batu. Ketika sedang memundurkan ke-retanya pada saat itu, dia mencoba menghentikan kuda-kuda tersebut seperti biasanya berteriak, ‘Woa,’ namun tidak dihiraukan oleh kuda-kuda tersebut, dan kuda-kuda itu tetap mundur, karena jengkel, dia terdorong untuk menggunakan cemeti yang telah dinasihatkan Nabi supaya dibelinya. Kuda-kuda itu meloncat ke depan dan kereta ber-henti tepat di ujung tambang penggalian, di mana mereka dapat jatuh ke bawahnya.

Kakek sering sekali menceritakan kisah ini se-bagai gambaran apa arti kepatuhan. Kakek mene-rima segala sesuatu yang dikatakan Nabi Joseph Smith tanpa menanyakan ‘mengapa?’ Beberapa orang akan menyebut hal seperti ini kepatuhan buta, namun tidaklah begitu. Israel Barlow tahu dengan baik panggilan ilahi Nabi dan memberi-kan kesaksian itu sampai pada hari kematiannya” (dalam Ora H. Barlow, The Israel Barlow Story and

Mormon Mores,hlm. 195–96).

Gagasan Mengajar

A. Kepatuhan adalah hukum pertama surga.

Dalam menjelaskan pentingnya kepatuhan, ba-calah Abraham 3:24–25. Ketika Anda membahas bagian ayat suci yang penting ini, tekankan bah-wa kepatuhan merupakan hukum pertama surga.

Bagaimana Tuhan menguji iman kita? Sering kali ujian iman melibatkan kepatuhan akan sebu-ah asas Injil atau nasihat pemimpin Gereja. Kutiplah contoh pribadi untuk menggambarkan pokok bahasan ini, atau gunakan kisah tentang Presiden Marion G. Romney dalam Pernyataan Pendukung A di halaman 54 dari buku pedoman siswa (lihat Harold B. Lee, “Marion G. Romney,”

Improvement Era,Oktober 1962, hlm. 742).

Siapakah orang pertama yang menyarankan bahwa asas kepatuhan adalah negatif? Bacalah Musa 4:7–11 dan bahaslah maksud perkataan Setan kepada Hawa: “Tentulah Allah berfirman— Semua pohon dalam taman ini jangan kamu ma-kan” (penekanan ditambahkan). Apa arti

kata-kata “Tetapi Allah mengetahui”? (Setan ber-maksud bahwa Hawa tidak sepenuhnya bebas

ka-rena dia harus mematuhi sebuah perintah untuk menghindari makan buah dari salah satu pohon).

Ajukan kepada para siswa pertanyaan-perta-nyaan berikut untuk membantu mereka mema-hami apa yang bukan dari kepatuhan:

1. Apakah Allah hanya menginginkan kita un-tuk mematuhi seperangkat perintah, atau apakah dia berharap kepatuhan kita akan membangun karakter tertentu?

2. Apakah melakukan hal yang benar dengan sikap yang buruk akan membangun sifat-sifat ka-rakter yang penting dalam kemajuan menuju ke-muliaan? (Bagaimana pengalaman Laman serta Lamuel membantu menjawab pertanyaan ini? Apakah mereka patuh? Dengan sikap bagaimana?)

3. Ada berapa jalan menuju kebahagiaan dan sukacita? Judul mana yang lebih cocok dengan jalan tersebut: “Melakukan Hal yang Benar” atau “Menjadi Orang yang benar”? Apakah judul ini berkaitan?

4. Bagamana kepatuhan berkaitan dengan sikap? Perilaku?

B. Tuhan menjanjikan berkat-berkat besar kepada mereka yang mematuhi perintah-perintah-Nya.

Apakah ada hukum jasmani kekal yang mengua-sai alam semesta? Karena manusia telah memahami serta mematuhi hukum jasmani, apakah hukum ter-sebut membatasi kebebasannya atau meningkatkan-nya? Secara hukum jasmani, kepatuhan mencakup pemenuhan terhadap asas-asas yang benar. Hasilnya adalah kebebasan yang meningkat. Apakah hubungan ini juga benar dari hukum roha-ni? Dari halaman 53 di buku pedoman siswa, tulis-lah di papan tulis pernyataan dari Cecil B. DeMille berikut: “[Allah] membuat manusia bebas—dan ke-mudian memberi mereka Perintah supaya dia tetap bebas” (“Commencement Address,” dalam

Commencement Exercises,Brigham Young University Speeches of the Year [Provo, 31 Mei1957], hlm. 4–5). Bagaimana pernyataan ini benar?

Bahaslah kebenaran bahwa kepatuhan melibat-kan menyelarasmelibat-kan hidup dengan kebenaran ilahi untuk memperoleh kebebasan yang ditingkatkan (lihat A&P 93:26–28).

Apakah kepatuhan membawa berkat-berkat khusus? Kenali dalam tulisan suci beberapa perin-tah yang menjanjikan berkat-berkat khusus karena kepatuhan. Gunakan Papan Tulis 1 ketika Anda membahas perintah-perintah ini. Beberapa con-tohnya adalah—

Puasa. Lihat Yesaya 58:3–12.

Hari Sabat. Lihat Ajaran dan Perjanjian 59:9–19.

Kata-Kata Bijaksana.Lihat Ajaran dan Perjanjian 89:4–21.

Bacalah Ajaran dan Perjanjian 130:20–21, yang memberitahu kita diberitahu bahwa “berkat dari Allah” diperoleh “karena ketaatan akan hukum itu atas mana hal itu ditautkan.”

C. Ketidakpatuhan adalah pelanggaran serius di mata Tuhan.

Mengapa Allah tidak senang ketidakpatuhan? Ketidakpatuhan membawa kesengsaraan, dan Allah menginginkan supaya anak-anak-Nya menjadi bahagia. Dia bersedih ketika mereka memilih jalan yang salah.

Henokh merasa hancur hatinya oleh kesengsa-raan Tuhan karena anak-anak-Nya pada zaman Nuh. Baca Musa 7:32–33, dan bahaslah maksud penjelasan Tuhan kepada Henokh.

D. Yesus Kristus menetapkan pola untuk kepatuhan.

Bahaslah bagaimana Kristus memberikan tela-dan mengenai sikap kepatuhan yang benar. Mengapa Juruselamat mematuhi Bapa-Nya? Dapatkah Anda membayangkan Yesus mematuhi Bapa bukan karena rasa takut? Hasrat untuk memperoleh pahala, kasihan, tradisi, kesalehan diri? Bagaimana tulisan suci berikut memberi kita wawasan mengenai sifat kepatuhan yang benar?

Yohanes 8:28–29.“Aku tidak berbuat apa-apa dari diriku sendiri; tetapi sebagaimana telah di-ajarkan Bapa kepada-Ku .… Aku senantiasa berbu-at apa yang berkenan kepada-Nya.”

Yohanes 5:19–20. “Anak tidak dapat mengerja-kan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya … sebab Bapa mengasihi Anak.”

Yohanes 7:16–18.Mengetahui ajaran berasal dari Allah, serta mencari kemuliaan Bapa.

Yohanes 10:15.“Sama seperti Bapa mengenal Aku, dan Aku mengenal Bapa.”

Yohanes 10:30.“Aku dan Bapa adalah satu.”

Yohanes 14:10. “Aku di dalam Bapa, dan Bapa di dalam Aku …; tetapi Bapa yang tinggal di dalam aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya.”

Yohanes 14:15, 21, 23.“Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.”

Baggaimana kata-kata kasih, percaya, berkenan,

teladan, pengetahuan Allah, serta kesatuan membantu kita memahami sikap kepatuhan yang benar?

Kesimpulan

Bagikan beberapa contoh bagus dalam tulisan suci mengenai sikap kepatuhan yang benar. Anda dapat membahas kepatuhan Adam, seperti yang tercatat dalam Musa 5:6, atau Nefi serta lemping-lemping kuningan, seperti yang tercatat dalam 1 Nefi 3:6–7. Tantanglah siswa Anda untuk menilai tingkat kepatuhan mereka dan membuat tekad untuk berubah sesuai yang dibutuhkan.