• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONVENSI JENEWA

D. Pelanggaran Hak Asasi Manusia Terhadap Tawanan Perang

2. Kasus Pendudukan Irak oleh Amerika Serikat

Selama beberapa dekade, penjara Abu Gharib menjadi saksi kekejaman Saddam Hussein. Ribuan manusia dianiaya dan dibunuh. Walaupun demikian, untuk

42

43

Imam Munawir Siregar : Kejahatan Terhadap Kemanusiaan Pada Tawanan Perang Dalam Persfektif Hak Asasi Manusia Dan Konvensi Jenewa 1949, 2008.

USU Repository © 2009

menggalang dukungan dari rakyatnya, pada bulan Oktober 2002 Saddam Hussein membebaskan ribuan tahanan.44

Abu Ghraib merupakan tujuan terakhir tawanan tentara pendudukan Amerika, meski di Irak terdapat beberapa fasilitas tahanan. Ada Kamp Bucca di bagian Selatan, kemudian Kamp Cropper yang terletak di dekat bandara Baghdad. Juga ada Kamp Ashraf bagi anggota kelompok oposisi Iran, Mujahidin Khalq.

Kala itu, ratap tangus keluarga yang menjemput sanak saudara mereka terdengar begitu menyayat hati. Apalagi tangis keluarga yang kehilangan anggota keluarganya dalam tahanan Abu Ghraib. Namun kini, Abu Ghraib telah menjadi simbol kekejaman tentara Amerika Serikat.

45

Sedangkan blok ketujuh adalah lokasi penjara yang menjadi tempat penyiksaan tahanan Irak. Blok ketujuh ini di bawah kendali tentara Amerika. Dibagi dalam dua Komplek tahanan Abu Ghraib terdiri atas bagian. Bagian pertama, Kamp Ganci, terdiri dari delapan blok berisi tenda-tenda tahanan dan tentara, yang masing-masing dibatasi dengan kawat berduri. Setiap tenda berisi sedikitnya 50 orang tahanan.

Kemudian ada Kamp Vigilant, terdiri dari empat unit yang masing-masing berisi 100 orang tahanan. Kamp ini dikhususkan bagi para tahanan yang memiliki informasi cukup berharga bagi intel militer Amerika.

Bagian terakhir adalah bangunan tua Abu Ghraib, yang terbagi dalam tujuh blok. Enam diantaranya berada di bawah kendali Pemerintah Otoritas Koalisi Sementara. Keenam blok ini berisi tahanan yang akan diajukan ke pengadilan Irak.

44

45

Imam Munawir Siregar : Kejahatan Terhadap Kemanusiaan Pada Tawanan Perang Dalam Persfektif Hak Asasi Manusia Dan Konvensi Jenewa 1949, 2008.

USU Repository © 2009

bagian, bagian I-A merupakan tempat untuk para tahanan yang berisiko tinggi, sedangkan bagian I-B yang berada di lantai dua, khusus bagi tahanan wanita.46

Kasus pelecehan tawanan perang yang merupakan pelanggaran hak-hak asasi manusia itu terungkap pada bulan Januari 2004. pada saat itu, dengan diam-diam

Beredarnya 20 lembar gambar-gambar tindakan biadab tentara Amerika Serikat terhadao tawanan perang Irak di penjara Abu Ghraib, yang terletak di sebelah barat kota Baghdad ibukota Irak benar-benar menggegerkan dunia.

Di antara kedua puluh gambar-gambar itu, ada gambar seorang tawanan yang ditarik dengan tali seperti seeekor anjing, kemudian seorang tentara Amerika terlihat memukul seorang tawanan yang terguling di lantai. Ada juga gambar seorang tawanan yang kepalanya ditutup, diambil fotonya ketika sedang dalam keadaan pingsan.

Harian The Washington Post juga melaporkan cuplikan sebuah video yang menggambarkan seorang tawanan dibelenggu kesebuah pintu. Kepala tawanan itu kemudian berulang kali dipukulkan ke logam sehingga berdarah samapi ia kemudian jatuh pingsan di kaki orang yang mengambil gambar.

Laporan-laporan tentang gambar itu dilengkapi dengan kutipan pernyataan tawanan yang mendapat perlakuan buruk dari tentara Amerika. Salah seorang yang disebut bernama Amin Said al-Sheik mengatakan ia ditanya oleh seorang tentara tentang keyakinannya. Ia mengatakan seorang tentara mengancam akan memukul kakinya yang patah dan memerintahkan dia untuk mengutuk Islam.

Dalam sebuah pernyataan di bawah sumpah, para tawanan di penjara Abu Ghraib di Baghdad mengatakan bahwa mereka disiksa dan dipermalukan secara seksual. Mereka juga dipaksa makan daging babi dan minum alkohol yang bertentangan dengan keyakinan agama mereka.

46

Imam Munawir Siregar : Kejahatan Terhadap Kemanusiaan Pada Tawanan Perang Dalam Persfektif Hak Asasi Manusia Dan Konvensi Jenewa 1949, 2008.

USU Repository © 2009

Brigadir Jenderal Janis Kapinski (43 tahun), digeser dari jabatannya sebagai Komandan Brigade Polisi Militer 800. dengan demikian, satu-satunya perwira militer wanita itu tidak berhak lagi membawahi delapan batalyon, 3.400 serdadu cadangan Amerika. Dan yang terpenting, ia tidak lagi mengawasi tiga kompleks tahanan milik Amerika di Irak, termasuk penjara Abu Ghraib.

Setelah itu, Komandan pasukan Amerika di Irak, Letnan Jenderal Riardo S. Sanchez memerintahkan sebuah tim investigasi untuk menyelidiki sistem tahanan Angkatan Bersenjata Amerika. Hasil penyelidikan setebal 53 halaman yang ditulis Mayor Jenderal Antonio M. Taguba pun bercerita banyak. Berbekal dari laporan Taguba itulah, tujuh orang serdadu diamankan dan dijadikan tersangka.

Majalah The New Yorker, yang berhasil mendapatkan hasil investigasi tersebut, mengungkapkan terjadinya sejumlah aksi sangat sadis di Penjara Abu Ghraib, sepanjang Oktober-Desember 2003. penyiksaan dan penganiayaan mental itu dilakukan para prajurit Batalyon 327 Polisi Militer (dibawah kendali Brigadir Jenderal Janis Kapinski) dan anggota Badan Intelijen Militer Amerika.

Gambar-gambar menyesakkan, yang tidak tercantum dalam laporan Taguba, akhirnya bisa dilihat mata dunia, berkat keberanian Sersan Joseph M. Darbhy, seorang anggota PM yang diajukan sebagai saksi. Darby mendapatkan foto-foto itu dari Sersan PM Charles Graner, salah seorang dari enam orang tersangka. Awalnya, Darby hanya berani memberikan surat kaleng itu ke teman-temannya bahwa dia punya bukti sejumlah foto. Namun terdorong oleh rasa bersalah, akhirnya Darby bersedia menjadi saksi yang memberatkan para tersangka.

Imam Munawir Siregar : Kejahatan Terhadap Kemanusiaan Pada Tawanan Perang Dalam Persfektif Hak Asasi Manusia Dan Konvensi Jenewa 1949, 2008.

USU Repository © 2009

Seorang wartawan jaringan televisi CBS, berhasil mendapatkan foto-foto itu dan menyiarkannya kedalam 60 Minutes II, pertengahan April 2004. foto-foto itu kemudian menyebar ke berbagai belahan dunia, termasuk ke Irak.47

Departemen Pertahanan Amerika (Pentagon) memberi persetujuan atas teknik interogasi yang diciptakan oleh Mayor Jenderal Geoffrey D. Miller, Komandan kamp tawanan di Guantanamo, yang kini diserahi kendali fasilitas kamp tawanan di Irak.48

Pengembangan ini dimungkinkan setelah pihak Intelijeen Militer Amerika Serikat tidak mendapat sedikitpun bukti mengenai keberadaan Saddam Hussein dan senjata pemusnah massalnya. Tekanan itu diluncurkan setelah Militer melakuakn evaluasi ke penjara Abu Ghraib. Ia menyimpulkan, para penyidik penjara itu perlu ditingkatkan kemampuannya untuk mengorek informasi dari tawanan. Jenderal Janis Kapinski menyebutkan dengan istilah Gitmoisasi, atau dengan kata lain di Guantanamo kan.

Dalam eknik interogasi yang diciptakan Militer, tidak disebutkan secara spesifik penggunaan seorang serdadu wanita, jadi disimpulkan bahwa ini merupakan pengembangan teknik di lapangan. Hal ini dikarenakan para tawanan adalah lelaki muslim, maka ditelanjangi di depan wanita merupakan senjata ampuh untuk membuat tawanan terhina.

49

Bagaimana teknik interogasi yang diterapkan tentara Amerika terhadap para tahanan Irak. Berikut ini beberapa diantaranya:50

1. Langsung; Pernyataan langsung dan mengena. Metode ini sangat efektif dan tidak perlu pendekatan sama sekali.

47 48 49 Ibid, hal 89. 50

Imam Munawir Siregar : Kejahatan Terhadap Kemanusiaan Pada Tawanan Perang Dalam Persfektif Hak Asasi Manusia Dan Konvensi Jenewa 1949, 2008.

USU Repository © 2009

2. Insentif; Memberi hadiah bila tawanan bersikap kooperatif. Hal ini bisa efektif bila tawanan tidak mengetahui hak-haknya.

3. Pencabutan Insentif; Mencabut hak bila tawanan dianggap tidak kooperatif.

4. Pendekatan Emosional: Mempermainkan emosi tawanan secara variatif. Misalnya, perasaan terhadap keluarga, tanah air, atau atasan. Bisa juga dengan memunculkan kebencian, baik terhadap sesama, atasan, bahkan keinginan untuk membalas dendam. Teknik ini biasanya cukup efektif bila diterapkan pada anggota kelompok yang terlibat dalam kerusuhan rasila, agama, atau kelompok minoritas yang mengalami diskriminas dalam kehidupan sehari-hari.

5. Kebanggaan dan Egoisme; Dalam teknik ini, penyidik memberi motivasi yang membanggakan tawanan. Sambil memberikan ide-ide mengenai informasi yang bisa disampaikan tawanan. Penyidik juga bisa menggunakan teknik bersimpati kepada tawanan.

6. Sia-sia; Pendekatan ini dilakukan agar tawanan yakin tidak ada gunanya lagi bertahan. Teknik ini bisa diterapkan saat tawanan sudah menunjukkan keraguan. 7. Identitas Diri; Penyidik seakan-akan tahu bahwa si tawanan dengan segepok

kakap, tapi terkena tuduhan serius dan berat. Ini dimaksudkan agar tawanan itu mengungkapkan jati diri dan satuannya.

8. Setumpuk Data; Penyidik menginformasikan tawanan dengan segepok dokumen dalam map, yang berisi data-data penting tentang tawanan tersebut. Padahal, tunpukan data itu berisi kertas-kertas kosong belaka.

9. Kecepatan Berpikir; Penyidik mengajukan beberapa pernyataan secara cepat, sehingga tawanan tidak punya kesempatan berpikir untuk menjawab pertanyaan berikutnya. Teknik ini dan untuk mengetahui jawaban kontradiktif dari

Imam Munawir Siregar : Kejahatan Terhadap Kemanusiaan Pada Tawanan Perang Dalam Persfektif Hak Asasi Manusia Dan Konvensi Jenewa 1949, 2008.

USU Repository © 2009

pertanyaan-pertanyaan sebelumnya. Dalam kondisi bingung, biasanya tawanan akan mengeluarkan informasi baru.

10. Diet; Membuat tawanan kelaparan sehingga bersedia buka mulut. Ini dilakukan dengan petunjuk petugas kesehatan.

11. Manipulasi Suasana; Menggunakan musik melalui pengeras suara secara terus- menerus. Juga menyorot tawaran dengan lampu ratusan watt, agar tawanan kehilangan kesadaran.

12. Tidur; Penyidik mengubah jadwal tidur. Terjaga pada malam hari, dan membiarkan tidur pada siang hari. Teknik ini diterapkan dalam waktu tiga hari. 13. Isolasi; Menyekap tawanan dalam ruang gelap. Diterapkan dalam waktu 30 hari. 14. Anjing; Menakuti-nakuti tawanan dengan gonggongan anjing militer yang terlatih. 15. Membungkam Sensor; Menutup mata dan telinga dengan peralatan lain agar

tawanan tidak mengetahui keberadaannya. Dilakukan dalam waktu tiga hari.

16. Posisi Stres; Disebut juga posisi kalajengking, yakni kedua tangan diikat di belakang menjadi satu dengan kedua kaki. Lamanya tergantung si penyidik.

Bukan hanya itu saja, para dokter militer Amerika yang sedang bertugas di Irak ternyata juga turut membantu rancangan atau metode penyiksaan terhadap para tahanan.51

51

Mereka mengevaluasi tahanan untuk kepentingan interogasi, turut memonitor interogasi yang kasar, dan mengizinkan interogator untuk menggunakan catatan medis para tahanan. Catatan itu dikembangkan sebagai dasar pendekatan interogasi yang paling tepat bagi tahanan tertentu.

Agustus 2004.

Imam Munawir Siregar : Kejahatan Terhadap Kemanusiaan Pada Tawanan Perang Dalam Persfektif Hak Asasi Manusia Dan Konvensi Jenewa 1949, 2008.

USU Repository © 2009

Para dokter itu memalsukan catatan medis dan sertifikat kematian, dan gagal memberikan pelayanan kesehatan yang mendasar. Saat seorang tahanan dalam keadaan tidak sadarkan diri akibat penyiksaan yang dialaminya, mereka kemudian mencoba membuat tahanan itu siuman, anmun meninggalkannya untuk disiksa kembali.

Yang lebih parah lagi, seorang staff medis menyuntikkan cairan ke tubuh tahanan yang telah meninggal karena penyiksaan. Tujuannya adalah untuk menciptakan butibahwa yang sebenarnya sudah meninggal itu masih dinyatakan hidup ketika berada di rumah sakit, padahal ia sudah meninggal di penjara Abu Ghraib.

Penyerangan Amerika ke Irak ini tidak dapat dibenarkan. Invasi itu adalah agresi terhadap negara yang tidak pernah menjadi bahaya buat Amerika sendiri. Amerika tidak dapat membuktikan bahwa ada kaitan antara Irak dengan jaringan Al- Qaeda. Juga pernah dapat menemukan senajat pemusnah masal (Mass Destruction

Weapon) sebagai alasan utama invasi.52

Dalam laporan triwulan Departemen Pertahanan Amerika Serrikat khususnya mengenai Perang Irak yang diserahkan kepada Kongres Amerika dinyatakan bahwa Amerika kemudian mencari alasan baru dengan mengemukakan ingin mengganti rezim Saddam husein dengan pemerintahan baru yang lebih demokratis. Seluruh dosa politik Saddam Husein diungkap kembali untuk mencari pembenaran agresi tersebut, namun hingga saat ini usaha tersebut masih belum tuntas juga, ditandai dengan maraknya kerusuhan di Irak yang maish terjadi dimana-mana.

52

Imam Munawir Siregar : Kejahatan Terhadap Kemanusiaan Pada Tawanan Perang Dalam Persfektif Hak Asasi Manusia Dan Konvensi Jenewa 1949, 2008.

USU Repository © 2009

masih terjadi konflik memperebut pengaruh ekonomi dan politik di antara kelompok sektarian dan ektivis kriminal yang terorganisasi.53