• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kasus Perlakuan terhadap Tawanan Perang di Penjara Teluk Guantanamo

KONVENSI JENEWA

D. Pelanggaran Hak Asasi Manusia Terhadap Tawanan Perang

1. Kasus Perlakuan terhadap Tawanan Perang di Penjara Teluk Guantanamo

Penyiksaan para tahanan perang merupakan salah satu tindakan tidak manusiawi yang dilarang oleg berbagai konvensi internasional. Konvensi inilah yang sering digunakan oleh Negara Barat, terutama Amerika Serikat, untuk menuduh negara- negara lain melakukan penyiksaan terhadap tahanan politik dan selanjutnya menekan negara tersebut.

Namun terungkapnya praktek penyiksaan para tahanan di penjara-penjara Amerika Serikat di berbagai belahan dunia membuktikan bahwa konvensi internasional itu hanya digunakan sebagai alat oleh Amerika Serikat. Salah satu praktek yang melibatkan Amerika adalah kasus Guantanamo, di Teluk Kuba tempat

kewajiban, misalnya untuk menyerahkan tersangka, bekerja sama dalam penyelidikan, atau melakukan hal-hal lainnya.

Imam Munawir Siregar : Kejahatan Terhadap Kemanusiaan Pada Tawanan Perang Dalam Persfektif Hak Asasi Manusia Dan Konvensi Jenewa 1949, 2008.

USU Repository © 2009

Amerika memenjarakan sekitar 700 orang dari berbagai negara dengan tuduhan terlibat jaringan terorisme.

Lima hari setelah kejadian 11 September 2001, Wakil Presiden Amerika Serikat saat itu Dick Cheney mengatakan, “prinsip utama kami adalah memenfaatkan segala sesuatu untuk meraih semua target yang kami inginkan.”

Tidak diragukan lagi bahwa salah satu sarana yang bisa digunakan adalah penyiksaan para pembangkang. Untuk hal ini, Amerika telah mempersiapkan segala sesuatunya bahkan sebelum peristiwa 11 September 2001 terjadi.

Salah satu yang dilakukan oleh Amerik aadalah menolak bergabung dengan Mahkamah Internasinal Kejahatn Perang (Mahkamah Pidana Internasional). Sebab para petinggi Gedung Putih sadar, jika bergabung dengan Mahkamah ini, akan banyak pejabat, perwira militer, dan tentara Amerika yang dihadapkan ke Mahkamah ini.

Di lain sisi, Amerika menempatkan para tahanan dengan tuduhan terorisme di penjara Guantanamo yang bukan bagian dari wilayahnya. Dengan demikian, para tahanan tersebut tidak bisa memperoleh hak-hak perlindungan hukum yang berlaku di Amerika, karena pengadilan Amerika tidak berwenang untuk melakukan pengawasan terhadap apa yang terjadi di luar wilayah Amerika.

Perbuatan Amerika sebagai sebuah negara adidaya dewasa ini lebih mirip dengan penistaan hukum dan aturan internasional. Setelah penjara Guantanamo didirikan, Presiden George Walker Bush mengeluarkan sebuah keputusan bahwa para tahanan yang dipenjarakan di sana tidak termasuk dalam kategori tahanan perang. Dengan ini, para tahanan tersebut tidak berhak memperoleh hak-hak tawanan perang yang sudah diatur dalam Konvensi Jenewa.

Dengan demikian, para petugas Palang Merah Internasional pun tidak berwenang untuk memasukkan mereka ke dalam daftar tawanan perang dan

Imam Munawir Siregar : Kejahatan Terhadap Kemanusiaan Pada Tawanan Perang Dalam Persfektif Hak Asasi Manusia Dan Konvensi Jenewa 1949, 2008.

USU Repository © 2009

memberikan bantuan yang diberikan. Akibatnya para tahanan itu selain tidak memiliki pengacara juga tidak diperkenankan menjalin hubungan dengan keluarga, meskipun hanya melalui surat.32

Penjara-penjara di Teluk Guantanamo adalah kandang kawat dengan lantai semen dan tanpa atap perlindungan sehingga tawanan yang ada didalammnya tidak memilik privasi maupun perlindungan dari tikus, ular, dan kalajengking yang berkeliaran di pangkalan militer Amerika tersebut. Siksaan mental dan psikologis sering dialamai tawanan-tawanan yang ada disana, bahkan makanan dan minuman yang dikonsumsi sehari-hari merupakan makanan yang tidak layak.33

Para tahanan itu ditempatkan di Kamp Delta, Echo, Iguana, dan X-Ray, yang merupakan bagian-bagian dari penjara Guantanamo. Namun kemudian semuanya dikumpulkan di Kamp Delta.34

Di Guantanamo selain siksaan fisik, para tahannan juga mengalami berbagai macam siksaan mental. Para tahanan dengan tangan dan kaki terikat ditempatkan di ruangan kecil yang mirip dengan kurungan binatang. Tak jarang mereka dipaksa berdiri terikat selama bebrapa jam tanpa mendapatkan makanan dan minuman. Sering pula para petugas menelanjangi para tahanan di bawah terik matahari atau di tengah udara dingin. Suara musik yang keras dan memekakkan telinga merupakan bentuk lain di Guantanamo.

Berbagai sumber berita termasuk pengakuan dari para tahanan yang sudah penjaga penjara Guantanamo. Di penjara ini, para petugas dengan leluasa melakukan segala bentuk penyiksaan tanpa takut akan terpantau oleh media massa atau lembaga- lembaga internasional.

32

www.indonesia.irib.ir/POLITIK/2005/maret05/guantanamo.htm.

33

Kompas, Sabtu 13 Maret 2004, hal 12.

34

Imam Munawir Siregar : Kejahatan Terhadap Kemanusiaan Pada Tawanan Perang Dalam Persfektif Hak Asasi Manusia Dan Konvensi Jenewa 1949, 2008.

USU Repository © 2009

Cara lain untuk menyiksa mental para tahanan adalah dengan memberitahukan kepada tahanan bahwa tidak lama lagi mereka akan segera dieksekusi, atau keluarga mereka akan terjadi sasaran penyiksaan.

Namun pemerintah Amerika Serikat menyangkal telah melakukan tindakan seperti itu dan bahkan sudah mengundang peninjau dari Komite Palang Merah Internasional (Internasional Committee for the Red Cross) dan tim pengawas Ham PBB ke Teluk Guantanamo.

Namun, undangna tersebut ditolak oleh PBB dikarenakan Amerika memberlakukan larangan mewawancarai secara pribadi para tahanan, dan waktu kunjungan yang hanya diperbolehkan selama satu hari, serta untuk satu orang.35

35

www.tempo.co.id. Tim PBB Emoh datang ke Guantanamo, 2 November 2005.

Kendati demikian, adanya foto-foto penjara Guantanamo dan penolakan Amerika Serikat untuk merumuskan status tawanan perang terhadap para tawanan disana, mau tidak mau mengejutkan dunia.

Setelah mendapat sorotan dari berbagai kalangan serta sekutunya sendiri, Ameriak Serikat akhirnya memberlakukan Konvensi Jenewa 1949 di Guantanamo dengan memberikan status tawanan perang kepada para tawanan dan mengadili mereka. Namun hal itu tidak berlaku terhadap tawanan anggota Al-Qaeda, yang dianggap sebuah kelompok teroris internasional, dan tidak bisa dipertimbangkan sebagai pihak negara dalam Konvensi Jenewa. Dengan demikian anggota-anggotanya tidak termasuk oleh kesepakatan itu.

Tetapi tindakan pemerintah Amerika ini bagi sebagian orang, terutama golongan oposisi di dalam negeri sendiri dianggap sudah terlambat. Citra Amerika sudah terlanjur terkikis di mata sekutu dan dunia internasional.

Imam Munawir Siregar : Kejahatan Terhadap Kemanusiaan Pada Tawanan Perang Dalam Persfektif Hak Asasi Manusia Dan Konvensi Jenewa 1949, 2008.

USU Repository © 2009

David Hicks, seorang berkebangsaan Australia adalah tahanan dari penjara Guantanamo yang pertama sekali diajukan ke Mahkamah Militer. Ia telah ditahan di guantanamo selama lim atahun tanpa dakwaan apapun, namun pada nulan maret 2007 yang lalu ia membuat kesepakatn dengan mangaku memberi dukungan secara lahiriah kepada teroris.36

Dalam kesepakatan tersebut disebutkan bahwa selama 12 bulan, ia dilarang berbicara dengan media manapun. Dalam kesepakatan ini, Menteri Luar Negeri Australis, Alexander Downer menyatakan kekecewaannya akan lamanya proses penyelesaian kasus tersebut.37

Tahanan lain yang juga sedang menjalani proses hukum adalah Khalid Sheikh Mohammed, seorang petinggi jaringan Al-Qaeda, yang mengaku merencanakan dan mengorganisasikan serangan terhadap gedung WTC pada 11 September 2001. Saat ini ia sedang diperiksa dalam sebuah persidangan tertutup di penjara Guantanamo. Hal tersebut dilakukan untuk memutuskan apakah ia dapat dikategorikan tawanan perang atau tidak.

Berkaitan dengan pengakuan David Hicks tersebut, muncul beragam pendapat dikalangan politikus Australia, dimana sebagian besar dari mereka beranggapan bahwa ia membuat pengakuan itu karena ingin segera keluar dari Guantanamo, karena sudah tidak tahan lagi diperlakukan secara tidak manusiawi.

Selain david Hicks, warga Australia lainnya yang ditahan di Guantanamo ialah Mamdouh Habib, yang ditahan tanpa dakwaan apapun selama tiga tahun. Namun ia telah terlebih dahulu dibebaskan tanp asyarat pada tahun 2005 yang lalu.

38 36 www.antara.co.id/arc/2007/5/20. 37 38

Imam Munawir Siregar : Kejahatan Terhadap Kemanusiaan Pada Tawanan Perang Dalam Persfektif Hak Asasi Manusia Dan Konvensi Jenewa 1949, 2008.

USU Repository © 2009

Namun banyak pihak, termasuk Human Rights Watch yang meragukan pengakuan dari Khalid Sheikh Mohammed. Mereka berpendapat, bahwa saat ditahan, Mohammed telah mengalami siksaan sehingga salah membuat pernyataan.39

Tidak kurang dari 490 orang dari berbagai negara masih ditahan Amerika Serikat di Guantanamo tanpa menghadapi dakwaan apalagi diadili. Mereka melakukan protes dengan cara mogok makan. Yang paling menyedihkan adalah beberapa di antara para tahanan yang tidak tahan lagi dengan kondisi yang dialaminya, memilih bunuh diri.40

Tiga orang yang tewas setelah menggantung dirinya dengan memakai baju dan seprai tersebut, dua orang berasal dari Arab Saudi dan seorang lagi berkewarganegaraan Yaman. Pihak penjara berusaha menutupi dengan mengatakan bahwa ini adalah tindakan untuk melawan mereka. Namaun menurut aktivis HAM internasional, walter White, mereka melakukan tindakan bunuh diri karena putus asa.41

39

Mereka putus asa karena merasa tidak akan pernah ada kepastian hukum selama mereka ditahan. Sudah banyak upaya bunuh diri yang dilakukan oleh para tahanan, kendati belum satupun yang berhasil, sampai tiga insiden bunuh diri diatas mewarnai aksi mogok makan yang telah berlangsung lama, sejak Agustus 2005.

Tewasnya ketiga tahanan itu kian menambah pelik perdebatan soal keberadaan penjara khusus kaum teroris versi Amerika ini. Belum lagi perdebatan mengenai alasan ketiga tahanan untuk melakukan tindakan nekat itu.

40

Keangkeran Guantanamo, Loc.Cit.

41

Imam Munawir Siregar : Kejahatan Terhadap Kemanusiaan Pada Tawanan Perang Dalam Persfektif Hak Asasi Manusia Dan Konvensi Jenewa 1949, 2008.

USU Repository © 2009

Menurut catatan dari Human Rights Watch, baru 10 orang yang secara formal didakwa melakukan perbuatan kriminal.42

Sebenarnya, telah berbagai cara yang dilakukan oleh para tahanan untuk mencari keadilan, namun tampaknya segala usaha mereka belum menemukan titik terang. Berikut ini akan rentetan protes yang dilakukan oleh para tahanan tersebut:43 - Januari 2002 : Tidak lama setelah Guantanamo dibuka, dokter mulai

memaksa dua tahanan yang melakukan aksi mogok makan selama sebulan. - April 2003 : Upaya bunuh diri mencapai 24 orang.

- Agustus 2003 : Sebanyak 23 orang tahanan menggelar protes selama sembilan hari dengan cara menggantung diri atau mencekik leher.

- Desember 2003 : Ada 350 insiden menyakiti diri sendiri, termasuk 120 orang yang memberi isyarat gantung diri.

- Agusutus 2005 : Aksi mogok makan besar-besaran. Sebanyak 130 tahanan terlibat. Aksi berhenti pada Februari 2006.

- Mei 2006 : Sekelompok narapidana menyerang para penjaga sehari setelah dua tahanan berupaya bunuh diri dengan menenggak timbunan obat penenang.

- Juni 2006 : Tiga orang tahanan tewas gantung diri. Inilah kasus bunuh diri pertama yang dilaporkan sejak Guantanamo dibuka.