• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kategori Sintaksis Eufemisme dan Disfemisme

BAB II: KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Teori

3. Kategori Sintaksis Eufemisme dan Disfemisme

Eufemisme dan disfemisme sebagai salah satu wujud perubahan makna dapat muncul pada suatu teks dalam berbagai bentuk. Berdasarkan kategori sintaksisnya, bentuk eufemisme dan disfemisme dapat berupa kata, frasa, klausa, bahkan kalimat. Dalam penelitian ini, ungkapan eufemisme dan disfemisme yang akan dikaji adalah ungkapan berbentuk kata serta frasa. Berikut ini akan dijelaskan kategori sintaksis eufemisme dan disfemisme beserta masing-masing contohnya dalam setiap kategori.

a. Kata

Kata adalah unit linguistik yang tersusun atas morfem-morfem. Chaer (2012: 220) mendefinisikan kata sebagai berikut:

Satuan gramatikal yang bebas dan terkecil. Dengan terkecil maksudnya tidak dapat disegmentasikan lagi menjadi yang lebih kecil

tanpa merusak makna; dan dengan bebas berarti satuan yang disebut kata dapat bersendiri di dalam kalimat atau petuturan.

Menurut pendapat Chaer diatas, kata dapat dikatakan sebagai satuan linguistik terkecil yang bermakna. Karena itu, kata tidak mungkin lagi disegmentasi menjadi bagian yang lebih kecil karena akan menyebabkan distorsi makna. Selain itu, makna dalam satu kata juga dapat berdiri sendiri menjadi satu kalimat atau tuturan. Misalnya saja kata “pergi” yang dapat berdiri sendiri menjadi sebuah kalimat perintah.

Kata digolongkan menjadi dua macam. Menurut Chaer, kata terdiri dari kata penuh (full word) dan kata tugas (function word). Kata penuh adalah jenis kata yang secara leksikal memiliki makna, memiliki kemungkinan untuk mengalami proses morfologi, merupakan kelas terbuka dan dapat bersendiri sebagai sebuah satuan tuturan. Yang termasuk dalam kata penuh adalah kata-kata berkategori nomina, verba, ajektiva, dan adverbia. Sedangkan kata tugas adalah jenis kata yang secara leksikal tidak mempunyai makna, tidak mengalami proses morfologi, merupakan kelas tertutup, dan dalam petuturan tidak dapat berdiri sendiri. Yang termasuk dalam kata tugas adalah kata-kata berkategori preposisi dan konjungsi.

Selanjutnya, bagaimana kita dapat mengkategorikan suatu kata, apakah sebuah kata termasuk nomina, verba, ajektiva, atau adverbia dipaparkan oleh Sportiche. Ia berpendapat bahwa traditionally, the categories (of words) mentioned above are identified by semantic criteria.

Maksudnya, pengkategorian kata dalam linguistik didasarkan pada kriteria semantik atau kriteria yang berkenaan dengan makna kata itu sendiri. Misalnya, kata yang mengandung makna nama suatu benda, orang, atau keadaan dikategorikan sebagai kata nomina. Sedangkan, kata yang mengandung makna kegiatan dikategorikan sebagai kata verba, dan seterusnya.

Namun demikian, Carnie memiliki pendapat lain mengenai cara mengidentifikasi setiap kategori sintaksis. Carnie (2002: 30) berpendapat bahwa:

The definition for the various parts of speech are not semantically defined. Instead they depend on where the words appear in the sentences and what kind of suffixes they take. Nouns are things that appear in “noun positions” and take “noun affixes”. The same is true for verbs, adjectives, etc.

Menurut Carnie, part of speech tidak dapat dibedakan berdasarkan kategori semantiknya saja. Carnie menjelaskan bahwa pengkategorian kata dalam linguistik akan lebih tepat bila didasarkan pada posisi kemunculan kata itu serta imbuhan yang menyertainya. Kata benda, misalnya, adalah kata yang menempati posisi kata benda dan memiliki akhiran penanda kata kerja. Demikian pula untuk kategori kata yang lain, yaitu kata kerja, kata sifat, dan lain-lain.

Dengan demikian, ungkapan eufemisme dan disfemisme yang berupa kata dalam penelitian ini dibatasi pada kata penuh saja, yaitu yang termasuk dalam kategori nomina, verba, adjektifa, dan adverbia.

- Nomina

Rijkhoff (2004: 10) mendefinisikan nomina, dengan mengutip pernyataan Hengeveld, sebagai lexical items that can be used as the head of a reffering expression (Noun Phrase or term phrase). Hengeveld mendefinisikan noun atau nomina dengan memposisikan noun dalam noun phrase. Menurutnya, nomina adalah unit leksikal yang dapat berfungsi sebagai head word dalam sebuah noun phrase. Pendapat yang tidak jauh berbeda diungkapkan oleh Chaer yang membagi definisi nomina berdasarkan pendapat tata bahasawan tradisional dan strukturalis. Menurut tata bahasawan tradisional, nomina adalah kata yang menyatakan benda atau yang dibendakan (dalam Chaer, 2012: 166). Misalnya, kata “kursi” atau “meja” yang menyatakan benda dan kata “kebahagiaan” atau “kesedihan” yang dibendakan. Sementara itu, nomina menurut tata bahasawan strukturalis adalah kata yang dapat didistribusikan di belakang kata “bukan…”. Contohnya, “bukan sepeda”, “bukan sihir”, “bukan kebaikan”, dan lain sebagainya.

Begitu pula dengan eufemisme dan disfemisme. Kedua bentuk perubahan makna ini dapat muncul pada suatu teks dalam bentuk nomina atau kata benda. Eufemisme bentuk nomina terlihat dalam kalimat “EU leaders meeting in Brussels are set to approve a plan to relocate 120,000

migrants across the continent”. Nomina migrants dalam kalimat tersebut

merupakan bentuk penghalusan makna dari kata refugees. Kedua kata ini memiliki makna yang hampir sama yang dalam bahasa Indonesia

berpadanan dengan kata “pengungsi”. Namun, kata migrants dalam bahasa Inggris hanya mengandung makna orang-orang yang berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Sedangkan kata refugee merujuk pada orang-orang yang berpindah tempat untuk mencari suaka karena terjadi kerusuhan atau perang di negara asalnya. Penggunaan kata migrants oleh wartawan penulis berita ini menyebabkan hilangnya kesan bahwa telah terjadi kerusuhan di negara asal orang-orang ini.

Sementara itu, disfemisme nomina terdapat dalam kalimat “Violence has increased sharply across Afghanistan”. Kata violence yang merupakan pengasaran dari frasa physical force dalam kalimat ini tergolong disfemisme bentuk nomina yang mengisi posisi subyek dalam kalimat. Kata ini mendefinisikan kondisi yang terjadi di Afganistan. Kata violence lebih dipilih daripada physical force karena penulis ingin menunjukkan penggambaran negatif tentang tindakan Taliban itu.

- Verba

Menurut para tata bahasawan tradisional, verba adalah kata-kata yang menyatakan tindakan atau perbuatan (Chaer, 2012: 166). Pendapat ini sesuai dengan definisi verba menurut Wiratno bahwa verba atau kata kerja atau verb adalah kata yang digunakan bersama dengan subyek untuk menyatakan apa yang dilakukan seseorang atau sesuatu, atau untuk mengungkapkan apa yang terjadi pada seseorang atau sesuatu. Sedangkan, menurut tata bahasawan strukturalis, verba adalah kata yang dapat

didistribusikan di belakang kata “tidak” atau dapat mengisi konstruksi “tidak…”. Misalnya, kata “berjalan”, “bekerja dan “tidur” yang dapat dikonstruksi menjadi “tidak berjalan”, “tidak bekerja”, dan “tidak tidur”. Dalam hal ini, kata “berjalan”, “bekerja”, dan “tidur” tergolong verba.

Contoh eufemisme bentuk verba terdapat dalam kalimat “The group also captured Nawzad after intensifying attacks in the region”. Kata captured merupakan eufemisme bentuk verba yang menunjukkan aktifitas yang dilakukan the group. The group yang dimaksud dalam kalimat ini adalah kelompok Taliban yang dianggap sebagai teroris Internasional. Kelompok ini diberitakan menguasai Nawzad, daerah di Afganistan, dan menjadikannya daerah kekuasaan. Menurut Cambridge dictionary, verba capture mengandung makna to succeed in getting something when you are competing with other people. Wartawan penulis berita memilih menggunakan capture untuk menghaluskan fakta tentang adanya tindak kekerasan dalam proses perebutan kekuasaan di daerah Nawzad tersebut. Karena itu, kata capture lebih dipilih daripada seize yang bernilai rasa lebih kasar.

Sedangkan disfemisme yang berupa verba terdapat dalam kalimat “Now the US is pressing at the Security Council for tough and comprehensive new sanctions, but China resists it.” Dalam teks berita ini dituturkan bahwa usaha Amerika dalam mendesak dewan keamanan PBB untuk memberi sanksi tegas pada Korea Utara atas peluncuran roket barunya mendapat perlawanan dari China, sekutu Korea Utara. Perlawanan

Korea Utara itu digambarkan dengan verba resist yang dalam Cambridge Dictionary diartikan sebagai “to fight against something or someone that is attacking you.” Verba ini bersinonim dengan verba oppose yang meskipun hampir sama namun lebih halus maknanya.

- Ajektiva

Ajektiva atau kata sifat atau dalam bahasa Inggris disebut adjective adalah kata yang digunakan untuk menerangkan kualitas sesuatu seperti ciri-ciri, ujud, warna, atau ukuran (Wiratno, 2010: 91). Jenis kata ini sering dipakai untuk mendefinisikan nomina, untuk menerangkan kualitas nomina itu. Contoh kata jenis ini dalam bahasa Indonesia adalah mahal, menarik, pandai, besar, muda, penting, dan lain sebagainya. Kridalaksana dalam tulisan Purwanto (2011) di dalam websitenya menyebutkan ciri-ciri ajektifa yang antara lain: dapat bergabung dengan partikel tidak; mendampingi nomina; dapat didampingi partikel seperti lebih, sangat, agak; dan, dapat dibentuk menjadi nomina dengan konfiks ke-an.

Ajektiva yang bernilai kasar atau disfemisme bentuk ajektiva biasanya juga sering digunakan dalam teks. Dalam kalimat ini misalnya, “The construction of the bulding were suck that it did not last for a long time.” Kata suck dalam kalimat tersebut yang bermakna very unpleasant atau very bad tergolong ajektiva yang menerangkan nomina the construction. Suck tergolong dalam ungkapan slang dalam bahasa Inggris. Bila seseorang atau sesuatu dideskripsikan dengan kata suck, maka seseorang

atau sesuatu itu bernilai buruk atau tidak menyenangkan. Kata ini tentu bernilai lebih offensive dibanding sekedar mengatakan very bad atau very unpleasant.

Sedangkan ajektiva yang bernada halus atau eufemisme terdapat dalam kalimat “The UN says many are now seeking a better life in Europe because of poor conditions in refugee camps in Jordan and Lebanon.” Ajektiva poor dalam kalimat tersebut bersinonim dengan ajektiva pathetic. Bila dilihat dari maknanya, kedua ajektiva ini sama-sama digunakan untuk mendeskripsikan sesuatu yang “menyedihkan atau membutuhkan belas kasihan”. Namun, ajektiva poor memiliki makna yang lebih halus dibandingkan pathetic. Ajektiva pathetic dianggap lebih kasar karena memberi keterangan bahwa kondisi yang dideskripsikan sedang menderita karena suatu hal sehingga membutuhkan belas kasihan. Sedangkan ajektiva poor hanya memberi deskripsi mengenai kondisi yang menyedihkan.

- Adverbia

Adverbia adalah kategori kata yang dapat memberi keterangan tentang kapan, bagaimana, dimana, atau dalam keadaan bagaimana sesuatu berlangsung. Dalam bahasa Inggris misalnya kata fast, quickly, there, dan lain sebagainya. Adverbia juga seringkali disebut sebagai kata yang menerangkan verba, ajektiva atau adverbia lainnya. Misalnya, dalam kalimat She runs fast, adverbia fast menerangkan verba runs. Ungkapan

disfemisme dalam suatu teks pun terkadang berbentuk kata keterangan atau adverbia. Contohnya dalam kalimat Their plans went horribly wrong. Penggunaan adverbia horribly dalam kalimat tersebut bertujuan untuk menekankan bagaimana gagalnya rencana mereka. Horribly tergolong ungkapan disfemisme karena bernilai lebih kasar bila dibanding dengan sinonimnya extremely atau sekedar mengatakan very.

b. Frasa

Satuan gramatikal yang lebih besar dari kata disebut juga frasa. Sportiche menyebutkan bahwa phrases are well-formed sequences of words (2014: 9). Menurut pendapat ini, sudah jelas bahwa frasa adalah susunan kata-kata yang dirangkai dengan baik. Pendapat tata bahasawan lain pun tidak jauh berbeda. Chaer berpendapat bahwa frasa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat non predikatif dan dapat mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat. Frasa bersifat non-predikatif maksudnya frasa tidak mengandung unsur predikat atau tidak mungkin berstruktur Subyek + Predikat maupun Predikat + Obyek. Frasa juga dapat mengisi salah satu fungsi sintaksis dalam kalimat, misalnya menjadi Subyek, Predikat, Obyek, atau Keterangan.

Pembahasan mengenai frasa selalu menyisakan pertanyaan mengenai perbedaan antara frasa dan kata majemuk yang memang terlihat hampir sama. Kata majemuk didefinisikan oleh tata bahasawan tradisional sebagai komposisi yang memiliki makna baru atau memiliki satu makna (dalam

Chaer, 2012: 224). Misalnya kata majemuk “meja hijau” yang merujuk pada “pengadilan”. Kata majemuk ini terdiri dari dua kata namun maknanya bukanlah gabungan dari keduanya namun kata majemuk ini memiliki makna baru. Bila dibandingkan dengan “meja saya” yang merupakan frasa, gabungan kata ini tidak menimbulkan makna baru melainkan hanya memberikan tambahan informasi mengenai kepemilikan meja.

Frasa sebagai gabungan kata-kata tersusun atas kata utama dan kata pendukung atau penjelas. Berdasarkan kata utama penyusunnya, frasa dibedakan menjadi beberapa macam, antara lain frasa nomina, frasa verba, frasa ajektifa, serta frasa adverbia. Berikut ini akan diuraikan secara lebih rinci mengenai beberapa macam frasa tersebut.

- Frasa Nomina

Frasa nomina atau yang dalam Wiratno disebut kelompok kata benda adalah kelompok kata dengan kata benda sebagai inti (headword). Sebagai kata inti, kata benda itu diberi keterangan oleh kata-kata penjelas atau penerang (modifier). Kata penjelas tersebut dapat diletakkan di depan, dibelakang, atau di depan dan sekaligus dibelakang kata inti (2010: 100). Misalnya, “red car”, “new carpet”, dan “Indonesian cuisine” yang tergolong frasa nomina karena kata intinya “car”, “carpet” dan “cuisine” adalah kata benda. Sebagai frasa nomina, ungkapan disfemisme juga seringkali muncul dan menempati posisi Subyek atau Obyek dalam

kalimat. Misalnya dalam kalimat “The jihadist group is accused to deprive the Syrian people of its knowledge, its identity and history”. Dalam kalimat ini, the jihadist group adalah frasa nomina yang berfungsi sebagai Subyek kalimat. Penulis teks ini memberi label pada kelompok tertentu dengan sebutan jihadist group yang konotasinya lebih negatif daripada dengan hanya menyebutkan the group.

Contoh eufemisme dalam bentuk frasa nomina terdapat dalam kalimat berikut “The French intelligence agent who led the deadly attack in New Zealand 30 years ago has apologised for his actions.” Frasa the deadly attack merupakan frasa nomina yang telah dihaluskan maknanya. Penulis lebih memilih menggunakan frasa ini dibandingkan sinonimnya assault dan menghilangkan sense violence yang terdapat dalam kata assault.

- Frasa Verba

Frasa verba atau kelompok kata kerja adalah kelompok kata dengan kata kerja penuh sebagai intinya. Kelompok kata kerja terdiri atas satu kata kerja penuh dengan satu atau lebih kata kerja bantu (2010: 94). Dalam bahasa Inggris, contoh frasa jenis ini adalah will put, have accomplished, must go dan should know. Kata put, accomplished, go serta know dalam masing-masing rangkaian frasa tersebut adalah kata-kata inti. Sedangkan unsur lainnya, will, have, must, dan should adalah merupakan kata kerja bantu.

Eufemisme dan disfemisme yang berupa frasa verba muncul mengisi posisi Predikat dalam kalimat. Misalnya, “A Moroccan detainee, Younis Abdurrahman Chekkouri, was repatriated last week, the Pentagon said.” Frasa was repatriated merupakan bentuk pasif repatriate yang bermakna “memulangkan atau mengembalikan ke tempat asal.” Frasa ini bersinonim dengan frasa was deported namun bernilai rasa lebih halus dibanding sinonimnya ini. Was repatriate ini lebih halus maknanya karena tidak mengakomodasi adanya force atau paksaan dalam prosesnya. Sementara itu, deport dalam Cambridge didefinisikan sebagai berikut: “to force someone to leave a country, especially someone who has no legal right to be there or who has broken the law.”

Sementara itu, disfemisme dalam bentuk frasa verba terdapat dalam kalimat “Taliban fighters have seized control of a strategically-important district headquarters in Afghanistan”. Dalam kalimat tersebut terdapat frasa verba have seized control yang mengandung makna “merebut kekuasaan”. Wartawan penulis berita ini memilih menggunakan frasa ini daripada take over yang bernilai rasa lebih netral untuk menunjukkan adanya kekerasan yang menyertai perebutan kekuasaan itu.

- Frasa Ajektiva

Frasa ajektiva atau kelompok kata sifat adalah kelompok kata dengan kata sifat sebagai intinya. Kelompok kata sifat dibentuk dengan menggabungkan kata sifat dan kata keterangan. Kata keterangan itu akan

memberi tekanan makna pada kata sifat yang diterangkan (2010: 97). Contoh frasa ajektiva antara lain very large, extremely excited, dan quite dark. Konstruksi frasa-frasa tersebut tersusun atas kata sifat sebagai intinya dan kata keterangan yang menyertai. Kata large, excited dan dark adalah kata sifat yang berperan sebagai inti frasa ajektiva. Sementara itu, very, extremely dan quite bertindak sebagai kata keterangan yang memberi penekanan pada kata inti.

Eufemisme dan disfemisme dapat muncul sebagai frasa dalam teks dan berfungsi mengisi slot ajektiva. Contoh fasa eufemisme yang mengisi slot ajektifa adalah “The mentally handicapped man has finally found his family.” Frasa mentally handicapped adalah bentuk penghalusan makna yang merujuk pada seseorang dengan cacat mental. Frasa ini tentu lebih enak didengar bila dibanding dengan kata stupid atau silly. Selanjutnya, frasa ajektiva juga dapat muncul dalam teks dengan nilai rasa yang kasar atau disfemisme. Misalnya dalam kalimat “He has done a fucking crazy thing.” Frasa fucking crazy tersebut menerangkan nomina thing dan mengandung makna very crazy atau extremely crazy. Penggunaan fucking yang merupakan bentuk swearing dalam bahasa Inggris menyebabkan frasa ini terasa negatif.

- Frasa Adverbia

Frasa adverbia atau kelompok kata keterangan merupakan kelompok kata yang mengandung kata keterangan sebagai inti. Kelompok kata

keterangan ini memiliki fungsi yang sama dengan kata keterangan (2010: 99). Pengertian ini menjelaskan bahwa posisi kata adverbia dan frasa adverbia dalam kalimat adalah sama, yaitu pengisi keterangan. Dalam bahasa Inggris, frasa adverbia seperti in a friendly way, on the way, atau right now sudah lazim digunakan dalam kalimat. Frasa-frasa tersebut masing-masing menerangkan cara, tempat, dan waktu yang dapat mengisi posisi keterangan dalam kalimat.

Ungkapan eufemsime yang berupa frasa adverbia terdapat dalam kalimat “She is on her way to trouble.” Frasa yang juga tergolong idiomatic expression ini merupakan bentuk penghalusan dari kehamilan diluar pernikahan. Penggunaan ekspresi idiomatis ini dianggap mampu menghilangkan rasa negatif dari ungkapan unmarried pregnancy yang masih dianggap tabu.

Selain itu, ungkapan disfemisme dapat pula berwujud frasa adverbia. Contohnya adalah kalimat “She stares at him with a deadly look.” Frasa with a deadly look menerangkan verba stares dalam kalimat tersebut. Ungkapan disfemisme bentuk adjektiva ini akan menjadi lebih halus maknanya bila diganti dengan adjektiva angrily.

Dokumen terkait