• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II: KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Teori

1.3. Teknik Penerjemahan

Dalam proses transfer pesan dari BSu ke BSa, penerjemah seringkali harus menghadapi permasalah. Untuk itu, penerjemah memerlukan strategi serta teknik penerjemahan yang tepat. Molina dan Albir dalam translation techniques revisited mendefinisikan strategi penerjemahan sebagai ‘an essential element in problem soving’ (2002: 507). Artinya, strategi berperan penting dalam mengatasi masalah penerjemahan. Sementara itu, teknik penerjemahan didefinisikan sebagai ‘procedures to analyse and classify how translation equivalence works’ (2002: 509). Definisi ini menegaskan bahwa teknik penerjemahan adalah prosedur untuk menganalisis dan menggolongkan cara mencapai kesepadanan makna dalam penerjemahan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa teknik adalah realisasi dari strategi yang dipilih penerjemah untuk mengatasi masalah penerjemahan.

Molina dan Albir juga menegaskan bahwa strategi dan teknik berada pada tataran yang berbeda dalam penerjemahan. Menurut mereka, strategi

adalah bagian dari proses, sedangkan teknik berkaitan langsung dengan produk terjemahan dan dapat diamati melalui produk terjemahan (2002: 508). Untuk membedakan teknik dengan strategi penerjemahan yang seringkali overlap, Molina dan Albir menegaskan bahwa teknik penerjemahan memiliki 5 karakteristik utama, yaitu:

1) mempengaruhi hasil terjemahan

2) hasil perbandingan dengan bahasa sumber dan bahasa sasaran 3) mempengaruhi unik mikro suatu teks

4) bersifat diskursif dan kontekstual 5) bersifat fungsional.

Berikut ini adalah pembahasan singkat mengenai 18 teknik penerjemahan rujukan Molina dan Albir.

1) Adaptation (adaptasi) adalah teknik yang mengganti unsur budaya bahasa BSu dengan unsur budaya BSa. Namun, yang harus diperhatikan, unsur budaya dalam BSu dan BSa harus memiliki konsep yang sama. Hal ini penting untuk menjaga keaslian makna BSu dalam BSa. Berikut ini adalah contoh penggunaan teknik adaptasi dalam terjemahan.

BSu : Its fur is as white as snow. BSa : Bulunya seputih kapas.

‘Kapas’ digunakan untuk mengganti ‘snow’ yang dalam budaya Indonesia kurang berterima. Sebagai negara tropis, Indonesia tidak mengenal konsep ‘snow’. Untuk mengganti ‘snow’ , metafora yang

mengandung makna ‘putih sekali’, bahasa Indonesia memiliki ‘kapas’ yang juga bermakna ‘putih sekali’. Karena itu, ‘snow’ diterjemahkan dengan diadaptasi dalam BSa.

2) Amplification (Amplifikasi) adalah teknik yang mengeksplisitkan atau memparafrase dalam BSa informasi yang sebenarnya implisit dalam BSu. Teknik ini memungkinkan pembaca memahami konsep BSu yang tidak terdapat dalam BSa secara lebih jelas. Teknik Amplifikasi ini dapat berupa parafrase, penambahan, eksplisitasi, dan pemberian anotasi. Misalnya:

BSu : Malaysian Airlines will become an "entirely new company" its new boss has said.

BSa : Malaysian Airlines akan berubah menjadi maskapai baru kata direktur utama Malaysian Airlines.

Contoh ini menunjukkan bahwa informasi tentang ‘new boss’ dalam BSu telah diperjelas dengan terjemahannya yang menjadi ‘direktur utama Malaysian Airlines’.

3) Borrowing (Peminjaman). Sesuai dengan namanya, teknik ini meminjam istilah yang terdapat dalam BSu untuk terjemahan dalam BSa. Terdapat dua jenis teknik peminjaman dalam penerjemahan, yaitu peminjaman murni (pure borrowing) dan peminjaman naturalisasi (naturalized borrowing). Peminjaman murni adalah teknik penerjemahan yang meminjam kata atau ungkapan secara langsung dan tanpa perubahan dari BSu. Misalnya, dalam kalimat berikut ini:

BSu : There’s no internet connection here. BSa : Tidak ada koneksi internet disini.

Teknik peminjaman lainnya adalah peminjaman yang disertai dengan penyesuaian ejaan pada BSa atau sering disebut naturalized borrowing. Contoh peminjaman naturalisasi adalah sebagai berikut: BSu : They need a new strategy if they want to win this game. BSa : Mereka perlu strategi baru bila ingin memenangkan permainan ini.

4) Calque (Kalke). Teknik kalke adalah teknik penerjemahan harfiah dari BSu ke BSa secara leksikal atau struktural. Penerjemahan ini masih mempertahankan struktur BSu dalam BSa. Contoh penggunakan teknik kalke adalah sebagai berikut:

BSu : vice president BSa : wakil presiden

5) Compensation (Kompensasi) adalah teknik yang memindahkan unsur stilistika bahasa sumber di tempat lain dalam bahasa sasaran karena unsur ini tidak mungkin diletakkan pada posisi yang sama. Misalnya, BSu : It is hard though to be a woman

BSa : Bagaimanapun, menjadi wanita itu hal yang sulit.

Konstruksi bahasa Inggris memungkinkan konjungsi ‘though’ untuk diletakkan ditengah kalimat. Namun, konstruksi bahasa Indonesia meletakkan konjungsi diawal atau akhir kalimat. Oleh karena itu,

teknik kompensasi adalah teknik yang paling sesuai untuk menerjemahkan konjungsi ‘though’.

6) Description (deksripsi). Teknik ini mengganti suatu kata atau frasa dalam BSu dengan deskripsi tentang bentuk atau fungsi kata tersebut dalam BSa. Teknik ini memiliki kemiripan dengan teknik amplifikasi. Bedanya, teknik amplifikasi hanya mengeksplisitkan informasi yang tersirat sedangkan teknik deskripsi menjelaskan sesuatu diluar suatu kata itu yang berkaitan dengan bentuk atau fungsi kata yang dimaksud. Misalnya,

BSu : Sate kambing adalah makanan favoritnya.

BSa : Lamb satay, grilled marinated lamb on skewer served

with rice cake and sweet chilli soy sauce, is his favourite

food.

‘Sate kambing’ adalah makanan khas Indonesia yang tidak dimiliki negara lain. Karena itu, untuk memberi gambaran yang jelas mengenai seperti apa sate kambing itu, penerjemah memberi deskripsi mengenai bentuk sate kambing itu.

7) Discursive creation (kreasi diskursif) adalah teknik yang menampilkan kesepadanan yang keluar dari konteks serta bersifat sementara. Teknik ini biasa dipakai dalam penerjemahan judul buku atau film. Contohnya:

BSu : Ronggeng Dukuh Paruk BSa : The Dancer

Ronggeng Dukuh Paruk adalah judul sebuah novel karya Ahmad Tohari yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul The Dancer.

8) Established equivalent (kesepadanan lazim) adalah penggunaan istilah atau ekspresi yang lazim dikenal sebagai padanan suatu istilah atau ekspresi dari BSu (biasanya dapat ditemukan dalam kamus atau penggunaan bahasa sehari-hari). Contohnya,

BSu : She does not consume rice during her diet. BSa : Dia tidak makan nasi selama diet.

Kata ‘rice’ yang diterjemahkan menjadi ‘nasi’ dalam BSa menunjukkan bahwa penerjemah menggunakan istilah yang biasa digunakan dalam BSa dan dapat ditemukan dalam kamus bahasa Inggris-Indonesia.

9) Generalization (generalisasi) adalah teknik yang mengganti suatu istilah dalam BSu dengan istilah yang lebih umum atau netral dalam BSa. Misalnya,

BSu : They found a forget-me-not in that forest.

BSa : Mereka menemukan sekuntum bunga di hutan itu.

‘forget-me-not’ adalah sejenis bunga dari Jerman yang tumbuh dihutan. Jenis bunga ini tidak dikenal di dalam budaya Indonesia, karena itu, penerjemah menerapkan teknik generalisasi untuk penerjemahan nama bunga ini.

10) Linguistic amplification (amplifikasi linguistik). Teknik ini menambahkan elemen linguistik dalam BSa. Teknik amplifikasi linguistik banyak digunakan dalam penerjemahan sulih suara (dubbing). Teknik ini bertolak belakang dengan teknik kompresi linguistik yang akan dibahas selanjutnya. Contoh penggunaan teknik ini adalah:

BSu : Marry me?

BSa : Maukah kau menikah denganku?

11) Linguistic compression (kompresi linguistik). Seperti sudah disinggung sebelumnya, kompresi linguistic berkebalikan dengan amplifikasi linguistik. Teknik ini memadatkan unsur linguistik dalam BSa. Teknik ini sering digunakan dalam proses subtitling yang merupakan penerjemahan berbatas ruang dan waktu. Misalnya:

BSu : let me tell you something. BSa : kuberitahu kau.

Terjemahan dalam BSa menjadi lebih padat karena adanya kompresi pada kata ‘let me’ dan ‘something’.

12) Literal translation (penerjemahan harfiah) adalah teknik menerjemahkan kata demi kata namun dengan penyesuaian struktur bahasa sasaran. Misalnya:

BSu : to kill two birds with one stone

Teknik ini sudah mengikuti struktur bahasa sasaran tetapi masih terlepas dari konteks.

13) Modulation (modulasi) adalah teknik yang mengubah sudut pandang, fokus, atau kategori kognitif BSu baik secara literal maupun struktural. Contohnya:

BSu : Get moving or I’ll be doing the firing. BSa : keluar atau kau yang akan ku pecat.

Dalam contoh ini, klausa aktif ‘I’ll be doing the firing’ berubah menjadi klausa pasif ‘kau yang akan ku pecat’.

14) Particularization (partikularisasi) menekankan pada penggunaan istilah yang lebih spesifik dan konkret pada BSa. Misalnya:

BSu : artistic manifestation BSa : lukisan

Teknik ini adalah kebalikan dari teknik generalisasi.

15) Reduction (reduksi) adalah teknik yang memadatkan informasi dari bahasa sumber. Teknik ini adalah kebalikan dari teknik amplifikasi. Contohnya:

BSu : Nothing and nobody can stop me from speaking. BSa : Tidak ada yang bisa menghentikanku berbicara.

‘Nothing and nobody’ yang bermakna ‘tidak ada satu pun dan tidak seorang pun’ hanya diterjemahkan menjadi ‘tidak ada’. Artinya, terdapat beberapa lagian dari frasa ini yang direduksi.

16) Substitution (substitusi) dilakukan dengan cara mengganti elemen linguistik dalam BSu menjadi elemen paralinguistik (berupa intonasi atau gestur) dalam BSa atau sebaliknya. Misalnya:

BSu : Dia menyapanya dari jendela itu.

BSa : She waves her hand at him from the window.

Elemen linguistik ‘menyapa’ diterjemahkan menjadi elemen paralinguistik yang menunjukkan gestur ‘wave her hand’.

17) Transposition (transposisi) adalah teknik yang mengubah kategori gramatikal suatu kata atau frasa dari BSu ke dalam BSa. Perubahan dapat berupa pengubahan bentuk jamak atau tunggal, fungsi kata, maupun struktur kalimat secara keseluruhan. Contohnya:

BSu : I congratulate her.

BSa : aku memberinya ucapan selamat.

Dalam contoh kalimat BSu diatas terdapat verba ‘congratulate’ yang diterjemahkan dalam BSa menjadi nomina ‘ucapan selamat’. Dengan demikian, terjadi perubahan kategori kata (part of speech).

18) Variation (variasi). Teknik yang mengubah elemen linguistik maupun paralinguistik yang berpengaruh pada variasi linguistik yang meliputi perubahan tona tekstual, gaya bahasa, dialek sosial, dialek geografis dan lain-lain. Contohnya:

BSu : What do you say? BSa : apa lo bilang?

Teknik variasi digunakan dalam penerjemahan kata ‘you’ menjadi ‘lo’ sesuai dengan dialek betawi.

Selain kedelapanbelas teknik Molina dan Albir, teknik lain yang juga dapat dijadikan acuan dalam penerjemahan adalah dua teknik yang diajukan Delisle (1993, dalam Molina dan Albir). Kedua teknik yang diajukan Delisle adalah teknik addition dan omission. Keduanya, menurut Delisle, termasuk dalam translation error. Addition atau penambahan adalah teknik yang menambahkan unsur stilistika atau informasi kedalam BSa yang sama sekali tidak terdapat dalam BSu. Sedangkan omission adalah penghilangan informasi yang ada BSu di dalam BSa. Teknik addition dan omission ini seringkali menyebabkan tumpang tindih dengan teknik amplification dan reduction milik Molina dan Albir. Faktor pembeda antara addition dan amplification adalah pada pesan yang disampaikan. Addition menambahkan informasi yang sama sekali tidak muncul dalam BSu sedangkan amplification hanya memperjelas informasi yang tersirat dalam BSu. Begitu pula dengan omission dan reduction. Omission menghilangkan informasi atau pesan yang ada di BSu ke dalam BSa sedangkan reduction hanya memadatkan pesan BSu ke dalam BSa.

Dokumen terkait