• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. PERANAN ORANG TUA KATOLIK DI STASI SANTO

A. Katekese Model Shared Christian Praxis

1. Pengertian Katekese

Kata katekese berasal dari bahasa Yunani “kathekeis” atau dalam bahasa latin “cathechesis” yang berarti “pengajaran” (Nyiolah, 2004:5). Sedangkan arti kata aslinya adalah bergema atau membuat sesuatu bergaung. Pengertian katekese dapat ditemukan dalam Kitab Suci terutama dalam Perjanjian Baru. Kitab Suci yang memuat tentang arti katekese tersebut di antaranya : Luk, 1:4 (diajarkan); Rom

2:18(diajar); Kis 18:25 (pengajaran dalam jalan Tuhan) dan Gal 6:6 (pengajaran). Dalam hal ini katekese dapat dimengerti sebagai pengajaran, pendalaman dan pendidikan iman agar seorang Kristiani dapat semakin menuju pada kedewasaan iman. Dalam anjuran Apostolik Catechesi Tradendae, Bapa Suci Paus Yohanes Paulus II merumuskan :

“katekese adalah pembinaan anak-anak, kaum muda, dan orang dewasa dalam iman, yang khususnya mencakup penyampaian ajaran Kristen, yang pada umumnya diberikan secara organis dan sistematis, dengan maksud mengantar para pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen” (CT art. 18)

Katekese merupakan salah satu tugas pastoral Gereja yang bertujuan menghidupkan iman dalam diri manusia lewat pengajaran sehingga menjadi iman yang sadar dan aktif (DCG art. 17).

Dari beberapa pengertian katekese di atas maka penulis dapat menyimpulkan arti katekese adalah suatu bentuk pelayanan sabda yang diusahakan oleh Gereja guna membantu umat agar dapat semakin mengenal Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat sehingga dari waktu ke waktu iman umat akan terus menuju kepada kematangan dan kedewasaan iman atau menjadi iman yang sempurna.

2. Tujuan Katekese

Dari pengertian katekese yang telah dipaparkan sebelumnya maka secara umum dapat dikatakan bahwa katekese bertujuan untuk membimbing dan mengajarkan pada umat agar umat semakin mengenal Kristus dan semakin memiliki iman yang mendalam.

Dalam anjuran Apostolik Catechesi Tradendae, Bapa Suci Paus Yohanes Paulus II menyatakan bahwa :

“Tujuan katekese adalah menjadi tahap pengajaran dan pendewasaan, artinya masa orang Kristen sesudah dalam iman menerima pribadi Yesus Kristus sebagai satu-satunya Tuhan, dan sesudah menyerahkan diri utuh-utuh kepada-Nya melalui pertobatan hati yang jujur, berusaha makin mengenal Yesus, yang menjadi tumpuan kepercayaannya, mengerti misteri-Nya, Kerajaan Allah yang diwartakan oleh-Nya, tuntutan-tuntutan maupun janji-janji yang tercantum dalam amanat Injil-Nya, dan jalan yang telah digariskan-Nya bagi siapapun yang mengikuti-Nya” (CT art. 20).

Sidang PKKI II juga menyatakan bahwa katekese merupakan suatu komunikasi iman yang dirumuskan berdasarkan tujuannya sebagai berikut:

a. Dalam terang Injil kita semakin meresapi arti pengalaman dalam kehidupan sehari-hari.

b. Kita bertobat kepada Allah dan semakin menyadari kehadiran-Nya dalam kenyataan sehari-hari.

c. Kita semakin sempurna beriman, berharap, mengamalkan cinta kasih dan makin dikukuhkan hidup kristiani kita.

d. Kita semakin bersatu dengan Kristus. e. Kita semakin mengumat.

f. Kita semakin berani memberi kesaksian tentang Yesus Kristus yang kita imani dalam kehidupan sehari-hari, baik di dalam keluarga dan masyarakat yang lebih luas (Telaumbanua, 1999:88).

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tujuan katekese adalah untuk membantu para peserta katekese semakin bertumbuh dan berkembang menuju pada

kedewasaan iman sehingga semakin hari semakin mengenal dan mencintai Kristus dan menjadikan Kristus sebagai pusat hidupnya dan setiap peserta katekese mampu memaknai peristiwa hidup dalam terang Injil yang pada akhirnya dapat menjadi saksi-saksi Kristus dalam kehidupan sehari-hari.

3. Shared Christian Praxis

Menurut Thomas H. Groome yang bukunya disadur olah Heryatno Wono Wulung (1997: 2-4), Shared Christian Praxis dibagi menjadi beberapa komponen, yaitu:

a. Shared

Istilah shared menunjuk pada suatu komunikasi timbal balik antar peserta katekese dengan partisipasi aktif dan kritis serta terbuka pada kedalaman diri dan bagi sesama maupun pada rahmat Tuhan. Dalam sharing, setiap peserta diharapkan sungguh terbuka dan siap mendengarkan dengan hatinya dan dapat berkomunikasi dengan kebebasan hati.

b. Christian

Komponen ini menekankan pengalaman hidup umat Kristiani sepanjang sejarah dan visi Gereja yaitu terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah. Christian merupakan salah satu komponen penting dalam SCP karena di dalamnya selalu mengupayakan agar kekayaan iman Kristiani semakin terjangkau, dekat dengan umat

dan relevan dengan kebutuhan umat pada zaman sekarang. Dengan demikian diharapkan kekayaan iman Gereja dapat berkembang menjadi pengalaman iman jemaat.

c. Praxis

Praxis mengacu pada tindakan konkrit manusia yang memiliki tujuan untuk tercapainya suatu transformasi hidup secara nyata di mana di dalamnya terjadi kesatuan antara teori dan praktek yaitu kreativitas, antara kesadaran historis dan refleksi kritis yaitu keterlibatan baru.

4. Langkah-langkah katekese model Shared Christian Praxis

Menurut Sumarno (2005: 19-22) langkah-langkah SCP dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Langkah 0: Pemusatan Aktivitas

Langkah ini bertujuan untuk menarik fokus peserta SCP pada kegiatan yang dilaksanakan serta untuk mendorong umat menemukan topic pertemuan yang yang bertolak dari kehidupan konkrit peserta yang selanjutnya menjadi tema dasar pertemuan.

b. Langkah I: Pengungkapan Pengalaman Faktual

Langkah ini mengajak peserta untuk mengungkapkan pengalaman konkret yang dialaminya setiap hari secara terbuka, tanpa ada tanggapan dari peserta atau

fasilitator. Salah satu cara yang digunakan untuk mengungkapkan pengalamn peserta adalah dengan sharing. Cara lain untuk mengungkapkan pengalaman peserta dapat menggunakan lagu (bernyanyi) serta puisi sejauh tidak keluar dari tema dan tujuannya.

c. Langkah II: Refleksi Kritis atas Sharing Pengalaman Faktual

Tujuan dari langkah kedua ini adalah untuk mengajak peserta memperdalam refleksi secara kritis atas sharing pengalaman pada langkah pertama. Refleksi pada langkah ini menyatukan antara refleksi pengalaman pada masa lampau, pengalaman masa sekarang, dan pengalaman pada masa yang akan datang.

d. Langkah III: Mengusahakan Supaya Visi dan Tradisi Kristiani Lebih Terjangkau Langkah ini mengajak perserta untuk mengkomunikasikan nilai-nilai Tradisi dan Visi Kristiani agar dapat menyentuh pengalaman hidup mereka sehari-hari. Tradisi dan Visi Kristiani mengungkapkan pewahyuan diri dan kehendak Allah yang memuncak dalam misteri hidup dan karya Yesus Kristus serta mengungkapkan tanggapan manusia atas pewahyuan tersebut.

e. Langkah IV: Interpretasi Dialektis antara Tradisi dan Visi Peserta dengan Tradisi dan Visi Kristiani

Langkah ini mengajak peserta untuk mengolah dan mendialogkan pengalaman pada langkah pertama sampai langkah ketiga dengan maksud untuk melihat kembali

sejauh mana nilai-nilai Tradisi kristiani dapat mendukung hidup peserta menuju iman yang baru. Berdasarkan nilai Tradisi dan Visi Kristiani, peserta diajak untuk sampai pada pemaknaan akan nilai hidup, sikap pribadi yang tidak baik akan ditinggalkan dan nilai-nilai hidup yang baru akan dikembnagkan. Langkah ini bertujuan untuk menekankan interpretasi yang dialektis antara tradisi dan visi peserta dengan nilai Tradisi dan Visi Kristiani sehingga dapat melahirkan kesadaran, sikap-sikap dan niat-niat yang baru sebagai jemaat Kristiani yang memperjuangkan nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah-tengah hidup mereka.

f. Langkah V: Keterlibatan Baru demi Terwujudnya Kerajaan Allah di Dunia

Langkah ini mengajak peserta untuk berani mengambil sikap dan keputusan meninggalkan hidup yang lama menuju hidup yang baru sebagai tanggapan terhadap pewahyuan Allah yakni hidup berdasarkan kehendak Allah melalui pertobatan setiap hari.

B. Program Pelaksanaan dalam Rangka Peningkatan Kesadaran Orang Tua