• Tidak ada hasil yang ditemukan

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5. 1. Letak Geografis Kota Depok

Kota Depok secara geografis terletak diantara 106043’00” BT - 106055’30” BT dan 6019’00” - 6028’00”. Kota Depok berbatasan langsung dengan Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan dan wilayah khusus ibukota Jakarta di sebelah utara, Kecamatan Pondok Gede Kota Bekasi dan Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor di sebelah timur, Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Bojong Gede Kabupaten Bogor di sebelah selatan, kecamatan Parung dan Kecamatan Gunungsindur Kabupaten Bogor di sebelah barat. Letak Kota Depok sangat strategis diapit oleh Kota Jakarta dan Kota Bogor. Hal ini meyebabkan Kota Depok semakin tumbuh dengan pesat seiring meningkatnya perkembangan jaringan transportasi yang terhubung dengan kota-kota lainnya.

Bentang alam Kota Depok dari Selatan ke Utara merupakan daerah dataran rendah - perbukitan bergelombang lemah, dengan elevasi antara 50 – 140 meter diatas permukaan laut dan kemiringan lerengnya kurang dari 15%. Kota Depok sebagai wilayah termuda di Jawa Barat, mempunyai luas wilayah sekitar 200,29 km2.

Kondisi geografisnya dialiri oleh sungai-sungai besar yaitu Sungai Ciliwung dan Cisadane serta 13 sub Satuan Wilayah Aliran Sungai. Kondisi topografi berupa dataran rendah bergelombang dengan kemiringan lereng yang landai menyebabkan masalah banjir di beberapa wilayah, terutama kawasan cekungan antara beberapa sungai yang mengalir dari selatan menuju utara: Kali Angke, Sungai Ciliwung, Sungai Pesanggrahan dan Kali Cikeas.

Sumber Daya Lahan Kota Depok mengalami tekanan sejalan dengan perkembangan kota yang sedemikian pesat. Sebagaimana kita ketahui berdasarkan data analisis Revisi RT-RW Kota Depok (2000-2010) dalam pemanfaatan ruang kota, kawasan pemukiman pada tahun 2005 mencapai 8.915.09 ha (44,31%) dari total pemanfaatan ruang Kota Depok.

Pada tahun 2005 kawasan terbuka hijau tercatat 10.106,14 ha (50,23%) dari luas wilayah Depok atau terjadi penyusutan sebesar 0,93 % dari data tahun 2000. Meningkatnya tutupan permukaan tanah, berdampak terhadap penurunan

31

kondisi alam Kota Depok, terutama disebabkan tekanan dari pemanfaatan lahan untuk kegiatan pemukiman yang mencapai lebih dari 44,31 % dari luas wilayah kota. Sementara luas kawasan terbangun tahun 2005 mencapai 10.013,86 ha (49,77%) dari luas wilayah Kota Depok atau meningkat 3,59 % dari data tahun 2000.

Luas kawasan terbangun sampai dengan tahun 2010 diproyeksikan mencapai 10.720,59 ha (53,28%) atau meningkat 3,63 % dari data tahun 2005. Sementara luas ruang terbuka (hijau) pada tahun 2010 diproyeksikan seluas 9.399,41 ha (46,72%) atau menyusut 3,63 % dari tahun 2005.

5.2. Keadaan Demografi Kota Depok

Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kota Depok sementara adalah 1.738.570 orang, yang terdiri atas 880.816 laki-laki dan 857.754 perempuan. Luas wilayah Kota Depok hanya 200,29 Km2, maka kepadatan penduduk Kota Depok adalah 8.680 jiwa/Km2. Tingkat kepadatan tersebut tergolong padat, apalagi dengan penyebaran penduduk yang tidak merata. Secara umum Kota Depok memiliki Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) tahun 2004-2008 adalah sebesar 4.65 %. Perhitungan laju pertumbuhan penduduk ini berdasarkan jumlah penduduk yang tercatat dan terdata pada Kecamatan Dalam Angka Kota Depok. Perumbuhan penduduk ini dipengaruhi selain oleh pertambahan alamiah penduduk (kelahiran), juga dipengaruhi oleh besarnya “migrasi” penduduk luar yang masuk Kota Depok (diakibatkan pengisian perumahan formal yang dibangun di wilayah Kota Depok). Mengenai perkembangan penduduk dan nilai Laju Pertumbuhan Penduduk dapat dillihat pada Lampiran 2.

Wilayah Depok termasuk dalam daerah beriklim tropis dengan perbedaan curah hujan yang cukup kecil dan dipengaruhi oleh iklim musim. Secara umum musim kemarau antara bulan April-September dan musim hujan antara bulan Oktober-Maret. Kota Depok memiliki temperatur dan kelembaban rata-rata masing-masing sebesar 24,30 - 330 Celsius dan 25 persen.

32

5.3. Keadaan Ekonomi Kota Depok

Kota Depok semakin memantapkan diri sebagai “Urban City” yang dicirikan dengan struktur perekonomian yang dominan yaitu sektor sekunder (industri) dan tersier (perdagangan, hotel dan restoran). Hal ini dijlelaskan pada nilai PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Kota Depok tahun 2003-2007, menurut harga berlaku sektor yang tinggi adalah industri ( 37.03 %), kemudian sektor perdagangan yaitu sebesar 33.67 %.

Dari data tersebut diatas, maka dapat dikatakan bahwa kedua sektor tersebut (industry dan perdagangan) merupakan sektor yang mendominasi struktur perekonomian Kota Depok. Jika dilihat dari struktur ekonomi Kota Depok yang dominan adalah industri, hal ini didukung dengan kebijakan RTRW Jawa Barat 2025 yang menetapkan Kota Depok sebagai Metropolitan Bodebek (Bogor- Depok-Bekasi) dengan fungsinya sebagai PKN (Pusat Kegiatan Nasional). Kawasan andalan Bodebek dalam tata ruang Provinsi Jawa Barat diarahkan agar mempunyai keunggulan dalam bidang industri, pariwisata, perdagangan dan jasa, sumber daya manusia yang mempunyai keterkaitan dengan sumber daya lokal, berdaya saing, berorientasi ekspor dan ramah lingkungan. Besarnya sektor industri dalam memberikan kontribusi bagi PDRB Kota Depok, menyebabkan kegiatan industri tetap diarahkan untuk dipacu pertumbuhannya, sehingga perkembangan sektor ini akan terus meningkat. Perkembangan industri di Kota Depok didukung oleh faktor kebijakan yang mengarahkan Kota Depok memiliki keunggulan di bidang industri, selain itu didukung pula oleh faktor sumber daya manusia, dan pemasarannya.

5.3.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Depok

Salah satu faktor pendukung guns terciptanya perencanaan pembangunan perekonomian yang baik adalah tersedianya data statistik yang dapat dijadikan bahan evaluasi hasil pembangunan yang telah dicapai dan sebagai pereancanaan dimasa yang akan datang. Salah satu data yang dibutuhkan, terutama dibidang ekonomi adalah data Produk Domestik Bruto (PDRB).

Penyajian PDRB atas dasar harga konstan mencerminkan perubahan PDRB tanpa dipengaruhi oleh perubahan harga yang biasanya cenderung

33

meningkat dari tahun ke tahun. Laju pertumbuhan ekonomi kota Depok tahun ini naik dengan melambat yaitu sebesar 6,42 persen. Laju pertumbuhan ekonomi Kota Depok masih diatas laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat yang sebesar 5,83 persen atau 0,59 poin lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi Jawa Barat.

Selama periode tahun 2008, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang dihitung atas dasar harga berlaku di Kota Depok mencapai Rp. 12.542.499,04 juta atau mengalami peningkatan sebesar 18,33 persen dibandingkan tahun sebelumnya yakni sebesar Rp 10.599.147,15,-juta. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 mengalami peningkatan sebesar 6,42 persen dari Rp 5.422.760,39,- juta tahun 2007 menjadi Rp 5.770.827,64,- juta pada tahun 2008

5.3.2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Perkapita

Indikator yang sering dipakai untuk menggambarkan tingkat kemakmuran masyarakat secara makro adalah pendapatan per kapita. Semakin tinggi pendapatan yang diterima penduduk di suatu wilayah maka tingkat kesejahteraan di wilayah yang bersangkutan dapat dikatakan bertambah baik. Oleh karena pendapatan faktor produksi dan transfer yang mengalir keluar (transfer out) serta pendapatan faktor produksi dan transfer yang masuk (transfer in) yang merupakan komponen penghitungan pendapatan regional, belum dapat dihitung mab yang dapat disajikan hanya PDRB perkapita. Nilai PDRB perkapita diperoleh dari nilai PDRB dibagi penduduk pertengahan tahun. Nilai ini menunjukkan rata-rata banyaknya pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk daerah tersebut. Nilai ini sangat tergantung dari jumlah penduduk pertengahan tahun, artinya jika jumlah penduduk daerah tersebut banyak, maka PDRB perkapita yang menjadi kecil, sebaliknya jika daerah tersebut berpenduduk sedikit, maka PDRB perkapita menjadi besar.

PDRB perkapita Kota Depok atas dasar harga berlaku menunjukkan kenaikan dari Rp 7.318.250,87 pada tahun 2007 menjadi Rp 8.369.131,29 pada tahun 2008 atau meningkat 14,36 persen. Kendati demikian peningkatan PDRB perkapita di atas masih belum menggambarkan secara riil kenaikan daya beli

34

masyarakat Kota Depok secara umum. Hal ini disebabkan pada PDRB perkapita yang dihitung berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku masih terkandung faktor inflasi yang sangat berpengaruh terhadap daya beli masyarakat.

Untuk memantau perkembangan daya beli masyarakat secara riil bisa digunakan PDRB perkapita yang dihitung dari PDRB atas dasar harga konstan. PDRB perkapita Kota Depok yang dihitung dari PDRB atas dasar harga konstan mengalami peningkatan dari Rp 3.744.180,58 pada tahun 2007 menjadi Rp 3.850.653,21 pada tahun 2008 atau naik 2,84 persen. Berikut Grafik pertumbuhan ekonomi Kota Depok

Gambar 4. Pertumbuhan ekonomi Kota Depok tahun 2004-2008 Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Depok, 2010

Pertumbuhan ekonomi Kota Depok menggambarkan adanya peningkatan daya beli masyarakat. Perkembangan daya beli masyarakat yang terjadi dan serta didukung dengan pertumbuhan penduduk Kota Depok dapat menjadi indikasi adanya peluang yang terbuka untuk mengembangkan usaha susu kambing sebagai alternatif susu bagi anak balita.