• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keanekaragaman hayati dan ekosistem .1 Keanekaragaman hayati .1 Keanekaragaman hayati

4.2 Kepulauan Derawan .1Kondisi umum

4.2.2 Keanekaragaman hayati dan ekosistem .1 Keanekaragaman hayati .1 Keanekaragaman hayati

Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan yang memiliki keanekaragaman hayati (biodiversity) laut terbesar di dunia. Perairan laut Indonesia memiliki jenis-jenis tumbuhan sebanyak 833 jenis, moluska 2500 jenis, krustacea 214 jenis, echinodermata 759 jenis, ikan 2000 jenis, penyu 6 jenis, mamalia 25 jenis dan biota karang 450 jenis dengan 79 genus (Ditjen PHKA, 2003).

Kepulauan Derawan merupakan pulau-pulau kecil dan perairan laut memiliki tipe ekosistem mangrove, terumbu karang (coral reefs) dan lamun

(sea grass beds). Kawasan yang bertaburan pulau-pulau kecil ini yang

dikelilingi terumbu karang mempunyai banyak spesies endemik dan keanekaragaman hayati yang tinggi.

Kepulauan Derawan berada pada segitiga terumbu karang dunia yang memiliki keanekaragaman tertinggi. Anonim (2003) kawasan ekoregion laut Sulu-Sulawesi mempunyai keanekaragaman hayati yang tinggi dengan 1.200 jenis ikan, 500 jenis terumbu karang, 400 spesies alga laut, 22 jenis mamalia laut (paus dan lumba-lumba), dan 16 spesies padang lamun.

Survei ikan karang pada bulan Oktober 2003 di Kepulauan Derawan dengan melakukan penyelaman di 42 stasiun selama 72 jam Scuba, menghasilkan 832 spesies dalam 272 genera dan 71 famili. Sebagai tambahan terdapat 40 spesies, 16 genera dan 6 famili dari survei 1994 di Sangalaki-Kakaban, sehingga total spesies 872 (Allen, 2003).

Dari hasil penelitian Puslitbang Oseanologi LIPI-Ambon dalam WWF-Wallacea (2001), kawasan ini dipenuhi hamparan lamun (9 jenis), 26 jenis mangrove, 347 jenis karang, 222 jenis moluska maupun berbagai biota laut langka seperti dugong (Dugong dugon), ikan bele-bele/ napoleon (Cheilinus

undulatus), kerang kima (Tridacna sp), dan kepiting kenari (Birgus latro). Selain itu juga ditemukan jenis pari manta, lumba-lumba, hiu serta jenis ubur-ubur endemik di Danau Kakaban. Adapun spesies yang dilindungi adalah penyu hijau, penyu sisik, paus, lumba-lumba, kima, ketam kelapa, duyung serta beberapa spesies lainnya.

4.2.2.2Ekosistem

Di Kepulauan Derawan terdapat tiga ekosistem penting, yaitu: terumbu karang, padang lamun dan mangrove.

(i) Terumbu karang

Ekosistem terumbu karang meliputi dataran terumbu, lereng terumbu, laguna serta gosong-gosong yang terdapat di daerah terumbu karang. Terumbu karang merupakan ekosistem laut tropis yang terdapat di perairan dangkal (< 50 meter) dengan air yang jernih dan suhu di atas 18°C. Menurut Tomascik dan Mah (1994) di Kepulauan Derawan terdapat tiga tipe terumbu karang, yakni:

- Karang tepi berada di pulau-pulau kecil dan pulau-pulau karang yang berbatasan dengan kawasan estuari dan delta sepanjang garis pantai Kabupaten Berau.

- Karang penghalang terdapat di Pulau Derawan, Panjang, Sangalaki, dan Semama.

- Karang cincin/ atol ada di P. Maratua (690 km2) dan Gosong Muaras (288 km2) dan P. Kakaban (19 km2). Atol di P. Kakaban membentuk danau dengan laguna tertutup. Danau yang berair payau dan tidak seasin air laut karena percampuran air hujan. Walaupun terpisah dengan laut permukaan air danau dipengaruhi pasang surut air laut.

Untuk membedakan ketiga tipe terumbu karang dapat dilihat pada Gambar 31 berikut ini.

Gambar 31. Profil dari karang tepi, karang penghalang dan karang cincin (Sumber : Wetlands International Indonesia Programme, 1996)

Untuk keperluan restocking kawasan laut dengan karang tepi dapat digunakan untuk budidaya jenis ikan karang, ikan pelagis kecil, ubur-ubur dan udang. Kawasan laut dengan karang penghalang ini dapat digunakan untuk budidaya seperti : misalnya ikan putih, kerapu, baronang, bawal dan teripang serta untuk pembibitan buatan. Kawasan laut dan pulau karang beratol dapat dimanfaatkan untuk budidaya: (a) ikan pelagis besar seperti: tuna dan cakalang; (b) ikan demersal besar seperti: ikan merah, ikan bale-bale, dan kerapu.

Dari hasil penelitian TNC (2004) dilaporkan bahwa jumlah biota karang yang ditemukan di Kepulauan Derawan antara 460 sampai 470 spesies. Hal ini menunjukkan kekayaan keanekaragaman hayati yang tinggi. Adapun lokasi terumbu karang yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi dan keindahan pemandangan bawah laut adalah : Karang Muaras, Karang Malalungun dan Karang Besar (Tabel 6).

Permasalahan di ekosistem terumbu karang adalah eksploitasi ikan terumbu karang secara berlebihan (over fishing) seperti: pangkapan ikan nilai ekonomis tinggi (kerapu, napoleon dan lobster); penangkapan ikan hias; pemungutan kima, kerang dan tripang; pengambilan karang untuk industri aquarium. Penambangan karang untuk bahan bangunan, bongkar-pasang alat tangkap bubu juga merupakan kegiatan merusak terumbu karang. Penggunaan alat tangkap bom dan potasium telah menghancurkan terumbu karang. Kecuali itu kegiatan wisata bahari yang semakin banyak diminati wisatawan juga memberikan kontribusi terhadap kerusakan terumbu karang. Penyelam yang ceroboh seringkali menimbulkan kerusakan terumbu karang. Kapal penyelam

yang membongkar-pasang jangkar kapal sembarangan dan wisatawan berjalan-jalan di atas karang saat air surut.

Tabel 6. Terumbu karang di Kepulauan Derawan

No. Nama Pulau Luas Terumbu Karang (Ha)

1. Rabu-rabu 0 2. Panjang 128,42 3. Derawan 10,86 4. Semama 7,40 5. Sangalaki 35,61 6. Kakaban 0 7. Maratua 2.200,02 8. Balembangan 0 9. Sambit 8.698,80 10. Kr. Masimbung 348,10 11. Kr. Buliulin 0 12. Malangun 121,77 13. Bilang-Bilang 0 14. Mataha 0 15. Manimbora 17,23 16. Balikukup 1.181,21 Jumlah 12.749,42 Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Berau

(ii)Lamun

Padang lamun merupakan ekosistem yang ada di perairan laut yang landai, berlumpur/ berpasir pada batas pasang-surut terendah. Umumnya menempati perairan laut yang tenang dan terlindung dan berada didekat ekosistem mangrove. Jenis-jenis tumbuhan yang ada di dalam komunitas lamun merupakan jenis tumbuhan berbunga sejati yang selalu terendam dalam air serta mampu beradaptasi dengan kondisi perairan dengan salinitas tinggi. Secara ekologis ekosistem lamun berfungsi sebagai: sumber utama produktivitas primer, sumber makanan bagi organisme, menstabilkan dasar yang lunak, tempat berlindung organisme dari predator, tempat pembesaran beberapa spesies ikan, peredam arus, pelindung dari sinar panas matahari bagi penghuninya.

Gambar 32. Ekosistem lamun (seagrasses)

Luas dan proporsi penutupan padang lamun disajikan pada Tabel 7 dan Tabel 8 berikut ini.

Tabel 7. Luas padang lamun di Kepulauan Derawan

No. Nama Pulau Luas Padang Lamun/Makro alga (ha)

1. Rabu-rabu 2.220,22 2. Panjang 12.431,22 3. Derawan 948,11 4. Semama 426,35 5. Sangalaki 152,80 6. Kakaban 0 7. Maratua 12.635,62 8. Balembangan 0 9. Sambit 18.945,77 10. Kr. Masimbung 2.509,86 11. Kr. Buliulin 1.991,74 12. Kr. Dekat P. Derawan 3.186,28 13. Bilang-Bilang 154,97 14. Mataha 204,54 15. Manimbora 114,57 16. Balikukup 12.342,79 Jumlah 68.264,84 Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Berau, 2003.

Parameter fisik yang mempengaruhi pertumbuhan lamun adalah kecerahan dengan kedalaman kurang dari 10 meter, kisaran temperatur optimum 28° - 30°C, salinitas optimum 35 psu, substrat campuran lumpur dan

fine mud, serta kecepatan arus optimal sekitar 0,5 m/detik.

Ekosistem lamun secara ekologi dan ekonomi sangat penting, namun keberadaanya terancam oleh gangguan dan kegiatan manusia. Sampai saat ini

upaya restorasi dan konservasi lamun belum dilakukan, padahal keanekaragaman hayati wilayah pesisir sangat tergantung pada stabilitas ekosistem lamun. Ikan yang terdapat di ekosistem lamun di Kepulauan Derawan terdapat 85 jenis dari 34 famili.

Tabel 8. Penutupan dan jenis tumbuhan pada ekosistem lamun di Kepulauan Derawan

No. NAMA PULAU PENUTUPAN JENIS LAMUN 1. Panjang 5 % - 40 % 1.Enhalus acoroidea,

2.Thalasia hemprichii, 3.Halodule uninervis (*), 4.Halophila ovalis, 5.Cyamodocea rotundata, 6.Syringodium isoetifolium, 7.Halodule pinifolia,

2. Derawan < 5 % - 50 % 1. Thalasia hemprichii,

2. Halodule uninervis ,

3. Halophila ovalis,

4. Cyamodocea rotundata,

5. Syringodium isoetifolium,

6. Halodule pinifolia,

3. Semama Merata (10%) 1. Enhalus acoroidea,

2. Thalasia hemprichii, 3. Halodule uninervis, 4. Halophila ovalis, 5. Cyamodocea rotundata (*), 6. Syringodium isoetifolium, 7. Halodule pinifolia,

4. Sangalaki 10 % - 20 % 1. Enhalus acoroidea,

2. Thalasia hemprichii,

3. Halodule uninervis,

4. Halophila ovalis,

5. Cyamodocea rotundata,

6. Halodule pinifolia (*).

5. Kakaban Merata ( 5 % ) 1. Halophila ovalis

2. Halodule uninervis

6. Maratua 5 % - 80 % 1. Halodule univervis,

2. Halodule pinifolia, 3. Cyamodocea rotundata, 4. Syringodium isoetifolium, 5. Enhalus acoroides, 6. Thalassia hemrichii, 7. Halophila ovata 8. Halophila ovalis

Keterangan: (*) = Jenis yang dominan Sumber : TNC (2004)

Ekosistem lamun memiliki peran penting bagi hewan herbivora/ biota invertebrata perairan. Tumbuhan lamun melakukan fotosintesis akan menghasilkan nutrisi bagi duyung (Dugong dugon) dan penyu. Selain itu melalui proses dekomposisi komunitas lamun akan menghasilkan detritus yang akan dikonsumsi oleh hewan invertebrata dari kelompok Molusca; Echinodermata; bulu babi; bintang laut; udang dan kepiting.

Menurut TNC (2004) survei awal pada bulan Juli 2003 yang dilakukan oleh Wawan Kiswara (P2O LIPI) dan tim TNC, menemukan delapan spesies lamun yang ada di Kepulauan Derawan yaitu : Halodule univervis, H. pinifolia, Cyamodocea rotundata, Syringodium isoetifolium, Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Halophila ovata dan Halophila ovalis.

Ancaman terhadap ekosistem lamun umumnya di negara-negara Asia Tenggara, tidak terkecuali perairan Kalimantan Timur yang disebabkan oleh pembukaan hutan besar-besaran, kebakaran hutan, budidaya laut, sedimentasi, baling-baling perahu, dan peningkatan hunian di pesisir yang menyebabkan peningkatan kandungan nutrien di perairan pesisir.

(iii) Mangrove

Ekosistem mangrove merupakan salah satu komunitas biotis dan abiotis yang berada di daratan wilayah pantai. Secara alami komunitas mangrove dipengaruhi oleh pasang surut air laut, selalu tergenang pada saat pasang naik dan bebas dari genangan pada saat pasang rendah.

Ekosistem mangrove mewakili komunitas pantai dengan anekaragam jenis biota yang sangat tinggi. Selain merupakan habitat tumbuhan dan tempat tinggal satwa, mangrove juga menjadi tempat transit berbagai jenis burung dan biota perairan laut. Kehadiran satwa migrasi pada ekosistem mangrove karena alasan sebagai tempat bertelur (nesting-site); membesarkan anak (nursery) serta mendapat energi dari makanan selama perjalanan panjang.

Keragaman jenis pohon mangrove yang dapat dijumpai di wilayah pesisir Indonesia adalah Bakau (Rhizophora spp.), Api-api (Avicennia spp.), Pidada (Sonneratia spp.), Tancang (Bruguiera spp.), Nyirih (Xylocarpus spp.), Tenger (Ceriops spp) dan, Buta-buta (Exoecaria spp.) dan lain-lain. Vegetasi mangrove membentuk formasi yang teratur mulai dari daratan ke arah laut

sebagai berikut : Formasi Sonneratia/ Avicenia; Formasi Rhizophora; Rhizophora/ Bruguiera; Bruguiera dan Nipah/ Pandan (Gambar 33).

Gambar 33. Formasi vegetasi di ekosistem mangrove (Sumber : Wetlands International Indonesia Programme, 1996)

Dari data kantor Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Berau diperoleh sebaran ekosistem mangrove di Kepulauan Derawan seperti disajikan pada Tabel 9 berikut ini.

Tabel 9. Sebaran ekosistem mangrove di Kepulauan Derawan

No. Nama Pulau Luas Vegetasi Mangrove (ha)

1. Rabu-rabu 24,01 2. Panjang 524,66 3. Derawan 33,34 4. Semama 97,03 5. Sangalaki 18,08 6. Kakaban 718,45 7. Maratua 2.460,51 8. Balembangan 174,77 9. Sambit 140,50 10. Malangun 4,34 11. Balikukup 27,71 12. Bilang-Bilang 31,35 13. Mataha 62,74 14. Manimbora 1,34 Jumlah 4.318,83 Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Berau, tahun 2003.

Pada Gambar 34 dapat dilihat sebaran ketiga ekosistem di Kepulauan Derawan dimana ekosistem lamun mendominasi Kepulauan Derawan.

Gambar 34. Sebaran ekosistem mangrove, lamun dan terumbu karang di Kepulauan Derawan. (Sumber : Data Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Berau)

4.2.3Perikanan

Potensi perikanan Kabupaten Berau disumbang oleh kegiatan perikanan tangkap dari beberapa kecamatan yang berbatasan langsung dengan laut, antara lain: Kecamatan Derawan; Gunung Tabur; Sambaliung; Talisayan dan Biduk-Biduk. Produktivitas perikanan untuk setiap jenis ikan dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini.

Tabel 10. Produktivitas setiap jenis ikan di Kabupaten Berau tahun 2002.

No Nama Daerah Nama Internasional Nama Latin Produktivitas

(ton/th)

1 Alu-alu Barracudas Sphyraena geine 1.441 2 Bawal Hitam Black pomfret Formio niger 1.485 3 Bawal Putih Silver pomfret Pampus urgentus 1.137 4 Belanak Mullets Vulamugie speigleri 1.526 5 Biji Nangka Goat fishes Upeneus sulphureus 877 6 Cakalang Skipjack funa Katsuwonus pelamis 337 7 Cucut Sharks Chentroporus squalus

mitsukurii

2.273

8 Daun Bambu Queen fishes Cynoglossus lingua 1.895 9 Ekor Kuning Yellow fail Caesio erythrogaster 701 10 Gerot-gerot Grunters Pomadasys macullatus 1.473 11 Gulamah Croackers Pseudociera amoyensis 2.137

12 Kakap Barramundi Pseudociera lates sp 2.529

13 Kembung Indian mackerel Restrolliger brachysoma

2.329

14 Kepiting Mud crab Scylla serrata 643

15 Kerang Darah Blood crockles Adanata granosa 515

16 Kerapu Groupers Ephinephelus sp 1.727

17 Kurisi Treadfins breams Nemipterus nematophorus

860

18 Kuro/ senangin Threadfins Eletheronema tetradactylum

2.109

19 Kuwe Jack travellies Caranx sexpasciatus 2.611

20 Layang Scads Decuplerus macrosoma 591

21 Lidah Flat fishes Cynoglossus lingua 421 22 Manyung Sea cut fishes Arius thalassinus 2.174 23 Bambangan Red Snappers Lutyarus sanjuireus 2.360

24 Pari Rays Tryson sp 2.423

25 Sebelah Indian halibut Presttodes erumei 512 26 Selar Trevallies Selaroides leptolepis 696 27 Sunglir Rainbow runner Sardinella fimbriata 49 28 Tembang Fringe scale

sardinella

Sardinella fimbriata 738

29 Tengiri Indo pacific king mackerel

Scromberomorus guttatus

645

30 Teri Anchovies Stoplephonus commersonei

289

31 Terubuk Tholishad Helsa toli 58

32 Tongkol Eastern little tuna Auxis thazard 1.160 Sumber. Dinas Perikanan Kabupaten Berau

Produktivitas sumberdaya perikanan tangkap di laut dilihat sejak tahun 1992-2002 mengalami peningkatan rata-rata 5,89% per tahunnya atau rata-rata 9.501,33 ton/ tahun. Kegiatan perikanan tangkap yang ada di Kecamatan Derawan dan Biduk-Biduk, meliputi penangkapan perikanan laut dan pengambilan telur penyu telah menyumbang terbesar pendapatan Kabupaten Berau. Kedua aktivitas perikanan tersebut pada tahun 2001 menyumbang Rp. 37.907.680,00.

Alat tangkap yang ada di Kecamatan Derawan dan Maratua adalah payang

(pukat kantong) 74 unit, pukat cincin (Purse Sein) 14 unit, jaring insang 282 unit, jaring angkat 30 unit, pancing 139 unit, perangkap 66 unit dan alat pengumpul 13 unit.

Ada 50 jenis komoditas perikanan yang dihasilkan dari perairan kecamatan P. Derawan, yaitu: 4.896,6 ton pada tahun 2002 serta upaya tangkap sebesar 70.202 per trip/ tahun dengan produksi rata-rata sebesar 3.468,52 ton/ tahun. Produksi udang putih menunjukkan angka tertinggi, yakni: 370 ton pada tahun 2002. Adapun jumlah kapal penangkapan ikan yang ada di Kecamatan Derawan pada tahun 2002 sebanyak 83 unit perahu tanpa motor, 104 unit motor tempel, 270 unit kapal motor.

Produktivitas sumberdaya perikanan tahun 1992-2002 meningkat rata-rata 5,45% per tahun atau 10.660,261 ton/ tahun. Pengambilan telur penyu mengalami penurunan sebanyak 13,36 ton/ tahun. Adapun ancaman terhadap sumberdaya perikanan adalah :

− penggunaan alat tangkap yang merusak seperti: bom dan racun potasium;

− penggunaan alat tangkap bubu oleh masyarakat lokal;

− invasi nelayan luar dengan alat tangkap dan armada yang relatif lebih maju dan penggunaan pukat harimau;

− aktivitas wisata penyelaman telah menimbulkan kerusakan terumbu karang seperti bongkar-pasang jangkar kapal wisata;

− penangkapan penyu oleh nelayan luar;