6.4 Arahan Rencana Pengelolaan Kawasan Konservasi Laut Kepulauan Derawan
6.4.2 Rencana kegiatan pengelolaan
6.4.3.3 Pengelolaan Kawasan Konservasi Laut berbasis masyarakat
Pengelolaan kawasan konservasi yang dilaksanakan pemerintah memiliki berbagai kelemahan yang berkaitan dengan kekurangan sarana-prasarana dan sumberdaya manusia sehingga tidak mampu menghadapi fragmentasi kawasan dan ancaman eksploitasi. Salah satu keberhasilan pengelolaan kawasan konservasi ditentukan oleh dukungan masyarakat lokal. Kontribusi kawasan terhadap kesejahteraan masyarakat dapat didistribusikan melalui pemeliharaan keanekaragaman hayati. Pengalaman di beberapa negara berkembang dengan melibatkan peran serta masyarakat dapat meningkatkan efektifitas pengelolaan. Masyarakat lokal merupakan kelompok stakeholder yang memiliki kepentingan tinggi dan pengaruh yang lemah dalam pengambilan keputusan. Kendala utama dalam melibatkan masyarakat lokal adalah tingkat pengetahuan masyarakat yang rendah. Melalui konsultasi dan diskusi secara partisipatif pada Perencanaan Konservasi Setempat (Lampiran 5) telah dapat mengakomodasi kepentingan masyarakat dan sekaligus mengarahkan kegiatan konservasi sumberdaya laut. Setiap desa yang ada di Kepulauan Derawan dapat membentuk lembaga tingkat desa dan menentukan aturan mainnya serta mengimplementasikan strategi konservasi pada Tabel 19 berikut ini.
Tabel 19. Strategi konservasi Desa Derawan, Payung-Payung, Balikukup di Kepulauan Derawan
DESA STRATEGI SYSTEM/ SOURCES PROGRAM KEGIATAN
Derawan Pemulihan system 1)Penyu Perlindungan penyu − Melarang nelayan luar menangkap induk penyu
− Menghentikan pemanenan telur penyu
− Mengembangkan budidaya penyu
− Mengembangkan atraksi wisata penyu bertelur di pantai
2)Kerapu, Kima, Napoleon
Menghentikan penangkapan Kerapu, Kima, Napoleon.
Pengembangan budidaya Kerapu, Kima, Napoleon.
3)Karang Melindungi terumbu karang − Melarang penggunaan bom dan potasium
− Mengawasi aktivitas nelayan di terumbu karang Pengurangan
sumber tekanan
1)Penangkapan ikan dengan bom dan potasium
Melindungi terumbu karang − Melarang penggunaan bom dan potasium
− Mengawasi aktivitas nelayan di terumbu karang 2)Tidak ada
pengawasan dan pengambilan sanksi
Melaksanakan pengawasan dan pemberian sanksi
− Melakukan pengawasan;
− Memberi sanksi sosial bagi pelanggar peraturan Kelembagaan Peningkatan peran serta
masyarakat
Pembentukan Lembaga Desa Pengelola sumberdaya alam
− Penyusunan pengurus lembaga
− Penentuan peraturan/ aturan main
− Pengambilan sanksi sosial bagi pelanggarnya
Payung-Payung
Pemulihan system 1) Penyu Melindungi penyu − Melarang nelayan luar menangkap induk penyu
− Menghentikan pemanenan telur penyu
− Mengembangkan penangkaran penyu 2)Terumbu karang Melindungi terumbu karang − Melarang penggunaan bom dan potasium
− Mengawasi aktivitas nelayan di terumbu karang 3)Tripang, Lolak,
Kima
Menghentikan pemungutan tripang, lolak dan kima
Pengembangan budidaya tripang, lolak dan kima
4)Kerapu, Napoleon, Lobster
Menghentikan penangkapan kerapu, napoleon dan lobster
Pengembangan budidaya kerapu, napoleon dan lobster
DESA STRATEGI SYSTEM/ SOURCES PROGRAM KEGIATAN
Pengurangan sumber tekanan
1)Permintaan ekspor
Menghentikan ekspor kerapu dan napoleon
− Menghentikan penangkapan Kerapu dan Napoleon di alam
− Pengembangan budidaya kerapu dan Napoleon 2)Penangkapan ikan
dengan bom
Melindungi terumbu karang − Melarang penggunaan bom
− Mengawasi aktivitas nelayan di terumbu karang
− Memberi sanksi sosial bagi pelanggarnya 3)Penangkapan ikan
dengan potasium
Melindungi terumbu karang − Melarang penggunaan potasium
− Mengawasi aktivitas nelayan di terumbu karang Kelembagaan Peningkatan peran serta
masyarakat
Pembentukan Lembaga Desa Pengelola SDA
− Penyusunan pengurus lembaga
− Penentuan peraturan/aturan main
− Pengambilan sanksi sosial bagi pelanggarnya Balikukup Pemulihan system 1) Terumbu karang Melindungi terumbu karang − Melarang penggunaan bom dan potasium
− Mengawasi aktivitas nelayan di terumbu karang 2)Kerapu Menghentikan penangkapan kerapu,
napoleon, lobster
Pengembangan budidaya kerapu. 3)Kerang, Kima Menghentikan pemungutan kerang dan
kima
Pengembangan budidaya kerang dan kima. Pengurangan
sumber tekanan
1)Penangkapan ikan dengan potasium, bom
Melindungi terumbu karang − Melarang penggunaan potasium dan bom
− Mengawasi aktivitas nelayan di terumbu karang 2)Pukat harimau Melarang penggunaan pukat harimau Melarang kapal-kapal dari luarmenggunakan alat
tangkap pukat harimau yang ada di pelabuhan 3)Bekarang Menghentikan aktivitas bekarang Mengawasi kegiatan di terumbu karang Kelembagaan Peningkatan peran serta
masyarakat
Pembentukan Lembaga Desa Pengelola SDA
− Penyusunan pengurus lembaga
− Penentuan peraturan/aturan main
7.1 Kesimpulan
1) Penurunan populasi penyu hijau yang terjadi di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan yakni antara 51% hingga 95% dimana status endangered species telah bergeser ke status critically endangered species. Eksploitasi penyu hijau yang dilakukan masyarakat Indonesia telah mempercepat laju kepunahan di dunia.
2) Kebijakan perlindungan penyu hijau melalui penetapan PP No. 7 tahun 1999 tidak efektif karena eksploitasi penyu hijau tidak terkendali di tingkat lokal. Pengelolaan penyu hijau sebagai kegiatan konservasi spesies dalam UU No. 5 tahun 1990, PP No. 7 tahun 1999 dan PP No. 8 tahun 1999 tidak dilaksanakan secara konsisten. Diperlukan perubahan pengelolaan penyu hijau dari sistem kelembagaan sentralistik menjadi desentralistik agar dapat menangani ancaman dan penegakan hukum.
3) Hasil analisis kebijakan perlindungan penyu hijau sebagai pembelajaran tentang efektivitas perlindungan dan kinerja pengelolaan penyu hijau dalam perumusan alternatif kebijakan perlindungan. Alternatif kebijakan perlindungan penyu hijau yang diusulkan menggunakan konsep perlindungan habitat (konservasi in-situ). Perlindungan diarahkan pada habitat penting (the critical habitat) yakni habitat feeding dan breeding
untuk dialokasikan sebagai Kawasan Konservasi Laut (KKL). Pengelolaan penyu hijau di dalam KKL akan memulihkan populasi dan mengurangi ancaman kepunahan.
4) Perencanaan perlindungan habitat pada kasus Kepulauan Derawan menghasilkan rancangan dan arahan pengelolaan KKL Kepulauan Derawan. Jika model KKL Kepulauan Derawan diimplementasikan pada habitat-habitat penting penyu hijau di Indonesia maka perlindungan penyu hijau berupa jejaring (network) KKL yang mampu melindungi penyu hijau secara meluas dan efektif.
5) Proses perencanaan secara partisipatif merupakan pendekatan secara bottom-up yang melibatkan seluruh stakeholder di tingkat lokal. Data/ informasi
diperoleh secara langsung dari para pengguna sumberdaya alam mulai dari identifikasi target konservasi, penentuan prioritas konservasi hingga penyusunan strategi konservasi yang dapat diterima masyarakat (legitimate). 6) Perencanaan KKL di Kepulauan Derawan memerlukan pemahaman skala
regional tentang latar belakang sosial ekonomi penyebab perubahan keanekaragaman hayati. Strategi konservasi untuk wilayah Kepulauan Derawan ditentukan oleh prioritas konservasi yang diperoleh peringkat ancaman hasil pengkombinasian sumber tekanan yang dipadukan dengan kondisi ekologis.
7.2 Saran