DAFTAR LAMPIRAN
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.5 Keberlanjutan Pemanfaatan di Pulau-Pulau Kecil
Pulau-pulau kecil dengan wilayah laut yang luas, merupakan himpunan integral dari komponen hayati dan nir-hayati yang mutlak dibutuhkan oleh manusia untuk hidup dan untuk meningkatkan mutu kehidupan. Komponen hayati dan nir-hayati secara fungsional berhubungan satu sama lain dan saling berinteraksi membentuk suatu sistem. Apabila terjadi perubahan pada salah satu dari kedua komponen tersebut, maka akan dapat mempengaruhi keseluruhan sistem yang ada baik dalam kesatuan struktur fungsional maupun dalam keseimbangannya. Kelangsungan fungsi kawasan pulau-pulau kecil sangat menentukan kelestarian dari sumberdaya hayati sebagai komponen utama dalam ekosistem pulau-pulau kecil (Bengen 2002). Karena itu pengelolaan pulau-pulau kecil baik langsung maupun tidak langsung harus memperhatikan keterkaitan ekologis antar ekosistem di pulau-pulau kecil.
Setiap aktivitas manusia dalam pemanfaatan sumberdaya alam tentu dimaksudkan untuk sebesar-besarnya kemakmuran bagi dirinya dan lingkungan sekitarnya. Dalam prakteknya upaya untuk memakmurkan diri dan lingkungannya dibatasi oleh hak individu lainnya dan kemampuan terbatas sumberdaya alam untuk memenuhi segenap maksud manusia tersebut. Lebih lanjut diperlukan
16
optimalisasi pemanfaatan sumberdaya alam melalui pengelolaan yang terpadu, agar kebutuhan manusia dapat terpenuhi sekaligus menjaga sumberdaya alam agar tetap lestari/berkelanjutan. Salah satu cara untuk mencapai keseimbangan antara ketersediaan sumberdaya alam dan kebutuhan manusia adalah menetapkan jenis dan besaran aktivitas manusia sesuai dengan kemampuan lingkungan untuk menampungnya. Bengen dan Retraubun (2006) menjelaskan setiap aktivitas ekonomi atau pembangunan di kawasan pulau-pulau kecil harus didasarkan pada kesesuaian lingkungan dan daya dukung.
2.5.1 Kesesuaian lingkungan
Kesesuaian unit ruang bagi pemanfaatan ekosistem pulau-pulau kecil pada dasarnya mensyaratkan agar setiap kegiatan pemanfaatan ditempatkan pada zona yang secara ekologis (biogeofisik-kimiawi) sesuai dengan kegiatan pemanfaatan dimaksud. Untuk ekosistem pesisir pulau-pulau kecil yang menerima dampak negatif (negative externalities) berupa bahan pencemar, sedimen, atau perubahan regim hidrologi, baik melalui aliran sungai, limpasan air permukaan (runoff), atau aliran air tanah (ground water), hendaknya dampak yang diterima ditekan seminimal mungkin, sehingga ekosistem pesisir pulau- pulau kecil masih dapat menenggang segenap dampak negatif.Secara teoritis analisis kesesuaian lingkungan mencakup aspek ekologis, yang didekati dengan menganalisis:
1. Potensi maksimum sumberdaya berkelanjutan
Berdasarkan analisis ilmiah dan teoritis dihitung potensi atau kapasitas maksimum sumberdaya untuk menghasilkan barang dan jasa (goods and services) dalam jangka waktu tertentu.
2. Kapasitas daya dukung (carrying capacity)
Daya dukung didefinisikan sebagai tingkat pemanfaatan sumberdaya alam atau ekosistem secara berkesinambungan tanpa menimbulkan kerusakan sumberdaya alam dan lingkungannya.
3. Kapasitas penyerapan limbah (assimilative capacity)
Kapasitas penyerapan limbah adalah kemampuan sumberdaya alam dapat pulih (misalnya air, udara, tanah) untuk menyerap limbah aktivitas manusia. Kapasitas ini bervariasi akibat faktor eksternal seperti cuaca, temperatur dan intervensi manusia.
Pada tataran praktis, proses penyusunan kesesuaian lingkungan dilakukan dengan prinsip membandingkan kriteria faktor-faktor penentu kesesuaian
17
lingkungan dengan kondisi eksisting, melalui teknik tumpang susun (overlay) dan analisis tabular dengan menggunakan alat (tools) berupa Sistem Informasi Geografis (SIG). Kriteria awal yang disusun umumnya dari prasyarat ekologis, selanjutnya secara terpisah hasil analisis SIG berupa lokasi dan luasan yang sesuai dengan kriteria yang dipersyaratkan, menjadi bahan bagi analisis daya dukung dan analisis kapasitas asimilasi.
Hasil analisis kesesuaian lingkungan secara menyeluruh dapat menghasilkan: (1) kawasan yang memenuhi kriteria yang dipersyaratkan (sangat sesuai), (2) kawasan dengan pemenuhan sebagian persyaratan kesesuaian (sesuai), (3) kawasan dengan sedikit pemenuhan persyaratan kesesuaian, tetapi dengan bantuan teknologi dapat diatasi (sesuai bersyarat), dan (4) kawasan yang sama sekali tidak sesuai dengan persyaratan kesesuaian (tidak sesuai). Hasil akhir dari analisis kesesuaian, dapat dihasilkan kesesuaian suatu kawasan untuk beberapa alternatif aktivitas pembangunan.
2.5.2 Daya dukung
Daya dukung lingkungan pulau kecil berbasis ekosistem didasarkan pada pemikiran bahwa lingkungan memiliki kapasitas maksimum untuk mendukung suatu pertumbuhan biota. Misalnya saja ikan di laguna tumbuh secara positif jika daya dukung lingkungannya masih lebih besar. Namun, pertumbuhan yang terus menerus akan mengakibatkan timbulnya kompetisi terhadap ruang dan lahan hingga daya dukung lingkungan tidak mampu lagi mendukung pertumbuhan.
Daya dukung (carrying capacity) didefinisikan sebagai intensitas penggunaan maksimum terhadap sumberdaya alam yang berlangsung secara terus menerus tanpa merusak alam (Pearce and Kirk 1986). Dalam Undang- Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dinyatakan bahwa daya dukung didefinisikan sebagai kemampuan lingkungan untuk menyerap bahan, energi dan/atau komponen lainnya yang memasuki atau dibuang kedalamnya. Daya dukung lingkungan sangat erat kaitannya dengan kapasitas asimilasi dari lingkungan yang menggambarkan jumlah limbah yang dapat dibuang kedalam lingkungan tanpa menyebabkan polusi.
Ada bermacam definisi tentang daya dukung, tetapi dalam pengelolaan pesisir dan pulau-pulau kecil,ada mengacu pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997, terdapat beberapa tingkatan daya dukung yang perlu diperhatikan beserta kriteria-kriterianya dalam rangka pembangunan pesisir dan pulau-pulau kecil yang berkelanjutan. Daya dukung tersebut antara lain :
18
1. Daya dukung ekologis
Daya dukung ekologis, dinyatakan sebagai tingkat maksimum penggunaan suatu kawasan atau suatu ekosistem, baik berupa jumlah maupun kegiatan yang diakomodasikan di dalamnya, sebelum terjadi suatu penurunan dalam kualitas ekologis kawasan atau ekosistem tersebut.
Kondisi ekosistem ini harus dipertahankan, walaupun secara alamiah kondisinya tidak statik. Namun bila ada gangguan, yang melampaui batas pemulihan dari ekosistem ini, maka proses pemulihannya akan memakan waktu yang sangat panjang (dapat berpuluh tahun dan bahkan beribu tahun). Lama waktu pemulihan suatu ekosistem tergantung dari : kondisi atau tingkat kerapuhan ekosistem; lamanya terjadi gangguan; dan frekuensi terjadinya gangguan.
2. Daya dukung fisik
Daya dukung fisik suatu kawasan atau areal merupakan jumlah maksimum penggunaan atau kegiatan yang dapat diakomodasikan dalam kawasan atau areal tersebut tanpa menyebabkan kerusakan atau penurunan kualitas kawasan tersebut secara fisik. Kawasan yang telah melampaui kondisi daya dukungnya secara fisik, antara lain dapat dilihat dari tingginya tingkat erosi, pencemaran lingkungan terutama udara dan air sungai/ permukaan, banyaknya sampah kota, suhu kota yang meningkat, konflik sosial yang terjadi pada masyarakat karena terbatasnya fasilitas umum, atau pemadatan tanah yang terjadi pada tempat rekreasi.
3. Daya dukung ekonomi
Daya dukung ekonomi adalah tingkat produksi (skala usaha) yang memberikan keuntungan maksimum dan ditentukan oleh tujuan usaha secara ekonomi. Dalam hal ini digunakan parameter-parameter kelayakan usaha secara ekonomi.
4. Daya dukung sosial
Konsep daya dukung sosial pada suatu kawasan merupakan gambaran dari persepsi seseorang dalam menggunakan ruang pada waktu yang bersamaan, atau persepsi pemakai kawasan terhadap kehadiran orang lain secara bersama dalam memanfaatkan suatu area tertentu. Konsep ini berkenaan dengan tingkat kenyamanan dan apresiasi pemakai kawasan karena terjadinya atau pengaruh kebisingan pada suatu kawasan.
19
Lebih lanjut mengacu pada hal tersebut diatas, tahapan untuk menetapkan atau menentukan daya dukung pulau kecil adalah :
1. Menetapkan batas-batas, vertikal, horisontal terhadap garis pantai pulau kecil sebagai suatu unit pengelolaan.
2. Menghitung luasan wilayah pulau kecil yang dikelola.
3. Mengalokasikan zona wilayah menjadi tiga yaitu, zona preservasi, zona konservasi dan zona pemanfaatan.
4. Menyusun tata ruang pembangunan pada zona konservasi dan zona pemanfaatan.
5. Kemudian melakukan penghitungan tentang potensi dan distrubusi sumberdaya alam dan jasa lingkungan yang tersedia, misalnya stock assesment sumberdaya perikanan, potensi hutan mangrove, pengkajian ketersediaan air tawar, penkajian tentang kapasitas asimilasi dan pengkajian tentang permintaan internal terhadap sumberdaya alam dan jasa lingkungan.
Berdasarkan konsep daya dukung di atas, pemanfaatan sumberdaya alam pulau-pulau kecil yang hanya ditujukan untuk mengejar keuntungan maksimum namun tidak disertai dengan perhitungan cermat akan batasan-batasan ekologisnya justru akan berdampak negatif baik pada sisi ekologis maupun sisi sosial-ekonominya. Kecenderungan inilah selama ini yang sedang terjadi di dalam pemanfaatan pulau-pulau kecil. Keinginan untuk meningkatkan keuntungan hanya difokuskan pada kebutuhan jangka pendek, dengan jalan intensifikasi pemanfaatannya secara luas. Sementara pengetahuan mengenai kesesuaian dan daya dukung kawasan pulau-pulau kecil bagi suatu pemanfaatan di Indonesia masih sangat rendah.