DAFTAR LAMPIRAN
3. KONDISI SISTEM EKOLOGI SOSIAL GUGUS PULAU SAPEKEN
3.3 Hasil dan Pembahasan
3.3.1 Profil umum gugus Pulau Sapeken
Gugus Pulau Sapeken sebagai kumpulan dari sejumlah pulau – pulau kecil, memiliki sejumlah ekosistem laut yang berpotensi untuk dikembangkan. Keberadaan ekosistem terumbu karang, lamun, mangrove dan potensi perairan yang ada, memungkinkan untuk dikembangkan sejumlah kegiatan pemanfaatan
Terkait dengan upaya tersebut, pemahaman terhadap kondisi ekologi, ekonomi dan sosial kawasan gugus Pulau Sapeken diperlukan sebagai dasar penilaian awal terhadap potensi wilayah gugus Pulau Sapeken.
o Kondisi Ekologi
Kondisi ekologi wilayah gugus Pulau Sapeken merupakan hasil penilaian terhadap karakteristik alam dan lingkungan yang dapat memberikan manfaat terhadap kehidupan biota dan kegiatan yang ada. Penilaian terhadap mondisi ekologi tersebut meliputi kondisi iklim, parameter kualitas perairan laut,
34
ekosistem laut (pantai, terumbu karang, mangrove dan ikan karang) sebagai suatu sistem ekologi yang saling terkait dan mempengaruhi kegiatan ekowisata di gugus Pulau Sapeken.
o Iklim
Gugus Pulau Sapeken memiliki iklim laut tropis dengan sifat iklim musiman. Kondisi ini ditunjukkan dengan adanya peralihan musim, dimana musim hujan terjadi antara Oktober sampai Maret dan musim kemarau terjadi antara bulan Juni sampai September. Curah hujan yang terjadi di wilayah gugus Pulau Sapeken tidak merata dan fluktuatif tiap bulannya. Berdasarkan data yang diperoleh, rata–rata curah hujan berkisar antara 1.479 mm/tahun (BMG 2010). o Kualitas Perairan
Kualitas perairan wilayah gugus Pulau Sapeken ditunjukkan oleh penilaian sejumlah parameter, yaitu parameter fisik dan kimia perairan laut. Pengamatan terhadap kondisi perairan dilakukan pada dua titik tahun yang berbeda, yaitu pada bulan Agustus 2006, mewakili musim kemarau dan pada bulan Maret 2011, mewakili musim hujan. Kualitas perairan pada musim kemarau mengacu pada hasil pengamatan yang dilakukan Fisheries Diving Club (FDC) IPB dalam Ekspedisi Zooxanthellae VIII. Untuk pengamatan pada musim hujan dilakukan pada saat penelitian berlangsung. Hasil pengamatan terhadap kondisi kualitas perairan di wilayah gugus Pulau Sapeken ditampilkan pada Tabel 6.
Tabel 6 Hasil pengamatan kualitas perairan pada tahun 2006 dan 2011
No Parameter Kualitas
Perairan
Hasil Pengamatan
Agustus 2006 Maret 2011
Rerata Min Mak Rerata Min Mak
1 Suhu (0C) 26.50 26.00 28.33 25.50 24.50 26.50
2 Salinitas (0/00) 33.60 32.67 35.00 32.30 30.45 34.00
3 Kecepatan arus (m / det) 0.08 0.05 0.14 0.13 0.09 0.20
4 pH 7.40 7.00 8.00 8.00 7.50 8.50
5 Kecerahan (m) 4.59 1.55 8.30 4.00 1.00 7.50
6 DO (ppm) 5.31 4.55 5.59 5.93 5.12 6.73
7 TSS 0.81 0.00 7.65 0.86 0.04 7.95
Suhu
Distribusi ekosistem dan spesies sangat dipengaruhi oleh suhu. Tiap ekosistem dan spesies memiliki kisaran suhu optimal bagi pertumbuhan dan perkembangannya. Salah satu ekosistem yang ada di wilayah gugus Pulau Sapeken adalah terumbu karang. Suhu optimal untuk pertumbuhan terumbu karang mempunyai nilai berkisar antara 26 0C – 30 0C (Nybakken, 1988). Kehidupan hewan karang ditentukan oleh kondisi suhu perairan sekitarnya. Hasil
35
pengamatan menunjukkan bahwa nilai di setiap stasiun pengamatan berkisar antara 26 0C – 29 0C. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwasanya perairan gugus Pulau Sapeken cukup baik untuk pertumbuhan terumbu karang dan biota yang hidup disekitarnya.
Kedalaman perairan
Gugus Pulau Sapeken pada umumnya merupakan pulau kecil yang dikelilingi terumbu karang. Kedalaman wilayah gugus Pulau Sapeken berdasarkan hasil pengamatan dan survey cepat yang dilakukan Bakosurtanal tahun 2005 di tiap pulau kecil yang dijadikan subyek penelitian berkisar antara 10 – 20 meter. Pada kedalaman 2 – 10 meter mulai banyak ditemukan terumbu karang. Hal tersebut mengindikasikan bahwasanya wilayah gugus Pulau Sapeken dilihat dari parameter kedalaman, baik untuk pertumbuhan dan perkembangan terumbu karang sebagai salah satu ekosistem penting di kawasan pulau kecil.
Kecepatan arus
Kecepatan arus di wilayah gugus Pulau Sapeken berbeda pada tiap musimnya. Pada tiap musim kecepatan arus tergantung pada kecepatan angin saat musim berlangsung. Kecepatan angin pada saat musim hujan lebih tinggi dibandingkan dengan kecepatan angin pada saat musim kemarau. Kecepatan angin yang lebih tinggi pada waktu musim hujan tentunya akan membangkitkan kecepatan arus yang lebih tinggi pula.
Kecepatan arus di wilayah gugus Pulau Sapeken baik pada musim hujan dan kemarau berkisar antara 0.08 – 0.20 m / detik (Tabel 6). Kondisi tersebut sangat memungkinkan untuk dikembangkan sejumlah wisata semisal wisata selam, snorkeling dan pancing (Yulianda et al. 2010).
Kecerahan
Kecerahan perairan hasil pengamatan pada dua titik (musim) berbeda menunjukkan, pada musim hujan kecerahan perairan rata – rata pada kedalaman 4 meter, yang mengindikasikan pada kedalaman tersebut cahaya matahari masih dapat dimanfaatkan untuk proses fotosintesis. Kondisi tersebut menunjukkan bahwasanya ekosistem penting di wilayah gugus Pulau Sapeken yang ditemukan pada kedalaman 4 meter seperti lamun dan terumbu karang masih dapat tumbuh dengan baik , dengan menggunakan cahaya matahari untuk proses fotosintesis.
36
Salinitas (0/00)
Gugus Pulau Sapeken memiliki rata – rata salinitas 33.60 0/00 pada musim
kemarau dan 32.3 0/00 pada musim hujan, masih memungkinkan untuk sejumlah
ekosistem dan biota di dalamnya untuk tumbuh dan berkembang. Terumbu karang sebagai ekosistem yang dominan ada di wilayah gugus Pulau Sapeken, memiliki nilai salinitas optimal berkisar antara 32 0/00– 35 0/00 namun karang baru
dapat mentolerir kisaran salinitas antara 27 0/00– 40 0/00 (Nybakken, 1988) dan
kondisi salinitas yang baik bagi pertumbuhan dan dan perkembangan karang karang berkisar antara 30 0/00– 35 0/00
pH
Wilayah perairan gugus Pulau Sapeken memiliki derajat keasaman atau pH yang berbeda tiap musimnya. Hasil pengamatan pada dua titik waktu (musim) menunjukkan pada musim hujan, perairan cenderung memiliki pH yang lebih tinggi berkisar antara 7.5 – 8.6 (Tabel 6). Pada kisaran pH tersebut, perairan wilayah gugus Pulau Sapeken merupakan tempat yang baik bagi sejumlah ekosistem dan biota untuk tumbuh dan berkembang dengan baik, seperti derajat keasaman yang optimal untuk pertumbuhan terumbu karang berkisar antara 7– 8.5 serta berpengaruh terhadap komunitas biologi yang ada pada perairan tersebut
DO (ppm)
DO atau Dissolved Oxygen atau oksigen terlarut adalah parameter kimia perairan yang menunjukkan banyaknya oksigen yang terlarut dalam ekosistem perairan. Hasil pengamatan menunjukkan DO perairan wilayah gugus Pulau Sapeken memiliki perbedaan pada dua titik waktu (musim) pengamatan. Kisaran DO terendah terjadi pada waktu pengamatan musim kemarau 4.55 ppm – 5.59 ppm (Tabel 6). Rendahnya nilai DO pada waktu pengamatan musin kemarau menunjukkan pada suhu lebih tinggi atau terjadi peningkatan suhu maka kelarutan oksigen akan semakin berkurang dan kelarutan oksigen cenderung lebih rendah daripada kadar oksigen di perairan air tawar (Effendi, 2003).
Total Suspended Solid (TSS)
Nilai TSS (Total Suspended Solid) yang didapatkan dari dua titik waktu (musim) pengamatan menunjukkan, pada musim hujan perairan wilayah gugus Pulau Sapeken memiliki nilai TSS yang lebih tinggi dibandingkan pada saat musim kemarau. Nilai TSS tertinggi berkisar antara 0.04 mg/liter – 7.95 mg/liter.
37
Kandungan padatan tersuspensi di wilayah perairan gugus Pulau Sapeken ini cukup layak untuk kehidupan biota laut. Nilai kandungan padatan tersuspensi
yang u up aya bagi arang ada a ≤ 20 mg/ iter.
o Ekosistem di gugus Pulau Sapeken
Gugus Pulau Sapeken memiliki sejumlah ekosistem yang menjadi ciri khas sebuah pulau kecil, seperti ekosistem pantai, terumbu karang, lamun, mangrove dan sumberdaya perikanan. Keberadaan sejumlah ekosistem tersebut memberikan kontribusi penting terhadap keberlanjutan jasa ekosistem (ecosystem service) gugus Pulau Sapeken.
Pantai
Ekosistem pantai merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari keberadaan pulau – pulau kecil yang ada di wilayah gugus Pulau Sapeken. Ekosistem pantai yang ada umumnya merupakan pantai yang landai berupa hamparan pasir putih yang memiliki lebar antara > 5 meter (FDC dan INRR 2006). Penutupan lahan pantai pada pulau – pulau yang ada di gugus Pulau Sapeken umumnya berupa kelapa dan pemukiman, hanya beberapa pantai pada pulau kecil penutupannya berupa hutan mangrove yaitu di Pulau Sepanjang dan Pulau Paliat.
Terumbu Karang dan Ikan Karang
Terumbu karang di gugus Pulau Sapeken merupakan ekosistem yang paling memegang peranan penting dalam keberlanjutan kehidupan yang ada di dalamnya. Kondisi terumbu karang di sekitar perairan wilayah gugus Pulau Sapeken umumnya dalam kondisi baik. Prosentase penutupan karang berkisar antara 50 % - 74 % (FDC - INRR 2006). Lebih lanjut dijelaskan rata – rata tutupan substrat dasar di dominasi oleh karang keras (HC), abiotik (pasir, batu
Gambar 5 Kondisi dan penutupan lahan pantai pada gugus Pulau Sapeken Sumber : Survey Lapang (2011)
38
dan patahan karang), karang mati beralga (DCA) dan karang lunak (SC). Terdapat hampir 36 genera karang yang ditemukan di perairan gugus Pulau Sapeken. Genera karang karang terkecil terdapat di Pulau Paliat sebanyak 8 genera.
Mangrove
Ekosistem mangrove merupakan ekosistem yang tidak dijumpai pada semua pulau – pulau kecil yang ada di gugus Pulau Sapeken. Ekosistem mangrove pada luasan yang besar hanya dijumpai di Pulau Sepanjang, Pulau Paliat dan Pulau Sapangkur. Lebih lanjut dijelaskan jenis mangrove terbanyak terdapat di Pulau Sepanjang, yaitu sebesar 36 jenis, 23 jenis di antaranya dikategorikan sebagai jenis - jenis mangrove langka berdasarkan ketetapan IUCN dengan status kelangkaan terkikis (LR) sampai kritis (CR), seperti Bruguiera gymnorrhiza Xylocarpus moluccensis, Lumnitzera littorea, Bruguiera parviflora,Heritiera littoralis dan Sesuvium portulacastrum (Suharjono 2007).
Gambar 6 Bentuk pertumbuhan terumbu karang pada gugus Pulau Sapeken Sumber :KEI, (2006)
Gambar 7 Ekosistem mangrove pada gugus Pulau Sapeken Sumber : Survey Lapang (2011)
39
Lamun
Ekosistem lamun merupakan ekosistem perairan yang ditumbuhi oleh lamun sebagai vegetasi yang dominan (Wimbaningrum 2003). Terdapat sejumlah pulau kecil dalam wilayah perairan gugus Pulau Sapeken yang memiliki ekosistem lamun, seperti Pulau Sepanjang dan Pulau Sapangkur. Keberadaan ekosistem lamun pada wilayah perairan gugus Pulau Sapeken banyak ditentukan oleh faktor lingkungan yang sesuai seperti suhu, salinitas, arus dan kedalaman.
Kisaran suhu wilayah gugus Pulau Sapeken pada bulan kemarau dan hujan berkisar antara 26.5 °C - 26.5 °C (Tabel 6). Kisaran suhu tersebut masih berada pada kisaran suhu optimal (28 °C – 30 °C) bagi perkembangan lamun (Berwick, 1983). Demikian pula kisaran salinitas yang ada di perairan wilayah gugus Pulau Sapeken berada pada rentang kisaran salinitas yang baik bagi pertumbuhan lamun sebesar 10 0/00– 40 0/00 (Dahuri et al. 1996)
b. Kondisi Ekonomi
Gugus Pulau Sapeken secara administrasi terbagi menjadi 9 desa, memiliki penduduk sebesar 43.782 jiwa. Berdasarkan data yang dikeluarkan Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sumenep Tahun 2010 menyebutkan sektor penggerak perekonomian di wilayah Kecamatan Sapeken meliputi sektor energi dan pertambangan, perikanan, pertanian tanaman pangan serta kehutanan dan perkebunan.
Mata pencaharian utama penduduk pada di gugus wilayah Pulau Sapeken adalah nelayan dan petani, selainnya memiliki mata pencaharian sebagai pedagang, jasa angkutan, pegawai pemerintahan maupun bekerja pada pertambangan minyak. Sektor yang memiliki potensi untuk dikembangkan adalah sektor perikanan, meliputi perikanan tangkap dan perikanan budidaya.
Gambar 8 Ekosistem lamun pada gugus Pulau Sapeken Sumber : Survey Lapang (2011)
40
Produk perikanan tangkapan yang dihasilkan berupa ikan karang, ikan hias, layang, kepiting, dan kerang. Armada tangkap yang digunakan berupa perahu bermotor sebesar 2.859 unit dan tidak bermotor sebesar 1.222 unit yang terdapat di seluruh desa di wilayah gugus Pulau Sapeken (DKP Sumenep 2010). Kondisi tersebut menunjukkan bahwasanya pada wilayah gugus Pulau Sapeken permintaan mesin sudah biasa digunakan untuk meningkatkan hasil tangkapan. Tabel 7 Jumlah sarana penangkapan di Kecamatan Sapeken
No Desa Perahu Jumlah
Bermotor Tidak Bermotor
1 Sabuntan 120 172 292 2 Paliat 38 75 113 3 Sapeken 949 339 1,288 4 Sasiil 198 41 239 5 Sepanjang 94 67 161 6 Tanjungakiaok 162 119 281 7 Pagerungan Kecil 642 128 770 8 Pagerungan Besar 531 122 653 9 Sakala 125 159 284 Jumlah 2,859 1,222 4,081
Sumber : DKP Kabupaten Sumenep 2010
Nelayan di Kecamatan Sapeken masih menggunakan metode pengambilan sumberdaya ikan secara tradisional dengan menggunakan alat pancing dan perahu dengan memanfaatkan angin untuk bergerak namun terkadang terdapat perahu yang menggunakan mesin sebagai alat penggerak utamanya. Kegiatan memancing ini hasil yang didapat cukup untuk konsumsi sendiri, namun jika jenis ikan yang didapat memiliki nilai ekonomi tinggi dapat dijual ke pengepul untuk menambah penghasilan.
Perdagangan produk hasil perikanan yang berasal dari wilayah gugus Pulau Sapeken terkonsentrasi di Pulau Sapeken sebagai sentra perdagangan. Produk hasil perikanan tersebut selanjutnya diperdagangkan di luar wilayah gugus Pulau Sapeken seperti Probolinggo, Banyuwangi dan Bali. Pelabuhan Sapeken inilah yang digunakan masyarakat melalui transportasi laut untuk melakukan transaksi perdagangan antar wilayah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Permintaan transportasi laut dalam transaksi perdagangan antar wilayah sangat tergantung pada kondisi cuaca. Gangguan cuaca akan menyebabkan aktifitas pelayaran yang berpengaruh terhadap distribusi barang kebutuhan masyarakat. Kondisi tersebut menyebabkan transaksi perdagangan dan kegiatan ekonomi menjadi terganggu, pertukaran barang dan jasa menjadi tersendat, baik barang dan jasa yang berasal dari kepulauan maupun yang berasal dari luar. Kondisi tersebut seringkali membuat masyarakat kepulauan harus berhemat dalam menggunakan barangkebutuhan pokok sebagai dampak
41
karena keterbatasan suplai barang dan semakin tingginya harga barang kebutuhan.
c. Kondisi Sosial
Gugus Pulau Sapeken terdiri dari sejumlah pulau kecil yang ada di dalamnya memiliki sejumlah keunikan. Salah satunya adalah budaya. Keunikan budaya tersebut berasal dari sejumlah suku yang ada di wilayah gugus Pulau Sapeken seperti Suku. Bajo, Suku Mandar, Suku Bugis, Suku Bali dan Suku Madura. Terdapat lima bahasa yang digunakan masyarakat pada wilayah gugus Pulau Sapeken sehari-hari, yaitu bahasa Indonesia, Bajo, Bugis, Makassar dan Mandu (semuanya Sulawesi), hanya sejumlah orang saja yang bisa bahasa Madura. Keragaman suku yang ada menjadikan penduduk pada gugus Pulau Sapeken lebih terbuka dalam menerima budaya lain.
Keunikan budaya di gugus Pulau Sapeken terlihat dari bentuk rumah panggung penduduk yang khas. Roma Tenggi merupakan rumah tradisional yang dirancang sedemikian rupa untuk mencegah masuknya air laut waktu pasang. Status pemilik rumah tinggi dibedakan dari Tembak Layar, atau bentuk atap rumah. Untuk masyarakat dengan status social tinggi biasanya memiliki memiliki dua hingga tiga tingkat tembak layar, sedangkanrakyat biasa umumnya memiliki satu tembak layar saja.
Gambar 9 Alat tangkap yang digunakan pada wilayah gugus Pulau Sapeken Sumber : Survey Lapang (2011)
42
Keberadaan sarana prasarana pada wilayah gugus Pulau Sapeken merupakan salah satu hal yang perlu dibenahi dalam pengembangan kegiatan ekowisata, selain peninggalan berupa budaya. Jumlah dan kondisi sarana prasarana yang ada, belum mencukupi kebutuhan masyarakat yang ada. Berikut kondisi sarana prasarana kewilayahan yang ada pada gugus Pulau Sapeken : o Infrastruktur perhubungan dan transportasi
Sarana perhubungan dan transportasi merupakan faktor yang berpengaruh bagi wilayah yang bersifat insular dan remoteness. Ketersediaan sarana dan prasarana perhubungan baik berupa jalan, darmaga, dan sarana angkutan akan mempermudah akses bagi masuknya barang dan jasa pada gusus Pulau Sapeken. Berdasarkan data Bappeda Kabupaten Sumenep (2010) Kecamatan Sapeken memiliki panjang jalan darat secara keseluruhan sepanjang 39,341 km dengan kondisi jalan rusak 9,53 %. Sarana transportasi antar pulau banyak menggunakan perahu bermotor dan sarana angkutan darat didominasi oleh sepeda motor, mobil jarang ditemui di beberapa pulau pada wilayah gugus Pulau Sapeken.
Sarana perhubungan lain yang terdapat di Kecamatan Sapeken adalah dermaga / pelabuhan. Keberadaan dermaga / pelabuhan sangat diperlukan mengingat jalur transportasi laut merupakan jalur utama yang menghubungkan wilayah gugus Pulau Sapeken dengan wilayah di sekitarnya. Tidak semua pulau kecil yang ada di gugus Pulau Sapeken memiliki dermaga / pelabuhan. Dermaga / pelabuhan hanya terdapat di Pulau Sapeken, Pegerungan Kecil dan Pagerungan Besar, Sabunten, Paliat, Sasiil, Sepanjang dan Sakala. Untuk sarana perhubungan bandara udara, hanya ditemui di Pulau Pagerungan Besar sebagai tempat beroperasinya eksploitasi migas milik perusahaan Kangean Gambar 10 Roma Tenggi, rumah tradisonal suku Bajo di gugus Pulau Sapeken Sumber : Survey Lapang (2011)
43
Energy Indonesia Ltd (KEI). Keberadaan bandara tersebut hanya digunakan sebagai pendukung kegiatan eksploitasi perusahaan dan tidak dibuka untuk penerbangan umum.
o Infrastruktur listrik
Masyarakat pada wilayah Pulau Sapeken belum seluruhnya dapat menikmati listrik. Pada umumnya kebutuhan listrik untuk penerangan dibeberapa pulau-pulau kecil pada wilayah gugus Pulau Sapeken diperoleh dari generator. Listrik untuk penerangan yang berasal PLN hanya terdapat di Pulau Sapeken. Layanan tersebut hanya bisa dinikmati selama 12 jam, mulai jam 5 sore sampai jam 5 pagi.
Perbedaan ketersediaan sarana penerangan di tiap pulau ini menjadikan pada saat malam hari aktifitas ekonomi dan hiburan di Pulau Sapeken, Pagerungan Kecil dan Pegerungan Besar lebih ramai dibandingkan pulau disekitarnya. Khusus untuk Pulau Sapeken, ketersediaan sarana penerangan ini menjadi salah satu faktor Pulau Sapeken sebagai sentra distribusi barang dan jasa bagi pulau – pulau kecil disekitarnya.
Tabel 8 Jumlah rumah tangga pelanggan listrik di Kecamatan Sapeken
No Desa Listrik PLN Non PLN 1 Sabuntan 29 2 Paliat 28 3 Sepeken 983 126 4 Sasiil 68 5 Sepanjang 176 6 Tanjungkiaok 169 7 Pagerungan Kecil 225 8 Pagerungan Besar 418 9 Sakala 49 Jumlah 983 1,259
Sumber : Kecamatan Sapeken Dalam Angka 2010
Pulau – pulau kecil lainnya, umumnya pemenuhan kebutuhan listrik berasal dari generator (non PLN). Tidak semua masyarakat di luar pulau Sapeken memiliki generator, hanya beberapa KK yang menyediakan generator dan hanya menyala selama 3 jam dari jam 6 sore sampai jam 9 malam. Untuk Pulau Pagerungan Besar dan Pulau Pagerungan Kecil, kebutuhan listrik masyarakat dibantu oleh perusahaan Kangean Energy Imdonesia (KEI), meski terbatas pada beberapa tempat.
44
o Infrastruktur telekomunikasi
Konsekuensi dari letak pulau-pulau kecil yang terpisah dari mainland dan terisolasi membuat tersedianya sarana komunikasi amat diperlukan. Ketersediaan sarana telekomunikasi pada wilayah gugus Pulau Sapeken diperlukan untuk membuka akses informasi dari luar. Saat ini ketersediaan sarana telekomunikasi pada wilayah gugus Pulau Sapeken hanya terdapat di Pulau Sapeken, meliputi kantor pos, kantor telekomunikasi (Telkom), 1 tower Telkomsel, 1 tower Indosat dan 1 tower XL.
o Infrastruktur air bersih
Ketersediaan air bersih merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap keberlanjutan kehidupan di sebuah pulau kecil. Pada gugus Pulau Sapeken, kebutuhan air bersih sangat tergantung dari air hujan dan sumur yang ada, hanya di Pulau Sapeken yang mendapat layanan PAM. Di saat tertentu, pada musim kemarau, ketersediaan air bersih di sejumlah pulau pada gugus Pulau Sapeken tidak mampu mencukupi kebutuhan penduduk yang ada. Tidak jarang, masyarakat setempat untuk memenuhi kebutuhan air bersih mendatangkan dari mainland sekitarnya seperti Sumenep dan Banyuwangi.
Gambar 11 Sarana telekomunikasi pada wilayah gugus Pulau Sapeken Sumber : Survey Lapang (2011)
45
Tabel 9 Jumlah rumah tangga berdasarkan permintaan air di Kecamatan Sapeken
No Desa Sumber air
PAM / Ledeng Sumur Mata air / lainnya
1 Sabuntan 24 1 2 Paliat 27 2 3 Sepeken 183 65 4 Sasiil 32 5 Sepanjang 41 6 Tanjungkiaok 28 7 Pagerungan Kecil 45 8 Pagerungan Besar 44 9 Sakala 22 Jumlah 183 304 3
Sumber : Kecamatan Sapeken Dalam Angka 2010 o Infrastruktur pendidikan
Pengembangan pulau kecil tidak terlepas dari upaya untuk peningkatan dan pengembangan sumberdaya manusia. Terkait dengan hal tersebut ketersediaan sarana pendidikan sangat diperlukan. Pada wilayah gugus Pulau Sapeken ketersediaan sarana pendidikan cukup lengkap (Tabel 14), mulai taman kanak – kanak (TK) sampai sekolah menengah tingkat atas. Kondisi ini merupakan indikator bahwasanya masyarakat di gugus Pulau Sapeken menyadari arti penting pendidikan. Ketersediaan sarana pendidikan yang cukup merata juga akan berpengaruh terhadap pola pikir masyarakat lokal sehingga dapat menerima perubahan tanpa meninggalkan nilai – nilai tradisi yang telah ada. Lebih lanjut keberadaan Madrasah Aliyah (MA) setingkat sekolah lanjutan tingkat atas, yang dibangun atas partisipasi masyarakat merupakan bentuk kepedulian terhadap pendidikan di wilayah gugus Pulau Sapeken.
Tabel 10 Sarana pendidikan di gugus Pulau Sapeken
No Desa TK SD SMP MI MTs MA 1 Sabunten 4 2 - 5 1 1 2 Paliat 3 3 - 4 1 - 3 Sapeken 13 7 1 12 9 2 4 Sasiil 3 2 - 1 - - 5 Sepanjang 5 4 1 6 2 - 6 Tanjungkiaok 4 1 - 3 - - 7 Pagerungan Kecil 6 3 - 3 3 1 8 Pagerungan Besar 4 3 1 3 2 - 9 Sakala 3 2 - 2 1 - Jumlah 45 27 3 39 19 4
46
o Infrastruktur kesehatan
Sarana kesehatan di Kecamatan Sapeken terdiri dari Puskesmas, Puskesmas pembantu dan Polindes. Keberadaan sarana kesehatan amat berperan dalam meningkatkan kesehatan masyarakat terutama menanggulangi untuk sejumlah penyakit tertentu. Pada tahun 2009 di beberapa pulau kecil, terserang wabah penyakit muntaber. Keterbatasan sarana kesehatan menyebabkan jatuhnya korban akibat penyakit tersebut. Untuk itu penyediaan sarana kesehatan yang cukup dan memadai diperlukan untuk menjamin kesehatan masyarakat di gugus Pulau Sapeken.
Tabel 11 Sarana kesehatan di gugus Pulau Sapeken
No Desa Puskesmas Puskesmas Pembantu Polindes
1 Sabunten - 1 1 2 Paliat - - 1 3 Sapeken 1 - 3 4 Sasiil - 1 1 5 Sepanjang - 1 1 6 Tanjungkiaok - 1 - 7 Pagerungan Kecil - 1 1 8 Pagerungan Besar - 1 1 9 Sakala - 1 - Jumlah 1 7 9
Sumber : Kecamatan Sapeken Dalam Angka 2010