• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

6 OPTIMASI GUGUS PULAU SAPEKEN BAGI PERUNTUKAN WISATA

6.3.3 Skenario pengembangan wisata di gugus Pulau Sapeken

Pengembangan kegiatan wisata pada pulau kecil dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekaligus perlindungan terhadap segenap proses ekologi yang ada. Namun, terdapat kekhawatiran bahwasanya setiap pemanfaatan memiliki konsekuensi spasial,secara temporal berdampak negatif terhadap kesejahteraan manusia dan integritas ekosistem (Brown dan Ulgiati, 2004). Pemahaman terhadap kawasan pulau kecil sebagai sebuah sistem akan membantu pengambilan keputusan dalam pengendalian pemanfaatan dan kualitas lingkungan. Berangkat dari pemahaman tersebut dalam skenario pengembangan wisata di gugus Pulau Sapeken, akuisi terhadap aliran sumberdaya atau materi ke dalam sistem diperlukan untuk mendesain skema pembangunan berkelanjutan.

Pulau kecil memiliki sejumlah keterbatasan. Seperti pulau kecil lainnya, pulau-pulau kecil yang ada di gugus Pulau Sapeken memiliki keterbatasan berupa ukuran yang kecil (smallness), rentan terhadap perubahan dan

140

keterbatasan sumberdaya sumberdaya lokal terbarukan. Keterbataan tersebut menjadikan upaya pemanfaatan wisata di gugus Pulau Sapeken harus memperhatikan keterbatasan yang dimiliki. Terkait dengan keterbatasan tersebut dibutuhkan emergy yang digunakan untuk mendukung pengembangan wisata pada gugus Pulau Sapeken. Emergy yang digunakan tersebut diasumsikan diberikan dalam bentuk fasilitas wisata dan listrik. Lebih lanjut, terkait dengan kerentanan, pengawasan terhadap jumlah buangan (limbah) yang dihasilkan dari kegiatan wisata diperlukan untuk tetap menjaga keberlangsungan jasa ekosistem di gugus Pulau Sapeken.

Hasil penilaian terhadap keberlanjutan pemanfaatan gugus Pulau Sapeken melalui indeks emergy (Tabel 2), dapat diketahui indeks keberlanjutan (ESI) dipengaruhi oleh indeks ELR (environmental loading ratio) dan indeks EYR (environmental yield ratio). Lebih lanjut skenario pengembangan wisata secara berkelanjutan di gugus Pulau Sapeken dilakukan untuk meningkatkan nilai keberlanjutan (ESI > 1). Mengacu pada tingkatan keberlanjutan (Brown and Ulgiati 2001) skenario yang dilakukan sebagai berikut :

a. Skenario pertama (ESI = 3)

Skenario pertama dalam pengembangan wisata di gugus Pulau Sapeken didasarkan atas upaya peningkatan keberlanjutan (ESI = 3).Upaya peningkatan keberlanjutan yang dipresentasikan melalui peningkatan nilai ESI di lakukan dengan menambahkan nilai input yang berasal dari luar sistem (F). Berikut aliran emergy di gugus Pulau Sapeken pada skenario pertama.

Tabel 72 Aliran emergy di gugus Pulau Sapeken untuk skenario pertama (ESI = 3) No Pulau Sumber R I N F 1 Pagerungan Besar 2.35 x 1023 1.12 x 1021 2.20 x 1025 9.42 x 1022 2 Pagerungan Kecil 1.93 x 1023 2.34 x 1019 1.10 x 1024 7.42 x 1022 3 Paliat 9.29 x 1022 1.68 x 1022 5.20 x 1024 4.35 x 1022 4 Sapangkur 4.39 x 1024 7.74 x 1021 9.20 x 1029 1.30 x 1024 5 Sapeken 3.13 x 1024 1.96 x 1019 5.21 x 1025 9.85 x 1023 6 Saor 4.74 x 1024 1.18 x 1019 2.21 x 1029 1.52 x 1024 7 Sepanjang 5.14 x 1025 1.11 x 1023 2.15 x 1029 2.03 x 1025

Tabel 72 Aliran emergy di gugus Pulau Sapeken untuk skenario pertama (ESI = 3) lanjutan

No Pulau Indeks emergy

EYR ELR EIR ESI

1 Pagerungan Besar 2.37 x 102 9.38 x 101 4.23 x 10-3 3 2 Pagerungan Kecil 1.84 x 101 6.07 5.75 x 10-2 3 3 Paliat 1.23 x 102 4.78 x 101 8.19 x 10-3 3 4 Sapangkur 7.07 x 105 2.09 x 105 1.42 x 10-6 3 5 Sapeken 5.71 x 101 1.70 x 101 1.78 x 10-2 3 6 Saor 1.45 x 105 4.66 x 104 6.90 x 10-6 3 7 Sepanjang 1.06 x 104 4.17 x 103 9.44 x 10-5 3

141

Aliran emergy di gugus Pulau Sapeken pada skenario pertama (ESI = 3) menunjukkan upaya peningkatan keberlanjutan melalui penambahan input (F) bagi pengembangan wisata di gugus Pulau Sapeken berkorelasi dengan peningkatan source berupa sumberdaya tidak terbaharukan (N). Peningkatan keberlanjutan pada skenario pertama lebih lanjut menunjukkan nilai EYR > ELR. Hal ini menunjukkan pada skenario pertama (ESI = 3), pemanfaatan sumberdaya masih lebih besar dibandingkan dengan beban lingkungan yang ditimbulkan.

Penambahan input (F) di gugus Pulau Sapeken diperlukan untuk meningkatkan keberlanjutan pemanfaatan pada jangka panjang. Selain bertujuan untuk mengurangi ketergantungan terhadap sumberdaya lokal (I), penambahan input (F) yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan proses. Peningkatan proses yang dimaksud disini adalah penambahan input dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemanfaatan sumberdaya.

b. Skenario kedua (ESI = 5)

Skenario kedua dalam pengembangan wisata di gugus Pulau Sapeken didasarkan atas upaya peningkatan keberlanjutan (ESI = 5). Upaya peningkatan keberlanjutan yang dipresentasikan melalui peningkatan nilai ESI di lakukan dengan menambahkan nilai input yang berasal dari luar sistem (F). Berikut aliran emergy di gugus Pulau Sapeken pada skenario kedua

Tabel 73 Aliran emergy di gugus Pulau Sapeken untuk skenario kedua (ESI = 5) No Pulau Sumber R I N F 1 Pagerungan Besar 2.35 x 1023 1.12 x 1021 5.20 x 1025 4.72 x 1022 2 Pagerungan Kecil 1.93 x 1023 2.34 x 1019 6.11 x 1023 4.92 x 1022 3 Paliat 9.29 x 1022 1.68 x 1022 8.20 x 1023 2.45 x 1022 4 Sapangkur 4.39 x 1024 7.74 x 1021 9.52 x 1024 1.22 x 1024 5 Sapeken 3.13 x 1024 1.96 x 1019 5.11 x 1030 6.26 x 1023 6 Saor 4.74 x 1024 1.18 x 1019 9.10 x 1025 9.35 x 1023 7 Sepanjang 5.14 x 1025 1.11 x 1023 3.10 x 1030 9.38 x 1024

Tabel 73 Aliran emergy di gugus Pulau Sapeken untuk skenario kedua (ESI = 5) lanjutan

No Pulau Indeks emergy

EYR ELR EIR ESI

1 Pagerungan Besar 1.11 x 103 2.21 x 102 9.04 x 10-4 5 2 Pagerungan Kecil 1.73 x 101 3.42 6.12 x 10-2 5 3 Paliat 3.89 x 101 7.70 2.64 x 10-2 5 4 Sapangkur 1.24 x 101 2.44 8.77 x 10-2 5 5 Sapeken 8.16 x 106 1.63 x 106 1.23 x 10-7 5 6 Saor 1.03 x 102 1.94 x 101 9.77 x 10-3 5 7 Sepanjang 3.28 x 105 6.02 x 104 3.05 x 10-6 5

142

Aliran emergy di gugus Pulau Sapeken pada skenario kedua (ESI = 5) menunjukkan upaya peningkatan keberlanjutan berkorelasi dengan peningkatan source yang berasal dari nonrenewable source (N) dan import (F). Seperti halnya peningkatan keberlanjutan pada skenario pertama (ESI = 3) skenario kedua menunjukkan nilai EYR > ELR. Hal ini menunjukkan pada skenario kedua (ESI = 5), pemanfaatan sumberdaya masih lebih besar dibandingkan dengan beban lingkungan yang ditimbulkan.

Nilai EYR pada skenario kedua (ESI = 5) lebih besar dibandingkan skenario pertama (ESI = 3). Kondisi ini menunjukkan pada skenario kedua (ESI = 5) memiliki ketergantungan yang lebih rendah terhadap investasi dalam pemanfaatan sumberdaya. Lebih lanjut, nilai ELR yang merefleksikan beban lingkungan, pada skenario kedua (ESI = 5) memiliki nilai lebih rendah dibandingkan skenario pertama (ESI = 3). Kondisi ini memiliki pemahaman upaya peningkatan keberlanjutan wisata pada skenario kedua (ESI = 5) lebih berkelanjutan pada jangka panjang.

c. Skenario ketiga (ESI = 10)

Skenario ketiga dalam pengembangan wisata di gugus Pulau Sapeken didasarkan atas upaya peningkatan keberlanjutan (ESI = 10). Upaya peningkatan keberlanjutan yang dipresentasikan melalui peningkatan nilai ESI di lakukan dengan menambahkan nilai input yang berasal dari luar sistem (F). Berikut aliran emergy di gugus Pulau Sapeken pada skenario ketiga.

Tabel 74 Aliran emergy di gugus Pulau Sapeken untuk skenario ketiga (ESI = 10) No Pulau Sumber R I N F 1 Pagerungan Besar 2.35 x 1023 1.12 x 1021 1.20 x 1022 8.42 x 1022 2 Pagerungan Kecil 1.93 x 1023 2.34 x 1019 1.10 x 1019 7.42 x 1022 3 Paliat 9.29 x 1022 1.68 x 1022 5.20 x 1019 4.35 x 1022 4 Sapangkur 4.39 x 1024 7.74 x 1021 6.20 x 1025 4.35 x 1023 5 Sapeken 3.13 x 1024 1.96 x 1019 3.11 x 1025 3.46 x 1023 6 Saor 4.74 x 1024 1.18 x 1019 1.10 x 1025 7.35 x 1023 7 Sepanjang 5.14 x 1025 1.11 x 1023 2.20 x 1026 6.48 x 1023

Tabel 74 Aliran emergy di gugus Pulau Sapeken untuk skenario ketiga (ESI = 10) lanjutan

No Pulau Indeks emergy

EYR ELR EIR ESI

1 Pagerungan Besar 3.94 0.408 3.40 x 10-01 10 2 Pagerungan Kecil 3.60 0.385 3.84 x 10-01 10 3 Paliat 3.52 0.397 3.96 x 10-01 10 4 Sapangkur 1.54 x 102 1.42 x 1001 6.54 x 10-03 10 5 Sapeken 9.99 x 101 1.00 x 1001 1.01 x 10-02 10 6 Saor 2.24 x 101 2.47 4.68 x 10-02 10 7 Sepanjang 4.30 x 101 4.40 2.38 x 10-02 10

143

Aliran emergy di gugus Pulau Sapeken pada skenario ketiga (ESI = 10) menunjukkan upaya peningkatan keberlanjutan berkorelasi dengan peningkatan source yang berasal dari sumberdaya tidak terbaharukan (N) dan import (F). Seperti halnya peningkatan keberlanjutan pada skenario pertama (ESI = 3) dan skenario kedua (ESI = 5), pada skenario ketiga (ESI = 10) menunjukkan nilai EYR > ELR. Hal ini menunjukkan pada skenario ketiga (ESI = 10), pemanfaatan sumberdaya masih lebih besar dibandingkan dengan beban lingkungan yang ditimbulkan.

Nilai EYR pada skenario ketiga (ESI = 10) lebih besar dibandingkan skenario pertama (ESI = 3) dan skenario kedua (ESI = 5). Kondisi ini menunjukkan pada skenario ketiga (ESI = 10) memiliki ketergantungan yang lebih rendah terhadap investasi dalam pemanfaatan sumberdaya. Lebih lanjut, nilai ELR yang merefleksikan beban lingkungan, pada skenario ketiga (ESI = 10) memiliki nilai lebih rendah dibandingkan skenario pertama (ESI = 3) dan skenario kedua (ESI = 5). Kondisi ini memiliki pemahaman upaya peningkatan keberlanjutan wisata pada skenario ketiga (ESI = 10) pada jangka panjang akan lebih berkelanjutan.

Berdasarkan 3 skenario yang digunakan dalam optimasi pengembangan wisata di gugus Pulau Sapeken, menunjukkan skenario ketiga (ESI = 10) pada jangka panjang lebih berkelanjutan. Hal ini ditunjukkan dengan dengan nilai EYR lebih besar dan nilai EYR lebih kecil dari skenario lainnya. Terkait dengan penilaian keberlanjutan pemanfaatan, Brown and Ulgiati (2001), menjelaskan penilaian keberlanjutan didasarkan atas nilai EYR terbesar dan nilai ELR terkecil. Mengacu hal tesebut, skenario ketiga (ESI = 10) merupakan skenario optimal dalam pengembangan wisata di gugus Pulau Sapeken.

6.4 Simpulan

1. Pengembangan wisata di gugus Pulau Sapeken akan optimal melalui penambahan input dari luar berupa fasilitas wisata dan listrik. Besaran input yang dapat ditambahkan berkisar antara 4.35 x 1022 - 6.48 x 1023 sej. Pada tahap tersebut pengembangan wisata di gugus Pulau Sapeken, berkelanjutan diindikasikan kegiatan wisata sebagai kegiatan ekonomi didominasi oleh proses dan produksi yang memberikan kontribusi terhadap masyarakat.