• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBIJAKAN INSTITUSI PELAYANAN KESEHATAN GIGI TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah perkuliahan mahasiswa mampu mengetahui : Kebijakan pelayanan

Kebijakan jam kerja Sistem penggajian

Kebijakan tarif pelayanan

A. PENDAHULUAN

Manajemen konsisten membutuhkan visi yang jelas dimana prakteknya berlangsung. Dalam lingkungan bisnis saat ini, para manajer perlu memelihara kesimbangan yang tepat antara kemampuan memperoleh laba dan pemenuhan dengan obligasi yang sah dan layak. Ketika cara kerja dalam kebijakan praktek dan prosedur telah pada tempatnya, praktek lebih disukai berjalan perlahan dan sewajarnya. Beberapa kebijakan, seperti yang menyangkut kesehatan dan keamanan, adalah kebutuhan yang sah. Untuk daerah praktek yang lainnya, kebijakan harus ditulis untuk memastikan bahwa semua orang telah bekerja dalam satu suara.

Kebijakan tidak harus ditulis oleh manajer dan ditangani di luar kelompok: seluruh anggota kelompok harus terlibat dalam perkembangan kebijakan. Ketika terlibat sejak awal, orang mempunyai pengertian yang lebih baik mengenai apa yang harus dikerjakan dan mengapa harus dikerjakan. Kebijakan praktek harus hidup, dokumen yang bekerja, bukan sekedar dibuat dan disimpan. Sekali-kali, manajer praktek memastikan kebijakan tersebut diamati. Apabila disetujui, salinan setiap kebijakan harus dibagikan kepada setiap anggota kelompok untuk dibaca, ditandatangani, dan dipegang. Setiap praktek harus mempunyai kebijakan tertulis dalam Clinical Governance, control silang dan prosedur darurat, untuk dinamai tetapi sangat sedikit. Tujuan setiap kebijakan adalah untuk mengklarifikasi tugas dan seluruh tanggungjawab kelompok.

Kebijakan harus mencerminkan nilai-nilai dan sejarah praktek tersebut, memberikan tanda dan petunjuk kerja. Diawali dengan pernyataan tujuan, setiap kebijakan menetapkan suatu kerangka kerja untuk membuat keputusan dan prosedur kerja pada setiap area kegiatan. Dengan adanya keputusan kebijakan, pendekatan yang konsisten dan wajar dapat diangkat ketika terdapat konflik kepentingan yang berpotensi menyebabkan konflik di dalam kelompok. Kebijakan-kebijakan tersebut harus cukup fleksibel untuk memperbolehkan adanya pertimbangan dalam

penerapannya, apabila dasar pertimbangan tersebut adalah untuk membangun kebijakan.

Agar visi praktek menjadi nyata, manajer perlu menyetujui kebijakan agar praktek bergerak maju. Membuat kebijkan adalah strategi manajemen yang bergantung pada beberapa keputusan mengenai ruang lingkup kebijakan yang mencakup garis besar pada Tabel 12.1:

tujuan dari kebijakan;

jangkauan kebijakan;

petunjuk kerja untuk pengamatan kebijakan;

 proses tinjauan ulang.

Bagian petunjuk kerja dari kebijakan harus dicatat dalam wilayah dimana pekerjaan itu dilakukan. Untuk mempercepat prosedur dalam memanggil pelayanan darurat harus ditempatkan kemudian pada setiap telepon dalam praktek. Petunjuk kerja menyediakan arahan yang berguna bagi tiap orang untuk melakukan tugas yang tidak biasa dalam pekerjaan rutinnya, dan mkeyakinkan mereka bekerja secara aman dan menurut standar ketentuan. Ketika seorang anggota baru kelompok bergabung dalam praktek, petunjuk kerja memberikan dorongan dan yang sangat bagus untuk pelatihan kerja dan memastikan prosedur tersebut telah dilakukan oleh staf baru dalam cara yang sama dengan yang telah dijalankan oleh staf yang sudah ada.

Mendiskusikan kebijakan-kebijakan dan prosedur pada pertemuan-pertemuan praktek memberikan kesempatan bagi setiap orang untuk mendengar perkataan dan merasakan pandangan mereka yang dimasukkan dalam praktek rutinnya. Kebijakan- kebijakan dijaga agar selalu terbaru dan relevan ketika dibahas terus-menerus pada pertemuan praktek. Kebijakan yang jelas dan disetujui memberikan kuasa bagi manajer untuk mengambil tindakan yang mengharuskan sikap seorang pegawai tidak bertentangan dengan kebijakan yang telah disepakati. Manajer dapat membawa situasi peringatan kepada pegawai dan mengharuskan mereka agar bersikap sesuai dengan kebijakan di masa yang akan datang. Jika hal ini berada pada titik dimana tindakan disiplin diperlukan, manajer dapat menunjukkan kebijakan dan menggunakannya dalam memeriksa apakah para pegawai sudah memahami dan mampu melaksanakannya. Dengan cara ini, rencana tindakan yang berhubungan dengan perbaikan dapat ditegaskan dengan jelas.

Menyampaikan kebijakan dapat digunakan untuk membangun kelompok. Sebagai contoh, praktek darurat dan prosedur pertama sebagai suatu kelompok dapat mengingatkan setiap orang seberapa penting dan memenuhinya hal tersebut untuk bekerja bersama-sama dan berkomunikasi. Terdapat banyak cara untuk menyampaikan kebijakan praktek kepada kelompok dan memastikan setiap orang agar bekerja untuk mencapai tujuan yang sama dan memberikan perhatian penuh pada apa yang mereka butuhkan. Berbicara melalui prosedur dapat membangun semangat kelompok dan mengajar para kolega agar menghormati dan mendengarkan pandangan satu sama lainnya. Ukuran ini akan menghasilkan kebijakan tertulis dan

prosedur yang harus obyektif pada setiap peninjauan dan pembaharuan rutin, memberikan kerangka kerja untuk praktek yang baik dan konsisten.

Tabel 12.1 Garis besar kebijakan

Area Cakupan Tujuan Jangkauan Petunjuk kerja Tinjauan ulang Perjanjian

Ini adalah garis besar dari maksud strategi kita. Sebagai contoh, tujuan dari kebijakan ini adalah untuk meyakinkan bahwa praktek ini menyediakan dan memelihara lingkungan kerja, peralatan dan prosedur kerja yang sehat dan aman. Berikut adalah pernyataan siapa yang akan terlibat dalam pengamatan kebijakan. Sebagai contoh, prinsip praktek mempunyai tanggungjawab keseluruhan dalam kesehatan dan keamanan praktek. Setiap anggota kelompok mempunyai suatu tugas bersikap dalam menjaga kesehatan dan keamanan mereka juga segala sesuatu yang terkait dengan aktifitas mereka. Seluruh kecelakaan dan kejatuhan harus dilaporkan kepada manajer praktek secepat mungkin. Rincian tindakan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan kebijakan. Sebagai contoh, dengan memperoleh pakaian pelindung: seluruh peralatan pelindung yang disediakan bagi staf dan pasien harus dipakai sesuai petunjuk. Sarung tangan pekerjaan berat harus dipakai saat membersihkan instrumen tajam dan ketika menggunakan bahan kimia berbahaya. Identifikasi proses peninjauan ulang. Sebagai contoh, kebijakan ini akan diulang setiap tahun oleh manajer praktek dan secepatnya jika keadaan berubah. Setiap perubahan atau pembaharuan akan dibicarakan pada satu pertemuan praktek. Kebijakan-kebijakan tersebut harus ditandatangani dan diberi tanggal oleh pemilik dan pegawai.

B. KEBIJAKAN JAM KERJA

JAM KERJA PADA BULAN PUASA

Mengenai waktu kerja, pada dasarnya tidak ada ketentuan undang-undang yang secara tegas menentukan perbedaan waktu kerja pada bulan Ramadhan atau hari keagamaan lainnya dengan hari-hari biasa lainnya. Waktu kerja karyawan mengacu pada ketentuan Pasal 77 ayat (1) UUK, yaitu:

a. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu; atau

b. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima hari kerja dalam 1 (satu) minggu.

Meski demikian, pada praktiknya, khususnya di lingkungan pegawai negeri sipil ("PNS") ada kebijakan-kebijakan yang diambil terkait dengan waktu kerja pada bulan Ramadhan. Salah satu contohnya adalah dengan dikeluarkannya Keputusan Gubernur Propinsi DKI Jakarta No. 1073/2012 tentang Pengaturan Jam Kerja dalam Bulan Suci Ramadhan Tahun 2012 M/1433 H yang mengatur jam kerja dalam Bulan Suci Ramadhan Tahun 2012/1433 H bagi pegawai negeri yang bekerja di lingkungan Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, kecuali para Guru/Penjaga Sekolah dengan ketentuan sebagai berikut:

Hari Jam Kerja Selama Bulan

Suci Ramadhan Keterangan

Senin s.d. Jumat Mulai Pukul 08.00 s.d. Pukul 15.00

1. Senin s.d. Kamis:

Bagi yang akan melaksanakan shalat Dzuhur diberikan waktu seperlunya

2. Jum’at

Bagi yang akan melaksanakan sholat Jum’at diberikan waktu pukul 11.30 s/d 13.00 Contoh lain adalah sebagaimana diatur dalam surat dari Sekretaris Mahkamah Agung RI No.: 306/SEK/01/VII/2010 tentang Perubahan Jam Kerja selama Bulan Ramadhan, yang ditujukan kepada Ketua Pengadilan Tingkat Banding dan Ketua Pengadilan Tingkat Pertama Empat Lingkungan Peradilan di seluruh Indonesia yang menentukan jam/waktu kerja:

Hari Senin sampai dengan hari Kamis :

Jam Kerja : Pukul 08.00 s/d Pukul 15.00 Waktu setempat. Jam Istirahat : Pukul 12.00 s/d Pukul 12.30 Waktu setempat.

Hari Jum'at :

Jam Kerja : Pukul 08.00 s/d Pukul 15.30 Waktu setempat. Jam Istirahat : Pukul 11.30 s/d Pukul 12.30 Waktu setempat.

Sementara itu, dalam praktik di perusahaan-perusahaan swasta tertentu juga ada yang mengeluarkan kebijakan terkait dengan waktu kerja di bulan Ramadhan, misalnya jam kerja yang biasa berlaku adalah mulai jam 09.00 s.d. 17.00 WIB (untuk hari kerja

Senin-Jumat). Ditetapkan bahwa selama bulan Ramadhan jam kerja adalah mulai pukul 08.00 s.d. 16.00 WIB. Sebenarnya waktu kerja yang digunakan adalah tetap, hanya saja ditetapkan untuk dimajukan lebih awal. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan para pekerja yang berpuasa akan membutuhkan waktu untuk perjalanan pulang maupun menyiapkan buka puasa.

Jadi, pada dasarnya tidak ada perbedaan antara waktu kerja pada bulan Ramadhan dengan waktu kerja pada bulan lainnya. Setiap pekerja tetap dapat melaksanakan kewajiban agamanya selama bulan Ramadhan, baik untuk berpuasa maupun shalat dalam waktu/jam kerja seperti biasa. Kecuali ditentukan lain oleh pengusaha (misal: dalam SK Direksi) atau untuk PNS ada kebijakan seperti surat keputusan yang dikeluarkan Gubernur atau pimpinan lembaga seperti yang telah dicontohkan di atas. Dasar hukum:

1. Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;

2. Keputusan Gubernur Propinsi DKI Jakarta No. 1073/2012 tentang Pengaturan Jam Kerja dalam Bulan Suci Ramadhan Tahun 2012 M/1433 H.