• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETENTUAN WAKTU KERJA SHIF BAGI PNS

Pada dasarnya, ketentuan hari kerja bagi PNS diatur dalam Pasal 3 angka 11 Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil yang mewajibkan PNS masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja. Lebih lanjut dalam penjelasan pasal ini dikatakan bahwa yang dimaksud dengan kewajiban untuk “masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja” adalah setiap PNS wajib datang, melaksanakan tugas, dan pulang sesuai ketentuan jam kerja serta tidak berada di tempat umum bukan karena dinas. Apabila berhalangan hadir wajib memberitahukan kepada pejabat yang berwenang. Keterlambatan masuk kerja dan/atau pulang cepat

dihitung secara kumulatif dan dikonversi 7 ½ (tujuh setengah) jam sama dengan 1 (satu) hari tidak masuk kerja.

Pengaturan lebih khusus, ketentuan waktu kerja PNS juga diatur dalam Keputusan Presiden No. 68 Tahun 1995 tentang Hari Kerja di Lingkungan Lembaga Pemerintah: Pasal 1

(1) Hari kerja bagi seluruh lembaga Pemerintah Tingkat Pusat dan Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya ditetapkan lima hari kerja mulai hari Senin sampai dengan hari Jumat.

(2) Jumlah jam kerja efektif dalam lima hari kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah 37,5 jam, dan ditetapkan sebagai berikut:

a. Hari Senin sampai dengan Hari Kamis: Jam 07.30 - 16.00 Waktu istirahat: Jam 12.00 - 13.00

b. Hari Jumat:Jam 07.30 - 16.30 Waktu istirahat:Jam 11.30 - 13.00. Pasal 3

(1) Dikecualikan dari ketentuan tentang hari dan jam kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 adalah:

a. Unit-unit di lingkungan lembaga Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 yang tugasnya bersifat pemberian pelayanan kepada masyarakat; b. Lembaga pendidikan mulai dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama (SLTP), dan Sekolah Lanjutan Atas (SLTA);

(2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan lebih lanjut oleh Menteri atau Pimpinan Lembaga Pemerintah dengan koordinasi dan setelah mendapat persetujuan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara. Lalu bagaimana pengaturan waktu kerja bagi PNS dengan menggunakan sistem kerja shift? Dalam konsultasi seputar Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang kami akses dari laman resmi Badan Kepegawaian Negara RI, sebagaimana kami sarikan, diketahui bahwa pengaturan jam kerja shift bagi PNS diatur dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 08 Tahun 1996 tentang Pedoman Pelaksanaan Hari Kerja di Lingkungan Lembaga Pemerintah (“Kepmenpan 8/1996”).

Dalam Lampiran Kepmenpan 8/1996, khususnya dalam bagian latar belakang, dikatakan antara lain bahwa hari dan jam kerja di lingkungan lembaga pemerintah adalah 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu dengan jumlah jam kerja efektif sebanyak 37,5 jam per minggu.

Namun, ada pengecualian kebijakan 5 (lima) hari kerja ini bagi unit kerja/satuan organisasi yang berfungsi memberikan pelayanan kepada masyarakat baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Unit kerja pelayanan yang dimaksud adalah unit kerja yang berfungsi memberikan pelayanan yang sifatnya mendesak (urgent) dan

atau yang mencakup kepentingan masyarakat luas, seperti Rumah Sakit/Puskesmas, unit kerja yang memberikan pelayanantelepon, listrik, air minum, pemadam kebakaran, keamanan dan ketertiban, perbankan dan unit kerja pelayanan lain yang sejenis (lihat Romawi II huruf B angka 3a dan 3b Lampiran Kepmenpan 8/1996). Masing–masing lembaga pemerintah terlebih dahulu melakukan inventarisasi semua unit kerja pelayanan yang ada di lingkungannya masing–masing baik di pusat maupun di daerah. Kemudian unit-unit kerja pelayanan tersebut akan dievaluasi untuk ditetapkan sesuai dengan sifat pelayanan masing–masing yaitu (lihat Romawi II huruf B angka 3c dan 3d Lampiran Kepmenpan 8/1996):

1) Unit kerja pelayanan yang melaksanakan tugas pelayanan pada hari Senin sampai dengan hari Sabtu dengan jumlah jam kerja 37,5 jam per minggu;

2) Unit kerja pelayanan melaksanakan tugas pelayanan secara terus menerus selama 24 jam termasuk pada hari libur yang diatur secara bergilir (shift);

Penetapan unit kerja pelayanan yang dikecualikan dari kebijaksanaan 5 (lima) hari kerja berdasarkan hasil inventarisasi dilakukan (Romawi II huruf B angka 3e Lampiran Kepmenpan 8/1996):

1) untuk lembaga pemerintah di tingkat pusat ditetapkan oleh Menteri/Pimpinan Lembaga yang bersangkutan dengan koordinasi dan setelah mendapat persetujuan tertulis Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara.

2) untuk lembaga pemerintah di tingkat daerah, termasuk unit kerja pelayanan di lingkungan badan usaha milik daerah ditetapkan oleh menteri dalam negeri sesuai usulan gubernur kepala daerah tingkat I, dengan koordinasi dan setelah mendapat persetujuan tertulis Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara.

Jadi, menjawab pertanyaan Anda, yang menjadi dasar hukum pengaturan sistem kerja shift bagi PNS yang bekerja khususnya di unit kerja pelayanan yang memberikan pelayanan yang sifatnya mendesak (urgent) dan atau yang mencakup kepentingan masyarakat luas, seperti rumah sakit atau pemadam kebakaran adalah Kepmenpan 8/1996.

Akan tetapi, dilihat lagi di mana unit kerja pelayanan itu bekerja, apakah di lembaga pemerintah di tingkat pusat atau daerah. Setelah dilakukan inventarisasi, pengaturan waktu kerja yang diatur secara bergilir (shift) ditetapkan Pimpinan Lembaga yang bersangkutan dengan koordinasi dan setelah mendapat persetujuan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara sesuai dengan prosedur yang kami sebutkan di atas. SISTEM PENGGAJIAN

SISTEM PENGGAJIAN DAN PENGUPAHAN FUNGSI YANG TERKAIT

Fungsi ini bertanggung jawab untuk mencari karyawan baru, membuat surat calon karyawan, memutuskan penempatan karyawan baru, menbuat surat keputusan tarif gaji dan upah karyawan, kenaikan pangkat dan golongan gaji, mutasi serta

pemberhantian karyawan.

b. Fungsi Pencatat Waktu

Fungsi ini bertanggung jawab untuk menyelenggarakan catatan waktu hadir bagi semua karyawan perusahaan.

c. Fungsi Pembuat Daftar Gaji

Fungsi ini bertanggung jawab untuk membuat daftar gaji dan upah yang berisi penghasilan bruto yang menjadi hak dan potongan yang menjadi beban setiap karyawan selama jangka waktu pembayaran gaji.

d. Fungsi Akuntansi

Fungsi ini bertanggung jawab untuk memcatat kewajiban yang timbul dalam hubungannya dengan pembayaran gaji karyawan.

e. Fungsi Keuangan

Fungsi ini bertanggung jawab untuk mengisi cek guna pembayaran gaji dan upah, dan menguangkan cek tersebut ke Bank. Uang tunai tersebut kemudian dimasukkan ke dalam amplop gaji setiap karyawan untuk selanjutnya dibagikan kepada karyawan yang berhak.

DOKUMEN YANG DIGUNAKAN

Dokumen atau formulir merupakan media untuk mencatat peristiwa yang terjadi dalam organisasi ke dalam catatan. Dokumen sangat penting dalam akuntansi sebab untuk mencatat dan menghitung gaji dan upah menggunakan bukti-bukti yang

terdapat pada dokumen.

1. Dokumen pendukung perubahan gaji dan upah. Dokumen-dokumen ini umumnya dikeluarkan oleh Bagian Kepegawaian berupa surat-surat keputusan yang bersangkutan dengan karyawan, seperti misalnya Surat keputusan pengangkatan karyawan baru, kenaikan pangkat, perubahan tarif upah, penurunan pangkat, pemberhentian sementara dari pekerjaan (skorsing), pemindahan, dan lain sebagainya. Tembusan dokumen-dokumen ini dikirimkan ke Bagian Gaji Upah untuk kepentingan pembuatan daftar gaji dan upah.

untuk mencatat jam hadir tiap karyawan di perusahaan. Catatan jam hadir karyawan ini dapat berupa daftar hadir biasa, dapat pula berbentuk kartu hadir yang dicap dengan mesin pencatat waktu.

3. Kartu jam kerja. Merupakan dokumen yang digunakan untuk mencatat waktu yang dikonsumsi tenaga kerja langsung pada perusahaan yang diproduksinya berdasarkan pesanan.

4. Daftar gaji dan daftar upah. Merupakan dokumen yang berjumlah gaji dan upah bruto tiap karyawan, dikurangi potongon-potongon berupa PPh pasal 21, utang karyawan, iuran.untuk, organisasi karyawan, dan lain sebagainya

5. Rekap daftar gaji dan rekap daftar upah. Merupakan ringkasan gaji dan upah per depertemen, yang dibuat berdasarkan daftar gaji dan upah. Dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, rekap daftar upah dibuat untuk membebankan upah langsung dalam hubungannya dengan produk kepada pesanan yang berangkutan.Distribusi biaya tenaga kerja ini dilakukan oleh Bagian Kartu Persediaan dan Kartu Biaya dengan dasar rekap daftar gaji dan upah.

6. Surat pernyataan gaji dun upah. Dokumen ini dibuat oleh Bagian gaji dan Upah bersamaan dengan pembuatan daftar gaji dan upah atau dalam kegiatan yang terpisah dari pembuatan daftar gaji dan upah. Dokumen ini dibuat sebagai catatan bagi tiap karyawan mengenai rincian gaji dan upah yang diterima tiap karyawan beserta berbagai potongan yang menjadi beban tiap kargawan.

7. Amplop gaji dan upah. Uang gaji dan upah karyawan diserahkan kepada tiap karyawan, dalam amplop, gaji dan upah. Di halaman, muka amplop gaji dan upah tiap karyawan ini berisi informasi mengenai nama karyawan, nomor identifikasi karyawan, jumlah gaji bersih yang diterima karyawan dalam bulan tertentu.

8. Bukti kas keluar. Merupakan perintah pengeluaran uang yang dibuat oleh Bagian utang kepada Bagian Kasa, berdasarkan infomasi dalam daftar gaji dan upah yang diterima dari Bagian Gaji dan Upah.

CATATAN AKUNTANSI YANG DIGUNAKAN

Akuntansi mempunyai fungsi dan peran bersifat keuangan yang sangat penting dalam kegiatan perusahaan dan kepada pihak-pihak tertentu yang memerlukannya. Catatan akuntansi yang digunakan dalam pencatatan gaji dan upah meliputi:

Dalam gaji dan upah, jurnal umum digunakan untuk mencatat distribusi biaya tenaga kerja kedalam setiap departemen dalam perusahaan.

2) Kartu harga pokok produk

Kartu ini digunakan untuk mencatat upah tenaga kerja langsung yang dikeluarkan untuk pesanan tertentu. Catatan ini digunakan untuk mencatat upah tenaga kerja langsung yang dikeluarkan untuk pesanantertentu.

3) Kartu biaya

Catatan ini digunakan untuk mencatat biaya tenaga kerja tidak langsung dan biaya tenaga kerja non produksi setiap departemen dalam perusahaan. Catatan ini digunakan untuk mencatat biaya tenaga kerja tiap departemen dalam perusahaan, Sumber informasi untuk pencatatan dalarn kartu, biaya ini adalah jurnal umum atau rekap daftar gaji dan upah.

4) Kartu penghasilan karyawan

Merupakan catatan mengenai penghasilan dan berbagai potongannya yang diterima oleh tiap karyawan. Informasi dalam kartu penghasilan ini dipakai sebagai dasar, penghitungan PPh pasal 21 yang menjadi beban tiap karyawan.Di samping itu, kartu penghasilan karyawan ini digunakan sebagai tanda terima gaji dan upah karyawan dengan ditandatanganinya kartu tersebut oleh karyawan yang bersangkutan.

JARINGAN PROSEDUR YANG MEMBENTUK SISTEM Sistem penggajian terdiri dari jaringan prosedur berikut ini: 1. Prosedur pencatatan waktu hadir

2. Prosedur pembuatan daftar gaji 3. Prosedur pembayaran gaji. 4. Prosedur distribusi gaji.

Sistem pengupahan terdiri dari jaringan prosedur berikut ini: 1. Prosedur pencatatan waktu hadir

2. Prosedur pencatatan waktu kerja 3. Prosedur pembuatan daftar upah. 4. Prosedur pembayaran upah. 5. Prosedur distribusi upah.

Prosedur pencatatan waktu hadir. Prosedur ini bertujuan untuk mencatat waktu hadir karyawan. Pencatatan waktu hadir ini diselenggarakan untuk menentukan gaji dan upah karyawan.Bagi karyawan yang digaji bulanan, daftar hadir digunakan untuk

menentukan apakah karyawan dapat memperoleh gaji penuh, atau harus dipotong

akibat ketidak hadiran mereka.

Prosedur pencatatan waktu kerja Dalam perusahaan manufaktur yang produksinya berdasarkan pesanan, pencatatan waktu kerja diperlukan bagi karyawan yang bekerja di bagian produksi untuk keperluan distribusi upah karyawan kepada produk yang menikmati jasa karyawan tersebut. Jika misalnya seorang karyawan pabrik hadir di perusahaan selama 7 jam suatu hari kerja, jumlah jam hadir tersebut dirinci menjadi waktu kerja dalam tiap-tiap pesanan yang dikerjakan. Dengan demikian waktu kerja ini dipakai sebagai dasar pembebanan biaya tenaga kerja langsung kepada produk yang diproduksi.

Prosedur pembuatan daftar gaji dan upah. Dalam prosedur ini, Bagian Gaji dan Upah membuat daftar gaji dan upah karyawan .Data yang dipakai sebagai daras pembuatan daftar gaji adalah surat-surat keputusan mengenai pengangkatan karyawan baru, kenaikan pangkat, pemberhentian karyawan, penurunan pangkat, daftar gaji bulan sebelumnya, dan daftar hadir. Jika gaji karyawan melebihi penghasilan tidak kena pajak, informasi mengenai potongan PPh pasal 21 dihitung oleh Bagian Gaji dan Upah atas dasar data yang tercantum dalam kartu penghaslian karyawan. Potongan PPh pasal 21 ini dicantumkan dalam daftar gaji dan upah.

Prosedur pembayaran gaji dan upah. Prosedur pembayaran gaji dan upah melibatkan Bagian Utang dan Bagian Kasa. Bagian Utang membuat perintah pengeluaran kas kepada Bagian Kasa untuk menulis cek guna pembayaran gaji dan upah. Bagian Kasa kemudian menguangkan cek tersebut ke bank dan memasukan uang ke amplop gaji dan, upah. Jika Jumlah karyawan perusahaan banyak, pembagian amplop gaji dan upah biasanya dilakukan oleh juru bayar (pay master). Pembayaran gaji dan upah dapat dilakukan dengan membagikan cek gaji dan upah, kepada karyawan.

Prosedur distribusi gaji upah. Dalam prosedur distribusi gaji dan upah, Biaya tenaga kerja didistribusikan kepada departemen-departemen yang menikmati manfaat tenaga kerja.Distribusi biaya tenaga kerja ini dimaksudkan untuk pengawasan biaya dan perhitungan harga pokok produk.

C. KEBIJAKAN TARIF PELAYANAN

Tarif adalah nilai suatu jasa pelayanan yang ditetapkan dengan ukuran sejumlah uang berdasarkan pertimbangan bahwa dengan nilai uang tersebut sebuah rumah sakit bersedia memberikan jasa kepada pasien. Tarif rumah sakit merupakan aspek yang sangat diperhatikan oleh rumah sakit swasta juga oleh rumah sakit milik pemerintah. Bagi sebagian rumah sakit pemerintah, tarif memang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menkes atau Pemerintah Daerah.

Hal ini menunjukkan adanya kontrol ketat pemerintah sebagai pemilik terhadap rumah sakit sebagai firma atau pelaku usaha.

Saat ini isu tarif menjadi semakin penting dengan adanya kecenderungan pelayanan kesehatan dibiayai oleh pemerintah melalui jaminan untuk keluarga miskin dan system asuransi kesehatan. Apakah memang dalam suasana jaminan sosial ini tidak perlu ada pentarifan? Ataukah masih ada pentarifan dengan asumsi bahwa PT Askes Indonesia sebagai pengelola dana pemerintah dianggap sebagai “pembeli”pelayanan bagi kelompok miskin. Ada berbagai hal yang akan dibahas dalam makalah ini: Situasi pentarifan saat ini dalam konteks tujuannya; Kecenderungan penetapan tarif masa depan dengan mempelajari perjalanan pelayanan kesehatan; dan penggunaan Unit-cost dalam penetapan tarif.

Proses Penetapan Tarif

Pemilik rumah sakit dapat berupa lembaga swasta, perorangan ataupun pemerintah. Misi dan tujuan rumah sakit swasta dan pemerintah tentu dapat berbeda. Rumah sakit swasta dapat berupa rumah sakit for-profit ataupun non- profit. Dengan perbedaan tersebut, maka proses penetapan tarif dapat berbeda pula. Penetapan Tarif Rumah Sakit dengan Menggunakan Pendekatan Perusahaan menggunakan teknik-teknik antara lain: full-cost pricing, kontrak dan cost-plus, target rate of return pricing, dan acceptance pricing. Teknik yang menjadi perdebatan adalah Kontrak dan Cost-Plus dimana Tarif rumah sakit ditetapkan berdasarkan kontrak misalnya kepada perusahaan asuransi, ataupun konsumen yang tergabung dalam satu organisasi.

Ada pula penetapan tarif model rumahsakit pemerintah yang tidak memperhatikan kaidah-kaidah usaha.`Penetapan Tarif pada Organisasi Pemerintah mungkin dilakukan dengan langkah yang berbeda karena menyangkut aspek sosial politis. Ada beberapa hal penting yang harus diperhitungkan antara lain: Isu Sosial dan Amanat Rakyat dalam Penetapan Tarif, Isu-Isu Ekonomi, dan Isu Politik.

Tujuan penetapan tarif saat ini Penetapan Tarif untuk Pemulihan Biaya. Di beberapa rumahsakit pemerintah tarif ditetapkan untuk meningkatkan pemulihan biaya rumah sakit. Pada masa lalu kebijakan swadana rumah sakit pemerintah pusat ditetapkan berdasarkan pemulihan biaya (cost-recovery.) Penetapan tarif ini tentunya tidak berdasarkan teknik full-cost pricing

Penetapan Tarif untuk Subsidi Silang. Dalam manajemen rumah sakit diharapkan ada kebijakan agar masyarakat ekonomi kuat dapat ikut meringankan pembiayaan pelayanan rumah sakit bagi masyarakat ekonomi lemah. Dengan konsep subsidi silang ini maka tarif bangsal VIP atau kelas I harus berada di atas unit cost agar surplusnya dapat dipakai untuk mengatasi kerugian di bangsal kelas III. Selain subsidi silang berbasis pada ekonomi, rumah sakit juga diharapkan melakukan kebijakan penetapan tarif yang berbeda pada bagian-bagiannya. Konsep subsidi silang saat ini ditentang karena dalam jangka panjang akan membuat RS menjadi rendah mutunya.

1. Meningkatkan Akses Pelayanan. Rumah sakit mempunyai misi untuk melayani masyarakat miskin. Oleh karena itu, saat ini pemerintah mempunyai kebijakan penetapan tarif serendah mungkin. Diharapkan dengan tarif yang rendah maka akses orang miskin menjadi lebih baik. Akan tetapi, patut diperhatikan bahwa akses tinggi belum berarti menjamin mutu pelayanan yang baik. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa mutu pelayanan rumah sakit pemerintah rendah akibat subsidi pemerintah terbatas dan tarif rumah sakit rendah dengan sistem manajemen yang birokratis. Kegagalan pemerintah memberikan subsidi cukup bagi biaya operasional dan pemeliharaan rumah sakit yang mempunyai tarif rendah menyebabkan mutu pelayanan rumah sakit semakin rendah.

2. Meningkatkan Mutu Pelayanan. Di berbagai rumah sakit pemerintah daerah, kebijakan penetapan tarif pada bangsal VIP dilakukan berdasarkan pertimbangan untuk peningkatan mutu pelayanan dan peningkatan kepuasan kerja dokter spesialis. Sebagai contoh, bangsal VIP dibangun untuk mengurangi waktu spesialis di rumah sakit swasta. Terlalu lamanya waktu yang dipergunakan dokter spesialis pemerintah bekerja di rumah sakit swasta dapat mengurangi mutu pelayanan..

3. Beberapa tujuan lainnya, misalnya mengurangi pesaing, memaksimalkan pendapatan, meminimalkan penggunaan, menciptakan corporate image. Penetapan tarif untuk mengurangi pesaing dapat dilakukan untuk mencegah adanya rumah sakit baru yang akan menjadi pesaing. Dengan cara ini, rumah sakit yang sudah terlebih dahulu beroperasi mempunyai strategi agar tarifnya tidak sama dengan rumah sakit baru. Penetapan tarif untuk memperbesar keuntungan dapat dilakukan pada pasar rumah sakit yang cenderung dikuasai satu rumah sakit (monopoli). Oleh karena itu, penetapan tarif dapat dilakukan dengan tujuan memaksimalisasikan pendapatan. Tanpa kehadiran pesaing dalam suasana pasar dengan demand tinggi, maka tarif dapat dipasang pada tingkat yang setinggi- tingginya, sehingga dapat meningkatkan surplus secara maksimal. (Trisnantoro,1996)

Pembayaran Pasien

Mayoritas tenaga receptionist memahami betul dan sangat antusias dengan peran mereka dalam kegiatan perawatan pasien. Namun seringkali terjadi ketidak jelasan tentang peran mereka sebagai regulator finansial, yaitu orang yang bertanggung jawab dalam menjamin uang tersebut dapat dibayarkan untuk kegiatan praktek perawatan dan diterima tepat waktu, dan/atau untuk mengimplementasikan kebijakan praktek bagi penarikan biaya yang harus dikeluarkan oleh pasien. Di samping penarikan biaya, para tenaga receptionist juga bertanggung jawab dalam menyimpan uang di bank.

Ketika pasien tetap tidak bisa memenuhi janjinya membayar biaya perawatan, maka pasien jenis ini adalah mereka yang datang ke klinik gigi, mendapatkan perawatan, lantas pergi begitu saja tanpa mau membayar. Sisi baiknya mereka tidak membebani biaya inap tetapi dari sisi buruknya tindakan mereka menimbulkan resiko pada viabilitas praktek.

Ketika hutang biaya inap menjadi masalah di masa lalu, maka pengenalan kebijakan yang jelas, yang diikuti secara konsisten, dapat mengurangi hutang biaya inap secara dramatis. Sebelum para petugas receptionist gigi bisa melakukan tugasnya dengan baik sebagai pengelola keuangan, manajemen perlu memperkenalkan langkah-langkah untuk memperjelas kerangka kerja mereka dalam bentuk kebijakan praktek.

Mendata Pembayaran Pasien

Pemeliharaan data finansial yang akurat dan dapat diandalkan tidak hanya membuat kegiatan bisnis berjalan lancar, tetapi ia juga bisa memenuhi kewajiban prakteknya. Klinik gigi harus bisa menjamin bahwa prosedur untuk pendataan pembayaran pasien harus sesuai dengan peraturan pajak dan perusahaan; Inland Revenue mewajibkan data keuangan untuk dibuat seakurat dan setransparan mungkin. Praktek komputerisassi yang menggunakan paket piranti lunak gigi modern sangat menguntungkan dari paket- paket akuntansi yang dipakai. Dengan satu sentuhan tombol, mereka dapat menyelesaikan pembayaran yang didapat di ruang perawatan dengan uang yang disimpan di bank. Receptionist juga mendapat keuntungan karena mereka tidak dicurigai melakukan kecurangan, atau kasus ketika terjadi kesalahan prosedur yang dapat menimbulkan rasa ketidakpercayaan.

Penanganan Pembayaran Pasien

Peran receptionist dalam mengelola arus kas merupakan kunci sukses kegiatan finansial. Ketika pasien tiba di klinik gigi, receptionist harus segera memeriksa status keuangan mereka dan kemudian melakukan tindakan, bersama dengan kebijakan praktek, untuk mempertahankan segala sesuatunya agar selalu up to date, hindari upaya untuk menutupi hutang biaya inap.

Sebelum perawatan dimulai, pasien harus diberitahu tentang rencana perawatan dan taksiran biaya secara tertulis, di mana mereka harus menandatangani atau memberikan tanda persetujuan. Kebanyakan praktek menawarkan banyak metode pembayaran seperti pembayaran tunai, cek, kartu debt atau kartu kredit. Dalam beberapa kasus kegiatan praktek ini juga menawarkan rencana perawatan di tempat kerja atau rumah, dengan bantuan perusahaan keuangan yang senantiasa menyediakan kredit bebas bunga.

Untuk setiap metode pembayaran yang ditawarkan, klinik gigi harus memberikan prosedur yang jelas untuk sehubungan dengan biaya dan manfaat yang dikaitkan dengan metode pembayaran.

Pilihan pembayaran: Tunai Manfaat

- Tidak ada persentase yang diberikan pihak ketiga. - Dana yang tersedia segera dibayarkan ke bank. Biaya

- Resiko penyimpanan uang tunai di tempat praktek.

- Resiko yang terkait dengan pengiriman uang dalam jumlah besar ke bank. - Peraturan kredit konsumen ketika menarik sejumlah besar uang harus dipelajari.

Ketika menangani pembayaran pasien dalam bentuk tunai maka perlu diperhatikan langkah-langkah berikut:

- Upayakan agar catatan perubahan tagihan selalu diberikan kepada pasien, untuk menghindari kesalahan sehingga selalu ada kesepakatan pada setiap perubahan yang telah diberikan.

- Jangan menerima uang dari pasien hingga mereka benar-benar sudah menerima