• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBIJAKAN PENGELOLAAN KEUANGAN MASA LALU 1 Proporsi Penggunaan Anggaran

GAMBARAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

1 PENDAPATAN DAERAH 278,334 318,322 337,660 339,509 401,222 9,

B. JUMLAH KEWAJIBAN dan

3.2. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KEUANGAN MASA LALU 1 Proporsi Penggunaan Anggaran

Terkait dengan proporsi penggunaan anggaran perlu kita ketahui terlebih dahulu kebijakan-kebijakan secara umum terkait dengan pengelolaan keuangan daerah.Berdasarkan Nota Kesepakatan antara Pemerintah Kota Payakumbuh dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Payakumbuh yang disepakati setiap tahunnya, maka secara umum kebijakan umum Pengelolaan KeuanganDaerah Kota Payakumbuh adalah sebagai berikut.

1. Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui kas umum daerah yang menambah ekuitas dana lancar sebagai hak pemerintah daerah dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh daerah.

2. Seluruh penerimaan daerah dianggarkan dalam APBD secara bruto mempunyai makna bahwa jumlah pendapatan yang dianggarkan tidak boleh dikurangi dengan belanja yang digunakan dalam rangka menghasilkan pendapatan tersebut dan/atau dikurangi dengan bagian pemerintah pusat/daerah lain dalam rangka bagi hasil.

3. Pendapatan daerah merupakan perkiraan yang terukur secara rasional dan dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan. Sebagai komitmen taat azas dalam pengelolaan keuangan daerah, Pemerintah Kota Payakumbuh menetapkan kebijakan terkait pendapatan daerah sebagai berikut:

a. Pendapatan Asli Daerah

1) Dalam upaya merencanakan target pendapatan asli daerah dilakukan secara rasional dengan mempertimbangkan kondisi perekonomian tahun-tahun lalu, perkiraan pertumbuhan ekonomi, penerimaan tahun lalu dan potensi yang dapat mempengaruhi penerimaan pemerintah daerah serta optimalisasi pencapaiannya. 2) Dalam upaya peningkatan penerimaan pendapatan asli daerah,

pemerintah daerah tidak memberatkan dunia usaha dan masyarakat. Upaya peningkatan pendapatan asli daerah ditempuh melalui penyederhanaan sistem dan prosedur administrasi pemungutan pajak dan retribusi daerah melalui intensifikasi pajak dan retribusi daerah, serta peningkatan pengendalian dan pengawasan atas pemungutan pendapatan asli daerah untuk terciptanya efektifitas dan efisiensi yang dibarengi dengan

ï ð ñò óôõö ÷ð ÷ø ÷ùúûüúýþ÷ýúÿ III - 12 peningkatan kualitas, kemudahan, ketepatan dan kecepatan pelayanan dengan biaya murah. Pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah berdasarkan peraturan daerah dengan berpedoman kepada undang-undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah.

3) Melakukan upaya peningkatan penerimaan bagian laba/deviden atas penyertaan modal atau investasi daerah lainnya. Dalam upaya peningkatan PAD, pemerintah daerah mendayagunakan kekayaan daerah yang belum dipisahkan dan belum dimanfaatkan untuk dikelola atau dikerjasamakan dengan pihak ketiga sehingga menghasilkan pendapatan. Penyertaan modal pada pihak ketiga ditetapkan dengan peraturan daerah.

b. Dana Perimbangan. Dana Perimbangan yang diterima Pemerintah Kota Payakumbuh berupa Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus, Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak. Secara keseluruhan, terus diupayakan peningkatan Dana Perimbangan terutama melalui DAK dan dana bagi hasil.

c. Hibah yang diterima baik berupa uang dianggarkan dalam APBD setelah adanya kepastian penerimaan hibah.

d. lain-lain pendapatan yang ditetapkan pemerintah termasuk dana penyesuaian dan dana otonomi khusus dianggarkan pada lain-lain pendapatan daerah yang sah.

e. Dana bagi hasil pajak dari provinsi yang diterima pemerintah kabupaten merupakan lain-lain penerimaan yang sah.

Secara umum, kebijakan umum keuangan daerah menyangkut tentang belanja daerah Kota Payakumbuh Tahun 2008-2012 adalah sebagai berikut:

1. Belanja daerah harus digunakan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan yang ditetapkan berdasarkan ketentuan perundang-undangan.

2. Belanja dalam rangka penyelenggaraan urusan wajib digunakan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial.

3. Belanja daerah disusun berdasarkan pendekatan prestasi kerja yang berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanaan

III - 13 anggaran serta memperjelas efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran.

4. Penyusunan belanja daerah diprioritaskan untuk menunjang efektivitas pelaksanaan tugas dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam rangka melaksanakan urusan pemerintahan daerah yang menjadi tanggung jawabnya. Peningkatan alokasi anggaran belanja yang direncanakan oleh setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah harus terukur yang diikuti dengan peningkatan kinerja pelayanan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

a. Penggunaan Penerimaan dana bagi hasil pajak diprioritaskan untuk mendanai perbaikan lingkungan pemukiman, pembangunan irigasi, jaringan jalan dan jembatan:

b. Penerimaan dana bagi hasil sumber daya alam diutamakan pengalokasiannya untuk mendanai pelestarian lingkungan areal pertambangan, perbaikan dan penyediaan fasilitas umum dan fasilitas sosial, fasilitas pelayanan kesehatan dan pendidikan untuk tercapainya standar pelayanan minimal yang ditetapkan peraturan perundang- undangan;

c. Dana alokasi umum diprioritaskan penggunaannya untuk mendanai gaji dan tunjangan pegawai, kesejahteraan pegawai, kegiatan operasional dan pemeliharaan serta pembangunan fisik sarana dan prasarana dalam rangka peningkatan pelayanan dasar dan pelayanan umum yang dibutuhkan masyarakat;

d. Dana alokasi khusus digunakan berdasarkan pedoman petunjuk teknis yang ditetapkan oleh pemerintah;

5. Belanja Pegawai.

a. Besarnya penyediaan gaji pokok/tunjangan Pegawai Negeri Sipil Daerah mempedomani ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah;

b. Penganggaran gaji dan gaji ketiga belas PNS serta tunjangan jabatan struktural/fungsional dan tunjangan lainnya dibayarkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

c. Dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan produktivitas Pegawai Negeri Sipil Daerah, khususnya bagi Pegawai Negeri Sipil Daerah yang tidak menerima tunjangan jabatan struktural, tunjangan jabatan fungsional atau yang dipersamakan dengan tunjangan jabatan, diberikan Tunjangan Umum setiap bulan. Besarnya Tunjangan Umum dimaksud berpedoman pada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2006 tentang Tunjangan Umum Bagi Pegawai Negeri Sipil;

! !" !#$%&$'(!'$)* +, * *+,- III - 14 d. Penyediaan dana penyelenggaraan asuransi kesehatan yang dibebankan pada APBD berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2003 tentang Subsidi dan Iuran Pemerintah Dalam Penyelenggaraan Asuransi Kesehatan bagi Pegawai Negeri Sipil dan Penerima Pensiun serta Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 138/MENKES/PB/II/2009 dan Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman Tarip Pelayanan Kesehatan bagi Peserta PT. Askes (Persero) dan Anggota Keluarganya di Puskesmas dan di Rumah Sakit Daerah;

e. Berdasarkan ketentuan pasal 63 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005, kepada Pegawai Negeri Sipil Daerah dapat diberikan tambahan penghasilan berdasarkan pertimbangan yang obyektif dengan memperhatikan kemampuan keuangan daerah dan memperoleh persetujuan DPRD sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pemberian tambahan penghasilan diberikan dalam rangka peningkatan kesejahteraan pegawai berdasarkan beban kerja atau tempat bertugas atau kondisi kerja atau kelangkaan profesi atau prestasi kerja;

f. Pegawai Negeri Sipil Daerah yang diperbantukan pada BUMD, atau unit usaha lainnya, pembayaran gaji dan penghasilan lainnya menjadi beban BUMD, atau unit usaha yang bersangkutan;

g. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2005 tentang Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil, Pemerintah Daerah tidak diperkenankan mengangkat pegawai honorer/pegawai harian lepas/pegawai tidak tetap. Pemberian penghasilan bagi pegawai honorer/pegawai harian lepas/pegawai tidak tetap yang sudah ada dianggarkan menyatu dengan program kegiatan yang melibatkan pegawai dimaksud yang besarnya ditetapkan dengan keputusan kepala daerah berdasarkan asas kepatutan dan kewajaran; h. Pemberian honorarium bagi PNS dibatasi dengan mempertimbangkan

asas efisiensi, kepatutan dan kewajaran serta pemerataan penerimaan penghasilan, yang besarannya ditetapkan dengan keputusan kepala daerah.

6. Belanja bunga dianggarkan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek dan jangka panjang daerah karena melakukan pinjaman daerah untuk pembangunan yang berguna bagi masyarakat.

7. Belanja subsidi hanya diberikan kepada perusahaan atau lembaga tertentu agar harga jual dari hasil produksinya terjangkau oleh masyarakat yang daya belinya terbatas.

. / 01 2345 6/ 67 689:;9<=6<9>? @A ? ?@AB III - 15 8. Belanja hibah dan bantuan sosial tata cara penganggaran dan palaksanaan serta pertanggungjawaban berpedoman kepada peraturan perundang-undangan bidang hibah dan bantuan sosial.

9. Belanja bantuan keuangan diberikan kepada kelurahan, pemerintah, pemerintah daerah lainnya, partai politik dengan berpedoman kepada peraturan perundang-undangan .

10. Belanja Tak Terduga dilakukan secara rasional dan kemungkinan adanya kegiatan yang sifatnya tidak dapat diprediksi, diluar kendali dan sifat kegiatan tidak biasa seperti bencana alam atau tanggap darurat.

11. Belanja Langsung

a. Penyediaan anggaran untuk belanja barang pakai habis agar disesuaikan dengan kebutuhan nyata dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah, dengan mempertimbangkan jumlah pegawai dan volume pekerjaan. Oleh karena itu, perencanaan pengadaan barang agar didahului dengan evaluasi persediaan barang serta barang dalam pemakaian;

b. Dalam upaya meningkatkan dan memberdayakan kegiatan perekonomian daerah, perencanaan pengadaan barang dan jasa agar mengutamakan hasil produksi dalam negeri dan melibatkan pengusaha kecil, menengah dan koperasi;

c. Dalam merencanakan kebutuhan barang, pemerintah daerah supaya menggunakan daftar inventarisasi barang milik pemerintah daerah dan standar penggunaan barang sebagai dasar perencanaan sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2006 tentang Standarisasi Sarana dan Prasarana Kerja Pemerintah Daerah;

d. Penyusunan rencana kebutuhan pengadaan barang dan jasa agar mempedomani ketentuan tentang standar satuan harga barang dan jasa yang ditetapkan dalam keputusan kepala daerah;

e. Penyediaan belanja perjalanan dinas dalam rangka studi banding agar dibatasi baik jumlah orang. jumlah hari maupun frekuensinya dan dilakukan secara selektif agar tidak terlalu lama meninggalkan tugas dan tanggung jawab yang diamanatkan dalam ketentuan perundang- undangan. Pelaksanaan studi banding dapat dilakukan sepanjang memiliki nilai manfaat guna kemajuan daerah yang hasilnya dipublikasikan kepada masyarakat;

f. Penugasan untuk mengikuti undangan dalam rangka workshop, seminar, dan lokakarya atas undangan atau tawaran dari

C D EF GHIJ KD KL KMNOPNQRKQNST UV T TUVW III - 16 organisasi/lembaga tertentu diluar instansi pemerintah dilakukan secara selektif agar tidak membebani belanja perjalanan dinas;

12. Belanja Modal

Belanja modal merupakan pengeluaran yang dianggarkan untuk pembelian/pengadaan aset tetap dan aset lainnya untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan yang memiliki kriteria;

a. Masa manfaatnya lebih dari 12 (dua belas) bulan; b. Merupakan objek pemeliharaan;

c. Jumlah nilai rupiahnya material sesuai dengan kebijakan akuntansi,

Tabel 3.7. Proporsi Belanja Daerah Kota Payakumbuh Tahun 2007-2011 (%)

Sumber : Diolah

Pada Tabel 3.7 proporsi belanja tidak langsung dari tahun ketahun mengalami peningkatansebesar 56,4% pertahun dari total belanja dan peningkatan ini yang terbesar pada belanja pegawai yang gunanya untuk belanja gaji pegawai negeri yang berjumlah sekitar 4.205 jiwa. Sementara proporsi belanja langsung semakin lama semakin kecil dengan proporsi rata-rata pertahun sebesar 43,6% dari total belanja. Untuk mengantisipasi hal ini pemerintah sudah melakukan moratorium pegawai untuk mengurangi porsi belanja pegawai sehingga dana APBD dapat dimanfaatkan untuk penyelenggaran pembangunan fisik terutama belanja modal.

Namun tidak hanya moratorium pegawai saja juga perpindahan pegawai dari daerah lain dilakukan lebih selektif terkait dengan pegawai yang benar-benar dibutuhkan seperti tenaga kesehatan dan guru.

No. Uraian Tahun Rata2

Pro'si 2007 2008 2009 2010 2011

2. BELANJA DAERAH 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 2.1. BELANJA TIDAKLANGSUNG 54,843 51,049 53,825 59,487 62,776 56,40 2.1.1 Belanja Pegawai 44,533 46,470 46,056 54,009 58,924 50,00 2.1.2 Bunga 0,003 0,002 0,001 0,014 0,000 0,00 2.1.3 Subsidi 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,00 2.1.4 Hibah 0,769 1,196 6,206 3,344 2,054 2,71 2.1.5 Bantuan Sosial 9,312 3,364 1,307 1,658 1,462 3,42 2.1.6 Belanja Bagi Hasil 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,00 2.1.7 Bantuan Keuangan 0,000 0,000 0,205 0,197 0,187 0,12 2.1.8 Belanja Tidak Terduga 0,225 0,017 0,050 0,265 0,150 0,14 2.2. BELANJA LANGSUNG 45,157 48,951 46,175 40,513 37,224 43,60 2.2.1. Belanja Pegawai 11,350 13,385 9,408 9,690 8,964 10,56 2.2.2. Belanja Barang dan

Jasa 15,044 14,820 19,439 18,006 16,606 16,78 2.2.3. Belanja Modal 18,763 20,746 17,328 12,817 11,653 16,26

X Y Z[ \]^_ `Y `a `bcdecfg`fchi jk i ijkl III - 17 Proporsi belanja pegawai rata-rata pertahun sebesar 60,56% pertahun untuk periode 2007-2011 dari total belanja, sementara belanja modal hanya 16,26%. Untuk meningkatkan proporsi belanja modal tersebut pemerintah daerah melakukan moratorium untuk pengangkatan PNS dan lebih selektif untuk menerima pegawai yang pindah ke Kota Payakumbuh kecuali untuk tenaga kesehatan dan pendidikan. Selain itu perlu efisiensi untuk menganggarkan belanja pegawai yang bersifat honorarium.

3.2.2. Analisis Pembiayaan

Dari tabel 3.7 juga dapat dipaparkan bahwa belanja modal Kota Payakumbuh semakin lama-semakin rendah proporsinya terhadap total belanja. Padahal untuk mendukung pertumbuhan ekonomi diperlukan pengeluaran pemerintah untuk mendorong pergerakan ekonomi masyarakat. Disaat terjadi pengangguran pengeluaran pemerintah dibidang investasi atau belanja modal sangat diperlukan. Untuk itu perlu dicari sumber-sumber pembiayaan alternative antara lain ; melalui pinjaman ke pemerintah pusat atau negara donor lainnya, membangun kerjasama antara pemerintah dengan pihak swasta (Public Private Parnertship), menerbitkan obligasi daerah serta mendorong tumbuhnya partisipasi masyarakat. Hal ini dimaksudkan untuk mendanai kegiatan-kegiatan pembangunan pemerintah daerah terutama untuk pembangunan pelayanan dasar seperti fasilitas pelayanan pendidikan, kesehatan dan pembangunan infrastruktur.