• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebutuhan Program Pengembangan Kawasan Minapolitan

Dalam program pengembangan kawasan minapolitan berdasarkan hasil pendapat pakar terdapat 12 sub elemen kebutuhan yang diperlukan dalam pengembangan kawasan minapolitan di Kabupaten Kupang. Berikut ini adalah sub elemen kebutuhan tersebut : (1) ketersediaan infrastruktur (jembatan, jalan, listrik, telekomunikasi, dll), (2) sarana dan prasarana produksi budidaya laut (bibit, alat dan mesin produksi), (3) industri pengolahan hasil budidaya laut, (4) ketersediaan benih/ kebun bibit, (5) sumberdaya manusia budidaya laut yang terampil, (6) kemudahan birokrasi, (7) permodalan dan fasilitas pinjaman/kredit, (8) manajemen usaha budidaya, (9) kebijakan penetapan kawasan pengembangan minapolitan, (10) keberadaan lembaga penyuluh budidaya laut, (11) pemasaran yang baik, dan (12) keamanan dalam berinvestasi. Dari keempat belas sub elemen tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan metode ISM untuk mendapatkan elemen kunci yang merupakan kebutuhan utama program pengembangan kawasan minapolitan.

Berdasarkan hasil analisis seperti pada Gambar 7 terlihat bahwa sub elemen ketersediaan infrastruktur (jembatan, jalan, listrik, telekomunikasi, dll) (1), sarana dan prasarana produksi budidaya laut (bibit, alat dan mesin produksi) (2), dan ketersediaan benih/ kebun bibit (4) terletak pada sektor IV yang merupakan sub elemen kebutuhan program yang memberikan kontribusi yang tinggi terhadap sub elemen lain dan perlu mendapat

perhatian serius karena merupakan sub elemen yang mempunyai kekuatan penggerak (driver power) yang besar dalam pengembangan kawasan minapolitan, dan memiliki ketergantungan (dependence) yang rendah terhadap program. Ketiga sub elemen ini menjadi sub elemen kunci pada kebutuhan program, sehingga setiap perubahan dalam sub elemen ini akan mempengaruhi sub elemen yang lain, sehingga perlu dikaji secara hati-hati. Sedangkan sub elemen industri pengolahan hasil budidaya laut (3), sumberdaya manusia budidaya laut yang terampil (5), permodalan dan fasilitas pinjaman/kredit (7), manajemen usaha budidaya (8), keberadaan lembaga penyuluh budidaya laut (10), dan pemasaran yang baik (11); terletak pada sektor III yang merupakan sub elemen pengait (linkages) dari sub elemen lainnya. Sub elemen pada sektor ini memiliki kekuatan pendorong (driver power) yang besar terhadap suksesnya program tetapi memiliki ketergantungan (dependence) yang besar pula. Setiap tindakan pada sub elemen kebutuhan ini akan mempengaruhi suksesnya program pengembangan kawasan minapolitan dan sebaliknya kurangnya perhatian pada sub elemen ini maka dapat berpengaruh terhadap kegagalan program pengembangan kawasan minapolitan.

Adapun sub elemen kebutuhan yang terletak pada sektor II adalah kemudahan birokrasi (6), kebijakan penetapan kawasan pengembangan minapolitan (9), dan keamanan dalam berinvestasi (12). Ketiga sub elemen ini merupakan sub elemen akibat dari tindakan pemenuhan kebutuhan program lainnya. Dengan kata lain, sub elemen ini memiliki ketergantungan (dependence) yang tinggi terhadap pemenuhan kebutuhan program lainnya dan tidak memiliki kekuatan pendorong (driver power) yang tinggi. Struktur hirarki hubungan sub elemen kebutuhan program pengembangan kawasan minapolitan di Kabupaten Kupang secara rinci dapat dilihat pada Gambar 7.

Dalam rangka pemenuhan kebutuhan program pengembangan kawasan minapolitan di Kabupaten Kupang, hal utama yang harus dilakukan pada tahap pertama adalah penyediaan infrastruktur, dan sarana dan prasarana produksi budidaya laut yang memadai untuk memperlancar hubungan dan membuka keterisolasian antar kawasan di wilayah kabupaten baik dalam hal penyediaan infrastruktur jalan, penyediaan listrik, telekomunikasi, pembangunan jembatan dan pelabuhan, dan infrastruktur lainnya karena pada beberapa desa di Kecamatan Semau, kondisi jalan dan pelabuhan belum dibangun sehingga masih sangat terisolasi baik antar desa, ke ibukota

kecamatan, maupun ke ibukota kabupaten masih menggunakan perahu sendiri maupun kapal feri akibat minimnya infrastruktur yang dimiliki. Hal ini juga berlaku untuk Kelurahan Sulamu, walaupun termasuk jalan propinsi namun kondisi jalan sangatlah buruk bahkan pada musim hujan jembatan terputus, sehingga hanya dapat ditempuh dengan kapal feri.

Gambar 7 Struktur Hirarki Sub Elemen Kebutuhan Program Pengembangan Kawasan Minapolitan di Wilayah Kabupaten Kupang

Tahapan kedua yang perlu dilakukan adalah penyediaan benih/kebun bibit rumput laut dan manajemen usaha budidaya laut. Kebutuhan petani rumput laut akan kebun bibit ini sangat besar, apalagi saat musim barat dan peralihan II merupakan musim penyakit rumput laut yang dikenal dengan “ais-ais”. Dengan tersedianya kebun bibit ini petani rumput laut tidak takut

akan kehilangan bibit rumput laut. Untuk itu, diperlukan suatu manajemen usaha budidaya laut yang baik dalam program ini. Tahapan ketiga adalah kemudahan dalam permodalan dan fasilitas pinjaman/kredit, hal ini terkait dengan sub elemen sebelumnya yakni manajemen usaha budidaya yang baik jika sub elemen tersebut tercapai akan memberikan kemudahan dalam peminjaman/kredit nantinya. Berikutnya adalah tahapan keempat dari sub elemen kebutuhan yaitu penyediaan industri pengolahan hasil budidaya laut, sumberdaya manusia budidaya laut yang terampil, dan keberadaan lembaga penyuluh budidaya laut. Apabila sub elemen kebutuhan keempat terpenuhi, maka akan mendorong tercapainya sub elemen kelima yakni adanya pemasaran yang baik.

Tahapan keenam adalah sub elemen kebijakan penetapan kawasan pengembangan minapolitan; tahapan kebijakan penetapan kawasan minapolitan menjadi penting disahkan secara hukum berdasarkan potensi kelautan/perikanan yang dimiliki serta dalam rangka mensinergiskan kebijakan pemerintah kabupaten dengan pemerintah propinsi maupun pusat. Tahapan ketujuh yang perlu dilakukan adalah keamanan dalam berinvestasi; sangat berpengaruh terhadap keberhasilan dari program ini. Dengan status hukum yang ada, maka para investor merasa aman menginvestasikan uangnya dalam pengembangan minapolitan berbasis budidaya laut. Jika kebutuhan dari sub elemen kebutuhan yang telah disebutkan sebelumnya terpenuhi maka tahapan terakhir adalah kemudahan birokrasi akan didapatkan dalam membangun pengembangan kawasan minapolitan di Kabupaten Kupang.

Pustaka

[Anonim]. 2009. Partisipasi Masyarakat. http://www.wordpress.com/04-konsep- http://www.wordpress.com/04-konsep-dasar/partisipasi. [11 Mei 2009].

Adrianto L. 2007. Pengantar Kepada Ko-Manajemen Perikanan. Working Paper. Bogor: PKSPL-IPB.

Bengen DG, Rizal A. 2002. Menyoal Pengaturan Pemanfaatan Sumberdaya Kelautan. INCUNE, No 01/Th.II: 2-5.

Budiyatno 2002. Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Ekosistem Mangrove Pulau Kecil Berpenghuni (Studi Kasus di Pulau Lancang Besar, Kelurahan Pulau Pari, Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, DKI Jakarta [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Daniels M, Darmawati, Nieldalina. 2005. PRA Participatory Rural Appraisal, Pendekatan Efektif Mendukung Penerapan Penyuluhan Partisipatif dalam Upaya Percepatan Pembangunan Pertanian. Jakarta: Bumi Aksara.

Djojomartono, M. 2000. Dasar-dasar Analisis Sistem Dinamik. Program Pascasarjana Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 55hal.

Eriyatno. 1998. Ilmu Sistem: Meningkatkan Mutu dan Efektivitas Manajemen. Jilid 1. Edisi Ketiga IPB Press. Bogor.

Eryatno dan F. Sofyar. 2007. Riset Kebijakan, Metode Penelitian untuk Pascasarjana. IPB Press. Bogor. 79hal.

Hardjomidjojo, H. 2006. Panduan Lokakarya Analisis Prospektif. Materi Kuliah Program Studi PSL Sekolah Pascasarjana. IPB. Bogor. 23hal. Hetifah SS. 2009. Inovasi, Partisipasi, dan Good Governance. 20 Prakarsa

Inovatif dan Partisipatif di Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Hikmah. 2002. Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Rumput Laut

di Zona Pemanfaatan Taman Nasional Ujung Kulon. [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Hikmat H. 2001. Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Bandung: Humaniora Utama Press.

Kanungo, S and V.V.Bhatnagar. 2002. Beyond Generic Models for Information System Quality: The Use of Interpretive Structural Modeling (ISM). System Research and Behavioral Science. Syst. Res. 19, 531-549.

Manetsch, T.J and G.L. Park. 1979. System Analysis and Simulation with Application to Economic and Social System (terjemahan). Part I 3rd

edition. Departement of Electrical Enginering and System Science. Michigan State University East Lansing. Michigan. 64p.

Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. PT Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo). Jakarta. 197hal.

Marimin. 2005. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Grasindo. Jakarta.

Moeliono I. 2004. Partisipasi Manipulatif: Catatan Reflektif tentang Pendekatan PRA dalam Pembangunan Masyarakat. http//www. balaidesa.or.id/prapar.htm. [7 Mei 2008].

Muluk MRK. 2007. Menggugat Partisipasi Publik dalam Pemerintahan Daerah: Sebuah Kajian Administrasi Publik dengan Pendekatan Berpikir Sistem. Malang: Bayumedia dan Lembaga Penerbitan dan Dokumen FIA – Unibraw.

Paulus, Chaterina A. 2012. Model Pengembangan Minapolitan Berbasis Budidaya Laut di Kabupaten Kupang. Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Disertasi. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 280hal.

Putri EIK. 2009. Participatory Environmental Policy Processes dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam. Bahan Kuliah Ekonomi Sumberdaya Alam. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Rustiadi E, et al. 2007. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Saaty, T.L. 1993. Pengambilan Keputusan bagi Para Pemimpin: Proses Hirarki Analitik untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi yang Kompleks (terjemahan). Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta. 270 hal. Saxena J.J.P, Sushil and Vrat, P. 1992. Hierarchy and Classification of

Program Plan Elements using Interpretative Structural Modelling. System Practice, Vol. 5 (6), 651:670.

Sumardjo, Saharudin. 2003. Metode-Metode Partisipatif dalam Pengembangan Masyarakat.

Todaro, MP. 2004. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta: Erlangga.

Utama. Jakarta. 515hal.

Widodo J, Suadi. 2006. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Laut. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Yuanike. 2003. Kajian Pengembangan Ekowisata Mangrove dan Partisipasi Masyarakat Di Kawasan Nusa Lembongan Bali. [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.