"Al-Qur'an wa Sunnati"
1Diriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Aku tinggalkan bagi kamu dua perkara, yang kamu tidak akan sesat kalau kamu berpegang kepada keduanya: Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya.”
Hadis ini atau yang semakna dengan ini tidak pernah diriwayatkan oleh Al-Syaikhan—yakni Al-Bukhari dan Muslim, juga tidak oleh satu pun dari Al-Shihah al-Sittah (Enam Kitab Hadis yang Shahih); tidak juga oleh penulis musnad, seperti Musnad Ahmad bin Hanbal. Hadis ini diriwayatkan hanya dalam Al-Muwatha’, Mustadrak, Sunan al-Baihaqi, Sirah Ibn al-Hisyam, Riwayat Ibn Abd al-Barr, riwayat Qadhi al-Iyadh. Dari mereka kemudian Al-Suyuthi dan Al-Muttaqi al-Hindi mengutip hadis itu. Marilah kita perhatikan hadis-hadis itu:
1. Riwayat Malik. Malik meriwayatkan hadis ini dalam al-Muwatha’ tanpa sanad sama sekali. Ia hanya berkata:
Telah sampai kepadaku bahwa Rasulullah Saw bersabda,
“…” Siapa pun yang belajar hadis akan mengatakan bahwa hadis semacam ini lemah sekali. Hilang saja satu mata
1 Dikutip dari Emilia Renita Az, 40 Masalah Syiah. Jakarta: IJABI
& The Jalal Center, 2009, h. 60-63.
rantai dalam periwayatan hadis, sudah dha’if-lah hadis itu.
Di sini, semua mata rantai hadis hilang!
Ibn Hazm memberikan komentar tentang Al-Muwatha’, “Aku hitung hadis-hadis yang termuat dalam Al-Muwatha’. Aku dapatkan lima ratus lebih hadis musnad, tiga ratus lebih mursal, dan tujuh puluh lebih hadis yang Malik sendiri meninggalkannya dan tidak mengamalkannya. Di dalamnya banyak sekali hadis yang dilemahkan oleh para ulama.” (Al-Suyuthi, Tanwir al-Hawalik Syarh Muwatha’ Malik, 1: 9)
2. Riwayat Al-Hakim. Dalam Al-Mustadrak, Al-Hakim meriwayatkan hadis ini dari Ibn Abbas melalui Ismail bin Abi Uwais. Ismail–keponakan Anas bin Malik–di-jarh (dikecam) oleh para ahli Malik–di-jarh. Muawiyyah bin Shalih melaporkan komentar Ibn Ma’in tentang Ismail bin Abi Uwais, “Ia dan ayahnya suka mencuri-curi hadis. Ia sering berbohong dalam periwayatan, kacau hafalannya, dan tidak bernilai sama sekali.”
Al-Nasai sangat mencelanya dan bahkan tidak mau meriwayatkan darinya. Ini tentunya karena ia mengetahui cacat dan cela yang ada padanya yang tidak diketahui orang lain. Juga seluruh ulama sepakat bahwa ia lemah.
Daruquthni berkata, "Saya tidak akan memakainya untuk meriwayatkan hadis shahih." Ibn Hazm berkata, "Ia suka memalsukan hadis." (Lihat Ibn Hajar, Tahdzib al-Tahdzib, 1:
271)
Al-Hakim meriwayatkan juga hadis ini dari Abu
194 Emilia Renita AZ
Shalih bin Musa al-Thalhi al-Kufi. Menurut Ibn Ma’in, "Ia tidak berharga sedikit pun dan hadisnya tidak pantas ditulis." Imam Al-Bukhari berkata, "Ia adalah orang yang sering membawa hadis munkar dari Suhail bin Abi Shalih."
Abu Nu’aim berkata, "Hadisnya harus dibuang dan ia meriwayatkan hadis-hadis munkar.” (Tahdzib al-Tahdzib 4:
354).
3. Hadis Sunan al-Baihaqi. Dalam sunan-nya, Al-Baihaqi meriwayatkan hadis ini dari Ibn Abbas dan Abu Hurairah melalui Ibn Abi Uwais dan Shalih bin Musa. Kedua orang ini–seperti yang sudah Anda lihat pada hadis Al-Hakim–dipandang sangat lemah oleh para ahli hadis.
4. Hadis ini dalam Sirah ibn Hisyam. Seperti dalam Al-Muwatha’, Ibn Hisyam meriwayatkan hadis ini tanpa sanad sama sekali. Ia meriwayatkan hadis ini ketika mengutip khutbah Rasulullah Saw pada haji wada’. Ia mengutipnya dari Ibn Ishaq. Para ahli hadis telah menilai Ibn Ishaq sebagai mudallis dan pembohong (lihat Ibn Sayyid al-Nas, Muqadimah Uyun al-Atsar).
5. Riwayat Ibn Abd al-Barr. Hadis "Al-Quran dan Sunnahku" diriwayatkan dalam kitab Ibn Abd al-Barr, Al-Tamhid, dengan dua sanad. Salah satunya sama dengan sanad Al-Hakim. Yang lainnya dilaporkan oleh rangkaian perawi hadis yang sangat sangat lemah. Salah seorang di antaranya adalah Katsir bin Abdillah. Menurut Imam Ahmad, "Jangan sekali-kali kamu meriwayatkan hadis darinya." Ibn Ma’in berkata, "Ia orang yang dha’if." Al-Darimi dan Ibn Ma’in juga berkata, "Ia orang yang dha'if
dalam periwayatan hadis." (Lihat Tahdzib al-Tahdzib pada entri “Katsir bin Abdillah”).
6. Riwayat Qadhi Iyadh. Hadis "Al-Quran dan Sunnahku" diriwayatkan Qadhi Iyadh dengan sanad yang dipenuhi orang-orang dha’if. Di situ ada Syuaib bin Ibrahim, yang disebut oleh Ibn Adi sebagai “orang yang tidak dikenal” (Lisan al-Mizan 3: 145); Aban bin Ishaq al-Asadi, yang menurut Al-Azdi “hadisnya harus dibuang" (Tahdzib al-Tahdzib 1: 81); Shalih bin Muhammad al-Ahmashi, yang
“tidak ada seorang ulama pun pernah meriwayatkan hadis darinya kecuali Al-Tirmidzi, yang meriwayatkan hadisnya satu kali saja, dan menganggap riwayatnya gharib” (Tahdzib al-Tahdzib 1: 358); dan paling parah dari semuanya, di situ ada Saif bin Umar yang menurut Al-Hakim adalah “orang zindiq dan gugur dalam periwayatan” (Inilah sumber yang meriwayatkan bahwa Syiah dibikin oleh Abdullah bin Saba, lihat Bagian V: Fitnah-fitnah terhadap Syiah)
7. Adapun riwayat Al-Suyuthi dalam Al-Jami’ al-Shaghir dikutip dari Al-Hakim yang sudah kita ketahui kelemahannya. Riwayat Al-Muttaqi al-Hindi dalam Kanz al-‘Ummal juga mengikuti riwayat-riwayat terdahulu, yang sudah kita ketahui ke-dha'if-annya.
196 Emilia Renita AZ
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang Ya Allah, limpahkan salawat kepada Muhammad dan keluarga
Muhammad, dan segerakan kemunculan qa’im keluarga Muhammad.
Ya Allah, kami adukan pada-Mu tiadanya Nabi kami (salawat-Mu atasnya dan keluarganya), gaibnya Imam kami, banyaknya
musuh kami, sedikitnya bilangan kami, gencarnya fitnah atas kami, dan beratnya tekanan zaman atas kami. Maka, limpahkan
salawat atas Muhammad dan keluarganya; tolonglah kami atas semua itu dengan kemenangan dari-Mu yang Kausegerakan,
dengan kesulitan yang Kauhilangkan, dengan pertolongan yang Kaukokohkan, dengan pemimpin kebenaran yang Kauunggulkan, dengan kasih sayang-Mu yang dengannya kami Kaumuliakan, dan dengan kebahagian dari-Mu untuk kami yang Kaupenuhkan, demi rahmat-Mu, wahai Yang Paling
Pengasih dari segala yang mengasihi.