• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEDUDUKAN DAN PERANAN SELF REGULATION DALAM PERUSAHAAN ELKEN PERUSAHAAN ELKEN

ASPEK HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM TRANSAKSI MULTI LEVEL MARKETING

B. KEDUDUKAN DAN PERANAN SELF REGULATION DALAM PERUSAHAAN ELKEN PERUSAHAAN ELKEN

Diluar sumber-sumber hokum formal, sebenarnya mendapat satu kumpulan norma yang juga memegang peranan penting dalam Perlindungan Konsumen. Kumpulan norma tersebut dikenal dengan autonomic legislation atau self regulation, yang oleh sejumlah kalangan diterjemahkan menjadi swakarma. Isi self regulation ini lazimnya dimuat dalam kode etik suatu profesi.

Disadari atau tidak, mungkin semua aktifitas kegiatan kemasyarakatan yang bermuatan hokum dapat ditampung seluruhnya dalam peraturan perundang-undangan. Terbatasnya kemampuan hokum perdata, pidana, dan administrasimengakibatkan aparat penegak hokum di Indonesia, khususnya hakim belumberani menjatuhkan putusan secara teleologis mengantisipasi kecendrungan pelanggaran hak-hak konsumen di masa depan.

Kode etik mempunyai kedudukan yang sangat strategis, karena memuat aturan-aturan yang paling mendasar tentang profesi tertentu. Memang benar, bahwa sanksi pelanggaran kode etik ini lebih banyak menyentuh unsure moralitas dari pada legalitas, tetapi kelemahan ini dapat diatasi dengan memberikan unsure lain, yaitu berupa sanksi organisatoris. System norma hokum, khususnya hokum pidana, diyakini lebih tepat digunakan sebagai ultimum remedium, bukan sebagai premium remedium. Dalam kasus-kasus pelanggaran hak-hak konsumen yang dilakukan dalam

Henny Sekartati : Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Dalam Transaksi Melalui Multi Level Marketing (Studi

hubungan dengan profesi tertentu, seperti dokter, apoteker, notaries, pengacara, jaksa, hakim, atau khususnya para pengusaha professional yang bergerak dalam bisnis Multi Level Marketing, premium remedium dalam bentuk kode etik ini, seharusnya ada pada norma-norma organisasi mereka masing-masing.

Kode etik yang baik, adalah yang ditetapkan secara sukarela oleh organisasi-organisasi profesi tersebut (dan akan lebih baik apabila dibantu oleh ahli-ahli etika) adalah hasil rumusan pemikiran yang disepakati bersama dilandasi oleh itikad baik untuk menjadikan profesinya berkembang dan diterima oleh masyarakat. Sesuai asas

pacta dant legem contractui dan asas pacta sunt servanda, kesepakatan seperti diatas

wajib untuk ditaati. Bahkan jika dianalogikan dengan perjanjian keperdataan, kesepakatan itu mempunyai kekuatan mengikat seperti layaknya undang-undang.

Dalam kode etik itulah nantinya akan ditentukan sanksi-sanksi apa yang dapat dijatuhkan organisasi kepada para anggotanya, yang melanggar. Sanksi yang

dimaksud misalnya berupa peneguran, penolakan, untuk memberikan rekomendasi, sampai pencabutan dari keanggotaan organisasi. Tentu saja sekali lagi sanski

organisatoris hanya dapat dijatuhkan jika organisasi itu benar-benar solid. Sanksi ini juga baru dapat berjalan dengan baik, jika ada kerja sama dengan institusi-institusi yang terkait. Sanksi penolakan memberikan rekomendasi, misalnya baru akan efektif jika institusi yang mengeluarkan izin dari penyandang profesi itu benar-benar

mensyaratkan adanya rekomendasi itu. Sebaliknya, organisasi pemberi rekomendasi juga wajib memberikan integritasnya untuk tidak “mengobral” rekomendasi demikian dan tidak pula lamban memberikan pernyataan tersebut bagi anggotanya yang pantas menerimanya.

Untuk mengawasi jalannya self regulation ini perlu ada komisi yang dibentuk secara khusus, yang anggotanya terdiri dari semua unsure dalam profesi tersebut, sehingga mekanisme kontrol dapat berjalan dengan baik dan seimbang. Komisi juga harus peka terhadap semua keluhan masyarakat (konsumen) dan memberikan solusi yang tepat secara organisatoris, bukan justru bertindak defensif dengan membela para anggotanya habis-habisan. Self regulation tidak boleh diterapkan secara terpisah dengan proses hukum yang normal. Artinya, self regulation justru berperan membantu

masyarakat (konsumen) yang dirugikan akibat praktek-praktek yang sebenarnya legal, tetapi dirasakan tidak etis. Jika batas etis itu dilewati, sehingga suatu perbuatan itu dikatagorikan melanggar norma hokum, seharusnya peran sanksi organisasi ini nantinya hanya menjadi pelengkap dari sanksi hokum.33

I. PENJELASAN UMUM

Oleh karena itu, Elken sebagai sal;ah satu contoh perusahaan yang bergerak dalam bidang Multi Level Marketing, dan sudah terdaftar menjadi anggota APLI (Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia) sejak tahun 1995, wajib menetapkan Kode Etik (Self Regulation) dalam rangka melindungi hak-hak dan kepentingan masyarakat (konsumen) atau member anggotanya dan juga bagi perusahaan secara umum.

1. Yang dimaksud dengan Member adalah setiap orang yang bersedia dan mengikatkan dirinya dengan Member Peerusahaan yang berhak

membeli dan menjual/memasarkan produk dengan mendapatkan keuntungan, bonus dan fasilitas-fasilitas yang disediakan oleh perusahaan.

2. Yang dimaksud dengan Produk adalah semua barang yang dipasarkan oleh perusahaan.

II. TUJUAN

Kode Eik member ini dibuat perusahaan dengan tujuan :

1. Sebagai pedoman dan panduan para member dalam menjalankan hak dan kewajibannya.

2. Menegaskan hubungan dengan Perusahaan dan para Member. 3. Mengatur hubungan diantara para Member.

4. Mengatur hubungan para Member dengan konsumen.

5. Melindungi/menjaga kepentingan Perusahaan dengan para Member.

III. KEDUDUKAN MEMBER

1. Kedudukan seorang member adalah berdiri sendiri tidak mempunyai ikatan kerja dengan Perusahaan, sehingga member tidak dan tidak

33

Henny Sekartati : Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Dalam Transaksi Melalui Multi Level Marketing (Studi

diizinkan menyatakan bahwa dia adalah pegawai/staff, atau wakil, atau bertindak untuk dan atas nama Perusahaan.

2. Para Member tidak diperkenankan menggunakan nama, logo, lambing, alamat atau hal-hal yang berhubungan dengan Perusahaan, sehinga dapat memberikan kesan sebagai pegawai/staff, atau wakil, atau bertindak untuk dan atas nama Perusahaan.

IV. PRODUK DAN HARGA

1. Harga jual produk ditentukan oleh Perusahaan, dan pembelian produk dari Perusahaan atau tempat-tempat yang ditunjuk oleh Perusahaan, harus dengan pembayaran secara tunai/kontan.

2. Member tidak boleh menjual produk dengan harga yang lebih rendah atau lebih tinggi dari harga yang telah ditentukan oleh Perusahaan. 3. Member tidak boleh menjual/memajang produk atau yang berkaitan

dnegan produk di toko-toko, tempat usaha,atau tempat-tempat lain yang serupa, kecuali di tempat-tempat yang telah disetujui dan ditunjuk oleh Perusahaan.

V. SANKSI

1. Setiap anggota yang melanggar ketentuan Kode Etik dan peraturan lain yang berlaku di Perusahaan akan dikenakan sanksi sebagai berikut :

a. Untuk pelanggaran pertama kali, akan dikenakan sanksi administrative dan pemotongan bonus yang berhak ia dapatkan untuk periode tertentu.

b. Untuk pelanggaran kedua kali, perusahaan berhak mencabut keanggotaannya setiap saat tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.

2. Dalam hal ini Perusahaan mempunyai wewenang mutlak untuk menentukan besarnya denda administrative, periode bonus dan besarnya bonus.

3. Setiap anggota yang keanggotaannya telah dicabut diberlakukan ketentuan tidak akan dapat kompensasi dalam bentuk apapun. 4. Untuk anggota yang keanggotaannya telah dicabut, tidak dapat

memohon kembali menjadi anggota.