• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETENTUAN KEGIATAN USAHA PENJUALAN BERJENJANG MENURUT KEPMENPERINDAG RI.NO.73/MPP/KEP/3/2000

ASPEK HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM TRANSAKSI MULTI LEVEL MARKETING

A. KETENTUAN KEGIATAN USAHA PENJUALAN BERJENJANG MENURUT KEPMENPERINDAG RI.NO.73/MPP/KEP/3/2000

Dalam BAB I Ketentuan Umum, Pasal 1 angka 1 peraturan itu disebutkan: Penjualan Berjenjang adalah suatu cara atau metode penjualan secara berjenjang kepada konsumen melalui jaringan pemasaran yang dikembangkan oleh perseorangan atau badan usaha yang memperkenalkan barang dan/atau jasa tertentu kepada

sejumlah perorangan atau badan usaha lainnya secara berturut-turut yang bekerja berdasarkan komisi atau iuran keanggotaan yang wajar.

Pasal 1 angka 3, menyebutkan Perusahaan Penjualan Berjenjang adalah perusahaan yang melakukan kegiatan penjualan secara berjenjang. Selanjutnya, Pasal 1 angka 10 menyebutkan Program Pemasaran adalah rencana perusahaan untuk membentuk jaringan pemasaran berjenjang satu tingkat dan atau lebih melalui Penjual guna mendistribusikan barang dan/atau jasa kepada konsumen.

Menurut Pasal 2 ayat (1), Perusahaan Penjualan Berjenjang harus berbentuk Badan Hukum (Perseroan Terbatas) dan wajib memiliki Izin Usaha Penjualan Berjenjang (IUPB). Pasal 2 ayat (2), menentukan IUPB diterbitkan oleh Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri dan berlaku untuk seluruh wilayah Republik Indonesia. Selanjutnya, Pasal 2 ayat (3), menentukan bahwa IUPB berlaku selama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang setiap kali untuk jangka yang sama, dengan memperhatikan hasil evaluasi kinerja Perusahaan Penjualan Berjenjang.

Peraturan ini sangat selektif dalam mengatur dan mengantisipasi kemungkinan berkembangnya perusahaan-perusahaan yang berkedok MLM, yang samapai saat ini masih terus menjamur. Oleh karena itu, dalam Pasal 4 disebutkan, untuk dapat melakukan kegiatan usaha Penjualan Berjenjang, Perusahaan harus memenuhi ketentuan sekurang-kurangnya:

a. mempunyai alamat kantor yang jelas;

b. mempunyai barang dan/atau jasa yang memenuhi ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku;

Henny Sekartati : Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Dalam Transaksi Melalui Multi Level Marketing (Studi

c. mempunyai program pemasaran barang dan/atau jasa yang jelas, transparan, dan sesuai dengan kode etik; dan

d. membuka peluang usaha, dan kesempatan memperoleh penghasilan bagi penjual Yang menarik dari Peraturan ini adalah dalam melakukan kegiatan usahanya, Penjualan Perusahaan Berjenjang wajib memenuhi ketentuan :

a. Menerbitkan daftar harga jual barang dan/atau jasa yang dinyatakan dalam rupiah (Rp) untuk diperlihatkan kepada konsumen;

b. Memberikan jaminan atas mutu dan pelayanan guna jual kepada konsumen terhadap barang dan/atau jasa yang dijual:

c. Memberikan tenggang waktu selama 7 (tujuh) hari kerja kepada penjual atau konsumen untuk mengembalikan barang dan/atau jasa, apabila ternyata barang dan/atau jasa tersebut tidak sesuai dengan yang diperjanjikan;

d. Membatalkan penjualan barang dan/atau jasa yang tidak terjual oleh penjual yang terhenti melakukan kegiatan Penjualan Berjenjang dengan mengembalikan uang sebesar harga jual perusahaan ke penjual dikurangi biaya administrasi sehubungan dengan penjualan barang dan/atau jasa sesuai dengan kesepakatan;

e. Melaksanakan pembinaan dan pelatihan untuk membentuk penjual yang profesional; dan

f. Memberikan kesempatan yang sama kepada semua penjual untuk berprestasi. Dari keenam point diatas, maka point yang sangat menarik perhatian dan memberikan perlindungan secara khusus kepada konsumen, adalah point (b), (c), dan point (d).

Pasal-pasal penting lainnya yang wajib dijadikan pedoman, yaitu Pasal 8 yang mewajibkan Perusahaan Penjualan Berjenjang menyampaikan keterangan atau informasi yang benar secara lisan dan tulisan kepada calon Penjual dan konsumen, sekurang-kurangnya mengenai:

a. Identitas Perusahaan;

b. Mutu barang dan/atau jasa serta spesifikasinya yang akan dipasarkan ; c. Program pemasaran barang dan/atau jasa;

d. Persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjadi penjual;

e. Program pembinaan, bantuan pelatihan dan fasilitas yang diberikan Perusahaan Penjualan Berjenjang;

f. Perjanjian Penjualan Berjenjang; dan

g. Hal-hal lain yang perlu diketahui dalam rangka pelaksanaan usaha Penjualan Berjenjang.

Apabila Pasal ini dikaitkan dengan tahap-tahap transaksi konsumen yang telah diuraikan pada bab II, maka ketentuan Pasal 8 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 73/MPP/KEP/3/2000, yang berisi kewajiban menyampaikan informasi yang benar, baik secara lisan maupun tulisan kepada penjual dan konsumen, dilaksanakan pada tahap Pra transaksi konsumen sampai pada tahap Transaksi konsumen. Hal ini dilaksanakan agar masyarakat dapat emnentukan pilihannya dengan bebas dan tidak merugikan bagi dirinya.

Dalam melakukan kegiatan usaha penjualan berjenjang, Perusahaan Penjualan Berjenjang juga harus mengindahkan larangan-larangan yang diberikan. Hal ini

Henny Sekartati : Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Dalam Transaksi Melalui Multi Level Marketing (Studi

dicantumkan dalam pasal 9 yang menentukan Larangan Bagi Perusahaan Penjualan Berjenjang. Larangan tersebut antara lain:

a. Menjual barang dan/atau jasa secara tidak benar atau berbeda atau bertentangan dengan keadaan yang sebenarnya;

b. Menarik dan/atau mendapatkan keuntungan melalui uang pendaftaran keanggotaan dalam jumlah yang besar, tidak rasional, dan lebih dari satu kali;

c. Mengharuskan penjual untuk membeli barang dan/atau jasa guna

dipasarkan atau pemakaian sendiri dalam jumlah besar atau melebihi kemampuan penjual;

d. Melakukan perdagangan yang berkaitan dengan penghimpunan dana

masyarakat, pemberian imbalan atau kompensasi yang tidak wajar; dan e. Melakukan usaha perdagangan diluar izin yang diberikan.

Dengan demikian bagi kita yang ingin bergabung dibisnis ini, tidak perlu mengalami keraguan lagi. Jangan terkecoh dengan janji yang muluk. MLM adalah bisnis jaringan. Dalam bisnis ini seseorang dituntut untuk bekerja, baik itu menjual, atau merekrut itulah kita dapat memperoleh bonus, bukan hanya mendaftar, membayar sejumlah uang, lalu goyang kaki.

Tidak benar, apabila ada pendapat yang mengatakan bahwa bisnis MLM adalah bisnis yang hanya menguntungkan orang yang pertama mendaftar. Keberhasilan dalam bisnis ini ditemukan oleh keras atau tidaknya usaha kita, gigih atau tidaknya kita berjuang. Dalam bisnis ini kita dapat mengalahkan pendapatan atau bonus up line kita. Bahkan posisi dan peringkat kita dapat lebih tinggi dari pada

posisi dan peringkat up line kita. Dan dari sinilah bisnis ini terbukti jujur dan mengesankan.31

Terlepas dari hal itu, dalam bisnis MLM yang ebnar selalu ada pelatihan, maka bisnis ini dalam kenyataannya telah banyak melahirkan milyarder-milyarder, tanpa memandang tingkat strata, pendidikan, dan latar belakang. Disinilah letak

Bagaimana dengan prospek bisnis ini ? Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI, Rini Soewandi menyatakan: “…Perkembangan bisnis MLM di Indonesia saat ini dan dimasa yang akan datang mempunyai prospek yang baik dan semakin pesat perkembangannya, karena usaha MLM dapat memberikan manfaat yang baik bagi perusahaan dan bagi masyarakat, yakni terciptanya jaringan pemasaran yang luas yang membuat produk terdistribusi dengan cepat, terbukanya kesempatan berusaha dan lapangan kerja bagi tenaga penjualnya yang independent serta jaminan mendapatkan produk bermutu bagi konsumennya…”

Sudah jelas bahwa bisnis ini mempunyai prospek yang bagus dan telah diakui keberadaannya oleh Pemerintah Republik Indonesia. Data menunjukkan bahwa perputaran uang dari bisnis ini telah mencapai Rp. 4 trilyun lebih per tahun. Sunguh suatu nilai yang sangat menggiurkan. Hal ini tentunya akan mendorong pengusaha konvensional untuk beralih ke bisnis ini. Sehingga tidak mustahil dalam beberapa tahun kedepan jumlah perusahaan yang bergerak dalam bisnis ini akan semakin banyak. Belum lagi dengan masuknya perusahaan-perusahaan asing kedalam bisnis ini.

31

Henny Sekartati : Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Dalam Transaksi Melalui Multi Level Marketing (Studi

keistimewaan bisnis ini. Sekarang semuanya kembali kepada kita yang harus pandai-pandai memilih, jika ingin bergabung dengan salah satu perusahaan MLM yang baik. Berikut penulis akan memberikan beberapa hal yang dapat kita pakai untuk menilai suatu perusahaan MLM :

1. Perusahaan yang baik akan memberikan pelatihan untuk para membernya. Baik itu pelatihan produk, pengembangan diri maupun teknik menjual; 2. Produk yang dijual haruslah mempunyai mutu yang baggus dengan harga

yang wajar;

3. Produk yang dijual mempunyai manfaat yang jelas dan nyata serta mempunyai repeat order yang tinggi;

4. Karena bisnis adalah bisnis jaringan, maka bonus yang akan didapat berasal dari pembelian kita dan pembelian jaringan dibawah kita, bukan hanya dari perekrutan anggota baru;

5. Keanggotaan yang diberlakukan oleh perusahaan hanya sekali saja, tidak berulang-ulang;

6. Perusahaan memberikan jaminan untuk membeli kembali barang yang telah kita beli, jika kita mengundurkan diri sebagai anggota;

7. Biaya pendaftaran relatif murah dan masuk akal; 8. Mempunyai kantor yang jelas;

9. Sistem pemasaran (marketing plan)haruslah transparan dan mudah dipahami;

10.Perusahaan telah mempunyai izin seperti Izin Usaha Penjualan Berjenjang yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri dan berlaku untuk seluruh wilayah RI.

Menurut Andreas Harefa salah satu pemerhati yang concern dalam bisnis MLM dan Helmy Attamimi sebagai Ketua APLI32

Ketiga, keyakinan terhadap hak konsumen untuk mendapatkan informasi

terbaik, melalui penjelasan langsung dari distributor yang juga berperan sebagai konsumen produk yang dijualnya. Keyakinan ini membuat perusahaan MLM yang , ada beberapa syarat penting yang menjadi keistimewaan bagi perusahaan MLM, agar dapat terus bertahan :

Pertama, keyakinan bahwa sebuah produk yang baik dapat dipasarkan

langsung kepada konsumen, tanpa melewati jalur distribusi tradisional dan nyaris tidak mengandalkan promosi, kecuali mouth to mouth. Dengan cara ini banyak biaya bisa dihemat dan dialihkan menjadi komisi penjualan yang besar. Sebab berbeda dengan perusahaan konvensional, perusahaan MLM menolak cara-cara pemasaran yang ruwet dan boros. Mereka lebih mengandalkan “common sense” (akal sehat)saja. Mereka lebih percaya “quality talk loudly”, dan mengesampingkan trik-trik membangun bround product yang “overpromise”. Dan perusahaan ini wajib memberikan jaminan uang kembali (money back guarantee) kepada konsumennya yang tidak puas.

Kedua, keyakinan pada prinsip papan catur atau Prinsip Duplikasi, yakni

perkembangbiakan jaringan distributor melalui kontak-kontak pribadi dari rumah ke rumah.

32

Henny Sekartati : Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Dalam Transaksi Melalui Multi Level Marketing (Studi

baik, tidak merasa perlu memasang iklan secara besar-besaran untuk menciptakan suatu brand image yang sering kali justru menyesatkan konsumen (karena tidak disertai penjelasan yang memadai). Keyakinan ini ikut berperan dalam keberhasilan pada distributor MLM yang baik, sekalipun hampir dapat dipastikan mereka tidak menguasai teori-teori pemasaran yang diajarkan oleh Mark Plus (salah satu perusahaan pemasaran yang terbesar di AS). Distributor yang sukses justru bukanlah yang pandai “bersiasat” tetapi yang mau belajar jujur dan transparan dalam menjalankan usahanya.

Keempat, keyakinan bahwa jiwa perusahaan (the soul of the company)

bukanlah pada ilmu pemasaran, tetapi lebih pada prinsip-prinsip, nilai-nilai, dan motivasi yang menggerakkan the man behind the marketing science. Keyakinan ini memberikan sedikitnya dua konsekuensi, yakni : (1) perusahaan MLM yang baik, menempatkan nilai-nilai etis yang meningkatkan harkat dan martabat manusia sebagai kunci-kunci keberhasilan yang sejati. Nilai-nilai etis ini dikodifikasi dalam Kode Etik dan Aturan Prilaku yang harus disepakati oleh mereka yang berminat terjun kedalam bisnis MLM. Jadi dapat dikatakan bahwa perusahaan MLM yang baik, meletakkan etika bisnis (bukan ilmu pemasaran atau ilmu manajemen lainnya) sebagai panglima; dan (2) perusahaan MLM yang baik mengalokasikan anggaran yang cukup besar untuk mengembangkan paradigma, pengetahuan, sikap, dan keterampilan pada distributornya. Mereka menjadi perusahaan yang benar-benar concern terhadap pengembangan harkat dan martabat manusia, dan tidak menempatkan manusia sebagai sumber daya yang setara dengan SDA dan kapital. Mereka berupaya membuat para distributornya menjadi insan-insan yang cemerlang

bukan sekedar pemasar yang handal yang menghalalkan semua cara untuk mencapai target usaha. Menempatkan etika bisnis sebagai panglima itulah yang merupakan keabsahan usaha MLM sebagai simbol reformasi pemasaran. Sebab, sejauh yang mampu diamati, intisari dari arus reformasi pemasaran adalah membangun menusia-manusia beretika, berakhlak , bermoral dalam semua bidang kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.

B. KEDUDUKAN DAN PERANAN SELF REGULATION DALAM