• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM MULTI LEVEL MARKETING

C. JENIS-JENIS MULTI LEVEL MARKETING

2. MLM Palsu (Perusahaan Yang Berkedok MLM)

Mengenai beberapa bisnis yang memakai atau menggunakan sistem MLM atau yang hanya berkedok MLM yang masih meragukan ataupun yang sudah ketahuan tidak sehatnya bisnis tersebut, baik dari segi produk, sistem, marketing fee, legalitas formal pertanggungjawaban, tidak terbebas usahanya dari unsur-unsur haram seperti riba (permainan bunga ataupun penggandaan uang), merugikan nasabah dengan money game, perjudian, dan lain-lain sampai dengan saat ini masih banyak beredar dan tetap eksis.

Untuk itu, penulis akan memberikan penjelasan mengenai beberapa bisnis yang berkedok MLM, antara lain :

a. SISTEM MONEY GAME (Penggandaan Uang ).

Selama ini kita sering mendengar istilah Money Game, bisnis haram yang telah banyak memakan korban, namun sosok “makhluk” yang menakutkan tersebut masih bebas berkeliaran tanpa “terlihat”. Faktanya adalah sudah ribuan orang dengan kerugian trilyunan rupiah yang telah menjadi mangsa bisnis ini. Sadar ataupun tidak sadar, mereka telah terlena dengan bujuk rayu dari bisnis ini. Biasanya bisnis ini menjanjikan keuntungan yang berlipat ganda dan uang yang disetorkan tanpa kerja keras. Korbannya hanya diminta menyetorkan sejumlah uang, kemudian mencari dua korban lainnya, lalu duduk manis sambil menunggu uangnya beranak pinak. Namun setelah beberapa waktu berlalu, jangankan bunga, akar yang adapun hilang entah kemana.

Henny Sekartati : Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Dalam Transaksi Melalui Multi Level Marketing (Studi

Dunia MLM di Indonesia pertama kali dikejutkan oleh kasus arisan berantai yang dikeluarkan oleh Yayasan Keluarga Adil Makmur (YKAM) milik Ongkowijoyo awal tahun 1988, kemudian diikuti oleh arisan Danasonic pada tahun 1995, “Koperasi Simpan Pinjam atau Yoshihiro, Promail, Probest, dan sebagainya”, dengan modus mendatangi rumah-rumah dengan janji akan mendapatkan bunga yang tinggi. Dalam bidang agrobisnis pun muncul nama P.T. QSAR dengan sistem bagi hasil di Sukabumi yang meledak beberapa waktu yang lalu. Bahkan promosi P.T. QSAR tersebut dilakukan dengan VCD, Video, yang ternyata membuat orang terkecoh, dan P.T. Add Farm, yang ebrgerak dalam bisnis peternakan. Bisnis berkedok MLM ini terbukti telah menjerumuskan ratusan nasabahnya dengan menyerap dana trilyunan rupiah.26

Para pelaku kini telah pintar mengemas bisnis money game ini menjadi sesuatu yang menarik. Layaknya MLM sungguhan, bisnis money game sangat kreatif menciptakan “produk” sebagai komoditi utama untuk dijual. Namun bila kita lebih teliti lagi, nilai “produk” yang dijual tersebut, ternyata tidak seimbang dengan nilai rupiah yang kita bayarkan. Misalnya, satu gram emas 24 karat yang dipasarkan dijual Dapat dibayangkan keuntungan yang diperoleh para anggota tanpa membeli produk, tanpa training. Hal ini yang membuat sebagian orang tertarik untuk terjun pada bisnis ini. Mereka memborong beberapa paket sekaligusdengan harapan mendapatkan keuntungan yang ebrlimpah. Tanpa melihat resiko dan tanpa memikirkan korban yang akan dirugikan. Walaupun pemerintah dengan tegas telah menutup yayasan ini, dan mengganjar pelakunya dengan hukuman yang setimpal, namun praktek seperti ini masih menjamur di bumi nusantara ini.

26

dengan harga delapan puluh ribuan per gram, dalam bisnis money game nilainya dapat mencapai beberapa kali lipat.

Selain barang berharga, ada juga money game yang berbasis investasi, seperti Promail yang menjanjikan nasabahnya mendapat keuntungan sebesar 800 persen dalam waktu 15 bulan, jika menyetorkan uang sebesar 300-1200 dollar, Probest yang menjanjikan keuntungan hingga 300 persen bagi nasabahnya, P.T. QSAR yang berhasil menyerap dana setengah trilyun rupiah dari para nasabahnya, dengan menjanjikan keuntungan yang ebrlipat ganda, P.T. Add Farm yang bergerak dalam bisnis peternakan, yang menjanjikan nasabahnya keuntungan sebesar 30 persen perbulan. Walaupun mengalami masalah dalam pembayaran kembali dana milik nasabahnya, P.T. Add Farm melalui perjanjian perdamaian yang telah diputuskan oleh Pengadilan Niaga Jakarta Pusat, berjanji akan mengembalikan dana nasabahnya dalam kurun waktu tiga tahun.

Tentunya tidak terlupakan juga bisnis Money Game yang pernah menggemparkan Sumatera Utara, seperti kasus New Era 21, BMA (Banyumas Mulia Abadi), Solusi Centre, P.T. BUS dan lain-lain. Harus ditegaskan disini bahwa BMA dan sejenisnya yang pernah berkembang di Indonesia, khususnya di Sumatera Utara, bukanlah MLM tetapi bisnis Money Game dan penggandaan uang yang jelas-jelas menipu dan membodohi masyarakat. Mereka menggunakan nama-nama MLM (berkedok) Multi Level Marketing, untuk meraup dana masyarakat secara besar-besaran. Dalam sistem Money Game itu, orang yang terlebih dahulu masuk akan menguntungkan, sedangkan orang yang masuk belakangan akan merugi.

Henny Sekartati : Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Dalam Transaksi Melalui Multi Level Marketing (Studi

Sistem Money Game menggunakan sistem gali lobang tutup lobang. Lobang yang digali jauh lebih besar dari sesuatu yang ingin ditutupkan ke lobang itu. Akibatnya dari hari ke hari lobang semakin besar dan akhirnya meledak. Itulah sistem Money Game yang telah “merusak” nama Multi Level Marketing (MLM) sejati.

b. SISTEM PIRAMIDA

Pada dasarnya, bisnis money game (penggandaan uang) yang berkedok Multi Level Marketing, menggunakan sistem Piramida. Dalam sistem Piramida juga dipergunakan barang-barang yang seolah-olah diidentikkan dengan Starter Kit, sebagaimana yang umum diberlakukan dalam pemasaran sistem MLM atau Single Level Marketing. Padahal barang-barang itu tidak dimaksudkan untuk diperjualbelikan, tetapi cuman dipakai sebagai pelengkap syarat, supaya tidak dituduh sebagai prnaktek bank gelap.27

Untuk itu aparat pemerintah perlu memberi perhatian yang intens terhadap penipuan berkedok MLM, dan khususnya APLI sebagai nwadah dan lembaga yang concern terhadap perusahaan MLM di Indonesia. Langkah menuju terwujudnya UU Anti Piramida sudah diawali oleh APLI. Bermula dari pembentukan Task Force Anti Sistem Piramida seperti yang sekarang banyak ditemukan, memberi kesempatan lebih besar kepada peserta yang tercepat. Mereka yang ikut belakangan mendapat kemungkinan lebih kecil untuk mendapatkan keuntungan. Bahkan mereka bisa buntung karena modal yang ditanamkan sering tidak kembali. Pada praktek penipuan berkedok MLM, keuntungan didapat dari rekruting peserta baru yang tidak lain adalah calon korban.

27

Money Game, kini APLI melalui sebuah tim khusus telah menyiapkan draft RUU Anti Piramida. Jalan panjang dan terjal bakal ditempuh untuk mewujudkan draft ini menjadi Undang-undang yang bernkekuatan hukum tetap. Banyak variable yang akan mempengaruhinya. Namun, jika industri Direct Selling atau Multi Level Marketing ingin eksis, memiliki citra yang yang lebih baik, dan terus berkembang,UU Anti Piramida harus ada. Industri ini sudah merasakan pahit getirnya sak wasangka masyarakat yang menyamaratakan bisnis yang benar dan legal. Dengan praktek-praktek atau usaha-usaha penipuan berkedok MLM. Ketika media massa mengungkap praktek penipuan yang mirip atau menggunakan mekanisme seperti MLM, maka serta merta praktek tersebut disebut, dipersepsi, dimengerti, atau diidentifikasi sebagai MLM.

Akibatnya, industri Direct Selling atau Multi Level Marketing yang benar dan sah, yang telah memberikan sumber penghidupan secara halal bagi sekurang-kurangnya 4,5 juta penduduk Indonesia, menuai citra negatif. Sungguh suatu keadaan yang diyakini menimbulkan perasaan tidak adil bagi mereka. Jika citra negatif begitu tertanam dibenak masyarakat, ini dapat berdampak pada perkembangan industri Direct Selling atau Multi Level Marketing di tanah air. Ruang gerak akan terus jauh lebih sempit dan menimbulkan kesan industri Direct Selling kurang prospektif lagi. Semua yang berkepentingan di dunia Direct Selling atau Multi Level Marketing pasti tidak menginginkan kondisi seperti ini menjadi kenyataan. Dengfan demikian kenyataan tersebut harus dicegah secara intensif.

APLI telah mengambil urutan langkah yang benar. Bermula dari peran APLI mendorong munculnya institusi IUPB (Izin Usaha Penjualan Berjenjang), untuk

Henny Sekartati : Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Dalam Transaksi Melalui Multi Level Marketing (Studi

menyaring dan mencegah munculnya praktek-praktek penipuan berkedok MLM. Namun, ketika institusi itu dirasakan mempunyai banyak kelemahan, APLI pun berniat baik menyiapkan gagasan-gagasan penyempurnaannya. Kini, langkah APLI lebih strategis lagi dengan menggulirkan pentingnya UU Anti Piramida, serta mengambil aksikonkrit dengan menyusun draft RUU Anti Piramida. Cakupannya pun lebih luas dan lebih menyentuh ke akar permasalahannya. APLI pun memikirkan kemudian menjangkau sasaran antara, yaitu mengusulkan peraturan dalam bentuk pengaturan perundangan yang lebih rendah tingkatnya. Yang terpenting adalah tersedianya perangkat hukum yang dapat segera dipergunakan oleh aparat untuk mencegah atau bertindak.

Gayung bersambut, pihak pemerintah dalam hal ini Direktorat Perlindungan Konsumen Depperindag, mendukung langkah APLI. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dari berbagai daerah yang sempat berdialog dengtan APLI akhir Oktober 2002, juga menunjukkan antusiasme untuk bekerja sama dalam rangka mengedukasi masyarakat tentang bahaya skema piramida dan Money Game. Ini jelas dukungan moril yang sangat konkrit, sekaligus amanah yang sangat mulia. Bahwasannya APLI sesungguhnya mempunyai peran sosial yang aktual dan patut diperhitungkan.

Dalam rangka mengedukasi masyarakat tentang bahaya sekema piramida dan Money Game, APLI memberikan penjelasan tentang perbedaan antara sistem Direct Selling (dalam MLM) dan Sistem Piramida.