• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. KESIMPULAN

1. Saat ini Undang-undang yang berfungsi sebagai “umbrella uct” bagi konsumen hanyalah Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK) dan Undang-undang No. 5Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Khususnya di bidang Multi Level Marketing, masih dibutuhkan peraturan hukum yang memberikan perlindungan kepada konsumen. Karena sampai saat ini, peraturan hukum dibidang Multi Level Marketing, masih sangat terbatas jumlahnya. Satu-satunya adalah Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 73/MPP/KEP/3/2000 tentang Ketentuan Kegiatan Usaha Penjualan Berjenjang.

2. Selain UUPK juga ada peraturan berupa Kode Etik APLI (Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia), sebagai satu-satunya wadah dan lembaga yang concern terhadap bisnis Multi Level Marketing di Indonesia, dan tentunya dalam Kode Etik APLI tersebut setiap perusahaan MLM diwajibkan untuk merumuskan Kode Etik pada perusahaan masing-masing secara konsisten, dalam upaya APLI untuk memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada konsumen, para member/distributor, maupun kelangan pelaku usaha sendiri.

3. Perlindungan hukum kepada konsumen merupakan hal yang semakin penting disebabkan faktor-faktor, antara lain :

a. Kedudukan konsumen yang relatif lemah dibandingkan produsen;

b. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai motor penggerak produktivitas dan efisiensi produsen dalam menghasilkan barang dan/atau jasa;

c. Perubahan konsep pemasaran yang mengarah pada pelanggan dalam konteks lingkungan eksternal yang lebih luas pada situasi ekonomi global.

Perlindungan hukum kepada konsumen diarahkan untuk tercapainya tujuan :

a. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur

keterbukaan akses dan informasi serta menjamin kepastian hukum;

b. Melindungi kepentingan konsumen pada khususnya dan seluruh pelaku dunia usaha;

c. Meningkatkan kualitas barang dan pelayanan jasa;

d. Memberikan perlindungan kepada konsumen dari praktek usaha yang menipu dan menyesatkan.

Kesemuanya tercakup dalam sebuah sistem hukum yang didalamnya mengandung aspek hukum perdata, aspek hukum pidana, aspek hukum administrasi dan aspek hukum acara.

B. SARAN

1. Mencermati kisah MLM belakangan ini, seperti yang telah dipaparkan diatas, penggiat MLM sejatipun layak mawas diri. Pertama, bagaimana mereka dapat menata sistem dan pola MLM secara lebih baik dan terpadu, transparan dan adil.

Henny Sekartati : Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Dalam Transaksi Melalui Multi Level Marketing (Studi

produk-produk mereka kepada konsumen akhir memang ternyata lebih murah dari pada sistem pemasaran tradisional. Ketiga, bagaimana motivasi memperoleh uang dapat dimoderatkan dalam proses rekruitment, downline mereka (sebab sulit dipungkiri, bahwa setidaknya pada mulanya motivasi memperoleh uang banyak adalah motivasi terkuat untuk bergabung dalam kelompok MLM). Keempat, bagaimana usaha MLM sejati dapat bersatu apdu, terutama melalui APLI, daapat melakukan promosi diri secara sehat kepada masyarakat dan secara tidak langsung turut mendidik masyarakat.

2. Pemasaran bukanlah sesuatu hal yang pantas untuk menjadi jiwa perusahaan dalam bisnis yang ingin bertahan dalam jangka panjang. Yang lebih baik menjadi jiwa dan kompas perusahaan adalah etika bisnis, termasuk etika perusahaan itu sendiri. Menekankan brand sebagai value yang lebih penting ketimbang produk, mungkin ada benarnya. Namun terlebih penting lagi (the first thing) mempersonalkan seberapa jauh brand itu sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran dan etika bisnis. Bukanlah etika (moralitas, karakter, yang tidak terlihat) lebih bernilai dari pada etika yang secara fisik. Sesungguhnya kejujuran serta transparansi lebih “powerfull” ketimbang “make up”.

3. Agar kita tidak terjebak dalam bisnis Money Game, kunci utamanya adalah kita harus menggunakan akal sehat dan menyingkirkan nafsu untuk cepat mendapatkan uang tanpa kerja keras. Tidak ada yang instant dalam investasi, semua membutuhkan waktu, kerja keras, dan ada prosesnya. Oleh karena itu, jika ada diantara kita yang ditawarkan keuntungan yang besar dalam jangka waktu

yang singkat dan tanpa kerja keras, jangan malu dan sungkan untuk menolaknya. Dengan demikian mari kita “katakan tidak pada Money Game”.

4. Untuk menjamin kepastian hukum dan memberikan perlindungan kepada

masyarakat (konsumen), pemerintah sudah selayaknya memberikan perhatian dan kewaspadaan yang lebih intens terhadap perkembangan dan maraknya bisnis MLM akhir-akhir ini. Langkah pemerintah dan APLI pada khususnya sebagai satu-satunya wadah dan lembaga yang concern dalam bidang MLM, untuk membuat dan merumuskan Undang-Undang Anti Piramida yang masih dalam proses, dengan tujuan untuk mengawasi perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang MLM (baik yang murni maupun yang hanya berkedok MLM) merupakan suatu langkah maju untuk mendukung perkembangan bisnis MLM yang murni dan bersih. Hal inilah yang diharapkan mampu menjamin kepastian hukum dan memberikan perlindungan terhadap masyarakat dan konsumen dalam melakukan transaksi melalui Multi Level Marketing.

Henny Sekartati : Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Dalam Transaksi Melalui Multi Level Marketing (Studi

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Andrias Harefa, Multi Level Marketing “Alternatif Karier dan Usaha menyongsong millenium Ketiga”, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1999.

Andrias Harefa, “MLM dan Penggandaan Uang”, Gramedia , Jakarta, 1999. Nasution, AZ, “ Konsumen dan Hukum”: Tinjauan Sosial, Ekonomi, dan Hukum

Pada Perlindungan Konsumen Indonesia (Jakarta :Pustaka Sinar Harapan, 1995).

Shidarta, “Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia”, (Jakarta : Grasindo, 2000). Shidarta, “ Pengetahuan tentang Aspek Hukum Perlindungan Konsumen dan Status

Media Cetak serta Pelanggaran Hak-hak Konsumen dalam Iklan”, (Tesis,

Program Studi Ilmu Hukum, jurusan Ilmu-ilmu Sosial, Program Pasca Sarjana, UGM, Yogya :1994).

Simanjuntak, Emmy Pangaribuan, “Aspek Yuridis dan Cara Penanggulangan Persaingan Curang,” (Makalah, Yogya : 6-7 Oktober 1992).

Sjahdeini, Sutan Remi, “Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia”, (Jakarta : Institut

Bankir Indonesia, 1993).

Suherman, Ade Maman, “Aspek Hukum Dalam Ekonomi Global”, (Jakarta : Ghalia

Indonesia, 2002).

Tim FH.UI & Depdagri, Rancangan Akademik Undang-undang tentang Perlindungan Konsumen, (Jakarta,2000).

Buku Panduan Elken, Mei 2007.

Yulisa, “Tanggung Jawab Produk dan Sejarah Perkembangannya di Beberapa Negara”, Makalah : Dibawakan dalam Penataran Hukum Perikatan II, Jakarta:

17-29 Juli 2004.

Steinwall, R dan L. Layton, “Annatoted Trade Practise Act 1974”, (Sydney :

Butterworths, 1996).

Kantaatmadja, Komar, “Tanggung Jawab Profesional”, Jurnal Hukum Tahun III

No.10.

Badrelzaman, Mariam Darus, “Aneka Hukum Bisnis”, (Bandung : Alumni, 1999). Novita, “Aspek Hukum Perlindungan Konsumen”, dalam Tugas Akhir Fakultas

Hukum UISU, (Medan, 2000).

MAJALAH

Harian Umum Sore SINAR HARAPAN, Rubrik : Konsultasi Eureka, (Februari, 2006).

Hiru, Danan, “Sistem Binary, Spekulastik atau Lugas Menarik”, Majalah Mitra

Sukses, Edisi Agustus, 2006.

“Membedah Bisnis Money Game”, Majalah Mitra Sukses, Edisi 06, 2006.

“MLM Baik dan Buruk,” Majalah Mitra Sukses, Edisi 04 tahun 2006.

Nasution, AZ, Profil UUPK, Warta Konsumen No. 6 (Juni, 2007). KAMUS

Echols, John M, dan Hasan Sadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta : Gramedia,

Henny Sekartati : Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Dalam Transaksi Melalui Multi Level Marketing (Studi Hornby A.S, (Gen. Ed), Oxford Advance Learner’s Dictionary of Current English, Oxford University Press, (Oxford, 1987).

Winardi, Kamus Ekonomi, (Bandung : Alumni, 1982).

MEDIA INTERNET

Bisnis MLM dalam Tinjauan Syari’ah Islam,

Prof. Hendrawan Supratikno,

2007.

Drs. Hafidz Abdurrahman (Kuningan ASRI), “Kajian Tentang Keharaman Bisnis

MLM”

“Sistem Piramida Tidak Seindah Janjinya”

Perbedaan Direct Selling dan Sistem Piramida,