• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kegiatan tersebut dilakukan karena ”kelalaian” atau”sengaja” (masuk atau dimasukannya);

A. Latar Belakang

4. Kegiatan tersebut dilakukan karena ”kelalaian” atau”sengaja” (masuk atau dimasukannya);

1. Adanya mahluk hidup, zat, energi atau komponen lain yang masuk atau

dimasukannya ke media lingkungan yang menyebabkan lingkungan tercemar;

2. Adanya baku mutu yang dilanggar berdasarkan hasil uji laboratorium;

3. Kejelasan siapa yang melakukan atau subyek hukum pelaku;

4. Kegiatan tersebut dilakukan karena ”kelalaian” atau”sengaja” (masuk atau dimasukannya);

5. Sifat dampak yang ditimbulkan.

11 Sugeng Priyanto, Aspek Sanksi Pengawasan dan Sanksi Administrasi berdasarkan UU No.

32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2012.

Pengawas Lingkungan Hidup Daerah (PPLHD) untuk mengetahui, memastikan, dan menetapkan tingkat ketaatan penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan atas ketentuan yang ditetapkan dalam izin lingkungan dan peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup12

Dasar hukum pengawasan yaitu Bab XII tentang Pengawasan dan Sanksi Administratif pada Pasal 71 sampai dengan Pasal 75 UUPPLH. Tujuan dilakukan Pengawasan Lingkungan Hidup tersebut adalah untuk memantau, mengevaluasi dan menetapkan status ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap

.

13

a. kewajiban yang tercantum dalam Peraturan Perundang-Undangan bidang pencemaran dan/atau kerusakan LH;

:

b. Kewajiban untuk melakukan pengelolaan LH dan pemantauan LH sebagaimana tercantum dalam dokumen Amdal atau UKL-UPL atau persyaratan lingkungan yang tercantum dalam izin yg terkait.

Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup yang selanjutnya disingkat PPLH dan Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah yang selanjutnya juga disingkat dengan PPLHD14

12 Lihat Pasal 1 angka 4 Permen LH No. 02 Tahun 2013 tentang Pedoman Penerapan Sanksi Administratif di Bidang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

13Sugeng Priyanto, Presentasi Sosialisasi tentang Aspek Sanksi Pengawasan dan Sanksi Administratif Berdasarkan UUPPLH, Tangerang, 2012.

14 Pasal 1 angka 6 Permen LH No. 02 Tahun 2013 tentang Pedoman Penerapan Sanksi Administratif di Bidang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

merupakan Pegawai Negeri Sipil maupun Pegawai Negeri Sipil di daerah yang diberi tugas, wewenang, kewajiban dan tanggungjawab untuk melaksanakan kegiatan pengawasan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan

perundang-undangan15

1. Terhadap ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap UU LH dan terhadap izin lingkungan serta yang izin lingkungannya diterbitkan oleh pemerintah daerah jika Pemerintah menganggap terjadi pelanggaran yang serius di bidang LH

. Dan PPLH tersebut berada pada instansi yang bertanggungjawab yang memenuhi persyaratan tertentu yang diangkat oleh Menteri, Gubernur dan Bupati/Walikota. Adapun tugas Menteri, gubernur, atau bupati/walikota yaitu:

16

2. Dapat mendelegasikan kewenangannya dalam melakukan pengawasan kepada pejabat/instansi teknis yang bertanggung jawab di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

;

17

3. Dapat menetapkan pejabat pengawas lingkungan hidup yang merupakan pejabat fungsional

;

18.

Kewenangan Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup (PPLH)19

a. melakukan pemantauan;

yang merupakan pejabat fungsional, yaitu:

b. meminta keterangan;

c. membuat salinan dari dokumen dan/atau membuat catatan yang diperlukan;

d. memasuki tempat tertentu;

e. memotret;

f. membuat rekaman audio visual;

g. mengambil sampel;

h. memeriksa peralatan;

i. memeriksa instalasi dan/atau alat transportasi; dan/atau j. menghentikan pelanggaran tertentu.

15 Pasal 1 angka 5 Permen LH No. 02 Tahun 2013 tentang Pedoman Penerapan Sanksi Administratif di Bidang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

16 Pasal 71 ayat (1), Pasal 72 dan Pasal 73 UUPPLH.

17 Lihat Pasal 71 ayat (2) UUPPLH.

18 Lihat Pasal 71 ayat (3) UUPPLH.

19 Pasal 74 ayat (1) UUPPLH.

Dalam menjalankan kewenangan dan tugasnya tersebut Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup dapat melakukan koordinasi dengan pejabat penyidik pegawai PNS20 dan penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan dilarang menghalanginya21

Pengawasan yang dilakukan terhadap kegiatan yang memiliki izin lingkungan sebagai upaya pemantauan penataan persyaratan perizinan oleh instansi yang berwenang memberi izin lingkungan.

.

22 Hasil pengawasan tersebut ditujukan untuk mengembangkan penegakan hukum.23

Mas Achmad Santoso

24

Penegakan hukum lingkungan dapat dimaknai sebagai penggunaan atau penerapan instrumen-instrumen dan sanksi-sanksi dalam hukum administrasi, hukum perdata dan hukum pidana dengan tujuan memaksa subjek hukum yang menjadi sasaran mematuhi peraturan perundang-undangan lingkungan hidup. Penegakan hukum lingkungan yang berkaitan erat dengan kemampuan aparatur dan kepatuhan warga masyarakat terhadap peraturan yang berlaku adalah penegakan administrasi mengatakan bahwa, penegakan hukum lingkungan (environmental enforcement) harus dilihat sebagai sebuah alat (an end). Tujuan penegakan hukum lingkungan yaitu penataan (compliance) terhadap nilai-nilai perlindungan daya dukung ekosistem dan fungsi lingkungan hidup yang pada umumnya diformalkan kedalam peraturan perundang-undangan.

20 Pasal 74 ayat (2) UUPPLH.

21 Pasal 74 ayat (3) UUPPLH.

22 Siti Sundari Rangkuti, Izin Lingkungan sebagai Instrumen Pencegahan Pencemaran Lingkungan, Universitas Airlangga, Surabaya, 2000, hal. 488.

23 Suparto Wijoyo, Refleksi Mata Rantai Pengaturan Sanksi Pengelolaan Lingkungan Seacra Terpadu, Airlangga University Press, hal. 494.

24 Mas Achmad Santoso, Good Governance & Sanksi Lingkungan, ICEL, Jakarta, 2001, hal.

234.

lingkungan. Penegakan administratif lingkungan bersifat preventif (pengawasan) dan represif (sanksi administrasi).

Instrumen bagi penegakan administratif lingkungan yang bersifat preventif adalah penyulihan, pemantauan, dan penggunaan kewenangan yang sifatnya pengawasan. Preventif dalam rangka pengendalian dampak lingkungan hidup perlu dilaksanakan dengan mendayagunakan secara maksimal instrumen pengawasan dengan memperhatikan syarat-syarat yang tercantum dalam perizinan. Dalam hal pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup sudah terjadi, perlu dilakukan upaya represif berupa penegakan hukum yang efektif, konsekuen, dan konsisten terhadap pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup yang sudah terjadi. Sehingga perlu dikembangkan satu sistem hukum perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang jelas, tegas, dan menyeluruh guna menjamin kepastian hukum sebagai landasan bagi perlindungan dan pengelolaan sumber daya alam serta kegiatan pembangunan lain.

Sementara penegakan administratif lingkungan yang bersifat represif yang dilakukan dalam hal perbuatan yang melanggar peraturan dan bertujuan untuk mengakhiri secara langsung perbuatan terlarang (pencemaran).

Penegakan administratif lingkungan memiliki beberapa manfaat strategis bila dibandingkan dengan penegakan perdata maupun pidana. Dan manfaat strategis25

25 Mas Achmad Santosa, Good Governance & Sanksi Lingkungan, ICEL, Jakarta, 2003, hal.

248.

tersebut, yaitu:

a. Penegakan administrasi dibidang lingkungan hidup dapat dioptimalkan sebagai perangkat pencegahan (preventive).

b. Penegakan administrasi (yang bersifat pencegahan) dapat lebih efisien dari sudut pembiayaan dibandingkan penegakan pidana dan perdata. Pembiayaan untuk penegakan administrasi lingkungan meliputi biaya pengawasan lapangan yang dilakukan secara rutin dan pengujian laboratorium lebih murah dibandingkan dengan upaya pengumpulan bukti, investigasi lapangan, memperkerjakan saksi ahli untuk membuktikan aspek kausalitas (sebab akibat) dalam kasus pidana dan perdata.

c. Penegakan administrasi lingkungan lebih memiliki kemampuan mengundang partisipasi masyarakat. Partispasi masyarakat dilakukan mulai dari proses perizinan, pemantauan penataan/pengawasan, dan partisipasi dalam mengajukan keberatan dan meminta pejabat tata usaha negara untuk memberlakukan sanksi administrasi.

Penegakan administratif lingkungan dalam sebuah sistem hukum dan pemerintahan minimal mempunyai 5 (lima) prasyarat awal dari efektivitas penegakannya26

Mendayagunakan berbagai ketentuan hukum, baik hukum administrasi, hukum perdata, maupun hukum pidana, diharapkan selain akan menimbulkan efek jera juga

, yaitu:

a. Izin yang didayagunakan sebagai perangkat pengawasan dan pengendalian;

b. Persyaratan dalam izin dengan merujuk pada AMDAL;

c. Standar baku mutu lingkungan;

d. Peraturan perundang-undangan, mekanisme pengawasan penataan, keberadaan pejabat pengawas (inspektur) dengan kuantitas dan kualitas yang memadai, dan sanksi administrasi.

Upaya penegakan administrasi lingkungan oleh pemerintah secara konsisten sesuai dengan kewenangan yang ada akan berdampak bagi penegakan hukum, dalam rangka menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup. Sehubungan dengan hal ini, penegakan administrasi lingkungan merupakan garda terdepan dalam penegakan hukum lingkungan (primum remedium).

26 ibid.

akan meningkatkan kesadaran seluruh pemangku kepentingan tentang betapa pentingnya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup demi kehidupan generasi masa kini dan masa depan, sebagaimana diatur pada Pasal 3 UUPPLH yang berbunyi sebagai berikut:

1. Melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;

2. Menjamin keselamatan, kesehatan, dan kehidupan manusia;

3. Menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan kelestarian ekosistem;

4. Menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup;

5. Mencapai keserasian, keselarasan, dan keseimbangan lingkungan hidup;

6. Menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini dan generasi masa depan;

7. Menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas lingkungan hidup sebagai bagian dari hak asasi manusia;

8. Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana;

9. Mewujudkan pembangunan berkelanjutan; dan 10. Mengantisipasi isu lingkungan global.

Adapun contoh kasus penegakan administrasi lingkungan yaitu kasus lumpur Lapindo di Porong Jatim. Bagaimana bisa Amdal terakhir baru dibuat sebelum izin lain atau izin IUP (Izin Usaha Pertambangan) yang ada di Kota Samarinda yang tumbuh pesat sejak UU Otonomi digulirkan, IUP yang dikeluarkan disinyalir banyak mengabaikan izin lingkungan, dalam membuat Amdal/UKL-UPL. Hal-hal ini yang membuat tata lingkungan di sekitar hancur dan mengganggu keseimbangan daya dukung dan daya tampung lingkungan. Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Samarinda, sebagai pejabat pengawas lingkungan hidup berwenang antara lain:

a. melakukan pemantauan;

b. meminta keterangan;

c. membuat salinan dari dokumen dan/atau membuat catatan yang diperlukan;

d. memasuki tempat tertentu;

e. memotret;

f. membuat rekaman audio visual;

g. mengambil sampel;

h. memeriksa peralatan;

i. memeriksa instalasi dan/atau alat transportasi; dan/atau j. menghentikan pelanggaran tertentu.

Dalam paparan BLH Kota Samarinda, mereka sudah melakukan 31 kali surat teguran kepada pemilik IUP di Kota Samarinda, 8 IUP yang dihentikan sementara, (PT Buana Rizki Armia, PT Graha Benua Etam, PT Panca Bara Sejahtera, CV Bismillahi Res Kaltim, CV Prima Coal Mining, CV Tunggal Firdaus, CV UtiaIlma Jaya, serta KOPTAM Bara Sumber Makmur) dan 2 IUP (Izin CV Prima Coal Mining maupun CV Bumi Batuah) dicabut. Ini memberi peringatan dalam kontek penegakan adminitrasi lingkungan, BLH sudah dijalankan, hal ini sesuai dengan fungsi pengawasan yang diatur dalam Pasal 71 UUPPLH bahwa Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya wajib melakukan pengawasan terhadap ketaatan penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan atas ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Kemudian menteri, gubernur, atau bupati/walikota dapat mendelegasikan kewenangannya dalam melakukan pengawasan kepada pejabat/instansi teknis yang bertanggungjawab di bidang perlindungan dan jawab di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Sanksi Administratif yang diterapkan terhadap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan IUP Kota samarinda, juga sudah dilakukan dengan beberapa bentuk yang diatur dalam adminitrasi berupa:

a. teguran tertulis;

b. paksaan pemerintah;

c. pembekuan izin lingkungan; atau d. pencabutan izin lingkungan.

Penegakan administratif lingkungan merupakan pilihan yang dapat dilakukan secara bertahap, bebas, dan/atau alternatif/kumulatif27

Keterjalinan antara hukum pidana dengan hukum administrasi dalam hukum lingkungan kepidanaan, delege lata, merupakan suatu fakta yang harus diterima . Penegakan administratif lingkungan secara bertahap yaitu penerapan sanksi yang didahului dengan sanksi adminstratif yang ringan hingga sanksi yang terberat, dimulai dengan teguran tertulis sampai dengan pencabutan izin.

Sementara penegakan administrasi lingkungan secara bebas yaitu adanya keleluasaan bagi pejabat yang berwenang mengenakan sanksi untuk menentukan pilihan jenis sanksi yang didasarkan pada tingkat pelanggaran yang dilakukan oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan.

Sedangkan penegakan administrasi lingkungan secara kumulatif terdiri atas kumulatif internal dan kumulatif eksternal. Yang dimaksud dengan kumulatif internal yaitu penerapan sanksi yang dilakukan dengan menggabungkan beberapa jenis sanksi administratif pada satu pelanggaran. Dan yang dimaksud dengan kumulatif eksternal yaitu penerapan sanksi yang dilakukan dengan menggabungkan penerapan salah satu jenis sanksi administratif dengan penerapan sanksi lainnya, misalnya yaitu sanksi pidana.

27 Lihat Pasal 5 ayat (2) PermenLH No. 02 Tahun 2013 tentang Pedoman Penerapan Sanksi Administratif di Bidang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

keberadaannya dan akan menjadikan penegakan hukum lingkungan lebih baik jika berjalan dengan bersinergi, atau menjadi kendala jika tidak bersinergi28

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diangkat berbagai permasalahan yang timbul dari latar belakang diatas menjadi sebuah karya ilmiah berbentuk tesis dengan judul: “Izin Lingkungan dalam kaitannya dengan Penegakan Administrasi

.

Suatu perbuatan yang diatur dalam hukum pidana lingkungan untuk dapat dinyatakan sebagai tindak pidana selalu dikaitkan dengan pengaturan lebih lanjut dalam hukum administrasi, oleh karena dalam rumusan tindak pidana lingkungan, suatu perbuatan dinyatakan sebagai suatu tindak pidana jika dilakukan bertentangan dengan izin lingkungan.

Pandangan hukum pidana dapat dipergunakan sebagai instrumen dalam rangka perlindungan terhadap lingkungan hidup, membawa konsekuensi terhadap keterjalinan hukum pidana dengan hukum administrasi. Keterjalinan upaya penyidikan hukum pidana dengan sarana hukum administrasi (yang lebih cenderung melaksanakan tugasnya dalam rangka prevensi atau memandang pelanggaran masalah lingkungan sebagai yang harus dipecahkan, diberi nasehat dan/atau perbaikan keadaan) akan menjadikan penegakan hukum lingkungan lebih baik jika berjalan dengan bersinergi, atau menjadi kendala jika tidak bersinergi.

28 Alvi Syahrin, Ketentuan Dalam UU No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Cetakan PT. Sofmedia, Jakarta, 2011, hal. 23.

Lingkungan dan Pidana Lingkungan Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH)”.