BELUM MEMILIKI DOKUMEN LINGKUNGAN HIDUP
A. Pengertian Penegakan Hukum Lingkungan
Soerjono Soekanto mengatakan bahwa penegakan hukum adalah kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan didalam kaidah-kaidah/pandangan-pandangan nilai yang mantap dan mengejawantah dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir untuk menciptakan, memelihara dan memepertahankan kedamaian pergaulan hidup.129
Penegakan hukum secara konkret adalah berlakunya hukum positif dalam praktik sebagaimana seharusnya patut ditaati. Oleh karena itu, memberikan keadilan dalam suatu perkara berarti memutuskan perkara dengan menerapkan hukum dan menemukan hukum in concreto dalam mempertahankan dan menjamin ditaatinya hukum materiil dengan menggunakan cara prosedural yang ditetapkan oleh hukum formal.130
129 Soerjono Soekanto, Penegakan Sanksi, Jakarta, Binacipta, 1983, hal. 13.
130 Sjachran Basah, Perlindungan Sanksi atas Sikap Tindak Administrasi Negara, Bandung, Alumni, 1992, hal. 14.
Jika hakikat penegakan hukum itu mewujudkan nilai-nilai atau kaidah-kaidah yang memuat keadilan dan kebenaran, penegakan hukum bukan hanya menjadi tugas dari penegak hukum yang sudah dikenal secara konvensional, tetapi menjadi tugas dari setiap orang.
Penegakan hukum merupakan suatu proses yang melibatkan banyak hal. Oleh karena itu, keberhasilan penegakan hukum akan dipengaruhi oleh hal-hal tersebut.
Secara umum, sebagaimana dikemukakan oleh Soerjono Soekanto, ada lima faktor yang mempengaruhi penegakan hukum, yaitu:131
a. faktor hukum sendiri;
b. faktor penegak hukum, yaitu pihak-pihak yang membentuk maupun yang menerapkan hukum;
c. faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum;
d. faktor masyarakat;
e. faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia didalam pergaulan hidup.
Kelima faktor tersebut saling berkaitan dengan eratnya, karena merupakan essensi dari penegakan hukum serta juga merupakan tolak ukur daripada efektivitas penegakan hukum. Pada tulisan Soerjono Soekanto mengatakan bahwa agar hukum dapat berfungsi dengan baik diperlukan keserasian dalam hubungan atara empat faktor, yakni sebagai berikut:132
a. Hukum atau peraturan itu sendiri;
Kemungkinannya adalah bahwa terjadi ketidakcocokan dalam peraturan perundang-undangan mengenai bidang kehidupan tertentu. Kemungkinan lainnya adalah ketidakcocokan antara peraturan perundang-undangan dengan hukum tidak tertulis atau hukum kebiasaan. Kadangkala ada ketidakserasian antara hukum tercatat dengan hukum kebiasaan, dan seterusnya.
b. Mentalitas petugas yang menegakan hukum penegak hukum antara lain mencakup hakim, polisi, jaksa, pembela, petugas pemasyarakatan, dan seterusnya.Apabila peraturan perundang-undangan sudah baik, tetapi mental penegak hukum kurang baik, maka akan terjadi gangguan pada sistem penegakan hukum;
131 Soerjono Soekanto, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Sanksi, Rajawali Press, Jakarta, 1983, hal. 4-5.
132 Soerjono Soekanto, Penegakan Sanksi, Bandung, Bina Cipta, 1983, hal. 15.
c. Fasilitas yang diharapkan untuk mendukung pelaksanaan hukum. Kalau peraturan perundang-undangan sudah baik dan juga mentalitas penegaknya baik, akan tetapi fasilitas kurang memadai (dalam ukuran tertentu), maka penegakan hukum tidak akan berjalan dengan semestinya;
d. Kesadaran hukum, kepatuhan hukum dan perilaku warga masyarakat.
Keempat faktor tersebut diatas saling berkaitan dan merupakan inti dari sistem penegakan hukum. Apabila keempat faktor tersebut ditelaah dengan teliti, maka akan dapat terungkapkan hal yang berpengaruh terhadap sistem penegakan hukum. Dalam kaitan ini, Satjipto Rahardjo mengemukakan bahwa agar hukum berjalan atau dapat berperan dengan baik dalam kehidupan masyarakat, maka harus diperhatikan hal-hal berikut ini133
a. Mengenal problem yang dihadapi sebaik-baiknya;
:
b. Memahami nilai-nilai yang ada dalam masyarakat;
c. Membuat hipotesis-hipotesis dan memilih yang paling layak untuk dapat dilaksanakan;
d. Mengikuti jalannya penerapan hukum dan mengukur efek-efeknya.
J.B.J.M. ten Berge menyebutkan beberapa aspek yang harus diperhatikan atau dipertimbangkan dalam rangka penegakan hukum, yaitu sebagai berikut134
133 Satjipto Rahardjo, Ilmu Sanksi, Bandung, Citra Aditya Bakti, 1996, hal. 208.
134 J.B.J.M. ten Berge, Op. Cit., hal. 376.
:
a. Suatu peraturan harus sedikit mungkin membiarkan ruang bagi perbedaan interpretasi;
b. Ketentuan perkecualian harus dibatasi secara minimal;
c. Peraturan harus sebanyak mungkin diarahkan pada kenyataan yang secara objektif dapat ditentukan;
d. Peraturan harus dapat dilaksanakan oleh mereka yang terkena peraturan tersebut dan mereka yang dibebani dengan tugas penegakan hukum.
Dari uraian diatas, maka dalam penelitian tesis ini akan membahas mengenai penegakan hukum lingkungan. Hukum lingkungan adalah sebuah bidang atau cabang hukum yang memiliki kekhasan yang oleh Drupsteen disebut sebagai bidang hukum fungsional (fuctioneel rechtsgebeid), yang dalamnya terdapat unsur-unsur hukum administrasi, hukum pidana dan hukum perdata.135
Penggunaan instrumen dan sanksi hukum administrasi dilakukan oleh instansi pemerintah dan juga oleh warga atau badan hukum perdata. Penggunaan sanksi-sanksi hukum pidana hanya dapat dilakukan oleh instansi-instansi pemerintah.
Sementara penggunaan instrumen hukum perdata, yaitu gugatan perdata, dapat dilakukan oleh warga, badan hukum perdata dan juga instansi pemerintah. Namun jika dibandingkan diantara ketiga bidang hukum, sebagian besar norma-norma hukum lingkungan termasuk dalam wilayah hukum administrasi negara.
Oleh sebab itu, penegakan hukum lingkungan dapat dimaknai sebagai penggunaan atau penerapan instrumen-instrumen dan sanksi-sanksi dalam lapangan hukum administrasi, hukum pidana dan hukum perdata dengan tujuan memaksa subjek hukum yang menjadi sasaran mematuhi peraturan perundang-undangan lingkungan hidup.
136
135 Th.G. Drupsteen (1983), Ontwikkelingen in Het Millieurecht Gedurende De Jaren Zeventig, dalam H. Th. F Van Maarseven et al, Recente Rechtssontwikkelingen (1970-1980), Tjeen Willink, Zwolle, hal. 99.
136 Takdir Rahmadi, Sanksi Lingkungan di Indonesia, PT. Rajagrafindo Indonesia, 2011, hal.
207.
Penegakan hukum lingkungan juga berkaitan erat dengan kemampuan aparatur dan kepatuhan warga masyarakat terhadap peraturan yang berlaku.
Adapun pengertian penegakan hukum lingkungan yang lain juga dikemukakan oleh Siti Sundari Rangkuti yang menyatakan137
Sementara pendapat hukum yang lain, Ninik Suparni :
“Penegakan hukum lingkungan merupakan upaya untuk mencapai ketaatan terhadap peraturan dan persyaratan dalam ketentuan hukum yang berlaku secara umum dan individual, melalui pengawasan dan penerapan sanksi administrasi, kepidanaan dan keperdataan..., penegakan hukum lingkungan dapat dilakukan secara preventif dan represif, sesuai dengan sifat dan efektivitasnya. Penegakan hukum yang bersifat preventif berarti bahwa pengawasan aktif dilakukan terhadap kepatuhan kepada peraturan tanpa kejadian langsung yang menyangkut peristiwa konkret yang menimbulkan sangkaan bahwa peraturan hukum telah dilanggar. Instrumen bagi penegakan hukum preventif adalah penyuluhan, pemantauan, dan penggunaan kewenangan yang sifatnya pengawasan... Penegakan hukum yang bersifat represif dilakukan dalam hal perbuatan yang melanggar peraturan. Penindakan secara pidana umumnya selalu menyusul pelanggaran peraturan dan biasanya tidak dapat meniadakan akibat pelanggaran tersebut. Untuk menghindari penindakan pidana secara berulang-ulang pelaku (pencemar) sendirilah yang harus menghentikan keadaan tersebut”.
138
137 Siti Sundari Rangkuti, Sanksi Lingkungan dan Kebijaksanaan Lingkungan Nasional, Edisi Kedua, Airlangga University Press, Surabaya, 2000, hal. 209-210.
138 Ninik Suparni, Pelestarian, Pengelolaan dan Penegakan Sanksi Lingkungan Hidup, Sinar Galia, Jakarta, 1992, hal. 160-161.
menandaskan bahwa penegakan hukum lingkungan hidup merupakan upaya untuk mencapai ketaatan terhadap peraturan dan persyaratan dalam ketentuan hukum yang berlaku secara umum dan individual, melalui pengawasan dan penerapan secara administrasi, keperdataan, dan kepidanaan. Untuk itu penegakan hukum dapat dilakukan secara preventif, yaitu upaya penegak hukum mencegah terjadinya pencemaran lingkungan hidup. Dan dapat juga dilakukan secara represif, yaitu upaya penegak hukum
melakukan tindakan hukum kepada siapa yang melanggar ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
P. Joko Subagyo139
Mas Achmad Santosa
mengatakan bahwa penegakan hukum berkaitan erat dengan ketaatan bagi pemakai dan pelaksana peraturan perundang-undangan, dalam hal ini baik masyarakat maupun penyelenggara negara yaitu penegak hukum. Penegakan hukum lingkungan hidup terkait berbagai aspek yang cukup komplek, dengan tujuan tetap mempertahankan dan menciptakan lingkungan yang dapat dinikmati oleh setiap manusia dalam pengertian luas dengan tidak mengganggu lingkungan itu sendiri.
140
Yahya Harahap
bahwa penegakan hukum lingkungan (environmental enforcement) harus dilihat sebagai sebuah alat (an end). Tujuan penegakan hukum lingkungan adalah penataan (compliance) terhadap nilai-nilai perlindungan daya dukung ekosistem dan fungsi lingkungan hidup yang pada umumnya diformalkan kedalam peraturan perundang-undangan, termasuk ketentuan yang mengatur baku mutu limbah atau emisi.
141 menyebutkan bahwa penegakan hukum lingkungan ini berkaitan dengan salah satu hak asasi manusia, yaitu perlindungan setiap orang atas pencemaran lingkungan atau environmental protection. Hal ini didasarkan pada munculnya berbagai tuntutan hak perlindungan atas lingkungan142
139 P. Joko Subagyo, Sanksi Lingkungan Masalah Dan Penanggulangannya, Rineke Cipta, Agustus, 1992, hal. 84-85.
140 Mas Achmad Santosa, Op. Cit., hal. 234.
141 Yahya Harahap, Beberapa Tinjauan Mengenai Sistem Peradilan dan Penyelesaian Sengketa, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997, hal. 339-340.
142 Ibid.
, antara lain:
a. Perlindungan atas harmonisasi menyenangkan antara kegiatan produksi dengan lingkungan manusia;
b. Perlindungan atas upaya pencegahan atau melenyapkan kerusakan terhadap lingkungan dan biosper serta mendorong kesehatan dan kesejahteraan manusia;
c. Hak perlindungan atas pencemaran udara yang ditimbulkan pabrik dan kenderaan bermotor dari gas beracun karbon monoksida, nitrogen oxide dan hidro karbon, sehingga udara bebas untuk selamanya dari pencemaran;
d. Menjamin perlindungan atas pencemaran limbah industri di darat, di sungai dan lautan, sehingga semua air terhindar dari segala bentuk pencemaran limbah apapun.
Daud Silalahi143
a. Pengembangan sistem penegakan hukum;
mengatakan bahwa penegakan hukum lingkungan di Indonesia mencakup penataan dan penindakan (compliance and enforcement). Dan itu mencakup:
b. Penentuan kasus-kasus prioritas yang perlu diselesaikan secara hukum;
c. Peningkatan kemampuan aparat penegak hukum;
d. Peninjauan kembali Undang-Undang Gangguan.
Penegakan preventif merupakan penegakan hukum yang awal yaitu pengawasan atas pelaksanaan aturan. Pengawasan preventif ditujukan kepada pemberian penerangan dan saran atas pelaksanaan aturan.
Pada Undang-Undang Lingkungan Hidup yang lalu yaitu UU No. 4 Tahun 1982 bahwa penegakan hukum lingkungan hidup hanya mengenal dua dimensi penegakan hukum lingkungan, yaitu penegakan hukum perdata dan penegakan hukum pidana.
Sementara pada Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 dan Undang-Undang No. 32
143 Daud Silalahi, Masalah Lingkungan Hidup, Alumni, Bandung, 1994, hal. 215.
Tahun 2009 mencakup tiga dimensi penegakan hukum, yaitu: penegakan administrasi, penegakan hukum perdata, dan penegakan hukum pidana.