• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif a Perencanaan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1 Lokasi Sekolah

3. Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif a Perencanaan

Kegiatan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Kegiatan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di SD Negeri

Kotagede 3 meliputi kegiatan pemeliharaan, pengelolaan dan pemanfaatan

lingkungan hidup terutama yang berada di sekitar sekolah. Kepala sekolah

mengungkapkan bahwa sekolah memiliki strategi perencaan pemeliharaan gedung

dan lingkungan sekolah yang dilakukan oleh semua pihak baik siswa, guru,

maupun karyawan. Siswa diwajibkan untuk memiliki jadwal piket yang terdiri

atas piket kelas, piket taman, dan piket kebun. Kerja bakti membersihkan

lingkungan sekolah juga dilakukan secara bersama-sama seluruh warga sekolah

setiap hari jumat setelah senam (wawancara III A.1a, LM: 14 Maret 2017). Hal

tersebut juga diungkapkan oleh guru sebagai berikut.

“Ada jadwal piket. Ada semutlis atau sepuluh menit untuk lingkungan sekolah, anak-anak menyisihkan sepuluh menit setiap harinya untuk lingkungan sekolah. Jumat setelah senam juga dilakukan kerja bakti yang

110

diikuti semua siswa, biasanya yang kecil di taman, yang gedhe-gedhe di kebun yang di lapangan olahraga itu. Ada juga bank sampah” (wawancara III A.1b, AT: 25 Maret 2017)

Dengan begitu, pemeliharaan gedung dan fasilitas SD Negeri Kotagede 3

direncanakan untuk dilakukan oleh seluruh warga sekolah dengan cara

membentuk jadwal piket, mencanangkan kegiatan semutlis (sepuluh menit untuk

lingkungan sekolah), menggerakkan kerja bakti jumat pagi, dan juga bank sampah.

Untuk kegiatan piket harian, siswa juga mengungkapkan keterlibatannya dalam

penyusunan jadwal piket sebagai berikut ini.

“Ada kelompoknya urut absen.” (wawancara VII A.1e, AR: 18 Maret 2017) “Kelompoknya urut absen tiap hari beda-beda. Kalau piket kebun sam piket taman bareng sama kelas B. Soalnya kan kebun sama tamannya ada satu.” (wawancara VII A.1h, AN: 25 Maret 2017)

Giliran tiap anak.” (wawancara VII A.1k, AF: 1 April 2017)

Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa jadwal piket dibuat oleh siswa

bersama guru. Semua siswa akan mendapatkan giliran untuk melaksanakan piket.

Setiap hari dilakukan oleh satu kelompok. Untuk anggota kelompok dapat

dilakukan secara acak maupun urut absen, tergantung dari guru. Khusus untuk

piket kebun dan taman jadwal piket dilakukan dengan menggabungkan kelas A

dan kelas B.

Pemanfaatan lahan dan fasilitas sekolah juga sudah direncanakan sekolah

dengan pembagian yang adil bagi setiap kelasnya. Kepala sekolah dan guru sama-

sama mengungkapkan tentang pembagian lahan untuk taman kelas di gedung

utama dan kebun kelas yang berada di area lapangan olahraga SD Negeri

111

“Perkelas memiliki lahannya sendiri-sendiri. kalau untuk taman ada di lingkungan sini dan kebunnya ada di lapangan olahraga sana. Untuk kebun itu akan tetap sama tempatnya meskipun kelasnya naik. Jadi misal kelas 1 dapat bagian utara ya sampai kelas 6 nanti tetap disitu. Kalau kelas 6 udah lulus, nah lahan bekan kelas 6 itu untuk kelas 1 yang baru masuk. Di lapangan olahraga itu juga ada lukisan dinding yang buat juga siswa dari kelas 4, 5, dan 6.” (wawancara III A.2a, LM: 14 Maret 2017)

“Ada pembagiannya. Di kotak-kotak yang akan dibagi ke setiap kelas dan area itu pemiliknya tetap. Tidak akan berubah kecuali sudah lulus.” (wawancara III A.2b, AT: 25 Maret 2017)

Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa terdapat pembagian lahan taman

dan kebun untuk setiap kelas. Taman berada di kawasan gedung utama SD Negeri

Kotagede 3, sedangkan untuk kebun berada di wilayah lapangan olahraga. Kebun

tersebut akan menjadi milik kelas yang sama dari kelas 1 hingga kelas 6. Ketika

kelas 6 lulus, maka kebun tersebut akan menjadi milik kelas 1 yang baru. Dinding

lapangan olahraga yang sekaligus kebun SD Negeri Kotagede 3 dihaisi dengan

lukisan dinding yang dibuat oleh siswa dari kelas 4, 5, dan 6.

SD Negeri Kotagede 3 juga memiliki perencanaan mengenai kegiatan

ekstrakurikuler dan kegiatan pengembangan kreativitas dan inovasi lainnya.

Kepala sekolah (wawancara III A.3a, LM: 14 Maret 2017) menyebutkan kegiatan

ekstrakurikuler pramuka sebagai salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang secara

langsung terlibat dengan pemeliharaan dan pengelolaan lingkungan hidup serta

menuntut partisipasi aktif dari setiap siswa SD Negeri Kotagede 3. Hal serupa

juga diungkapkan oleh guru sebagai berikut ini.

“Ekstrakurikuler banyak, mbak. Tapi yang terkait pelestarian lingkungan misalnya pramuka. Dalam pramuka itu siswa kan dikenalkan bagaimana lingkungan sekitarnya” (wawancara III A.3b, AT: 25 Maret 2017)

112

Dengan begitu, kegiatan ekstrakurikuler pramuka merupakan kegiatan

berbasis partisipatif SD Negeri Kotagede 3 yang memuat pendidikan lingkungan

hidup di dalam pelaksanaannya. Ekstrakurikuler lain hanya sekedar memberikan

penguatan atau motivasi untuk mengembangkan karakter peduli lingkungan.

Kegiatan lain yang direncanakan oleh SD Negeri Kotagede 3 dalam

mengembangkan kreativitas dan inovasi siswa diungkapkan oleh kepala sekoalh

dan guru dalam pernyataan berikut ini.

“Ada ecobrick, rasater. Ecobrick berawal dari sebelum kantin sehat jadi di kantin itu masih menggunakan plastik belum box makanan seperti sekarang. Setiap harinya sampah plastik itu banyak sekali nah dari situ tercetus bagaimana jika sampah itu digunakan untuk ecobrick. Kalau sekarang karena sudah kantin sehat, anak-anak kalau di rumah ada sampah plastik, di potong kecil-kecil dan dimasukkan ke dalam botol sampai penuh. Nanti kalau sudah penuh di setorkan ke sekolah lewat wali kelasnya. Sekarang sudah berjalan seperti itu mbak. Tapi belum jadi apa-apa karena masih menunggu penuh. Nggak cuma siswa sebenarnya, guru juga melakukan itu.” (wawancara III A.4a.1), LM: 14 Maret 2017)

“Membuat kerajinan dari barang-barang bekas juga pernah. Pigura dari koran bekas, bunga dari plastik dan botol bekas. Itu yang dipajang di depan kantor guru itu semuanya adalah hasil kreativitas dari anak-anak. Kegiatan- kegiatan seperti ini penting mbak, bisa jadi sarana pengembangan imajinasi dan kreativitasnya siswa. Kadang ada anak yang kreatif sekali dalam memanfaatkan barang bekas jadi barang-barang yang bagus tapi ya ada yang biasa saja.” (wawancara III A.4a.2), LM: 14 Maret 2017)

”Pemanfaatan sampah bekas menjadi kerajinan-kerajinan yang di pajang di depan kantor guru itu. Semua itu di buat oleh siswa dari bahan-bahan yang tidak terpakai misalnya koran bekas jadi pigura, pewarna alami untuk membatik, plastik jadi tas atau bunga pernah juga daun nangka dibuat jadi mahkota untuk keperluan lomba apa ya dulu itu, nari kalau tidak salah. Ada ecobrick juga. Jadi di ecobrick siswa mengumpulkan sampah plastik kering di potong kecil-kecil dimasukkan ke botol bekas sampai kalau diremas tidak berbunyi, tidak ada ruang kosong lagi, nanti kalau udah penuh dibawa ke sekolah untuk dibentuk menjadi kerajinan tertentu. Kegiatan kegiatan itu bisa dilakukan di luar kelas maupun di dalam kelas tapi biasanya di dalam kelas kalaupun luar kelas paling ya waktu pramuka,” (wawancara III A.4b, AT: 25 Maret 2017)

113

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan

pengembangan kreativitas dan inovasi bagi warga sekolah contohnya adalah (a)

ecobrick (pengumpulan sampah plastik dalam botol untuk dibentuk menjadi sebuah karya), (b) hasta karya menggunakan bahan-bahan dari barang tidak

terpakai atau daur ulang, dan (c) pemanfaatan bahan-bahan alami dalam

pembelajaran. Kegiatan pengembangan kreativitas dan inovasi diperlukan untuk

mengasah perkembangan kreativitas dari siswa dan dapat dilakukan baik di dalam

maupun luar kelas, seperti ekstrakurikuler pramuka. Berdasarkan hasil observasi

didapatkan hasil bahwa kepala sekolah dan guru mensosialisasikan kepada

seluruh siswa tentang kegiatan yang akan dilaksanakan baik melalui lisan.

Sekolah memasang banner tentang karakter yang harus dimiliki siswa yang salah

satunya adalah peduli lingkungan sebagai pengingat siswa untuk meningkatkan

partisipasi siswa dalam kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

Data dokumentasi juga menunjukkan adanya daftar kegiatan berbasis partisipatif

siswa, daftar kegiatan dalam Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), dan

terdapat jadwal piket siswa

Gambar 22. Daftar Kegiatan Partisipatif Siswa

Gambar 23. Kegiatan PHBS Siswa SD Negeri Kotagede 3

114 Kemitraan

Kegiatan berbasis partisipatif lain yang direncanakan oleh SD Negeri

Kotagede 3 adalah mengenai kerja sama atau kemitraan sekolah dengan pihak lain.

Kepala sekolah (wawancara III B.2a, LM: 14 Maret 2017) menyatakan bahwa SD

Negeri Kotagede 3 memiliki kemitraan dengan beberapa pihak luar untuk

mendukung dan membantu penyelenggaraan berbagai kegiatan di SD Negeri

Kotagede 3. Masyarakat, Badan Lingkungan Hidup (BLH), LSM Lingkungan,

organisasi pengepul sampah, orang tua/ wali murid, dan berbagai pihak lain

seperti stasiun televisi, perguruan tinggi dan merek produk tertentu merupakan

mitra kerja SD Negeri Kotagede 3. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan

oleh guru sebagai berikut.

“Pelu, biar bisa membantu kegiatan-kegiatan yang ada disini.”(wawancara III B.1b, AT: 25 Maret 2017)

“Untuk yang Adiwiyata.. BLH, komite sekolah, orang tua, masyarakat, LSM Lestari apa itu pokoknya bergerak di bidang lingkungan hidup. Bank sampah juga dengan pengepul.” (wawancara III B.2b, AT: 25 Maret 2017) Guru tersebut mengungkapkan bahwa sebuah kemitraan diperlukan untuk

dapat membantu penyelenggaraan kegiatan di SD Negeri Kotagede 3. Mitra kerja

SD Negeri Kotagede 3 dalam Program Adiwiyata antara lain BLH, komite

sekolah, orang tua/ wali murid, masyarakat, lembaga lingkungan hidup seperti

LSM Lestari Indonesia dan pengepul sampah. Dengan begitu, kemitraan yang

dijalin oleh SD Negeri Kotagede 3 dimaksudkan untuk membantu

penyelenggaraan kegiatan sekolah terutama kegiatan pendukung Program

115

pengelolaan lingkungan hidup meliputi; BLH, LSM lingkungan, organisasi

pengepul sampah, orang tua/ wali, komite sekolah, dan instansi/ perguruan tinggi

tertentu.

Mitra kerja didapatkan dengan beberapa cara. Kepala sekolah (wawancara

III B.3a, LM: 14 Maret 2017) mengungkapkan bahwa mitra kerja SD Negeri

Kotagede 3 didapatkan melalui penawaran dari pihak luar yang kemudian di

seleksi oleh pihak SD Negeri Kotagede 3. Selain itu, SD Negeri Kotagede 3 juga

berinisiatif untuk mencari mitra kerja yang dapat membantu pelaksanaan kegiatan

di SD Negeri Kotagede 3. Hal serupa diungkapkan oleh guru sebagai berikut ini. “Ada yang menawarkan kadang juga kita yang cari. Situasional sih mbak.”(wawancara III B.3b, AT: 25 Maret 2017)

Dengan begitu, dapat diambil kesimpulan bahwa mitra kerja SD Negeri

Kotagede 3 didapatkan melalui seleksi penawaran yang masuk ke SD negeri

Kotagede 3 dan permintaan kerja sama oleh sekolah kepada pihak yang

dibutuhkan. Hal ini didukung dengan hasil observasi yang menunjukkan bahwa

kemitraan atau kerjasama SD Negeri Kotagede 3 didapatkan dari tawaran pihak

lain dan dipertimbangkan oleh sekolah. Contohnya dengan adanya pihak

mahasiswa INSTIPER Yogyakarta yang menawarkan kepada sekolah mengenai

sosialisasi cara pembuatan kompos organik menggunakan alat pencacah daun dan

komposter. Tawaran tersebut kemudian dipertimbangkan oleh pihak sekolah

setelah melalui diskusi dengan pihak terkait. Data dokumentasi juga menunjukkan

116

Gambar 24. Salah satu surat perjanjian kerja sama SD Negeri Kotagede 3

b. Pelaksanaan

Kegiatan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Kegiatan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang di SD

Negeri Kotagede 3 dilakukan dengan baik sesuai dan berbasis partisipatif. Warga

sekolah sudah sebagian besar ikut berpartisipasi secara sadar dan aktif dalam

berbagai kegiatan terkait pemeliharaan dan pengelolaan lingkungan hidup di SD

Negeri Kotagede 3. Meski demikian baik guru, karyawan maupun siswa harus

saling mengingatkan satu sama lain agar pembentukan karakter peduli dan

berbudaya lingkungan berlangsung secara berkelanjutan. Hal tersebut terlihat dari

pernyataan kepala sekolah sebagai berikut ini.

“Sudah sadar, aktif juga dalam kegiatan lingkungan yang dilakukan. Pedulinya sudah kelihatan tapi ya masih tetep harus saling mengingatkan kan Adiwiyata itu harus berjalan secara terus-menerus berkelanjutan.“(wawancara III C.1a.1), LM: 14 Maret 2017)

“Ya itu tadi mbak harus saling mengingatkan baik guru, siswa, maupun karyawan. Untuk sistem denda yang sering digunakan itu sebenarnya kurang aktif ya untuk mengembangkan sikap mau, peduli, dan berbudaya lingkungan” (wawancara III C.1a.2), LM: 14 Maret 2017)

Guru (wawancara III C.1b, AT: 25 Maret 2017) mengungkapkan bahwa

partisipasi warga SD Negeri Kotagede 3 sudah baik karena warga sekolah sudah

117

dengan hasil wawancara dengan siswa yang menunjukkan bahwa sebagian besar

siswa memang sudah melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan pengelolaan

lingkungan secara aktif.

“Piket kelas, piket kebun, piket taman. Aku belom ikut ekstra.” (wawancara VII B.1d., SL: 18 Maret 2017)

“Rasater, semutlis, ecobrick. Tapi ecobrick bikinnya di rumah. jadi bungkus-bungkus sampah plastik dipotong-potong masukin ke botol sampe nggak bisa dipencet pencet. Nanti nek udah penuh dibawa ke sekolah.” (wawancara VII B.1h, AN: 25 Maret 2017)

“Ikut rasater, bank sampah, piket, ecobrick, kalau ekskulnya ikut pramuka yang ada lingkungannya.” (wawancara VII B.1i, SN: 25 Maret 2017)

Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa siswa SD Negeri Kotagede

memang telibat dalam berbagai kegiatan sekolah terkait dengan perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup di sekitarnya seperti bank sampah, piket kelas,

piket kebun, piket taman, rasater, ecobrick, semutlis, kerja bakti,

danekstrakurikuler pramuka. Siswa juga sudah dapat melaksanakan kegiatan

wajibnya seperti jadwal piket rutin sesuai jadwal masing-masing. Namun, masih

terdapat beberapa siswa yang memang masih perlu untuk diingatkan tentang

kewajibannya tersebut seperti siswa (wawancara VII B.2c, TG: 18 Maret 2017)

yang melakukan piket sesuai jadwal meski terkadang lupa. Terdapat siswa

(wawancara VII B.2d, SL: 18 Maret 2017) yang mengatakan bahwa dirinya

melakukan piket sesuai jadwal meski terkadang malas karena terdapat temannya

yang tidak melakukan piket sesuai dengan jadwal. Siswa tahu apa yang harus

dilakukan ketika mendapat giliran piket.

Siswa sendiri sudah mengetahui apa yang harus dilakukan olehnya ketika

118

lain menyapu, membersihkan papan tulis, mengatur letak meja, menyusun buku-

buku, menyirami tanaman, mencabuti rumput liar di kebun dan taman kelas.

Selain kegiatan piket rutin siswa, siswa juga terlibat secara aktif dalam kegiatan

untuk melatih kreativitas dan inovasi dari bahan bekas. Bahkan siswa merasa

senang mengikuti kegiatan yang dilakukan tersebut. Kegiatan tersebut antara lain

membuat bunga dari bahan bekas seperti plastik, botol atau sedotan, membatik

dengan pewarna alami, dan membuat hiasan cetak timbul.

Siswa aktif dalam berpartisipasi dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh

sekolah. Sementara untuk kegiatan aksi lingkungan yang dilakukan diluar sekolah

beberapa siswa pernah mengikuti dan sebagian lagi belum pernah bahkan tidak

mengikuti kegiatan aksi lingkungan yang diadakan di luar sekolah seperti berikut

ini.

“Kadang ikut kerja bakti di depan sekolah. Waktu itu juga pernah ikut kerja bakti di taman situ itu lho mbak. Terus menanam pohon juga pernah.” (wawancara VII B.5a, NB:17 Maret 2017)

“Apa to, mbak?” (wawancara VII B.5d, SL:18 Maret 2017)

“Aku enggak. Tapi nggak tahu kalo yang lain.” (wawancara VII B.5f, FL: 18 Maret 2017)

“Pernah. Kerja bakti di lingkungan sekitar seperti di depan sama samping sekolah.” (wawancara VII B.5g, AG: 25 Maret 2017)

“Di sekolah ikut, tapi di luar Nggak ngerti.” (wawancara VII B.5l, KL:1 April 2017)

Hasil observasi di SD Negeri Kotagede 3 menunjukkan bahwa terdapat

banyak kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang melibatkan

partisipasi warga sekolah terutama siswa SD Negeri Kotagede 3. Diantaranya

adalah:

119

2) semutlis (sepuluh menit untuk lingkungan sekolah);

3) pemasangan poster-poster untuk menjaga lingkungan, membuang sampah

pada tempatnya dan menghemat energi

4) ekstrakurikuler pramuka,

5) adanya berbagai tanaman dan hewan yang dipelihara di lingkungan untuk

melatih kepedulian siswa terhadap makhluk hidup lain dengan terlibat

menjaga dan merawatnya seperti menyirami tanaman, mencabuti gulma,

memberi makan hewan dan membersihkan kandangnya,

6) rasater (radius satu meter),

7) terdapat juga program kegiatan inovatif dan kreativitas seperti menghias pot-

pot hidroponik, atau hiasan cetak timbul;

8) hidroponik;

9) bank sampah; dan

10)pembibitan tanaman.

Kegiatan yang telah direncanakan oleh sekolah melibatkan warga sekolah

terutama siswa secara aktif, meskipun pada kenyataannya masih terdapat beberapa

siswa yang kurang peduli dengan adanya kegiatan-kegiatan tersebut dan masih

harus diingatkan dan dibimbing oleh bapak dan ibu guru serta kepala sekolah. Hal

tersebut dengan dokumentasi pelaksanaan berbagai kegiatan perlindungan dan

pengelolaan lingkungan yang melibatkan partisipasi warga SD Negeri Kotagede 3

dalam kegiatan ekstrakurikuler maupun kegiatan perlindungan dan pengelolaan

120 Gambar 25. Siswa mengikuti kegiatan

ekstrakurikuler pramuka

Gambar 26. Siswa membersihkan kebun kelas

Kemitraan

Kemitraan sekolah dilaksanakan dengan cukup baik, baik dalam bentuk

berupa kerja sama penyelenggaraan kegiatan maupun dalam bentuk pengadaan

barang. Kepala sekolah (wawancara III D.1a, LM: 14 Maret 2017) menyatakan

bahwa bentuk kemitraan SD Negeri Kotagede 3 dengan berbagai pihak dapat

berupa kegiatan maupun barang. Misalnya kerja sama untuk mengadakan

pelatihan dengan lembaga atau institusi tertentu, kerja bakti bersama dengan

masyarakat sekitar, dan bisa juga dalam bentuk barang seperti BLH yang

memberikan bantuan barang berupa tempat sampah. Hal serupa juga diungkapkan

oleh guru seperti berikut ini.

“Pengarahan, pembinaan untuk peningkatan kemampuan sekolah dalam Adiwiyata. Misalnya pembinaan pengelolaan sampah atau kantin sehat dengan begitu kan sekolah jadi lebih tau. Ada guru khusus untuk pelatihan recycle dan reuse limbah atau sampah unorganik. Ada juga workshop seperti workshop cinta satwa yang diikuti oleh perwakilan siswa.”(wawancara III D.1b, AT: 25 Maret 2017)

Kegiatan kemitraan memang berjalan dengan cukup baik. Namun begitu

bukan berarti siswa mengetahui kemitraan atau kerja sama yang dilakukan oleh

121

kemitraan atau kerja sama yang dilakukan oleh sekolah dengan pihak lain

meskipun dirinya ikut berpatisipasi aktif dalam setiap kegiatan hasil kemitraan

tersebut. Beberapa siswa mengetahui bahwa kegiatan yang diikutinya adalah hasil

kerja sama sekolah dengan pihak lain. Namun, selebihnya sebagian besar siswa

hanya mengikuti kegiatan yang diadakan sekolah tanpa mengetahui kegiatan

tersebut terselenggara atas kerja sama sekolah dengan pihak lain. Siswa hanya

menganggap bahwa kegiatan yang dilakukan menarik dan seru, serta dapat

menambah pengetahuan mereka tentang lingkungan hidup di sekitar sekolah dan

tempat tinggalnya.

Hasil observasi menunjukkan bahwa kemitraan sekolah dilakukan dengan

orang tua siswa dan pihak lain seperti lembaga pendidikan lain, puskesmas

setempat, dan jasa “Fotocopy Rahayu”. Kemitraan tersebut dapat diperoleh setelah melalui diskusi dan dengan pertimbangan kebermanfaatan untuk sekolah.

Dokumentasi juga menunjukkan bukti adanya pelaksanaan kemitraan seekolah

dengan pihak lain sebagai berikut ini dan pada lampiran 19 mengenai kemitraan

SD Negeri Kotagede 3 dengan Yayasan Lestari Indonesia dalam upaya

perlindungan dan pengelolaan lingkungan serta dengan UD Aneka Jaya sebagai

pengepul sampah dalam kegiatan bank sampah. Dokumentasi juga menunjukkan

mengenai kerja sama antara SD Negeri Kotagede 3 dengan stasiun RCTI dalam

pembangunan infrastruktur sekolah setelah adanya gempa bumi pada tahun 2006

dan kegiatan penyuluhan dan pelatihan pembuatan kompos oleh INSTIPER

122 Gambar 27. Bukti Kemitraan SD Negeri Kotagede 3 dengan Stasiun TV

RCTI

Gambar 28. Siswa mengikuti kegiatan penyuluhan dan pelatihan pembuatan kompos oleh INSTIPER Yogyakarta

c. Evaluasi

Kegiatan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Evaluasi Kegiatan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di SD

Negeri Kotagede 3 menurut kepala sekolah (wawancara III E.1a, LM: 14 Maret

2017) sudah sesuai dengan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan

karena dikembangkan menggunakan pendekatan lingkungan hidup. Selain itu,

kepala sekolah juga mengungkapkan bahwa keberhasilan dalam pelaksanaan

Kegiatan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dapat dilihat dari

kepedulian dan kesadaran lingkungan dari warga sekolah yang sudah menjadi rasa

dalam diri masing-masing individu sehingga warga sekolah menjadi berbudaya

lingkungan (wawancara III E.2a, LM: 14 Maret 2017). Hal yang sama juga

diungkapkan oleh guru sebagai berikut ini.

“Ya tentu sesuai karena perencanaan kegiatan itu disesuai dengan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.” (wawancara III E.1b, AT: 25 Maret 2017)

“Ketika karakter siswa, guru, maupun karyawan sudah peduli pada lingkungan dan tidak hanya pada satu waktu tapi masih terus berproses dari waktu ke waktu, berkelanjutan.” (wawancara III E.2b, AT: 25 Maret 2017)

123

Kegiatan yang dilakukan oleh SD Negeri Kotagede 3 sudah sesuai dengan

upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan karena perencanaan kegiatan

dilakukan dengan menggunakan pendekatan lingkungan hidup. Indeks

keberhasilan sendiri terlihat dari karakter peduli lingkungan dari warga sekolah

yang sudah menjadi budaya dan dilakukan secara berkelanjutan. Hasil wawancara

siswa menunjukkan bahwa siswa mengetahui apa yang harus dilakukannya dalam

kegiatan-kegiatan yang menuntut partisipasinya secara aktif berikut ini. “Mengingatkan temannya”(wawancara VII D.1a, NB: 17 Maret 2017) “Bilangin ke bu guru biar di nasehati.”(wawancara VII D.1c, TG: 18 Maret 2017)

Dicatet terus kasihin ke bu guru.”(wawancara VII D.1d, SL: 18 Maret 2017)

“Mengajak piket” (wawancara VII D.1l, KL: 1 April 2017)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut diketahui bahwa ketika terdapat

teman yang tidak melaksanakan jadwal piket siswa mampu mengingatkan dan

mengajak temannya untuk piket. Selain itu, siswa juga meminta guru untuk

menasehati dan mengingatkan temannya. Hasil observasi menunjukkan bahwa

evaluasi kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dilakukan baik

melalui pengamatan maupun tes lisan. Kepala sekolah dan guru sering melakukan

pengamatan terhadap sikap dan perilaku partisipatif siswa sehari-hari. Guru juga

melakukan evaluasi secara lisan misalnya dengan menanyakan pelaksanaan

jadwal piket pada hari itu tentang siapa siswa yang tidak melaksanakan piket

dengan baik. Evaluasi tidak hanya dilakukan secara lisan dan pengamatan tetapi

juga dianalisis dalam analisis tujuan Program Adiwiyata (lampiran 15) dan dalam

124 Kemitraan

Evaluasi kemitraan sekolah juga dilakukan dengan cara yang hampir sama

dengan evaluasi kegiatan lain seperti dengan analisis tujuan Program Adiwiyata

(lampiran 15) dan dalam Evaluasi Diri Sekolah (EDS) (gambar 12). Kemitraan

yang telah dilakukan harus dilakukan evaluasi agar sekolah mengetahui apakah

kemitraan tersebut menguntungkan sekolah atau tidak. Menurut kepala sekolah

(wawancara III F.1a, LM: 14 Maret 2017), kemitraan mampu meringankan beban

kerja sekolah dalam pelaksanaan kegiatan perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup Program Adiwiyata. Hal serupa juga diungkapkan oleh guru