• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PROGRAM ADIWIYATA DI SD NEGERI KOTAGEDE 3 TAHUN AJARAN 2016/ 2017.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI PROGRAM ADIWIYATA DI SD NEGERI KOTAGEDE 3 TAHUN AJARAN 2016/ 2017."

Copied!
392
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PROGRAM ADIWIYATA DI SD NEGERI KOTAGEDE 3 TAHUN AJARAN 2016/ 2017

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh :

Nur Rochmah Fajarina NIM 13108241046

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)

i

IMPLEMENTASI PROGRAM ADIWIYATA DI SD NEGERI KOTAGEDE 3 TAHUN AJARAN 2016/ 2017

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh :

Nur Rochmah Fajarina NIM 13108241046

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(3)

ii

IMPLEMENTASI PROGRAM ADIWIYATA DI SD NEGERI KOTAGEDE 3 TAHUN AJARAN 2016/ 2017

Oleh:

Nur Rochmah Fajarina NIM 13108241046

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi program adiwiyata serta faktor pendukung dan penghambat implementasi program adiwiyata di SD Negeri Kotagede 3 pada tahun ajaran 2016/ 2017.

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif fenomenologi. Subyek penelitian adalah Kepala Sekolah, guru dan siswa. Obyek penelitian yaitu situasi sosial yang menunjukkan implementasi program adiwiyata meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data kualitatif menggunakan model interaktif Miles & Huberman meliputi pengumpulan data, kondensasi data, display data, dan penarikan kesimpulan. Uji Keabsahan menggunakan teknik triangulasi sumber dan teknik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Implementasi Program Adiwiyata di SD Negeri Kotagede 3 pada tahun ajaran 2016/2017 dilakukan dengan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dari masing-masing komponen Adiwiyata yaitu; kebijakan sekolah berwawasan lingkungan, kurikulum berbasis lingkungan, kegiatan lingkungan berbasis partisipatif dan pengelolaan sarana pendukung ramah lingkungan. Secara umum implementasi Program Adiwiyata di SD Negeri Kotagede 3 sudah dilaksanakan dengan baik sesuai standar dan perencanaan yang telah disusun. Namun, pelaksanaan program masih perlu ditingkatkan lagi untuk membentuk perilaku warga sekolah yang bekarakter peduli lingkungan. (2) Faktor pendukung implementasi Program Adiwiyata di SD Negeri Kotagede 3 antara lain kondisi lingkungan sekitar, partisipasi dan dukungan warga sekolah, kemampuan guru, kebijakan pemerintah, sumber dana, dan jenis kegiatan. Faktor penghambat implementasi Program Adiwiyata di SD Negeri Kotagede 3 antara lain kurangnya kepedulian dan partisipasi warga sekolah, beban tugas guru terlalu berat, kurangnya kemampuan guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) atau media, dan kondisi lingkungan sekitar yang kurang mendukung.

(4)

iii

THE IMPLEMENTATION OF ADIWIYATA PROGRAM IN ELEMENTARY SCHOOL

By:

Nur Rochmah Fajarina NIM 13108241046

ABSTRACT

This study aims to describe the implementation of adiwiyata program as well as the factors of the implementation of the adiwiyata program in elementary school.

This research was a qualitative research of phenomenology. The Subjects were the principals, teachers and students. The object was social situation which shows the implementation of adiwiyata program including planning, implementation, and evaluation. Data collection techniques used observation, interviews, and documentation. Data analysis techniques used Miles & Huberman interactive models including data collection, data condensation, data display, and conclusions. The Validity Test used source and techniques triangulation.

The results indicate that (1) The Adiwiyata Program is implemented based on the components of adiwiyata consisted of environmentally school policy, environment-based curriculum, partisipatory-based school activities, and management of enviromentally support facilities through planning, implementation, and evaluation. The Adiwiyata Program is implemented according to the standards and plans that have been prepared. However, the implementation of the program needs to be improved to developing environmental based behavior. (2) The supporting factors of the adiwiyata program are environmental condition, participation and support, teacher’s ability, policy, funds, and activities. The obstacle factors are lack of concern and participation, teacher’s task load, and lack of the teacher’s ability.

(5)
(6)
(7)
(8)

vii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, penulis persembahkan

karya ini kepada:

1. Bapak dan Ibu tercinta beserta keluarga.

2. Almamater.

(9)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas nerkat rahmat dan karunia-Nya, Tugas Akhir Skripsi dalam rangka untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana pendidikan dengan judul “Implementasi Program Adiwiyata di SD Negeri Kotagede 3 Tahun Ajaran 2016/ 2017” dapat disusun sesuai dengan harapan. Tugas Akhir Skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari bantuan dan kerjasama dengan pihak lain. Berkenaan dengan hal tersebut, penulis

menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Dr. Ali Mustadi, S. Pd., M. Pd. selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir Skripsi yang telah memberikan semangat, dorongan, dan bimbingan selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi.

2. Bapak Kharisma Arief Abdullah selaku reviewer instrumen penelitian tugas akhir skripsi yang telah memberikan saran sehingga penelitian ini tugas akhir skripsi dapat terlaksana sesuai dengan tujuan.

3. Dr. Ali Mustadi, S. Pd., M. Pd., Drs. Sigit Dwi Kusrahmadi, M. Pd., dan Nurtanio Agus Purwanto, M. Pd. selaku Ketua Penguji, Sekretaris, dan Penguji yang sudah memberikan koreksi perbaikan secara komprehensif terhadap Tugas Akhir Skripsi ini.

4. Bapak Suparlan, M. Pd. I. selaku ketua jurusan pendidikan sekolah dasar yang telah mendukung kelancaran penyelesaian tugas akhir skripsi ini.

5. Ibu Lilik Marmawati, S. Pd. selaku Kepala SD Negeri Kotagede 3 yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian tugas akhir skripsi di SD Negeri Kotagede 3.

6. Para guru dan staf SD Negeri Kotagede 3 yang telah memberikan ijin dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian Tugas Akhir Skripsi ini.

7. Keluarga tercinta yang telah memberikan motivasi dan bantuan dalam penyusunan tugas akhir skripsi.

(10)

ix

Akhirnya, semoga segala bantuan yang telah berikan semua pihak di atas menjadi amalan yang bermanfaat dan mendapatkan balasan dari Allah SWT dan Tugas Akhir Skripsi ini menjadi informasi bermanfaat bagi pembaca atau pihak lain yang membutuhkannya.

Yogyakarta, 20 Juni 2017 Penulis

(11)

x DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

ABSTRAK ii

ABSTRACT iii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN iv

HALAMAN PERSETUJUAN v

HALAMAN PENGESAHAN vi

HALAMAN PERSEMBAHAN vii

KATA PENGANTAR viii

DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR GAMBAR xiv

DAFTAR LAMPIRAN xvi

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang 1

B.Identifikasi Masalah 7

C.Fokus Penelitian 8

D.Rumusan Masalah 8

E. Tujuan Penelitian 8

F. Manfaat Penelitian 8

BAB II LANDASAN PUSTAKA

A.Kajian Pustaka 10

1. Pengertian Adiwiyata 10

2. Tujuan Adiwiyata 15

3. Pelaksana Adiwiyata 20

4. Prinsip Adiwiyata 23

5. Komponen Adiwiyata 26

a. Kebijakan Sekolah Berwawasan Lingkungan 26

1) Perencanaan 27

2) Pelaksanaan 30

3) Evaluasi 34

b. Kurikulum Berbasis Lingkungan 35

1) Perencanaan 35

2) Pelaksanaan 38

3) Evaluasi 40

c. Kegiatan Lingkungan Berbasis Lingkungan 41

(12)

xi

2) Pelaksanaan 42

3) Evaluasi 45

d. Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah Lingkungan 45

1) Perencanaan 45

2) Pelaksanaan 47

3) Evaluasi 48

6. Pembinaan Adiwiyata 49

7. Manfaat Adiwiyata 50

B.Penelitian yang Relevan 52

C.Pertanyaan Penelitian 54

BAB III METODE PENELITIAN

A.Jenis dan Desain Penelitian 57

B.Tempat dan Waktu Penelitian 58

C.Subyek dan Obyek Penelitian 58

D.Sumber Data 59

E. Teknik Pengumpulan Data 59

F. Instrumen Penelitian 61

G.Teknik Analisis Data 68

H.Keabsahan Data 71

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Deskripsi Lokasi Sekolah 73

1. Lokasi Sekolah 73

2. Visi, Misi, dan Tujuan SD Negeri Kotagede 3 75

B.Deskripsi Hasil Penelitian 76

1. Kebijakan Sekolah Berwawasan Lingkungan 76

a. Perencanaan 76

b. Pelaksanaan 83

c. Evaluasi 90

d. Faktor Pengaruh Kebijakan Sekolah Berwawasan Lingkungan 93

2. Kurikulum Berbasis Lingkungan 96

a. Perencanaan 96

b. Pelaksanaan 99

c. Evaluasi 103

d. Faktor Pengaruh Kurikulum Berbasis Lingkungan 107 3. Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif 109

a. Perencanaan 109

b. Pelaksanaan 116

c. Evaluasi 122

d. Faktor Pengaruh Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif 124 4. Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah Lingkungan 127

a. Perencanaan 127

(13)

xii

c. Evaluasi 139

d. Faktor Pengaruh Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah

Lingkungan 142

C.Pembahasan

1. Kebijakan Sekolah Berwawasan Lingkungan

a. Perencanaan 145

b. Pelaksanaan 151

c. Evaluasi 156

d. Faktor Pengaruh Kebijakan Sekolah Berwawasan Lingkungan 159

2. Kurikulum Berbasis Lingkungan 161

a. Perencanaan 161

b. Pelaksanaan 163

c. Evaluasi 166

d. Faktor Pengaruh Kurikulum Berbasis Lingkungan 168 3. Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif 169

a. Perencanaan 169

b. Pelaksanaan 172

c. Evaluasi 175

d. Faktor Pengaruh Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif 177 4. Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah Lingkungan 178

a. Perencanaan 178

b. Pelaksanaan 181

c. Evaluasi 186

d. Faktor Pengaruh Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah

Lingkungan 189

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan 191

B.Saran 191

DAFTAR PUSTAKA 193

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Kisi-Kisi Instrumen Lembar Observasi 62 Tabel 2. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Kepada Kepala Sekolah 63 Tabel 3. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Kepada Guru Koordinator

Kebijakan Berwawasan Lingkungan 64

Tabel 4. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Kepada Guru Koordinator

Kurikulum Berbasis Lingkungan 64

Tabel 5. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Kepada Guru Koordinator

Kegiatan Berbasis Partisipatif 65

Tabel 6. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Kepada Guru Koordinator

Sarana dan Prasarana Ramah Lingkungan 65

Tabel 7. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Kepada Siswa 66

(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Bagan Analisis Data Kualitatif Model Interactive Miles &

Huberman 69

Gambar 2. Triangulasi Sumber 72

Gambar 3. Triangulasi Teknik 72

Gambar 4. Visi, Misi, dan Tujuan sekolah yang terpasang di lobby

sekolah 78

Gambar 5. Sertifikat little vet, sebagai salah satu misi sekolah mendidik

siswa menjadi manusia humanis peduli lingkungan 78

Gambar 6. Dokumen RKAS jangka panjang 2011- 2018 81

Gambar 7. Dokumen RKAS jangka pendek 2016-2017 81

Gambar 8. Salah satu yel-yel terkait visi, misi, dan tujuan SD Negeri

Kotagede 3 85

Gambar 9. Papan alokasi penggunaan dana BOS di lobby sekolah 87

Gambar 10. Kalender Pendidikan SD Negeri Kotagede 3 87

Gambar 11. Salah satu tata tertib yang terpasang di sudut kelas 89

Gambar 12. Dokumen Evaluasi Diri Sekolah (EDS) 91

Gambar 13. Papan Laporan Penggunaan Dana BOS oleh SD Negeri

Kotagede 3 92

Gambar 14. Salah faktor pendukung kebijakan sekolah berwawasan

lingkungan adalah partisipasi warga sekolah 94

Gambar 15. Masih ada siswa masih membeli makan dan minum di luar

sekolah ketika pulang sekolah. 96

Gambar 16. Buku Kurikulum SD Negeri Kotagede 3 99

Gambar 17. Pembelajaran membatik menggunakan zat pewarna alami 102

Gambar 18. Majalah dinding tempat memajang hasil karya siswa dalam

pembelajaran 102

Gambar 19. Angket kemampuan guru mengembangkan indikator dan

(16)

xv

Gambar 20. Siswa aktif melaksanakan pengamatan lingkungan sekitarnya untuk menemukan panjang, lebar dan luas

benda-benda di sekelilingnya 107

Gambar 21. Beberapa siswa kurang dapat mengikuti pembelajaran

menggunakan metode diskusi dengan tertib 109

Gambar 22. Daftar Kegiatan Partisipatif Siswa 113

Gambar 23. Kegiatan PHBS Siswa SD Negeri Kotagede 3 113

Gambar 24. Salah satu surat perjanjian kerja sama SD Negeri Kotagede 3 116

Gambar 25. Siswa mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pramuka 120

Gambar 26. Siswa membersihkan kebun kelas 120

Gambar 27. Bukti Kemitraan SD Negeri Kotagede 3 dengan Stasiun TV

RCTI 122

Gambar 28. Siswa mengikuti kegiatan penyuluhan dan pelatihan

pembuatan kompos oleh INSTIPER Yogyakarta 122

Gambar 29. Siswa berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan penyuluhan

pembuatan pupuk kompos 126

Gambar 30. Siswa belum dapat berpartisipasi dalam kegiatan ‘Rasater’

dengan baik 127

Gambar 31. Surat pemberitahuan bantuan peralatan untuk lomba kantin

sehat 128

Gambar 32. Peraturan/ tata tertib kantin 132

Gambar 33. Tempat sampah sesuai dengan jenisnya di depan kelas 135

Gambar 34. Buku pendukung pendidikan lingkungan hidup 135

Gambar 35. Area kebun sekolah yang dihiasi oleh mural/ lukisan siswa 137

Gambar 36. Kantin sekolah sudah tidak menggunakan plastik sebagai

pembungusnya 138

Gambar 37. Wadah bekas makan siswa dikembalikan dan di cuci oleh

penjaga kantin 138

(17)

xvi

Gambar 39. Masih ada siswa masih membeli makan dan minum di luar

sekolah ketika pulang sekolah 142

(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat Keterangan Reviewer 197

Lampiran 2. Lembar Observasi Catatan Anekdot 198 Lampiran 3. Instrumen Wawancara dengan Kepala Sekolah 199 Lampiran 4. Instrumen Wawancara dengan Guru Koordinator Kebijakan

Berwawasan Lingkungan 203

Lampiran 5. Instrumen Wawancara dengan Guru Koordinator Kurikulum

Berbasis Lingkungan 204

Lampiran 6. Instrumen Wawancara dengan Guru Koordinator Kegiatan

Berbasis Partisipatif 205

Lampiran 7. Instrumen Wawancara dengan Guru Koordinator Sarana dan

Prasarana Ramah Lingkungan 206

Lampiran 8. Instrumen Wawancara dengan Siswa 208

Lampiran 9. Instrumen Dokumentasi 211

Lampiran 10. Kondensasi Data Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah dan

Guru 212

Lampiran 11. Kondensasi Data Hasil Wawancara dengan Siswa 245 Lampiran 12. Kondensasi Data Hasil Observasi 289

Lampiran 13. Dokumentasi 305

Lampiran 14. Penyajian Data Triangulasi 315

Lampiran 15. Analisis Tujuan Program Adiwiyata 2016 350 Lampiran 16. RPP Terintegrasi dengan pendidikan lingkungan hidup 357 Lampiran 17. Struktur Kurikulum 2006 (KTSP) dan 2013 (K13) 361 Lampiran 18. Contoh Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) SD

Negeri Kotagede 3 363

Lampiran 19. Kemitraan SD Negeri Kotagede 3 366

Lampiran 20. Web Sekolah 368

Lampiran 21. Surat Keputusan Sekolah Adiwiyata Tahun 2016 369

Lampiran 22. Surat Izin Penelitian 373

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia hidup dan berinteraksi di dalam sebuah lingkungan. Lingkungan

mencakup semua benda hidup dan mati yang ada di dalam ruang yang ditempati

oleh makhluk hidup. Lingkungan dapat digambarkan sebagai tempat interaksi,

interrelasi dan interdependensi semua makhluk yang ada di bumi ini. Kondisi

lingkungan merupakan hal yang sudah seharusnya menjadi perhatian manusia saat

ini, khususnya untuk masyarakat Indonesia. Hal tersebut terjadi karena kerusakan

lingkungan banyak terjadi di Indonesia akhir-akhir ini. Undang-Undang Nomor

32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

menyatakan bahwa kualitas lingkungan hidup yang semakin menurun telah

mengancam kelangsungan perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.

Kerusakan karena faktor alam seperti letusan gunung api, gempa bumi, tsunami

dan angin topan atau badai merupakan kerusakan lingkungan yang tidak dapat

dihindari. Namun, kerusakan lingkungan akibat faktor eksternal seharusnya dapat

ditekan.

Kerusakan lingkungan akibat faktor eksternal merupakan kerusakan akibat

oleh ulah manusia seperti pembangunan pabrik secara besar-besaran mau tidak

mau akan mengubah kondisi lingkungan disekitarnya misalnya pencemaran udara

karena cerobong asap. Contoh lainnya adalah penebangan hutan secara liar yang

(20)

2

Indonesia. Kerusakan yang diakibatkan oleh perkembangan teknologi manusia

memang tidak sebesar kerusakan yang diakibatkan faktor alam, namun sekecil

apapun kerusakan yang ditimbulkan tidak dapat diabaikan begitu saja.

Dalam rangka mengubah perilaku dan tata laku seseorang atau sekelompok

manusia untuk memperhatikan lingkungan diperlukan program-program yang

mendidik terutama bagi anak-anak generasi penerus bangsa. Membangun

kehidupan yang berwawasan lingkungan bukanlah perkara mudah yang dapat

dilakukan secara instan. Perlu adanya sarana yang benar-benar tepat dan

dilakukan dalam jangka waktu yang panjang. Pendidikan merupakan jalur yang

tepat untuk menerapkan prinsip berkelanjutan dan etika lingkungan hidup.

Program Adiwiyata merupakan salah satu program pengelolaan lingkungan

hidup melalui jalur pendidikan. Program tersebut adalah program untuk

mewujudkan lingkungan belajar yang berlandaskan pada lingkungan hidup.

Program Adiwiyata ini merupakan program hasil kesepakatan kerja sama antara

Departemen Pendidikan Nasional dan Kementerian Lingkungan hidup pada tahun

1996. Kesepakatan tersebut diperbaharui pada tahun 2005 dan 2010. Kementerian

Lingkungan Hidup mengembangkan program pendidikan lingkungan hidup pada

jenjang pendidikan dasar dan menengah melalui Program Adiwiyata pada tahun

2006. Pada awalnya program ini dilaksanakan oleh 10 sekolah di pulau jawa

sebagai model yang melibatkan perguruan tinggi dan Lembaga Swadaya

(21)

3

Menurut Peraturan Menteri Nomor 05 Tahun 2013 Tentang Pedoman

Pelaksanaan Program Adiwiyata, Sekolah Adiwiyata adalah sekolah yang peduli

dan berbudaya lingkungan, sedangkan Program Adiwiyata adalah program untuk

mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan. Program Adiwiyata

merupakan sebuah program yang dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan dan

Kementerian Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Adiwiyata sendiri

mempunyai arti sebagai tempat yang baik dan ideal dimana dapat diperoleh segala

ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta etika yang dapat menjadi dasar

manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup kita dan menuju kepada cita‐cita

pembangunan berkelanjutan.

Program Adiwiyata diharapkan dapat menciptakan warga sekolah,

khususnya peserta didik yang peduli dan berbudaya lingkungan, sekaligus

mendukung dan mewujudkan sumberdaya manusia yang memiliki karakter

bangsa terhadap perkembangan ekonomi, sosial, dan lingkungannya dalam

mencapai pembangunan berkelanjutan di daerah. Program Adiwiyata menganut

sistem pemberian penghargaan yang merujuk pada kebijakan-kebijakan yang telah

ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kemendikbud. Dengan

demikian sekolah yang berminat untuk mengikuti Program Adiwiyata tidak akan

merasa terbebani.

Program Adiwiyata ini memiliki 4 (empat) komponen dalam

pelaksanaannya yaitu: (1) kebijakan berwawasan lingkungan, (2) pelaksanaan

(22)

4

(4) pengelolaan sarana pendukung ramah lingkungan. Sesuai dengan Peraturan

Menteri Nomor 05 Tahun 2013 Program Adiwiyata ini dilandaskan pada prinsip

edukatif, partisipatif, dan berkelanjutan. Komponen kebijakan berwawasan

lingkungan merupakan komponen yang berkaitan dengan kurikulum dan RKAS

(Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah). Komponen pelaksanaan kurikulum

berbasis lingkungan ini meliputi pelaku dalam kegiatan yaitu tenaga pendidik dan

peserta. Komponen kegiatan lingkungan berbasis partisipatif mencakup

pelaksanaan kegiatan yang melibatkan peran pihak lain. Komponen Pengelolaan

sarana pendukung ramah lingkungan mencakup ketersediaan dan kualitas sarana

dan prasarana.

Komponen kebijakan berwawasan lingkungan berkaitan dengan kurikulum,

namun perubahan kurikulum yang diterapkan tidak berdampak buruk pada

pelaksanaan Program Adiwiyata. Program Adiwiyata tetap dapat dilaksanakan

meskipun terdapat perubahan kurikulum. Program Adiwiyata merupakan program

pendidikan lingkungan hidup melalui pendidikan formal yang dapat dilaksanakan

dalam kurikulum manapun. Namun demikian, standar Program Adiwiyata yang

berkaitan dengan kurikulum disesuaikan dengan kurikulum yang digunakan

sehingga terdapat kesesuaian pelaksanaan Program Adiwiyata dengan kurikulum

yang digunakan.

Sekolah Adiwiyata Mandiri saat ini terdapat 111 sekolah, sedangkan

Sekolah Adiwiyata tingkat Nasional sejumlah 489 sekolah. Pada tingkat Provinsi

(23)

5

gelar penghargaan Sekolah Adiwiyata tingkat Provinsi D.I.Y pada tahun 2016.

Sekolah Dasar (SD) Negeri Kotagede 3 yang terletak di Jalan Pramuka Sidikan,

Kota Yogyakarta, D.I.Yogyakarta, 55161 merupakan salah satu Sekolah

Adiwiyata tingkat Provinsi Yogyakarta. SD Negeri Kotagede 3 merupakan

Sekolah Adiwiyata tingkat Kota Yogyayakarta 2014, kemudian mendapatkan

penghargaan sebagai Sekolah Adiwiyata tingkat provinsi peringkat IV pada tahun

2016. Pada tahun 2017, SD Negeri Kotagede 3 mempersiapkan dan mengajukan

diri untuk menuju Sekolah Adiwiyata tingkat nasional. Dalam upaya untuk

menjadi Sekolah Adiwiyata tingkat nasional, sekolah harus lolos baik dalam

berkas maupun visitasi yang dilakukan oleh Tim Adiwiyata Nasional.

Program Adiwiyata bukan program yang dapat dilakukan secara instan

melainkan harus dilakukan secara berkelanjutan. Hal tersebut dikarenakan

program adiwiyata merupakan program pembiasaan upaya perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup sehingga terbentuk perilaku warga sekolah yang

peduli terhadap keadaan lingkungan hidup. Oleh karena itu, diperlukan

perencanaan yang matang sehingga pelaksanaan program dapat berjalan dengan

baik dan sesuai dengan yang diharapkan.

Berdasarkan studi pendahuluan di SD Negeri Kotagede 3 pada 2 dan 3

Maret 2017 ditemukan bahwa lingkungan sekitar SD Negeri Kotagede 3 bersih

dan tertata dengan rapi, tidak adanya sampah plastik di kantin sekolah,

tanaman-tanaman di SD Negeri Kotagede 3 tertata dengan rapi karena adanya peraturan

(24)

6

Kegiatan-kegiatan pembelajaran di SD Negeri Kotagede 3 juga disesuaikan

dengan pendidikan lingkungan hidup. Kegiatan pembelajaran memanfaatkan

lingkungan sekitar siswa sebagai sumber belajar siswa dan juga sebagai sarana

siswa untuk menerapkan ilmu tentang lingkungan yang telah didapatkannya. SD

Negeri Kotagede 3 sendiri terletak di lingkungan yang tak jauh dari pemukiman

warga dan dekat dengan lingkungan persawahan.

Kebijakan yang diterapkan di Sekolah Adiwiyata seyogyanya memiliki

wawasan lingkungan. Kebijakan tersebut merupakan aturan-aturan yang

digunakan dalam operasional kegiatan sekolah berkaitan dengan upaya

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Kebijakan tersebut dapat

tertuang dalam visi, misi dan tujuan sekolah serta dalam kurikulum yang

digunakan di sekolah tersebut. SD Negeri Kotagede 3 pada tahun ajaran 2016/

2017 menggunakan Kurikulum 2013 untuk kelas 1 dan 4, sedangkan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk kelas 2, 3, 5, dan 6. Penerapan

Kurikulum 2013 akan dilakukan secara bertahap seiring dengan pergantian tahun

ajaran baru sehingga semua kelas akan menggunakan Kurikulum 2013.

Kurikulum manapun yang digunakan di Sekolah Adiwiyata dalam

pembelajarannya memuat pendidikan lingkungan hidup. Pada dasarnya kurikulum

yang digunakan berbasis pada lingkungan.

Selain kebijakan dan kurikulum, kegiatan sekolah yang melibatkan

partisipasi siswa dalam gerakan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

(25)

7

Negeri Kotagede 3 antara lain seperti piket harian di dalam kelas, piket

membersihkan lingkungan sekitar kelas, Kecil Menanam Dewasa Memanen

(KMDM), dokter kecil, ecobricks, pembuatan pupuk daun, lomba kebersihan

antar kelas dan lain sebagainya. Kebijakan berwawasan lingkungan, kurikulum

berbasis lingkungan dan kegiatan lingkungan di sekolah berbasis partisipatif

sudah seharusnya diimbangi dengan sarana dan prasarana yang memadai dan

ramah lingkungan. Sarana dan prasarana tersebut meliputi sarana dan prasarana

untuk mengatasi masalah lingkungan maupun sarana dan prasarana untuk

menunjang pembelajaran. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini

bermaksud untuk meneliti implementasi Program Adiwiyata di SD Negeri

Kotagede 3 pada tahun ajaran 2016/ 2017.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat diidentifikasikan

masalah penelitian sebagai berikut:

1. kebijakan berwawasan lingkungan berupa kegiatan-kegiatan dalam Program

Adiwiyata,

2. kurikulum berbasis lingkungan dan pelaku dalam kegiatan Adiwiyata,

3. kegiatan lingkungan berbasis partisipatif berupa kesadaran melaksanakan

kewajiban menjaga lingkungan, dan

4. pengelolaan sarana pendukung ramah lingkungan yang meliputi ketersediaan

(26)

8 C. Fokus Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dijabarkan, fokus penelitian ini

terdapat pada implementasi Program Adiwiyata di SD Negeri Kotagede 3 tahun

ajaran 2016/ 2017.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan fokus penelitian, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimana implementasi Program Adiwiyata di SD Negeri Kotagede 3 pada

tahun ajaran 2016/2017?

2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat implementasi Program Adiwiyata

di SD Negeri Kotagede 3 tahun ajaran 2016/ 2017?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini yaitu untuk

sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan dan memaknai implementasi Program Adiwiyata di SD

Negeri Kotagede 3 pada tahun ajaran 2016/ 2017.

2. Mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat implementasi Program

Adiwiyata di SD Negeri Kotagede 3 pada tahun ajaran 2016/ 2017.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembang

(27)

9

nyata sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan perbaikan atau

pengayaan Program Adiwiyata.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Sekolah

Sebagai sumber refleksi dan evaluasi pelaksanaan Program Adiwiyata yang

telah dilakukan dan bahan pertimbangan dalam penyusunan rencana kegiatan dan

anggaran sekolah mengenai kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan Program

Adiwiyata.

b. Bagi Guru

Sebagai pedoman guru untuk melakukan berbagai kegiatan berbasis

lingkungan dalam pembelajaran sebagai salah satu kegiatan dalam Program

(28)

10 BAB II

LANDASAN PUSTAKA

A.Kajian Pustaka 1. Pengertian Adiwiyata

Lingkungan merupakan tempat hidup manusia dengan segala interaksinya.

Menurut Mulyanto (2007: 1) Lingkungan adalah seluruh faktor luar yang

mempengaruhi suatu organisme; faktor-faktor ini dapat berupa organisme hidup

(biotic factor), atau variabel-variabel yang tidak hidup (abiotic factor). Faktor

organisme meliputi manusia, hewan dan tumbuhan, sedangkan faktor tidak hidup

misalnya suhu, curah hujan, angin, dan arus laut. Sedangkan Mujiharto, Fauzan

dan Eko (2007: 87) mengartikan lingkungan sebagai tempat kita (manusia) berada

atau tinggal, bahkan bumi ini juga dinamakan dengan lingkungan.

Hal tersebut sesuai dengan Undang-Undang (UU) Nomor 32 tahun 2009

bahwa lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,

keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang

mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan

manusia serta makhluk hidup lain. Lingkungan digambarkan sebagai tempat

interaksi, interrelasi dan interdependensi semua benda hidup dan mati yang ada di

bumi ini. Dengan begitu, dapat disimpulkan bahwa Lingkungan hidup merupakan

lingkungan tempat manusia hidup dan berinteraksi sehari-hari meliputi semua

faktor biotik (hewan dan tumbuhan) dan faktor abiotik (tanah, udara, dan air)

(29)

11

Isu lingkungan merupakan permasalahan yang menjadi bahasan oleh

berbagai negara dunia termasuk Indonesia pada saat ini. Terjadi penurunan

kualitas lingkungan hidup yang mengancam kelangsungan hidup manusia dan

makhluk hidup lainnya. Oleh karena itu diperlukan sebuah gerakan yang

mengedepankan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup (PPLH).

Pendidikan dianggap menjadi salah satu sarana atau media untuk menggerakkan

roda PPLH dalam rangka mewujudkan pembangunan berkelanjutan dan

berwawasan lingkungan. Gerakan PPLH dalam dunia pendidikan sering kali

disebut sebagai pendidikan lingkungan hidup (PLH).

Pendidikan lingkungan hidup terdiri atas dua hal yaitu pendidikan dan

lingkungan hidup. Pendidikan atau edukasi berasal dari bahasa Latin ‘educare’

yang berarti pembimbingan secara berkelanjutan (Suhartono, 2008: 15). Dari arti

tersebut mencerminkan pendidikan sebagai sebuah usaha untuk membimbing

manusia menjadi pribadi yang lebih baik secara terus-menerus secara lahir

maupun batin dan dapat dilakukan secara individual maupun sosial. Driyarkara

(Siswoyo, dkk, 2013: 21) menyatakan bahwa pendidikan merupakan usaha

memanusiakan manusia muda. Manusia muda yang dimaksud adalah manusia

yang belum sempurna, masih tumbuh dan berkembang, dan dipersiapkan untuk

tumbuh dan berkembang menjadi manusia seutuhnya yang utuh dalam potensi

maupun wawasannya. Hal serupa juga diungkapkan oleh Maida (2012: 9) bahwa

pendidikan dapat definisikan sebagai upaya humanisasi atau memanusiakan

(30)

12

Lingkungan hidup tidak hanya tentang keadaan lingkungan di sekitarnya

tetapi juga mengetahui masalah yang terjadi, apa penyebabnya, bagaimana cara

mengatasi, dan cara mencegah suatu permasalahan yang berkaitan dengan

lingkungan. Dengan begitu pendidikan lingkungan hidup memiliki makna

pembimbingan terencana secara fisik maupun nonfisik kepada manusia menjadi

pribadi yang paham dan memiliki wawasan mengenai lingkungan hidup dan

bagaimana melindungi dan mengelolanya dengan baik. Hal tersebut didukung

pernyataan Daryanto & Suprihatin (2013: 2) yang menyatakan Pendidikan

lingkungan hidup (Environmental Education) merupakan pendidikan yang

mengedepankan wawasan lingkungan kepada peserta didik. Pendidikan

lingkungan hidup adalah proses membangun manusia yang sadar dan peduli

lingkungan secara keseluruhan termasuk masalah-masalah yang ada di lingkungan

saat ini dan pemecahannya serta bagaimana cara penanggulangan yang tepat agar

tidak muncul masalah baru.

Generasi muda menjadi sasaran utama dalam pembentukan karakter peduli

lingkungan dalam rangka mewujudkan pembangunan berwawasan lingkungan

dan berkelanjutan. Hal tersebut sesuai dengan Salim (1985: 217) yang

menyebutkan bahwa generasi berusia muda adalah generasi yang paling

berkepentingan dalam pelaksanaan eco-development. Eco-development adalah

pembangunan dengan mengedepankan pengembangan lingkungan hidup. Salim

(1985: 218-19) menyebutkan bahwa generasi muda memiliki tahapan dalam

(31)

13

lingkungan, tahap pembangkitan kesadaran lingkungan, tahap keterlibatan secara

langsung dalam penanggulangan pencemaran dan masalah lingkungan, serta tahap

peranan generasi muda sebagai motivator lingkungan di sekitar tempat tinggalnya.

Pendidikan lingkungan hidup terbagi atas 3 (tiga) area, yaitu pendidikan

lingkungan hidup formal, pendidikan lingkungan hidup informal, dan pendidikan

lingkungan hidup nonformal (Daryanto & Suprihatin, 2013: 20). Pendidikan

lingkungan hidup formal merupakan kegiatan lingkungan hidup yang dilakukan di

sekolah formal baik tingkat dasar, menengah, dan tinggi secara terstruktur dan

berjenjang dalam sebuah kurikulum. Pendidikan lingkungan hidup informal

dilakukan diluar sekolah secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan lingkungan

hidup nonformal dilakukan diluar sekolah secara tidak terstruktur dan tidak

berjenjang. Program Adiwiyata sendiri termasuk dalam pendidikan lingkungan

hidup formal di tingkat dasar dan menengah secara terstruktur dan berjenjang

dalam kurikulum.

Adiwiyata merupakan sebuah program yang berkaitan dengan perlindungan

dan pengelolaan lingkungan hidup. Program ini merupakan hasil tindak lanjut dari

kesepakatan Departemen Pendidikan Nasional dan Kementerian Lingkungan

Hidup. Kesepakatan kerjasama antara Departemen Pendidikan Nasional dan

Kementerian Lingkungan Hidup terjadi pada tahun 1996 yang diperbaharui pada

tahun 2005 dan 2010. Program Adiwiyata merupakan program pendidikan

lingkungan hidup pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang

(32)

14

Adiwiyata memiliki makna tempat yang baik dan ideal dimana dapat

diperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta etika yang menjadi

dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup dan terwujudnya cita-cita

pembangunan berkelanjutan (Kementerian Lingkungan Hidup, 2012: 3). Dengan

begitu, Program Adiwiyata adalah program untuk mewujudkan sekolah yang

mampu mendukung pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Hal tersebut sesuai

dengan Peraturan Menteri Nomor 05 Tahun 2013 Tentang Pedoman Pelaksanaan

Program Adiwiyata yang menggambarkan Program Adiwiyata sebagai program

untuk mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan. Dengan

demikian Adiwiyata dapat dikatakan sebagai sarana pendidikan lingkungan hidup.

Program Adiwiyata dibentuk untuk mempercepat pengembangan

pendidikan lingkungan hidup (PLH) formal tingkat sekolah dasar dan menengah.

Selain itu, juga merupakan sarana untuk mengembangkan karakter cinta atau

peduli lingkungan pada anak-anak generasi penerus bangsa sehingga paham isu

lingkungan dan mengetahui bagaimana cara menangani sertas mencegah masalah

baru muncul. Sebagai sarana pengembang pendidikan lingkungan hidup,

Adiwiyata memperkuat salah satu pilar pembangunan nasional. Pilar

pembangunan nasional berkelanjutan menurut Budiati (2014: 20) meliputi: (1)

ekonomi, (2) sosial, dan (3) lingkungan hidup. Adiwiyata merupakan penguat dari

pilar lingkungan hidup. Pilar lingkungan hidup menekankan pada pengelolaan

(33)

15

2013: 6). Oleh karena itu, Program Adiwiyata meliputi kegiatan perlindungan dan

pengelolaan lingkungan secara berkelanjutan dan partisipatif.

Inti dari pendidikan lingkungan hidup adalah kesadaran diri seseorang.

kesadaran diri seseorang memang tidak mudah untuk didapatkan dan melalui

proses yang berkelanjutan, terus berkembang dan meluas dari satu tahap ke tahap

yang lainnya. Proses menuju kesadaran lingkungan hidup itulah pendidikan

lingkungan hidup. Oleh karena itu pelaksanaan Program Adiwiyata yang

merupakan salah cara pendidikan lingkungan hidup di sekolah formal harus

benar-benar direncanakan dengan matang dan terkonsep sehingga esensi dari

Program Adiwiyata tentang pendidikan berwawasan lingkungan yang melibatkan

partisipasi aktif pelaksana kegiatan dapat tersampaikan dengan baik.

2. Tujuan Adiwiyata

Tujuan Program Adiwiyata adalah mewujudkan warga sekolah yang

bertanggung jawab dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

melalui tata kelola sekolah yang baik untuk mendukung pembangunan

berkelanjutan (Kementerian Lingkungan Hidup, 2012). Program Adiwiyata

menuntut setiap individu dalam lingkungan sekolah untuk berpartisipasi secara

aktif dalam kegiatan lingkungan yang diselenggarakan. Sedangkan menurut

Gunawan (2016), tujuan dari Program Adiwiyata adalah menciptakan kondisi

ideal bagi sekolah sebagai tempat pembelajaran dan penyadaran warga sekolah

(guru, siswa dan karyawan). Dengan begitu sekolah dapat bertanggung jawab

(34)

16

berkelanjutan. Sejalan dengan hal tersebut Harris & Afdaliah (2016: 318)

mengungkapkan bahwa “The program is aimed at involving every school member

in school activities that focus on creating healthy environment, environmentally

friendly behavior and avoiding negative impact of the environment”. Dengan

begitu tujuan Program Adiwiyata adalah untuk mengikutsertakan setiap warga

sekolah dalam rangka mewujudkan lingkungan sehat dan membentuk perilaku

peduli lingkungan serta menghindari kerusakan pada lingkungan sekitarnya.

Dengan melaksanakan Program Adiwiyata warga sekolah terutama peserta

didik akan lebih akrab dengan kegiatan lingkungan untuk menciptakan perilaku

peduli dan berbudaya lingkungan. Selain itu juga untuk membentuk, mendukung

dan mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkarakter terhadap bidang

ekonomi, sosial, dan lingkungannya dalam mencapai pembangunan berkelanjutan.

World Commision for Environment and Develompment atau WCED

(Sastrapradja, 2010: 5), pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan untuk

memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan kemampuan

generasi-generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka. Pembangunan

bekelanjutan ini dapat dilakukan dengan cara menggunakan sumber daya yang

ada secara bijak dalam pemenuhan kebutuhan yang diperlukan saat ini.

Pembangunan berkelanjutan digambarkan sebagai perpaduan sistem terencana

antara kehidupan manusia dengan alam. Sejalan dengan hal tersebut, Budiati

(2014: 20) menyatakan bahwa pembangunan berkelanjutan dilaksanakan untuk

(35)

17

bersendikan pada pembangunan ekonomi, sosial budaya serta lingkungan hidup

yang berimbang sebagai pilar-pilar yang saling tergantung dan memperkuat satu

sama lain. Sendi pembangunan ekonomi dan sosial budaya merupakan sistem

kehidupan manusia sementara lingkungan hidup merupakan sistem kehidupan

alam. Namun demikian, sistem kehidupan manusia dan sistem kehidupan alam

merupakan sebuah kesatuan yang saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain.

Indonesia aktif membahas dan berperan aktif dalam mengatasi kemerosotan

kualitas lingkungan hidup sejak adanya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)

Pembangunan Berkelanjutan atau World Summit on Sustainable Development

(WSSD) yang diadakan di Johannesburg pada tahun 2002. Pembangunan

berkelanjutan menekankan pada bagaimana menggunakan sarana pemenuhan

kebutuhan saat ini secara bijak sehingga tidak berdampak buruk pada pemenuhan

kebutuhan di masa yang akan datang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

Program Adiwiyata memiliki tujuan untuk menanamkan sikap peduli/ cinta

lingkungan pada anak-anak sekolah hingga mencapai kesadaran lingkungan hidup

dan dapat memanfaatkan sumber daya yang ada secara bijak.

Tujuan Program Adiwiyata sejalan dengan tujuan dari pendidikan

lingkungan hidup yang dijabarkan oleh Daryanto & Suprihatin (2013: 11-12)

kedalam 6 (enam) kelompok, yaitu kesadaran, pengetahuan, sikap, keterampilan

partisipasi, dan evaluasi. Hal yang sama diungkapkan oleh Harris & Afdaliah

(2016: 313-314) mengenai PLH yang membuat tujuan dalam beberapa kategori

(36)

18

pendidikan lingkungan hidup dalam kelompok kesadaran/ awareness

dimaksudkan untuk mendorong kesadaran dan kepekaan individu terhadap

lingkungan disekelilingnya. Hal ini sejalan dengan Program Adiwiyata yang

ditujukan untuk menanamkan sikap peduli lingkungan sejak dini. Dalam

kelompok pengetahuan (knowledge), pendidikan lingkungan hidup diharapkan

mampu memberikan pengalaman dan pemahaman dasar tentang lingkungan dan

masalahnya. Dalam kelompok sikap (attitude) ditujukan untuk membentuk sikap

peduli dan peran serta secara aktif dalam peningkatan dan perlindungan

lingkungan.

Pendidikan lingkungan hidup juga dimaksudkan untuk mengembangkan

keterampilan (skill) individu dalam mengidentifikasi dan mencari solusi

permasalahan lingkungan disekitarnya. Tujuan partisipasi (participation)

pendidikan lingkungan hidup berkaitan dengan tujuan sikap pendidikan

lingkungan hidup yaitu untuk mendorong peran serta secara aktif masing-masing

individu dalam gerakan-gerakan pengelolaan lingkungan hidup. Tujuan terakhir

yang dijabarkan oleh Daryanto & Suprihatin dan Harris & Afdaliah adalah

evaluasi (evaluation), yaitu agar dapat mendorong setiap individu memiliki

kemampuan mengevaluasi pengetahuan lingkungan baik dari segi ekologi, sosial,

ekonomi, politik, dan faktor-faktor pendidikan.

Tujuan-tujuan pendidikan lingkungan hidup yang dijabarkan oleh Daryanto

& Suprihatin serta Harris & Afdaliah memiliki kaitan erat dengan tujuan dari

(37)

19

partisipasi, dan evaluasi. Dapat dikatakan bahwa Program Adiwiyata memiliki

tujuan yang sama dengan pendidikan lingkungan hidup. Hal ini dikarenakan

Program Adiwiyata merupakan salah satu bagian atau program yang mendukung

perkembangan pendidikan lingkungan hidup saat ini, khususnya pendidikan

lingkungan hidup sekolah formal.

Puspita R (bp2sdm.menlhk.go.id, 2015) menyatakan bahwa tujuan Sekolah

Adiwiyata adalah untuk membentuk masyarakat sekolah yang peduli dan

berbudaya lingkungan dengan menciptakan sekolah yang lebih baik sehingga

menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran warga sekolah dalam upaya

pelestarian lingkungan hidup. Program Adiwiyata juga bertujuan untuk

mendorong dan membantu sekolah melaksanakan upaya pemerintah dalam

pelestarian dan pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan, dan warga

sekolah turut bertanggung jawab dalam upaya penyelamatan lingkungan hidup

dan pembangunan berkelanjutan. Pada dasarnya Program Adiwiyata bertujuan

untuk memberikan pendidikan lingkungan hidup yang berkelanjutan dan

berwawasan lingkungan kepada peserta didik sehingga dapat memberikan

manfaat baik pada masa kini maupun pada masa yang akan datang. Dalam

lingkup yang lebih luas, Adiwiyata bertujuan untuk mendorong sekolah-sekolah

di Indonesia ikut serta melaksanakan upaya-upaya pemerintah menuju pelestarian

lingkungan dan pembangunan berkelanjutan bagi kepentingan generasi sekarang

(38)

20

sesuai dengan prinsip Adiwiyata dari semua pihak yang terlibat sangat dibutuhkan

dalam Program Adiwiyata.

3. Pelaksana Adiwiyata

Pelaksana atau pelaku dalam sebuah program merupakan kunci utama dari

kesuksesan sebuah program. Sistem yang baik perlu diimbangi dengan tim

pelaksana yang mampu menjalani rangkaian program dengan baik. Program

Adiwiyata merupakan program pendidikan lingkungan yang menuntut partisipasi

dan atau keikutsertaan secara aktif dari para pelaksana program. Tim pelaksana

Program Adiwiyata terdiri atas 4 (empat) tim. Keempat tim tersebut adalah tim

nasional, tim provinsi,tim kabupaten/ kota, dan tim sekolah.

Setiap tim memiliki unsur dan peran serta tugas masing-masing. Peran dan

tugas tersebut harus dilaksanakan dengan baik oleh masing-masing pihak

sehingga mampu mewujudkan sistem pendidikan lingkungan hidup yang baik

melalui Program Adiwiyata. Berikut ini adalah penjelasan secara lebih rinci

mengenai tim pelaksana Program Adiwiyata.

a. Tim Nasional

Tim nasional adalah tim pelaksana Program Adiwiyata yang ditetapkan oleh

Kementerian Lingkungan hidup melalui Surat Keputusan Menteri Negara

Lingkungan Hidup. Tim nasional ini terdiri atas Kementerian Lingkungan Hidup

yang bertindak sebagai koordinator, kemudian terdapat Kementerian Pendidikan

(39)

21

lingkungan, perguruan tinggi, media dan swasta. Peran dan tugas pokok tim ini

adalah sebagai berikut (Kementerian Lingkungan Hidup, 2012: 5-6).

“Mengembangkan kebijakan, program, panduan, materi pembinaan dan instrumen observasi, melakukan koordinasi dengan Pusat Pengelolaan Ekoregion (PPE) dan provinsi, melakukan sosialisasi program dengan provinsi, melakukan bimbingan teknis kepada Tim provinsi dalam rangka pembinaan sekolah, menetapkan penghargaan Sekolah Adiwiyata tingkat nasional, dan melakukan evaluasi dan pelaporan keterlaksanaan Program Adiwiyata kepada Menteri Negara Lingkungan Hidup tembusan kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.”

Dengan begitu, peran dan tugas dari Tim Nasional terkait dengan

perencanaan Program Adiwiyata secara umum termasuk kebijakan, panduan,

materi, dan instumen observasi. Tim Nasional juga bertanggungjawab akan

pelaksanaan progam Adiwiyata mulai dari sosialisasi dan pembinaan tim provinsi

hingga evaluasi dan pelaporan kegiatan Adiwiyata secara umum.

b. Tim Provinsi

Tim Provinsi adalah tim pelaksana Program Adiwiyata yang ditetapkan oleh

gubernur melalui Surat Keputusan Gubernur. Badan Lingkungan Hidup Provinsi

berperan sebagai koordinator dengan anggota Dinas Pendidikan, Kanwil Agama,

LSM pendidikan lingkungan, media massa, perguruan tinggi dan swasta. Adapun

peran dan tugas pokok dari tim ini adalah sebagai berikut (Kementerian

Lingkungan Hidup, 2012: 6).

(40)

22

melakukan evaluasi dan pelaporan keterlaksanaan Program Adiwiyata kepada Gubernur tembusan kepada Menteri Negara Lingkungan Hidup.”

Tugas tim Adiwiyata tingkat provinsi adalah mengembangkan Program

Adiwiyata di tingkat provinsi untuk kemudian melakukan pembinaan dan

penghargaan kepada Sekolah Adiwiyata tingkat provinsi. Tim ini berperan dalam

melakukan sosialisasi program adiwiyata yang telah dikembangkan kepada tim

adiwiyata tingkat kabupaten/ kota. Tim provinsi juga memiliki tanggungjawab

untuk melakukan evaluasi dan memberikan laporan keterlaksanaan Program

Adiwiyata kepada Gubernur dengan tembusan kepada Menteri Negara

Lingkungan Hidup. Tim Adiwiyata tingkat provinsi memiliki peran dalam pilot

project Program Adiwiyata di tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah

Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK).

c. Tim Kabupaten/ Kota

Tim Kabupaten/ Kota ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Bupati/

Walikota dengan Badan Lingkungan Kabupaten/ Kota sebagai koordinator.

Lembaga lain dalam tim tingkat Kabupaten/ Kota ini adalah Dinas pendidikan,

Kantor agama, LSM pendidikan lingkungan, media, perguruan tinggi, swasta, dan

Sekolah Adiwiyata mandiri. Kementerian Lingkungan Hidup (2012: 7)

menjelaskan peran dan tugas pokok dari tim kabupaten/ kota sebagai berikut.

1) Mengembangkan dan melaksanakan Program Adiwiyata tingkat Kabupaten/

Kota.

(41)

23

3) Membuat pilot project pada 4 (empat) satuan pendidikan yang berbeda (SD,

SMP, SMA, dan SMK) Kabupaten/ Kota.

4) Menetapkan penghargaan Sekolah Adiwiyata tingkat Kabupaten/ Kota.

5) Melaksanakan evaluasi dan laporan pelaksanaan Program Adiwiyata kepada

Bupati/ Walikota tembusan Badan Lingkungan Hidup Provinsi.

d. Tim Sekolah

Tim sekolah ditetapkan melalui Surat Keputusan Kepala Sekolah dan terdiri

atas guru, siswa dan komite sekolah. Peran dan tugas pokoknya adalah sebagai

berikut (Kementerian Lingkungan Hidup, 2012: 7).

1) Mengkaji kebijakan, kurikulum, kegiatan, dan sarana prasarana sekolah.

2) Membuat rencana kerja dan anggaran sekolah berdasarkan hasil kajian, dengan

disesuaikan pada komponen, standar, dan implementasi Adiwiyata.

3) Melaksanakan rencana kerja sekolah.

4) Melakukan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan kepada kepala sekolah

tembusan badan lingkungan hidup Kabupaten/ Kota dan Instansi terkait.

Dari penjabaran tersebut dapat dilihat bahwa setiap tim memiliki

keanggotaan, peran, dan tugas pokok masing-masing. Meski demikian tim-tim

tersebut saling terkait satu sama lain untuk bekerja sama secara sinergis sehingga

tercipta sebuah sistem yang baik dan keberhasilan dari Program Adiwiyata.

4. Prinsip Adiwiyata

Prinsip Adiwiyata merupakan pedoman dasar pelaksanaan Program

(42)

24

Tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adiwiyata, Program Adiwiyata

diaksanakan berdasarkan pada 3 (tiga) prinsip dasar yaitu: a) edukatif, b)

partisipatif, dan c) berkelanjutan. Sedangkan dalam panduan Adiwiyata

(Kementerian Lingkungan Hidup, 2012: 3-4) terdapat 2 (dua) prinsip dasar

pelaksanaan Program Adiwiyata yaitu prinsip partisipatif dan berkelanjutan.

Prinsip edukatif tidak dimasukkan kedalam prinsip pelaksanaan Program

Adiwiyata karenakan Program Adiwiyata dilakukan di lingkungan pendidikan

(sekolah) dimana tujuannya jelas untuk mengedukasikan atau mendidik siswa

terutama mengenai karakter peduli lingkungan. Edukatif sendiri memiliki makna

bahwa seluruh kegiatan memiliki tujuan yang bersifat mendidik.

Kementerian Lingkungan Hidup (2012: 3) menggambarkan prinsip

partisipatif dimana semua unsur komunitas sekolah terlibat dalam manajemen

sekolah yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi sesuai

tanggungjawab dan peran masing-masing. Budiati (2014: 122) menyatakan bahwa

partisipasi masyarakat dalam pembangunan lingkungan hidup mutlak diperlukan

karena tanpa adanya partisipasi masyarakat, pembangunan hanyalah menjadikan

obyek semata. Hal ini juga berlaku dalam Program Adiwiyata di sekolah.

Partisipasi dari setiap pihak sangat dibutuhkan agar pelaksanaan program ini

berjalan secara lancar dan memiliki sinergi yang baik. Setiap pihak dalam

komunitas ditempatkan sebagai subyek pelaksana program sehingga diharapkan

memiliki kesadaran, kepedulian dan berperan secara aktif dari tahap perencanaan,

(43)

25

Prinsip partisipatif dalam kegiatan perlindungan dan pengelolaan

lingkungan Program Adiwiyata sejalan dengan pendekatan Atur-Diri-Sendiri

(ADS) yang disampaikan oleh Soemarwoto (2001: 107-108) yang memperhatikan

karakter egoistis manusia untuk meminimalisir bentrokan antaa pengelolaan

lingkungan hidup dengan egoisme. Pendekatan ADS dalam pembangunan

lingkungan menekankan bahwa tanggungjawab dalam menjaga kepatuhan dan

penegakan hukum perlindungan lingkungan terletak pada masyarakat. Pendekatan

ADS dalam pembangunan lingkungan dan prinsip partisipatif memiliki kesamaan

mengenai keikutsertaan, peran dan tanggung jawab pihak terkait dalam menjaga

dan mengelola lingkungan secara bijak.

Prinsip berkelanjutan memiliki makna kontinuitas pelaksanaan kegiatan.

Kementerian Lingkungan Hidup (2012: 4) menyatakan prinsip berkelanjutan

bahwa seluruh kegiatan dilakukan secara terencana dan terus menerus secara

komprehensif. Dalam artian Program Adiwiyata bukanlah sebuah program hanya

dilakukan pada saat itu tetapi harus memiliki kelanjutan kegiatan sebagai bentuk

tindak lanjut atas kegiatan yang sudah dilakukan. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa Program Adiwiyata terus berkembang.

Prinsip berkelanjutan dalam Program Adiwiyata ini sejalan dengan program

pembangunan berkelanjutan yang dirumuskan pemerintah sebagai bentuk

pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan hak

pemenuhan kebutuhan generasi mendatang (Budiati, 2014: 20). Prinsip

(44)

26

manusia pada saat ini dalam memanfaatkan sumber daya yang ada. Apa yang baik

dilakukan pada masa ini dilakukan terus-menerus dan memberikan dampak yang

baik pada keadaan di masa yang akan datang.

5. Komponen Adiwiyata

Untuk mencapai tujuan Program Adiwiyata, maka ditetapkan 4 (empat)

komponen program yang menjadi satu kesatuan utuh dalam mencapai Sekolah

Adiwiyata. Keempat komponen tersebut adalah sebagai berikut (Peraturan

Menteri Nomor 05 tahun 2013 Tentang Pedoman Pelaksanaan Program

Adiwiyata).

a. Aspek kebijakan sekolah yang berwawasan lingkungan.

b. Aspek kurikulum sekolah berbasis lingkungan.

c. Aspek kegiatan lingkungan berbasis partisipatif.

d. Aspek pengelolaan sarana pendukung ramah lingkungan.

Penjelasan mengenai keempat komponen Adiwiyata dalam perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi kegiatannya akan dijabarkan sebagai berikut ini.

a. Kebijakan Sekolah Berwawasan Lingkungan

Pada umumnya sebuah program memerlukan sebuah pengelolaan atau

manajemen. Manajemen memiliki arti sebagai sebuah proses, sebagai sebuah

kolektivitas kumpulan orang yang melakukan kegiatan pengelolaan, dan sebagai

sebuah seni dan ilmu (Indrastuti, dkk, 2009: 95). Hal ini menunjukkan bahwa

manajemen atau pengelolaan bukan hanya sekedar melaksanakan suatu program

(45)

27

yang berkaitan dengan tujuan dari pengelolaan itu sendiri. Ismawanto (2009: 95)

menyatakan bahwa manajemen merupakan suatu tindakan untuk mengurus,

mengatur, mengarahkan, mengemudikan, menjalankan, membina, memimpin, dan

melakukan pengawasan. Semua kegiatan dalam manajemen saling terkait satu

sama lain sehingga menciptakan kinerja yang rapi dan berjalan dengan baik.

Amirin, dkk (2013: 7-8) juga mengungkapkan bahwa manajemen dapat

diartikan sebagai proses atau kegiatan untuk menyelenggarakan atau

melaksanakan sesuatu. Manajemen sebuah program mudahnya adalah pengaturan

sebuah program yang terbagi atas tiga hal, yaitu Perencanaan, Pelaksanaan dan

Evaluasi. Begitu pula dalam komponen program adiwiyata kebijakan sekolah

berwawasan lingkungan diperlukan sebuah manajemen yang terdiri atas

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

1) Perencanaan

Perencanaan atau Planning adalah kegiatan menyusun rencana tindakan

yang akan dilakukan dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Ismawanto

(2009: 101) menyebutkan bahwa perencanaan adalah pemilihan fakta dan usaha

menghubungkan antara fakta yang satu dengan yang lain, kemudian membuat

perkiraan dan peramalan tentang keadaan dan perumusan tindakan untuk masa

yang akan datang yang sekiranya diperlukan untuk mencapai hasil yang

dikehendaki. Dengan kata lain, perencanaan berkaitan dengan tujuan yang akan

dicapai dengan waktu untuk mencapainya. Hal tersebut diperkuat pendapat Sa’ud

(46)

28

keputusan yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang untuk mencapai

tujuan yang telah ditentukan.

Indrastuti, dkk (2009: 102) menyebutkan bahwa perencanaan yang baik

adalah perencanaan yang mengandung unsur 5W dan 1H, yaitu what (apa), why

(mengapa), where (dimana), when (kapan), who (siapa), dan how (bagaimana).

Pada intinya perencanaan adalah kegiatan untuk menyusun sebuah strategi yang

akan digunakan pelaksanaan kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Perencanaan juga meliputi tahap pengorganisasi atau pengelompokkan

atau pembagian kerja. Pembagian kerja menimbulkan sebuah struktur organisasi,

dan dari struktur organisasi tersebut memunculkan hal, kewajiban dan tanggung

jawab kerja sesuai dengan porsinya untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai.

Sa’ud & Makmun (2006: 27) memaparkan hal-hal yang tidak bisa lepas dari

perencanaan yaitu tujuan yang akan dicapai, keadaan yang akan dicapai, keadaan

sekarang, alternatif kebijakan dan prioritas, dan strategi pencapaian tujuan.

Berdasarkan hal tersebut maka perencanaan seharusnya memiliki target dan cara

pencapaian target secara rinci.

Kebijakan disusun untuk menciptakan keadaan yang mendukung dan sesuai

dengan tujuan sebuah program. Rohman (2012: 86) menyebutkan kebijakan

dalam pendidikan atau educational policy sebagai sebuah keputusan berupa

pedoman bertindak yang disusun melalui proses politik untuk suatu arah tindakan,

program, serta rencana-rencana tertentu dalam menyelenggarakan pendidikan.

(47)

29

sumber, alokasi, dan distribusi sumber, serta pengaturan perilaku dalam

pendidikan. Kebijakan pendidikan lingkungan hidup diciptakan untuk mendorong

semua pihak berperan serta dalam pengembangan pendidikan lingkungan hidup

dan pelestarian lingkungan hidup (Daryanto & Suprihatin, 2013: 21), maka

kebijakan sekolah berwawasan lingkungan merupakan pedoman/ aturan

penyelenggaran pendidikan yang mengandung tujuan, rancangan, dan aturan

dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran di sekolah yang terkait dengan

lingkungan agar sejalan dengan tujuan dari Program Adiwiyata.

Perumusan kebijakan dalam dunia pendidikan dapat dilaksanakan dengan

menggunakan pendekatan tertentu. Rohman (2012: 91-94) menjelaskan

pendekatan yang digunakan dalam perumusan kebijakan pendidikan dapat berupa

social demand approach dan man-power approach. Social demand approach

adalah pendekatan yang berdasarkan pada aspirasi, tuntutan, dan kepentingan

masyarakat. Sementara man-power approach lebih menekankan pada kemampuan

SDM. Hal tersebut sesuai dengan yang dipaparkan oleh Sa’ud & Makmun (2006:

233-247) mengenai pendekatan perumusan kebijakan pendidikan meliputi

pendekatan kebutuhan sosial, kebutuhan ketenagakerjaan, dan efisiensi biaya.

Dengan begitu, pendekatan yang digunakan dalam perumusan kebijakan dalam

dunia pendidikan dapat berupa pendekatan kebutuhan sosial (social demand),

kebutuhan ketenagakerjaan (man-power), dan efisiensi biaya.

Perencanaan kebijakan sekolah berwawasan lingkungan juga berkaitan

(48)

30

merencanakan kegiatan pengelolaan dan perlindungan lingkungan tetapi juga

tentang alokasi dana yang digunakan dalam kegiatan yang direncanakan. Oleh

karena itu, sumber dana merupakan salah satu pertimbangan dalam penyusunan

RKAS. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2013 tentang

Pedoman Pelaksanaan Program Adiwiyata pasal 15 menerangkan bahwa

pendanaan pelaksanaan Program Adiwiyata dibebankan pada Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah provinsi, dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/ kota.

Kementerian Lingkungan Hidup (2012: 8) menyatakan bahwa pendanaan

Program Adiwiyata diperoleh dari berbagai sumber yaitu Anggaran Pendapatan

dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Provinsi dan Kabupaten/ Kota dan sumber lain yang tidak mengikat sesuai dengan

peraturan perundang-undangan. Dengan begitu dapat dikatakan bahwa anggaran

dana dari pemerintah baik pemerintah pusat maupun daerah merupakan sumber

utama pendanaan pelaksanaan Program Adiwiyata.

2) Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan merupakan hal yang sangat penting setelah

perencanaan selesai disusun. Pelaksanaan merupakan tindakan nyata dari kegiatan

yang telah disusun sedemikian rupa dalam tahap perencanaan. Pelaksanaan

program yang baik adalah pelaksanaan yang tidak menyimpang jauh dari apa yang

telah direncanakan. Pelaksanaan dapat berupa actuating (penggerakan) dan

(49)

31

sebagai sebuah kegiatan untuk menggerakkan diri sendiri secara umum,

menggerakkan orang lain dengan memberi arahan (directing), menggerakkan

orang lain dengan perintah (commanding), menggerakkan orang lain dengan

nasihat dan masukan (motivating), menggerakkan orang lain dengan memberikan

jabatan (staffing), dan menggerakkan orang lain dengan memberi contoh

(leading). Dalam hal ini, menunjukkan bahwa pelaksanaan program tidak hanya

dapat dilakukan secara individual tetapi memerlukan kerjasama dan partisipasi

dari pihak-pihak lain yang terkait. Pengawasan atau Controlling digambarkan

sebagai sebuah kegiatan yang berhubungan dengan mengendalikan atau

mengawasi setiap pekerjaan serta melakukan tindakan koreksi (Ismawanto, 2009:

106). Pengawasan dilakukan selama proses kegiatan suatu program berlangsung

baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan dan evaluasi sehingga kegiatan

yang dilakukan tidak melenceng dari apa yang akan dicapai.

Kebijakan sekolah berwawasan lingkungan dilaksanakan dengan penerapan

kurikulum dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) terkait

lingkungan dalam mewujudkan pendidikan lingkungan hidup yang baik. Sebelum

adanya kebijakan pemerintah mengenai penerapan kurikulum baru yaitu

kurikulum 2013, kebijakan sekolah berwawasan lingkungan memiliki standar

sebagai berikut ini (Kementerian Lingkungan Hidup (2012: 10).

a) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memuat upaya perlindungan

(50)

32

b) Rencana kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) memuat program dalam

upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

Setelah adanya penerapan sistem kurikulum baru yaitu kurikulum 2013

standar kebijakan sekolah berwawasan lingkungan menyesuaikan dengan

kurikulum yang digunakan pada saat itu. Hal ini karena Program Adiwiyata

merupakan sebuah program pendidikan lingkungan hidup yang dapat

diintegrasikan kedalam kegiatan dalam proses pembelajaran menggunakan

kurikulum manapun, baik kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) maupun

kurikulum 2013. Sekolah-Sekolah Adiwiyata yang diputuskan pemerintah untuk

menggunakan kurikulum 2013 berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal

Pendidikan Dasar Dan Menengah Nomor: 374/KEP/D/KR/2016, menyesuaikan

standar yang digunakan dalam penyusunan kebijakan sekolah berwawasan

lingkungan dalam kurikulum 2013.

Standar kebijakan sekolah berwawasan lingkungan meliputi kurikulum

memuat upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup serta RKAS

memuat program dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

Standar kurikulum memuat upaya perlindungan dan pengelolaan hidup dapat

diimplementasikan dengan Visi, misi, dan tujuan sekolah serta struktur kurikulum

yang memuat mata pelajaran wajib, muatan lokal dan pengembangan diri terkait

dengan kebijakan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Selain itu,

mata pelajaran wajib dan Mulok yang terkait PLH juga harus dilengkapi dengan

(51)

33

Implementasi visi, misi, dan tujuan sekolah memuat kebijakan perlindungan

tercapai ketika visi, misi, dan tujuan tersusun dengan memuat upaya pelestarian

fungsi lingkungan, mencegah terjadinya pencemaran atau kerusakan lingkungan

hidup. Struktur kurikulum memuat muatan lokal, pengembangan diri terkait

peraturan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dicapai dengan

memasukkan pelestarian fungsi lingkungan, mencegah terjadinya pencemaran,

dan kerusakan lingkungan hidup pada komponen mata pelajaran wajib, muatan

lokal, dan pengembangan diri. Pada kurikulum 2013, mata pelajaran telah

diintegrasikan ke dalam tema-tema yang mengandung sub-sub tema dengan 6

(enam) pembelajaran untuk setiap minggunya. Ketuntasan minimal belajar yang

terkait pelestarian fungsi lingkungan dan pencegahan pencemaran atau kerusakan

lingkungan hidup merupakan hal yang mutlak ada sebagai bentuk pencapaian

salah satu implementasi standar kurikulum yang memuat upaya perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup.

RKAS memuat program dalam upaya perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup diimplementasikan melalui RKAS yang memuat program

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, meliputi: kesiswaan, kurikulum

dan kegiatan pembelajaran, peningkatan kapasitas pendidik dan tenaga

kependidikan, sarana dan prasarana, budaya dan lingkungan sekolah, peran

masyarakat dan kemitraan, peningkatan dan pengembangan mutu. Dengan begitu,

diharapkan agar sekolah memiliki anggaran untuk upaya perlindungan dan

(52)

34

sekolah yang dialokasikan disusun secara proporsional untuk kegiatan kesiswaan,

kurikulum dan kegiatan pembelajaran, peningkatan kapasitas pendidik dan tenaga

kependidikan, sarana dan prasarana, budaya dan lingkungan sekolah, peran

masyarakat dan kemitraan, peningkatan dan pengembangan mutu.

3) Evaluasi

Evaluasi program dibutuhkan setelah pelaksanaan program berlangsung.

Evaluasi berasal dari bahasa inggris evaluation yang memiliki arti penilaian.

Evaluasi merupakan kegiatan yang memiliki makna sebagai sebuah tindakan

untuk melihat apakah suatu program yang direncanakan telah mencapai tujuan

atau belum, berharga atau tidak berharga, dan untuk melihat tingkat efisiensi

pelaksanaannya. Hal tersebut sesuai dengan Sukiman (2012: 4) yang menyatakan

evaluasi sebagai kegiatan membandingkan tujuan dengan hasil dan juga

merupakan studi yang mengkombinasikan penampilan dengan suatu nilai tertentu.

Dengan begitu evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan

perencanaan suatu program sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Arifin (2012:

8) menyatakan bahwa evaluasi adalah suatu proses yang sistematis dan

berkelanjutan untuk menentukan kualitas (nilai dan arti) daripada sesuatu,

berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu untuk membuat suatu keputusan.

Oleh karena itu, Evaluasi dapat dianggap sebagai bahan pertimbangan dal

Gambar

Tabel 1. Kisi-Kisi Instrumen Lembar Observasi
Tabel 7. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Kepada Siswa
Tabel 8. Kisi-Kisi Check-list Dokumentasi
Gambar 1. Bagan Analisis Data Kualitatif Model Interactive  Miles & Huberman
+7

Referensi

Dokumen terkait

(2) Implementasi kurikulum 2013 pada mata pelajaran geografi SMA Negeri di Kecamatan Medan Polonia Tahun Ajaran 2016/2017 yang ditinjau dari aspek pelaksanaan proses

Penelitian ini difokuskan pada pengembangan buku cerita berbasis pendidikan anti korupsi untuk pembelajaran membaca siswa kelas IV A SD Negeri Dayuharjo tahun

Penerapan model problem solving untuk meningkatkan hasil belajar PKn kelas IVB SD Negeri Kotagede I Yogyakarta pada siklus I dilaksanakan seperti langkah-langkah

Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut : (1) Perencanaan program adiwiyata yang dicantumkan dalam visi dan misi, dan dimasukan

Desy Prasiwi. PENERAPAN METODE DRILL UNTUK PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGGAMBAR HEWAN MENGGUNAKAN KRAYON PADA SISWA KELAS 3 SD NEGERI III WONOBOYO, WONOGIRI TAHUN AJARAN

hambatan yang dihadapi dalam Pengarahan menejemen kelas pada kelas 4 di SD AL Firdaus Surakarta tahun ajaran 2016/2017 yaitu masih banyaknya guru yang belum dapat

(19) Hidayatullah (2016) dari Universitas Islam Negeri Walisongo dengan judul “Implementasi Program Adiwiyata di SD Islam Al-Azhar 29 BSB.. Hasil penelitian

Implementasi program Adiwiyata di SD N Giwangan dilakukan dengan: menetapkan beberapa kebijakan terkait upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;