• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. Pelayanan Umum Pengelolaan Irigasi

3.3. Unit Bisnis Pembangkitan Saguling

3.4.3. Kegiatan Usaha

Produksi dan sistem pengoperasian kegiatan usaha inti adalah pembangkit tenaga listrik dengan total daya terpasang 1.008 MW, terdiri atas Cirata I (4 unit masing-masing operation daya terpasang 126 MW) yang mulai dioperasikan tahun 1988 dengan total daya terpasang 504 MW. Cirata I dan II mampu memproduksi energi listrik rata-rata 1,428 GWh per tahun dan disalurkan melalui jaringan transmisi tegangan ekstra tinggi 500 kV ke sistem interkoneksi Jawa-Madur-Bali (Jamali). Kapasitas per unit PLTA disajikan pada Tabel 7.

-LOT VI : Generator dilaksanakan oleh kontraktor Elin Union (Austria) bekerjasama dengan PT. Brantas Abipraya.

-LOT VII : Trafo utama dan serandang hubung (switchyard), dilaksanakan oleh Kontraktor Cogelex (Perancis) bekerjasama dengan PT. Cita Contrac.

-LOT VIII : Jaringan transmisi dilaksanakan oleh kontraktor Brown Boveri (Jerman Barat) bekerjasama dengan PT. Mega Eltra.

-LOT IX : Special equipment, terdiri dari beberapa paket pengadaan alat-alat berat, dan peralatan telekomunikasi dilaksanakan oleh PT. United Tractors, PT. Triguna Utama, Sumitomo Co., PT. Natela, CV.3R Electronics.

Tabel 7. Kapasitas per unit PLTA.

Jenis Pembangkit Mulai Beroperasi Kapasitas

PLTA Unit 1 25 Mei 1988 126 MW

PLTA Unit 2 29 Februari 1988 126 MW

PLTA Unit 3 10 Agustus 1988 126 MW

PLTA Unit 4 15 Agustus 1988 126 MW

PLTA Unit 5 15 Agustus 1997 126 MW

PLTA Unit 6 15 Agustus 1997 126 MW

PLTA Unit 7 15 April 1998 126 MW

PLTA Unit 8 15 April 1998 126 MW

Total 1.008 MW

Sumber : Profil PJB Unit Cirata, 2006.

Untuk menghasilkan energi listrik sebesar 1,428 GWh, dioperasikan 8 buah turbin dengan kapasitas masing-masing 129.000 kW dengan putaran 187,5 rpm. Adapun tinggi air jatuh efektif untuk memutar turbin 112,5 meter dengan debit air maksimum 135 m³/dt. Mengoperasikan unit pembangkit Cirata dapat dilakukan dengan 3 mode sistem pengoperasian :

1. Mode operasi local manual, yaitu sistem pengoperasian yang dilakukan oleh operator secara manual dari panel unit control Power House.

2. Mode operasi local auto, yaitu sistem pengoperasian yang dilakukan oleh operator secara automatic dari panel unit control di ruang Power House.

3. Mode operasi remote, yaitu sistem pengoperasian yang menggunakan teknologi tinggi berbasis komputer dimana unit dioperasikan dari kontrol desk di ruang kontrol Switchyard yang berjarak ± 2 km dari lokasi pembangkit listrik.

Dalam mengoperasikan seluruh unit pembangkit listrik PLTA Cirata mengutamakan menggunakan mode operasi remote untuk mengoperasikan dan mengontrol semua sistem, karena lebih efisien dan efektif. Namun demikian operator di lokasi rumah pembangkit selalu siap dengan mode operasi local auto

maupun mode operasi local manual. Kinerja operasional Unit Pembangkitan Cirata beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa hasil availability factor dan

forced outrage rate diatas standar kelas dunia dari NERC EAF = 89,59 EFOR = 4,46 dan SOFF = 7,22. Pembangunan PLTA Cirata selain dibiayai langsung oleh

Pemerintah Indonesia melalui dana APBN dan non-APBN serta dana PLN juga mendapat bantuan pinjaman dari luar negeri, yaitu :

a. IBRD (International Bank for Reconstruction and Development). b. CDC (Commonth Wealth Development Cooperation).

c. SC (Suppliers Credits). d. Pemerintah Austria.

Total biaya pembangunan PLTA Cirata meliputi Penyediaan dan Biaya Pembangunan Cirata I sebesar :IBRD (USD 241.300.000), CDC (USD 18.800.000), SC (USD 69.000.000), dan dari APBN + Non-APBN (USD 235.900.000), sedangkan Cirata II sebesar Rp.132.272.182.016,00,-, Swiss Franc (SFR) 99.7291,00,- , Belanda (NTD) 207.933.845,00,-, Jepang (Yen) 2.791.593.431,00,-.

3.4.4. Organisasi

Organisasi UP Cirata, sejak 21 Oktober 1999 mengalami perubahan mengikuti perkembangan organisasi di PLN PJB yang fleksibel dan dinamis sehingga mampu menghadapi dan menyesuaikan situasi bisnis yang selalu berubah. Perubahan yang mendasar dari unit pembangkit adalah dipisahkannya fungsi operasi dan fungsi pemeliharaan, sehingga unit pembangkit menjadi organisasi yang clear and clean dan hanya mengoperasikan pembangkit untuk menghasilkan GWh seperti yang disajikan pada Gambar 12.

a. Sumberdaya Manusia

Manusia adalah aset terpenting dalam perusahaan, sehingga UP Cirata memberikan kesempatan kepada seluruh pegawainya untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan yang berbasis kompetensi agar menjadi SDM yang profesional. Kondisi tersebut menciptakan lingkungan kerja yang menggairahkan dan memotivasi mereka untuk selalu bertanggungjawab terhadap pekerjaannya. Sikap profesionalisme para pegawai tetap dipertahankan dan ini terlihat dari hasil kinerja perusahaan yang semakin membaik.

Gambar 13. Struktur organisasi unit pembangkitan Cirata.

(Sumber : Profil PJB Unit Cirata, 2006).

b. Manajemen Sumberdaya Energi

Air merupakan sumber energi utama yang digunakan untuk memutar turbin pembangkit tenaga listrik sebanyak 8 unit. Oleh karena itu dibangun waduk Cirata seluas 62 Km² dengan elevasi muka air banjir 223 m, elevasi muka air normal 220 m dan elevasi muka air rendah 205 m, sehingga volume air waduk 2,165 juta m³ dan isi efektif waduk 796 juta m³. Air waduk ini dikelola baik jumlah maupun mutunya agar tidak mengganggu atau merusak mesin-mesin pembangkit. MANAJER AUDITOR Audit Manajemen Audit Keuangan ENJINIRING

Root Cause Analysis O & M Task Review (Evahiare & Empowering)

OPERASI

Perencanaan & Pengendalian Operasi Produksi A,B,C,D

Analis DBME Analis Kinerja Unit

LK3

Kesehatan dan keselamatan kerja Sistem manajemen mutu dan Manajemen resiko Lingkungan

Akuntansi

Anggaran & Keuangan Sistem Informasi Terpadu MANAJER

SDM & Adm. Kepegawaian Pelatihan & pengembangan SDM Sekretariat, Humas & Keamanan Pengadaan kontrak bisnis dan Administrasi gudang Sarana

SDM & ADMINISTRASI PEMELIHARAAN

Perencanaan & Pengendalian Pemeliharaan Pemeliharaan mesin

Pemeliharaan listrik

Pemeliharaan instrumen & kontrol Pemeliharaan sipil, monitoring DAM dan Power house

c. Manajemen Lingkungan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Ramah lingkungan merupakan trend dunia usaha yang berkembang dewasa ini, sehingga setiap industri dituntut untuk mengelola lingkungan dengan baik berstandar internasional, aman serta berdampak positif bagi lingkungan sekitarnya. Pengelolaan dan pemantauan lingkungan terhadap komponen :

a. Fisika dan kimia meliputi iklim dan kualitas udara serta fisiografi dan geologi. b. Kualitas air dengan parameter sesuai dengan peruntukannya.

c. Sedimentasi, berupaya penelitian tingkat erosi tahunan.

d. Sosial ekonomi dan budaya yang meliputi pariwisata, pertanian pasang surut, perikanan dan penghijauan di sekitar waduk.

Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan prioritas utama dalam menunjang keberhasilan setiap unit kerja. Oleh karena,dilaksanakan penyuluhan dan mensosialisasikan program zero accident serta membudayakan etos kerja yang aman.

d. Aspek Lingkungan

Pembangunan Proyek PLTA Cirata membutuhkan tanah seluas kurang lebih 7.026 ha, untuk daerah konstruksi dan genangan air, sehingga menimbulkan masalah kependudukan yang cukup besar. Kecuali itu genangan air akan menimbulkan pula perubahan lingkungan fisik dan biofisik lainnya. Sehubungan dengan itu telah dilakukan studi analisis dampak lingkungan sejak awal perencanaan proyek, sehingga dapat diperkirakan dan dipantau perubahan lingkungan yang akan terjadi, serta diusahakan untuk menghilangkan atau mengurangi dampak negatif dan memacu dampak positif pembangunan PLTA Cirata. Dalam penanganan masalah lingkungan tersebut, telah dijalin kerjasama dengan berbagai instansi dan lembaga penelitian antara lain :

a. Pusat Penelitian Sumberdaya Alam dan Lingkungan UNPAD untuk studi analisis dampak lingkungan.

b. Pemerintah Daetah Tingkat I Provinsi Jawa Barat dan Tingkat II Kabupaten Bandung, Cianjur dan Purwakarta dalam menyelesaikan masalah pemindahan penduduk dan pembebasan tanah.

c. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pengairan untuk meneliti hidrologi dan sedimentasi.

d. Pusat Penelitian Sumberdaya Alam dan Lingkungan UNPAD bekerjasama dengan ICLARM (Internasional Center for Living Aquatic Resources Management) Manila, untuk membantu Studi Pengembangan Akuakultur dan Perikanan dalam rangka pemukiman kembali penduduk yang terkena proyek PLTA Saguling dan Cirata.

e. Dinas Perikanan dan Provinsi Jawa Barat dengan Unit Pelaksana Teknis untuk penanganan penyaluran penduduk dalam bidang perikanan.

f. Pusat Penelitian Arkeologi Nasional Jakarta dalam penelitian peninggalan sejarah dan penyelamatannya.

g. Kantor Wilayah VI Departemen Parpostel Jawa Barat untuk pendidikan dan latihan pariwisata dalam penelitian pengembangan pariwaisata.

h. Banyak penelitian lain yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah maupun swasta yang langsung maupun tidak langsung bermanfaat bagi PLTA Cirata. 3.4.5. Dampak Pembangunan PLTA Cirata

1. Dampak Positif

a. Menghasilkan listrik dengan daya terpasang 1008 MW dan energi per tahun sebesar 1,428 juta kWh, sehingga menambah daya dan keandalan pada sistem kelistrikan.

b. Menghemat bahan bakar minyak.

c. Meningkatkan keandalan penyediaan air waduk Jatiluhur untuk air minum dan irigasi.

d. Memacu perkembangan industri dan perekonomian. e. Mengembangkan usaha perikanan dan pariwisata. f. Menyediakan lapangan kerja baru.

2. Dampak Negatif a. Tergenangnya lahan

Luas tanah yang diperlukan untuk daerah genangan kurang lebih 6.334 ha yang meliputi Kabupaten Bandung (38%), Kabupaten Cianjur (41%), dan Kabupaten Purwakarta (21%). Selain itu masih diperlukan kurang lebih

692 ha tanah yang terletak diluar daerah genangan untuk pembangunan konstruksi. Perincian tata guna lahan daerah tergenang :

(1)Tanah desa (perumahan) 219 ha

(2)Sawah 1.656 ha

(3)Ladang dan Perkebunan 3.584 ha

(4)Kehutanan 689 ha

(5)Tanah Negara (jalan, sungai, dan lain-lain) 186 ha

Jumlah 6.334 ha

b. Pemindahan Penduduk

Jumlah penduduk yang harus dipindahkan dari daerah genangan tercatat 6.335 kepala keluarga (KK), yang tersebar di tiga Kabupaten yaitu :

(1). Kabupaten Bandung 1.652 KK

(2). Kabupaten Cianjur 3.818 KK

(3). Kabupaten Purwakarta 865 KK

Selain itu terdapat pula 3.766 KK penduduk yang terpengaruh proyek yaitu mereka yang bertempat tinggal di atas daerah genangan yang mempunyai tanah atau mempunyai pekerjaan di daerah genangan, yang tersebar di tiga daerah tersebut yaitu :

(1). Kabupaten Bandung 596 KK (2). Kabupaten Cianjur 2.984 KK (3). Kabupaten Purwakarta 186 KK

Pada dasarnya sasaran kebijakan pemindahan penduduk ialah mengusahakan peningkatan kesejahteraan masyarakat atau paling tidak mempertahankan taraf kesejahteraan hidup yang sama dengan saat sebelum masyarakat dipindahkan. Alternatif penyaluran penduduk serta sasaran yang digariskan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat adalah dengan jumlah 10.101 KK. Dampak negatif lain yang diperkirakan mempunyai potensi berkembang, sehingga perlu dipantau :

1.

Kemungkinan-kemungkinan eksplosi gulma air.

3.

Kemungkinan meningkatnya erosi, sampah dan limbah kota yang menyebabkan pencemaran serta mempercepat pendangkalan waduk.