• Tidak ada hasil yang ditemukan

PADA SKALA LABORATORIUM

III. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kondisi Sifat Fisik dan Kimia Tanah

3. Keinginan Masyarakat dalam Mengembangkan Tanaman Cendana

Hasil penelitian sosial di masyarakat menunjukkan bahwa keinginan masyarakat untuk membudidayakan cendana di Desa Tanglad dan Pejukutan, Nusa Penida cukup tinggi (83,6 %). Penanaman cendana yang diinginkan masyarakat relatif beragam yaitu ada masyarakat yang ingin menanam cendana dengan pola campuran dengan catatan tanpa mengganggu tanaman pertanian pokok mereka seperti jagung, kacang dan lain-lain (67 %), dan ada masyarakat yang ingin menanam cendana secara murni tanpa mengkombinasikan dengan tanaman pertanian (37 %).

Masyarakat yang ingin menanam cendana secara murni dinilai pola pikirannya sudah lebih maju, sudah mengarah pada nilai ekonomi di masa depan dan mereka sadar bahwa penanaman pohon seperti jati yang telah berkembang pesat di Nusa Penida yang sudah dipanen lebih menguntungkan dari pada jenis tanaman pangan, dan juga alasan kondisi lahan mereka saat ini yang mulai kurang subur dan tingkat kesuburan lahannya terus menurun, sehingga hasil tanaman pangan jagung, dan kacang tanah terus menurun. Sedangkan yang menginginkan pola campuran sifatnya masih ragu-ragu terhadap keuntungan penanaman cendana dan takut kehilangan usaha tanaman pangan dan tanaman pakan ternak. Oleh karena itu maka perlu menyusun model pola tanam yang sesuai dengan kondisi setempat dengan mengadopsi tanaman pangan dan pakan ternak sebagai pola campuran dan juga melakukan sosialisasi yang lebih intensif sebelum mengembangkan cendana.

Kelompok masyarakat yang menerapkan tanaman campuran masih menginginkan penghasilan tanaman jangka pendek berupa tanaman pangan dan pakan ternak, dan juga penghasilan mereka bisa kontinu atau berkelanjutan, karena dengan tanaman pangan dan pakan ternak dapat memenuhi kebutuhan dasar masyarakat Nusa Penida, sedangkan tanaman cendana adalah tanaman jangka panjang yang sifatnya sisipan untuk tabungan masa depan. Pola campuran ini kalau disusun modelnya dengan baik tentunya akan sangat mendukung keberlanjutan produksi, produktivitas dan adoptabilitas, yang merupakan persyaratan keberhasilan pengembangan agroforestri (Sabarnurdin et al.,.2005).Pola campuran cendana yang baik yang diinginkan masyarakat adalah pengaturan jarak tanam cendana dan pemilihan tanaman bawah yang tahan penaung. Tanaman cendana sifatnya sebagai tanaman sisipan yang ditanam di batas-batas lahan, sebagai tanaman pagar, penguat teras atau tanaman pada lahan kritis yang tidak bisa ditanami lagi dengan tanaman pangan dan hanya bisa dicampur dengan tanaman pakan ternak.

Pola tanam yang dinginkan tidak terlalu rapat jaraknya minimal 6 m x 6 m atau 12 m x 12 m, sehingga aktivitas tanaman pangan masih bisa berjalan sampai tanaman cendana panen. Masyarakat tidak menginginkan penanaman cendana yang mengganggu tanaman pangan dan kegiatan ini harus berjalan sinergi. Jenis tanaman pencampur ini perlu pengaturan sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi sebagai inang cendana sebagai sumber nutrient alami (sifat simbiosis hemiparasit) dan juga mendukung penyediaan pakan ternak.

cendana. Jenis pola tanaman campuran yang diinginkan masyarakat adalah pakan ternak, pangan dan kayu pertukangan. Jenis pakan ternak yang diinginkan masyarakat jenis turi (Sesbania grandiflora), betenu (nama lokal), bunut (Ficus sp) dan tanaman pangan seperti jagung, ketela pohon, kacang tanah, kacang gude, cabe. Disamping itu ada beberapa masyarakat yang menginginkan penanaman dengan campuran jenis tanaman penghasil kayu pertukangan seperti jati, gemelina, dan mahoni yang ditanam di sekitar ladang mereka.

Permasalahan kurangnya atau tidak adanya sosialisasi teknologi budidaya kepada masyarakat, menimbulkan permasalahan pada penanaman cendana yang telah dilakukan oleh Dinas Kehutanan Provinsi Bali, seperti adanya kekawatiran masyarakat terutama terkait masalah prospek ekonomi,dengan konversi tanaman pangan dengan cendana dan akan merugikan penghasilan mereka dalam jangka pendek. Dampak lain yang merugikan adalah masalah pemasaran, persaingan dengan lahan tanaman pangan dan pakan ternak serta hama ulat bulu yang sedang menyerang pohon cendana. Oleh karena itu, sosialisasi terpadu yang terkait dengan budidaya, hama penyakit serta pemasaran/pemanfaatan cendana sangat diperlukan oleh masyarakat Nusa Penida.

Di Desa Tanglad dan Pejukutan sudah ada beberapa pohon cendana yang ditanam masyarakat akan tetapi jumlahnya hanya sedikit (sekitar 6-7 pohon) di pelaba pura dan cubang masyarakat. Namun tanaman cendana yang sedikit tersebut terdapat tanaman yang tumbuh subur di sekitar cubang dengan inang pohon kelor. Pola tersebut dapat dijadikan

sebagai contoh oleh masyarakat untuk pengembangan cendana dengan pola cubang.

Pemerintah juga perlu memberikan sumbangan bibit dan mengadakan penyuluhan intensif tentang teknik budidaya berupa model pola tanam yang cocok diterapkan di lahan masyarakat dan atau sebagai lahan percontohan agar para petani tertarik membudidayakan cendana.

4. Pengembangan cendana di lahan masyarakat yang sudah dilakukan sebelumnya di Nusa Penida

Pengembangan cendana di Nusa Penida telah dilakukan oleh Dinas Kehutanan Propinsi Bali tahun 2008 dan 2009 seluas 20 ha di Desa Tanglad (Kawasan Tanah Negara) dan Badan Litbang Kehutanan tahun 2005 di Desa Tanglad seluas 3 Ha (Lahan Desa Pakraman), di Puncak Mundi 1 ha (Tanah pelaba pura), dan Desa Ped 1 ha (Tanah pak Mangku Dalem Ped) dan oleh BPK Kupang tahun 2004 di Kutapang sebanyak 100 pohon. Adapun Kondisi Pertumbuhan Tanaman disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Rata-rata pertumbuhan tinggi, diameter, persen hidup, system tanam, jenis inang, tingkat partisipatif masyarakat, dan gangguan pada tanaman cendana di Nusa Penida Lokasi Tinggi (m) Dia meter (Cm) Hidup (%) Sistem tanam Jenis Inang Tingkat partisipasi masy. Gang guan

Dusun Anta 1 Desa Tanglad 1,98 2,66 30,0 cemplo ngan L.cam ara kurang Ternak

Dusun Anta 2 Desa Tanglad 3,36 5,48 28,5 cemplo ngan L.cam ara kurang Ternak Dusun Kutapang, Desa Batununggul 3,38 3,50 73,4 tumpan gsari

Turi tinggi Persaing

jati Dusun Seming, Desa Ped 4,61 3,77 35,8 tumpan gsari Jati, kelapa tinggi Persaing an dengan tanaman jati Dusun Tanglad, Desa Tanglad 1,13 2,08 80,7 cemplo ngan - rendah Kebakar an dan ternak Dusun puncak Mundi, Desa Klumpu 3,38 4,74 56,3 cemplo ngan Camp uran semak tinggi

-Pengembangan cendana di Dusun Anta 1, Anta 2 dan Dusun Tanglad di desa Tangglad partisipasi masyarakatnya masih rendah, pemerintah hanya melibatkan mereka sebagai buruh tanam, dan kurangnya sosialisasi paska penanaman, sehingga masyarakat kurang rasa memiliki pohon cendana, meskipun tanaman cendana juga ditanam di tanah milik desa pakraman.

Kurangnya sosialisasi pasca penanaman menyebabkan banyak tanaman cendana mengalami gangguan terutama daunnya dipangkas sebagai pakan ternak, tempat mengikat ternak untuk merumpukan/menggembalaan ternak,sehingga banyak batang cendana cacat dan tumbuhnya tidak normal atau batang bengkok dan banyak cabang, dan tumbuh terubusan akar dan batang.

Pengembangan cendana di dusun Kutapang-Batununggul, Dusun Seming-Ped dan Dusun Mundi-Klumpu, tingkat keberhasilannya cukup tinggi. Di Dusun Kutapang bibit cendana dibagikan ke masyarakat kemudian dilakukan sosialisasi secara intensif. dan masyarakat menanam cendana di kebun masing-masing sehingga masyarakat merasa

memiliki dan memelihara tanaman mereka masing-masing. Sedangkan di dusun Puncak Mundi-Desa Klumpu dan Dusun Seming€Desa Ped, pengembangan cendana di lakukan di tanah pelaba pura dengan lokasi keamanan terjamin dan pemeliharaan tanaman dilakukan oleh warga pelaba pura cukup baik.

Dari hasil penelitian ini didapatkan informasi bahwa dengan melibatkan masyarakat secara langsung dan peningkatan partisipasi masyarakat maka mereka merasa memiliki tanaman cendana, sehingga pohon dijaga dan dipelihara baik dan akan meningkatkan keberhasilan penanamann.

4. Model Pola Tanam Cendana

Dokumen terkait