• Tidak ada hasil yang ditemukan

PADA SKALA LABORATORIUM

III. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kondisi Umum Habitat Lontar

2. Pembungaan dan Pembuahan Lontar

Pohon lontar termasuk dalam keluarga Arecaceae atau biasa disebut Palmae. Lontar merupakan tumbuhan berumah dua (dioecus) yaitu bunga jantan dan bunga betina terpisah tempatnya/individunya berbeda, bunganya termasuk bunga majemuk tak berbatas (Tjitrosoepomo, 2005). Lontar berbunga sepanjang tahun, sehingga tidak diketahui jelas kapan puncak musim berbunga dan berbuahnya secara pasti. Namun, musim bunga terjadi pada akhir musim penghujan atau awal musim kemarau dan perkembangan bunga berlangsung ketika cuaca kering. Pembuahan terbanyak terjadi pada musim kemarau (Juni € September). Semakin panjang musim kemarau semakin banyak buah yang dihasilkan (Nasrullah, 2012).

Pengamatan perkembangan bunga dan buah lontar di lokasi penelitian dimulai dengan mengamati bakal bunga pada bunga jantan dan bunga betina. Hasil pengamatan

perkembangan bunga dan buah lontar di lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perkembangan waktu pembungaan dan pembuahan pohon Lontar di Kec. Kubu dan Kec. Abang, Kab. Karangasem

No Perkem bangan bunga Uraian Waktu pengamatan

Hari ke- Tanggal/Bulan (2011)

Kubu Abang Kubu Abang

1 Perkem bangan bunga jantan Tunas bunga

jantan muncul 1 1 9 April 29 Maret

2 Bunga jantan

muncul 6 16 14 April 13 April

3 Bunga jantan

mulai mekar 26 51 4 Mei 23 Mei

4 Bunga jantan

mengering 96 101 18 Juli 12 Juli

5 Perkem bangan bunga betina sampai menjadi buah Tunas bunga

betina muncul 1 1 9 April 29 Maret

6 Bunga betina

muncul 11 36 19 April 3 Mei

7 Buah mulai

muncul 26 46 4 Mei 13 Mei

8 Buah muda 41 51 19 Mei 18 Mei

9 Buah tua 91 116 8 Juli 22 Juli

Proses awal dari pembungaan biasanya dinamakan inisiasi bunga. Proses morfologi kuncup bunga (inisiasi bunga) dimulai dari pembentukan tunas, pembentukan rangkaian bunga dan pembengkakan kuncup bunga (Griffin dan Sedgley, 1989 dalam Mulyawati dan Na†iem, 2005). Proses pembungaan lontar pada bunga jantan diawali dengan munculnya tunas bunga. Tunas bunga berbentuk seperti kuncup daun yang muncul dari batang pohon. Lama kelamaan

tunas akan memanjang dan berbentuk seperti tandan, dari tiap helaian tunas yang mirip dengan daun akan muncul bunga.

Bunga terletak pada cabang, tiap cabang terdiri dari 2 € 3 bunga. Waktu munculnya bunga setelah tunas muncul adalah 6 € 16 hari. Bunga akan terus memanjang dan berubah warna dari coklat kehijauan menjadi coklat muda. Panjang bunga jantan bisa mencapai 40 € 50 cm. Pada saat bunga jantan siap menyerbuki/tepung sari masak, sisik bunga (mikrosporofil) akan membuka dan tepung sari akan keluar dari kantongnya (mikrosoprangium). Tahap ini biasanya disebut periode anthesis.

Anthesis adalah tahap berbunga dimana penyerbukan dapat terjadi, biasanya dianggap inisiasi pembuahan (Pessarakli, 2001). Pada bunga pinus, periode anthesis yaitu periode membukanya strobili jantan sehingga menyebabkan tepungsari runtuh. Biasanya anthesis terjadi bersamaan dengan masaknya organ reproduksi jantan dan betina, walaupun dalam kenyataannya tidak selalu demikian. Ada kalanya organ reproduksi, baik jantan maupun betina, masak sebelum terjadi anthesis, atau bahkan jauh setelah terjadinya anthesis.Periode anthesis terjadi dikarenakan poros strobili mengalami pemanjangan, sehingga dinding mikrosporangia pecah dengan membentuk celah di sisi ventral dan tepungsari keluar melalui celah tersebut (Danarto, 1983).

Pada penelitian ini tidak diketahui secara jelas kapan waktu membukanya sisik bunga, dikarenakan proses ini sulit untuk diamati. Indikasi waktu bunga mekar/sisik bunga terbuka hanya dapat dilihat dari keluarnya/pecahnya kantong tepung sari dari sisik bunga. Waktu dari terbentuknya bunga

sampai pecahnya kantong tepung sari selama 20 € 35 hari. Setelah bunga jantan menyerbuki, lama kelamaan bunga akan mengering, warna bunga berubah dari coklat menjadi coklat kehitaman sampai hitam. Bunga yang telah kering akan jatuh sendiri ke tanah. Lama waktu bunga mengering dari mulai bunga mekar yaitu sekitar 50 € 70 hari. Siklus perkembangan bunga jantan Lontar disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Siklus perkembangan bunga jantan Lontar

Proses pembungaan pada bunga betina diawali dengan munculnya tunas bunga. Tunas bunga pada bunga betina hampir sama dengan tunas bunga jantan yaitu tunas berbentuk kuncup. Dari tunas bunga akan keluar bunga betina dengan bentuk seperti tongkol. Dalam 1 (satu) tunas bunga akan muncul cabang-cabang bunga, tiap cabang terdiri dari 1 (satu) bunga saja. Hasil pengamatan menunjukkan jumlah bunga

munculnya bunga sekitar 11 € 36 hari. Bunga akan terus tumbuh memanjang dan akan mekar saat bunga siap diserbuki bunga jantan. Tahap mekarnya bunga betina biasa disebut periode reseptif. Periode ini biasanya ditandai dengan membukanya sisik bunga (ovuliferouse scale). Dalam penelitian ini tidak diketahui kapan periode reseptif dikarenakan kesulitan mengamati kapan sisik-sisik bunga membuka.

Menginjak periode reseptif, kuncup strobili betina terlihat tumbuh menegak dan sisiknya membuka. Poros bunga terlihat tumbuh memanjang, sehingga tampak sisik-sisik bunga di bagian ujung membuka dengan memperlihatkan warna hijau kekuningan dan berakhir pada saat seluruh permukaan strobili terlihat dengan seluruh sisik-sisik bunganya telah membuka. Menurut Pandey et al. (1972) dalam Danarto (1983), pembukaan itu merupakan suatu tanda bahwa bakal biji (ovule) telah masak.

Bunga betina lontar memiliki banyak bakal biji dalam 1 (satu) tongkol bunga, sehingga dari 1 (satu) tongkol bunga muncul banyak bakal buah. Sisik-sisik bunga yang terbuka mengindikasikan bakal biji sudah masak, sehingga saat diserbuki akan tumbuh menjadi bakal buah. Pembukaan sisik-sisik bunga lontar tidak terjadi secara bersamaan dalam satu bunga. Hal ini diindikasikan dari terbentuknya buah yang tidak bersamaan dalam satu bunga. Biasanya, dalam 1 (satu) tongkol bunga, buah pertama-tama muncul dari pangkal bunga, tengah dan terakhir ujung bunga. Setelah bakal biji diserbuki tepung sari dari bunga jantan, sisik-sisik bunga akan menutup dan

berubah menjadi buah. Siklus perkembangan bunga betina disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Siklus perkembangan bunga betina sampai pembuahan Lontar

Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan buah muncul pada hari ke 26 € 46. Buah akan terus tumbuh dengan cepat menjadi buah muda dalam waktu 5 € 15 hari setelah munculnya buah. Buah muda berwarna coklat kehijauan, lama kelamaan akan berubah menjadi coklat kehitaman. Buah muda akan tumbuh cepat menjadi buah tua, ukuran dan warna buah akan berubah dengan cepat. Waktu yang diperlukan buah muda menjadi buah tua sekitar 50 € 65 hari. Ukuran diameter buah muda yang semula rata-rata 4,16 € 10,7 cm, setelah menjadi buah tua ukuran diameter rata-ratanya menjadi 12,83 € 15,4 cm. Warna buah akan berubah menjadi hitam sampai hitam kekuningan. Warna buah hitam kekuningan dengan

buah sudah masak fisiologis. Waktu yang diperlukan untuk mendapatkan buah masak fisiologis dari mulai muncul tunas bunga selama 4 bulan. Perkembangan buah Lontar di Kabupaten Karangasem disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Perkembangan buah Lontar di Kecamatan Kubu dan Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem

No Lokasi Penga-matan Waktu Pengamatan Jumlah (buah) Diameter (cm) Warna Ket Hari ke-Tanggal (2011) 1 Kubu 1 4 Mei 26 7.1 hijau Buah mulai muncul 2 41 19 Mei 20 10.7 coklat kehijauan Buah muda 3 51 29 Mei 19 12.6 coklat kehitaman

4 91 8 Juli 19 15.4 hitam Buah tua

5 121 7 Agust 17 15.5 hitam kekuningan Buah masak fisiologis/ buah mulai jatuh 6 Abang 1 13 Mei 10 2.66 hijau Buah mulai muncul 7 51 18 Mei 14 4.16 coklat kehijauan Buah muda 8 66 2 Juni 45 7 coklat kehitaman

9 116 22 Juli 41 12.83 hitam Buah tua

10 - - - - -Buah masak fisiologis/ mulai jatuh

IV. KESIMPULAN

Bunga lontar muncul sepanjang tahun sehingga tidak secara jelas diketahui puncak musim berbunga dan berbuahnya. Periode perkembangan bunga lontar baik jantan maupun betina diawali dengan munculnya tunas bunga berbentuk kuncup. Periode perkembangan bunga jantan berlangsung sekitar 3 bulan, sedangkan periode perkembangan bunga betina sampai menjadi buah masak fisiologis selama 4 bulan.

Daftar Pustaka

Danarto, S. 1983. Studi Fenologi Pembungaan, Pembuahan dan Penyerbukan Terkendali Pinus merkusii Jungh. et de Vriese di Sempolan, Jember. Tesis Fakultas Kehutanan University Gadjah Mada. Yogyakarta.

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia I. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan. Jakarta.

ICRAF. AgroForestry Tree Database: A Tree Species Reference and Selection Guide. Diunduh 18 September 2013. http ://www/worldagroforestrycentre.org/ sea/Products/AFDbases/af/Asp/SpeciesInfo.asp?SpID=1 8139.

Nasrullah, R. 2012. Informasi Singkat Benih Borassus flabellifer L. Leaflet BPTH Sulawesi No 136, Nopember 2012.

Nuroniah, H. S.; T. Rostiwati., S. Bustomi.; A.S.Kosasih; D. Syamsuwida; Mahfudz; I. Setiasih dan G. Pari. 2010.

Sintesa Hasil Penelitian : Lontar (Borassus flabellifer) Sebagai Sumber Energi Bioetanol Potensial. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peningkatan Produktivitas Hutan. Bogor.

Mulyawati, P dan M. Na†iem. 2005. Study Fenologi Pembungaan Santalum album Linn di Wanagama I, Yogyakarta. Jurnal Agrosains XVIII (4): 381 € 394. Pessarakli, M. 2001. Handbook of Plant and Crop Physiology:

Second Edition Revised and Expanded. Marcel Dekker, Inc. New York-Basel.

Wikipedia. Klasifikasi Iklim. Diunduh 22 April 2014. http://id.wikipedia.org/wiki/Klasifikasi_iklim#Klasifikasi _Schmidt_dan_Ferguson.

Tambunan, P. 2009. Potensi dan Kebijakan Pengembangan Lontar Untuk Menambah Pendapatan Penduduk. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman. Kementerian Kehutanan. Bogor.

Tjitrosoepomo, G. 2005. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

STARATEGI BUDIDAYA PENGEMBANGAN HUTAN RAKYAT

CENDANA (Santalum album Linn.) DI NUSA PENIDA Oleh :

I Komang Surata, Indah Prihantini, dan Anita Aprliani, D. R. Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu Mataram

Alamat E-mail : Irat_2006@yahoo.com

ABSTRAK

Kebutuhan kayu cendana untuk kerajinan pariwisata dan keagamaan di Bali terus meningkat, sedangkan pasokan kayu cendana dari NTT dihentikan. Oleh karena itu maka perlu dilakukan pengembangan cendana di Bali. Untuk menunjang keberhasilan pengembangannya maka perlu dilakukan uji coba pola penanaman cendana di lahan masyarakat dalam bentuk hutan rakyat. Dalam tulisan ini akan diuraikan hasil uji coba model pengembangan hutan rakyat cendana di Nusa Penida baik dari aspek dukungan biofisik,keinginan masyarakat, dan aspek teknik budidaya melalui pengujian model. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi biofisik dan partisipasi masyarakat membudidayakan cendana cukup tinggi. Pemerintah perlu memfasilitasi bibit, bimbingan teknologi dan pendampingan masyarakat. Pola tanam yang diinginkan masyarakat adalah pola campuran cendana dengan tanaman pakan ternak dan pangan. Jarak tanam cendana yang dinginkan berupa tanaman sisipan dan tidak terlalu rapat, atau dilakukan sebagai tanaman penguat teras. Dari aspek teknologi pengembangan penanaman cendana yang telah dilakukan oleh pemerintah sebelumnya di Nusa Penida hasilnya masih rendah dan masih tingginya gangguan ternak dan manusia. Penanaman di Pelaba pura lebih aman dari gangguan. Model pengujian pola tanam cendana yang dilakukan di lahan masyarakat yaitu : di lahan pelaba pura dan mandiri (bibit yang dibagikan 5

pohon per orang) tingkat keberhasilannya masih rendah yaitu sebesar 20 %, sedangkan untuk uji demplot di lahan masyarakat seluas 2 ha pada umur 1 tahun pertumbuhannya cukup baik yaitu rata-rata tinggi 54,55 cm, diameter 0,54 cm dan persen tumbuh >60 %. Sedangkan pada cubang pertumbuhannya pada umur 1 tahun masih cukup baik dengan rata-rata tinggi 34,55 cm, diameter 0,34 cm dan persen hidup 75,17 %.

Kata kunci : cendana, budidaya, hutan rakyat, cubang

I. PENDAHULUAN

Dokumen terkait