• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kejang dan Spasme pada Neonatus

Dalam dokumen IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA 2011 PEDOMA (Halaman 167-171)

Kejang pada neonatus adalah perubahan paroksimal dari fungsi neurologik misalnya perilaku, sensorik, motorik dan fungsi autonom sistem saraf. Angka kejadian kejang di negara maju berkisar antara 0,8-1,2 setiap 1000 neonatus per tahun. Insidens meningkat pada bayi kurang bulan yaitu sebesar 20% atau 60/1000 lahir hidup bayi kurang bulan, dibanding pada bayi cukup bulan sebesar 1,4% atau 3/1000 lahir hidup bayi cukup bulan.

Kejang dan spasme merupakan keadaan kegawatan atau tanda bahaya, karena dapat mengakibatkan hipoksia otak yang berbahaya bagi kelangsungan hidup bayi atau dapat mengakibatkan gejala sisa di kemudian hari. Di samping itu kejang dapat merupakan tanda atau gejala dari 1 masalah atau lebih. Angka kematian berkisar 21-58%, sebanyak 30% yang berhasil hidup menderita kelainan neurologis.

Penyebab tersering adalah hipoksik-iskemik-ensefalopati (30-50%), perdarahan intrakranial (10-17%), kelainan metabolik misalnya hipoglikemi (6-10%), hipokalsemia (6-15%), infeksi SSP (5-14%), infark serebral (7%), inborn errors of metabolism (3%), malformasi SSP (5%).

Diagnosis

Anamnesis

- Riwayat kejang dalam keluarga

- Riwayat kehamilan/pranatal Kehamilan kurang bulan -

Infeksi TORCH atau infeksi lain saat ibu hamil -

Pre-eklamsi, gawat janin -

Pemakaian obat golongan narkotika, metadon -

Imunisasi anti tetanus, rubela -

- Riwayat persalinan

Asfiksia, episode hipoksik, gawat janin

-

Trauma persalinan -

Ketuban pecah dini -

Anesthesi lokal/ blok -

156 Kejang dan Spasme pada Neonatus

- Riwayat pascanatal Infeksi

-

Bayi tampak kuning -

Perawatan tali pusat tidak bersih dan kering, penggunaan obat tradisional, infeksi -

tali pusat Riwayat kejang: -

Gerakan abnormal pada mata, mulut, lidah dan ekstremitas, saat timbulnya, lama, -

frekuensi terjadinya kejang

Riwayat spasme atau kekakuan pada ekstremitas, otot mulut dan perut, dipicu -

oleh kebisingan atau prosedur atau tindakan pengobatan

Pemeriksaan fisis

- Kejang

Manifestasi klinis kejang pada bayi baru lahir sangat berbeda dengan anak bahkan bayi kurang bulan berbeda dengan cukup bulan. Gambaran klinis yang sering terjadi sebagai berikut:

Subtle

- :

Orofasial :

Deviasi mata, kedipan mata, gerakan alis yang bergetar berulang, mata yang tiba

tiba terbuka dengan bola mata terfiksasi ke satu arah, gerakan seperti menghisap,

mengunyah, mengeluarkan air liur, menjulurkan lidah, gerakan pada bibir Ekstremitas:

Gerakan seperti orang berenang, mendayung, bertinju atau bersepeda. Episode apnu:

Serangan apnu yang termasuk kejang apabila disertai dengan bentuk serangan kejang yang lain dan tidak disertai bradikardia.

Sistem autonom/vasomotor:

Perubahan tekanan darah (takikardi atau hipertensi) atau peningkatan salivasi Tonik

-

Fokal :

Postur tubuh asimetris yang menetap dari badan atau ekstremitas dengan atau tanpa adanya gerakan mata abnormal.

Umum:

Fleksi tonik atau ekstensi leher, badan dan ekstremitas, biasanya dengan ekstensi ekstremitas

Klonik -

Fokal :

Gerakan bergetar dari satu atau dua ekstremitas pada sisi unilateral, gerakan pelan dan ritmik, frekuensi 1-4 kali/ perdetik.

Multifokal :

Kejang klonik dengan lebih dari satu fokus atau migrasi gerakan dari satu ekstremitas secara acak pindah ke ekstremitas lainnya.

Bentuk gerakan klonik dari salah satu atau lebih anggota gerak yang berpindah- pindah atau terpisah secara teratur, misalnya kejang klonik lengan kiri diikuti dengan kejang klonik tungkai bawah kanan

Mioklonik -

Fokal:

Kontraksi cepat satu atau lebih otot fleksor ekstremitas atas.

Multifokal :

Gerakan tidak sinkron dari beberapa bagian tubuh Umum :

Terdiri dari satu atau lebih gerakan fleksi masif dari kepala dan badan dan adanya gerakan fleksi atau ekstensi dari ekstremitas

- Spasme

Spasme pada tetanus neonatorum hampir menyerupai kejang, tetapi kedua hal tersebut harus dibedakan karena tata laksananya berbeda.Gambaran klinis berupa :

Kontraksi otot tidak terkendali paling tidak beberapa detik sampai beberapa -

menit

Dipicu oleh sentuhan, suara maupun cahaya -

Bayi tetap sadar, sering menangis kesakitan

-

Trismus (rahang kaku, mulut tidak dapat dibuka, bibir mencucu seperti mulut -

ikan)

Opistotonus (kekakuan pada ekstremitas, perut) -

Gerakan tangan seperti meninju dan mengepal -

158 Kejang dan Spasme pada Neonatus

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang ditujukan untuk mencari penyebab kejang Pemeriksaan darah rutin dan apusan darah

-

Lumbal pungsi dan pemeriksaan cairan serebrospinal -

Kadar glukosa darah, kadar elektrolit darah, kadar bilirubin total, direk dan indirek -

Bila diduga ada riwayat jejas pada kepala: pemeriksaan berkala hemoglobin dan -

hematokrit untuk memantau perdarahan intraventrikuler serta didapat perdarahan pada cairan serebrospinal.

Ultrasonografi untuk mengetahui adanya perdarahan periventrikuler-

-

intraventrikuler. Pencitraan kepala (

- CT-scan kepala) untuk mengetahui adanya perdarahan subarahnoid atau subdural, cacat bawaan, infark serebral.

Elektroensefalografi (EEG):

-

Pemeriksaan EEG pada kejang dapat membantu diagnosis, lamanya pengobatan dan prognosis

Gambaran EEG abnormal pada neonatus dapat berupa: gangguan kontinuitas, amplitudo atau frekuensi; asimetri atau asinkron interhemisfer; bentuk gelombang abnormal; gangguan dari fase tidur; aktivitas kejang mungkin dapat dijumpai

Tatalaksana

Penanganan utama adalah mengatasi hipoksia dan gangguan metabolik sebagai penyebab tersering kejang pada neonatus kemudian pemberian antikejang

Medikamentosa

- Medikamentosa untuk menghentikan kejang

Fenobarbital 20 mg/kgBB intravena (IV) dalam waktu 10-15 menit, jika kejang tidak -

berhenti dapat diulang dengan dosis 10 mg/kgBB sebanyak 2 kali dengan selang waktu 30 menit. Jika tidak tersedia jalur intravena, dapat diberikan intramuskular (IM) dengan dosis ditingkatkan 10-15%.

Bila kejang berlanjut diberikan fenitoin 20 mg/kgBB IV dalam larutan garam -

fisiologis dengan kecepatan 1mg/kgBB/menit.

Bila kejang masih berlanjut, dapat diberikan -

- Golongan benzodiazepine misalnya lorazepam 0,05 – 0,1mg/kgBB setiap 8-12 jam

- Midazolam bolus 0,2mg/kgBB dilanjutkan dengan dosis titrasi 0,1-0,4 mg/kgBB/ jam IV

- Pengobatan rumatan

Fenobarbital 3-5 mg/kgBB/hari, dosis tunggal atau terbagi tiap 12 jam secara IV -

atau peroral.

Fenitoin 4-8 mg/kgBB/hari IV atau peroral, dosis terbagi dua atau tiga. -

- Pengobatan spasme/tetanus neonatorum

Beri diazepam 10 mg/kgBB/hari dengan drip selama 24 jam atau bolus IV tiap 3 -

jam, maksimum 40 mg/kgBB/hari

Bila frekuensi napas kurang 30 kali per menit, hentikan pemberian obat -

meskipun bayi masih mengalami spasme.

Bila tali pusat merah dan membengkak, mengeluarkan pus atau berbau busuk -

obati untuk infeksi tali pusat. Beri bayi

-

Human tetanus immunoglobin 500 U IM, bila tersedia, atau tetanus antitoksin -

5000 U IM. Tetanus toksoid 0,1 mL IM pada tempat yang berbeda dengan tempat pemberian antitoksin

Benzil penicillin G 100.000 U/kgBB IV dosis tunggal selama 10 hari -

Bila terjadi kemerahan dan/atau pembengkakan pada kulit sekitar pangkal tali -

pusat, atau keluar nanah dari permukaaan tali pusat, atau bau busuk dari area tali pusat, berikan pengobatan untuk infeksi lokal tali pusat.

Berikan ibunya imunisasi tetanus toksoid 0.5 mL (untuk melindungi ibu dan bayi -

yang dikandung berikutnya) dan minta datang kembali satu bulan kemudian untuk pemberian dosis kedua.

- Pengobatan sesuai dengan penyebab kejang

Suportif

- Menjaga jalan napas tetap bersih dan terbuka serta pemberian oksigen untuk

mencegah hipoksia otak yang berlanjut.

- Menjaga kehangatan bayi

- Pasang jalur IV dan beri cairan IV dengan dosis rumat serta tunjangan nutrisi adekuat - Mengurangi rangsang suara, cahaya maupun tindakan invasif untuk menghindari

bangkitan kejang pada penderita tetanus

- Pemberian nutrisi bertahap, diutamakan ASI.

- Bila memerlukan ventilator mekanik, maka harus dirujuk ke Rumah Sakit dengan

fasilitas Pelayanan Neonatal Level III yang tersedia fasilitas NICU

Pemantauan

Dalam dokumen IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA 2011 PEDOMA (Halaman 167-171)