• Tidak ada hasil yang ditemukan

Normogram untuk menentukan risiko terjadinya hiperbilirubinemia berat pada bayi usia gestasi ≥36 minggu berdasarkan adar bilirubin serum total dan usia

Dalam dokumen IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA 2011 PEDOMA (Halaman 133-138)

Pemeriksaan fisis dan neurolog

Diagram 3 Normogram untuk menentukan risiko terjadinya hiperbilirubinemia berat pada bayi usia gestasi ≥36 minggu berdasarkan adar bilirubin serum total dan usia

Tabel 2. Faktor risiko terjadinya hiperbilirubinemia berat pada bayi usia gestasi ≥35 minggu

Faktor risiko mayor

Kadar bilirubin serum total sebelum dipulangkan berada pada zona risiko tinggi (lihat Diagram1) Ikterus terjadi pada 24 jam pertama

Inkompatibilitas golongan darah dengan uji antiglobulin direk positif atau penyakit hemolitik lain (misalnya, defisiensi G6PD)

Usia gestasi 35-36 minggu

Riwayat saudara kandung mendapat terapi sinar Sefalhematom atau memar luas

ASI eksklusif, terutama bila asupan tidak adekuat dan terdapat penurunan berat badan berlebih Ras Asia Timur

Faktor risiko minor

Kadar bilirubin serum total sebelum dipulangkan berada pada zona risiko tinggi sedang Usia gestasi 37-38 minggu

Ikterus terjadi sebelum dipulangkan Riwayat saudara kandung dengan ikterus Bayi makrosomia dari ibu DM

122 Hiperbilirubinemia

Kepustakaan

Martin CR, Cloherty J. Neonatal hyperbilirubinemia. Cloherty JP, Eichenwald EC, Stark AR, penyunting. 1.

Manual of neonatal care. Edisi ke-6. Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins;2008. h.185-221. American Academy of Pediatrics, Subcommittee on Hyperbilirubinemia. Management of hyper- 2.

bilirubinemia in the newborn infant 35 or more weeks of gestation. Pediatrics. 2004;114:297–316. Porter ML, Dennis BL. Hyperbilirubinemia in the term newborn. Am Fam Physician. 2002;65:599- 3.

606.

American Academy of Pediatrics. Practice Parameter: Management of hyperbilirubinemia in the 4.

healthy term newborn. Pediatrics. 1994;94;558-65.

Gomella TL, Cunningham D, Eyal FG. Neonatology: management, procedures, on-call problems, disease, 5.

and drugs. Edisi ke-6. New York: McGraw-Hill; 2009. h.381-95.

Rohsiswatmo R. Indikasi terapi sinar pada bayi menyusui yang kuning. Dalam: Suradi R, Hegar B, Partiwi 6.

IGAN, Marzuki ANS, Ananta Y, penyunting. Indonesia menyusui. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2010. h.67-75.

Guedes HG, Centeno MJ, Silva J, Silva MG, Severo M, Goncalves A, dkk. Prospective validation of a 7.

novel strategy for assessing risk of significant hyperbilirubinemia. Pediatrics.2011;127;e126-31.

Bhutani VK, Gourley GR, Adler S, Kreamer B, Dalin C, Johnson LH. Noninvasive measurement of 8.

total serum bilirubin in a multiracial predischarge newborn population to assess the risk of severe hyperbilirubinemia. Pediatrics. 2000;106:e17.

Ebbesen F, Rasmussen LM, Wimberley PD. A new transcutaneous bilirubinomter, BiliCheck, used in the 9.

Hiperleukositosis

Hiperleukositosis merupakan kedaruratan onkologi yang terjadi bila hitung leukosit >100.000/µL, tetapi demi kepentingan klinis maka hitung jenis leukosit >50.000/µL sudah ditata laksana sebagai hiperleukositosis. Keadaan ini ditemukan pada 9-13% anak dengan leukemia limfoblastik akut (LLA) dan 5-22% pada leukemia non-limfoblastik akut (LNLA). Hiperleukositosis dapat menyebabkan leukostasis dan sindrom tumor lisis (komplikasi metabolik) yang menyebabkan mortalitas.

Diagnosis

Anamnesis

Gejala leukemia : pucat, perdarahan, demam, BB turun, nyeri sendi. -

Gejala leukostasis seperti pusing, sakit kepala, muntah, sesak nafas, hemoptisis, -

penglihatan kabur, ataksia dan kesadaran menurun. Oliguria atau anuria.

-

Pemeriksaan fisis

Tanda-tanda leukemia : pucat, perdarahan, organomegali, pembesaran kelenjar getah -

bening,

Hipotensi, gangguan sirkulasi perifer -

Leukostasis di otak : papiledema, gangguan visus, agitasi, kesadaran menurun -

Leukostasis di paru : takipnoe,

- dyspnoe, sianosis

Priapismus -

Laboratorium

Leukosit >50.000/µL dengan hitung jenis limfositer dan blast (+).

Bila dalam darah tepi terdapat lekosit > 50.000/ul maka harus dilakukan pemeriksaan : Asam urat, elektrolit (dapat ditemukan hiperuricemia, hiperkalemia, hiperfosfatemia, -

124 Hiperleukositosis

Analisa gas darah untuk melihat adanya asidosis metabolic dan hipoksemia -

Fungsi ginjal : ureum , kreatinin -

Urin rutin untuk mengethui pH urin -

Foto toraks, mencari perdarahan paru dan pembesaran mediastinum -

CT-

- scan kepala (bila ditemukan tanda-tanda perdarahan intrakranial).

Tata laksana

Tatalaksana hiperleukositosis (leukostasis) dan tumor lysis syndrome (gambar 1) : Hidrasi dengan cairan NaCl 0,9%: D5% dengan perbandingan dengan 3:1 dengan -

kecepatan 3000 mL/m2 atau 1½ kali kebutuhan rumatan.

Alkalinisasi dengan pemberian natrium bikarbonat 35-45 mEq/m

- 2/24 jam atau 25-50

mEq/500 mL yang bertujuan untuk mempertahankan pH urin 7.5. Alopurinol 10 mg/kg/hari dibagi 3 per oral

-

Lakukan pemeriksaan: darah tepi lengkap, analisis gas darah, elektrolit (natrium, -

kalium, klorida, kalsium, fosfat, magnesium), fungsi ginjal, dan urinalisis (pH dan berat jenis urin)

Transfusi trombosit diberikan bila trombosit <20.000/µL -

Pemberian transfusi PRC dapat meningkatkan viskositas darah sehingga transfusi -

dapat diberikan bila terjadi gangguan oksigenisasi jaringan atau bila Hb <6.0 g/dL dengan target Hb 8.0 g/dL.

Perlu dilakukan pemantauan secara ketat: -

Tanda vital -

Balans diuresis ketat (diuresis dipertahankan minimal 100 ml/m

- 2/jam

Pemeriksaan darah tepi lengkap, analisis gas darah, elektrolit (K

- +, Na+, Mg, Ca),

asam urat, pH urin dan urinalisis, dilakukan tiap 6 jam bila memungkinkan.

Bila terdapat tanda-tanda DIC maka pemeriksaan PT, aPTT, fibrinogen perlu dilakukan

-

Gbr.1. Algoritme pengobatan tumor lisis syndrome

Kepustakaan

Margolin JF, Poplack DG. Acute lymphoblastic leukemia. Dalam: Pizzo PA, Poplack DG, penyunting. 1.

Principles and practice of pediatric oncology. Edisi ke-4. Philadelphia: Lippincott-Raven Publisher;2002.h.409-62.

Crist WM, Pullen DJ, Riviera GK. Acute lymphoid leukemia. Dalam: Fernbach DJ, Vietti TJ, 2.

penyunting. Clinical pediatric Oncology. Edisi ke-4. St. Louis: Mosby Year Book, 1991. h.305- 36.

Hussein M, Cullen K. Metabolic emergencies. Dalam: Jonston PG, Spence RAJ, penyunting. 3.

Oncologic Emergencies. Edisi pertama.New York: Oxford University press, 2002. h.51-74 Yeung SCJ, Lazo-Diaz G, Gagel RF. Metabolic and Endocrine Emegencies. Dalam: Yeung SCJ, 4.

Escalante CP, penyunting. Oncologic Emergencies. Edisi pertama.Ontario: BC Decker Inc; 2002. h.103-144.

Tumor lisis syndrome

Hiperurikemia (>7mg/dl) Hiperkalemia (K >6.5 mmol/L Hipokalsemia (Ca serum <2.12 mmol/L Hiperfosfatemia (Fosfat serum >1.4 mmol/L Gagal ginjal akut Perubahan EKG (+)

Gejala (+) atau Perubahan EKG(+) Oral Phosphat binder (kalsium karbonat 300 mg oral/8 jam Tidak Ya Ya Ya Tidak Tidak Alopurinol Alkalinisasi urin dg Na bikarbonat iv atau oral Hemodialisis Monitor jantung Potassium-binder resin (kayexalate) 1 g/kg oral dg sorbitol 50%. 10 ml Calsium glukonat 10% (2 menit) Kalsium oral Monitor jantung Kalsium glukonat 10% (perlahan) Insulin 20 U dlm 50 ml glucosa 50% iv

Hemodialisis dilakukan bila : - Kalium gagal diturunkan - Kreatinin >10X normal - Asam urat >10X normal - Fosfat > 10X normal

126 Hiperplasia Adrenal Kongenital

Hiperplasia Adrenal Kongenital

Dalam dokumen IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA 2011 PEDOMA (Halaman 133-138)