• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desi Rusnita, S.Pd.SD

SDN 8 Kepahiang Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu

desi.rusnita@gmail.com

Abstrak

Materi pembelajaran Bahasa Indonesia tentang menulis pantun di kelas V SDN 8 Kepahiang terasa sulit bagi sebagian besar peserta didik. Dalam proses pembelajaran mereka kurang bersemangat dalam belajar, sehingga berdampak pada hasil belajar yang diperoleh cukup rendah. Permasalahan demikianlah yang memotivasi penulis untuk berpikir lebih kreatif membangkitkan kembali semangat peserta didik, sehingga hasil belajarnya sesuai dengan apa yang diharapkan. Untuk solusinya, penulis memerlukan sebuah alat bantu dalam pembelajaran, berupa media pembelajaran yang dapat merangsang semangat belajar mereka. Media pembelajaran kotak Cermat ( Kotak Tantangan Kreatif Cepat Lancar Menulis Pantun) menjadi salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam materi menulis pantun menggunakan media “Kotak Cermat”. Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas V SDN 8 Kepahiang yaitu berjumlah 26 orang. Media Kotak Cermat memberikan stimulus kepada peserta didik untuk berpikir kritis, kreatif, berkolaborasi, dan berkomunikasi. Hasil evaluasi yang dicapai sangat memuaskan bagi guru, yaitu mencapai nilai rata-rata 85,73 pada siklus kedua, dan mencapai ketuntasan klasikal 80,76 %.

Kata Kunci : Menulis Pantun ; Media; Kotak Cermat

Pendahuluan

Sebagai alat komunikasi utama dalam kehidupan sehari-hari bahasa menjadi materi pokok yang diajarkan di tingkat sekolah dasar sampai ke tingkat yang lebih tinggi. Hal ini diharapkan agar keterampilan berbahasa yang dimiliki siswa akan lebih baik atau meningkat. Demikian halnya dalam setiap pembelajaran lainnya yang memerlukan komunikasi, sehingga bahasa dirasa sangatlah penting untuk dipelajari. Dengan memiliki keterampilan berbahasa yang baik peserta didik dapat memahami materi pada mata pembelajaran lainnya dengan baik pula. Ruang lingkup pembelajaran Bahasa Indonesia meliputi empat komponen keterampilan dasar yang harus dimiliki siswa sejak kelas bawah yaitu: keterampilan menyimak, keterampilan menulis, keterampilan membaca, dan keterampilan berbicara. Keterampilan dasar menulis merupakan keterampilan yang juga memerankan peranan penting. Pada kenyataannya pada keterampilan dasar menulislah peserta didik sering mengalami kesulitan.

22

Untuk menuangkan ide atau gagasan dalam bentuk tulisan mereka sering mengalami kendala atau kesulitan.

Keterampilan menulis memang sudah diajarkan sejak kelas 1 sekolah dasar, namun masih banyak ditemui kurangnya gairah siswa dalam belajar menulis, khususnya dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas 5 pada materi menulis pantun. Hasil belajar yang didapat pada kompetensi dasar menggali amanat dan isi pantun yang disajikan secara lisan dan tulis dengan tujuan untuk kesenangan masih belum mencapai hasil yang memuaskan. Sebagian besar siswa masih tampak kurang bersemangat ketika belajar menulis pantun sehingga hasil belajarnya rendah. Peserta didik masih ragu-ragu dalam menulis dan mereka tampak kebingungan untuk memulai menulis. Seolah-olah mereka kehilangan ide atau bahkan tidak punya ide sama sekali untuk menuliskan sesuatu di buku mereka, meskipun pada awalnya guru sudah memberikan beberapa contoh sebagai acuan mereka. Sekalipun guru sudah memberikan contoh dan tema pantun yang akan ditulis, tapi peserta didik masih tak bergairah dan kurang motivasi. Proses berpikir mereka lamban, mereka merasa kurang tertantang dalam proses belajar.

Hasil pratindakan evaluasi belajar menulis pantun yang dilaksanakan pada bulan Oktober tahun 2017 dengan jumlah peserta didik 26 orang menunjukkan nilai rata-rata yang masih rendah yaitu 56,35. Hasil ini belum mencapai KKM yang diharapkan. Adapun KKM muatan pelajaran Bahasa Indonesia di kelas V pada tahun pelajaran 2017-2018 adalah 75. Siswa yang tuntas belajar hanya mencapai 9 orang dengan persentase 34 ,61 % sementara yang tidak tuntas adalah 17 orang dengan persentase 65,38 %.

Berdasarkan hasil evaluasi yang diperoleh, penulis melakukan refleksi terkait proses pembelajaran yang telah terjadi. Penulis mulai memikirkan kendala-kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran dan bagaimana solusi untuk memecahkan permasalahan tersebut. Berawal dari kurang semangat belajar peserta didik sehingga pembelajaran tidak berkualitas pada akhirnya berakhir pada hasil belajar yang kurang memuaskan.

Pada pembelajaran menulis pantun yang diterapkan, pembelajaran masih bersifat konvensional seadanya saja hanya mengikuti petunjuk yang ada pada buku. Guru menjelaskan materi pembelajaran sebatas ceramah dan penugasan saja. Guru tanpa menggunakan media pembelajaran. Alur dalam pembelajaran persis mengikuti buku panduan guru. Tentunya, hal ini berdampak tidak baik dalam proses dan hasil pembelajaran. Pada proses pembelajaran siswa tampak diam saja, hanya menunduk menatapi buku mereka, celingak-celinguk saja seperti orang bingung, dan ada beberapa siswa tampak ngobrol dengan teman dalam kelompoknya. Hal ini tentunya membuat guru jadi kurang bersemangat.

23

Pembelajaran menulis pantun memerlukan kreatifitas yang tinggi untuk memacu semangat belajar peserta didik. Dengan demikian penulis mencari solusinya dengan membuat sebuah media pembelajaran yang dirasa dapat memancing semangat belajar peserta didik dan meningkatkan hasil belajarnya. Media pembelajaran yang dimaksud adalah media kotak cermat (kotak tantangan kreatifitas cepat lancar menulis pantun) yang merupakan media pembelajaran sederhana yang terbuat dari barang-barang bekas yang dapat cermat digunakan oleh peserta didik untuk belajar menulis pantun.

Dengan demikian penulis merumuskan permasalahan, yaitu Apakah media kotak cermat dapat meningkatkan hasil belajar tentang menulis pantun di kelas V SDN 8 Kepahiang? Tujuan penulis melakukan penelitian adalah untuk meningkatkan hasil belajar tentang menulis pantun melalui media pembelajaran kotak cermat di kelas V SDN 8 Kepahiang.

Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Suharsimi Arikunto, dkk (2008:57) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru, bekerjasama dengan peneliti (atau dilakukan oleh guru sendiri yang bertindak sebagai peneliti) di kelas atau di tempat mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktik pembelajaran.

Menurut Saur Tampubolon (2013:19) Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh pendidik di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi. Tujuannya adalah untuk memperbaiki kinerjanya sebagai pendidik, sehingga hasil belajar peserta didik menjadi meningkat dan, secara sistem, mutu pendidikan pada satuan pendidikan juga meningkat.

Berdasarkan definisi dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya secara terorganisir yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran. Atas dasar tujuan penelitian , maka penulis melakukan penelitian tindakan kelas ini. Penulis ingin memperbaiki hasil belajar siswa dalam hal menulis pantun melalui media pembelajaran kotak cermat.

Penulis melaksanakan penelitian ini berkolaborasi dengan teman sejawat. Penelitian dilaksanakan di SDN 08 Kepahiang tepatnya di kecamatan Kepahiang Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V yang berjumlah 26 siswa

24

terdiri dari 9 siswa perempuan dan 17 siswa laki-laki.. Penelitian dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2017/2018 pada muatan pelajaran Bahasa Indonesia materi menulis pantun.

Desain penelitian tindakan kelas terdiri dari 2 siklus. Setiap siklus dalam penelitian ini terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting). Menurut Saur Tampubolon (2013:154) semua tahapan penelitian ini diawali dengan refleksi awal atau pra penelitian. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah berupa observasi, tes, dan studi dokumentasi.

Instrumen pengumpulan data pada penelitian ini adalah lembar observasi dan soal tes. Analisis data yang digunakan oleh penulis adalah teknik deskritif kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi, sedangkan data kuantitatif diperoleh dari hasil tes tertulis. Analisis data kuantitatif diperoleh dari hasil tes menulis pantun. Hasil tes dinyatakan dalam bentuk konkret, berdasarkan skor minimal dan skor maksimal sehingga didapatkan nilai rata-rata. Nilai rata- rata tiap siklus dihitung dengan rumus berikut .

X = ΣX

N

Keterangan :

X = Rata – Rata Kelas

ΣX = Jumlah Skor (Nilai Siswa) N = Banyaknya Siswa

Selanjutnya dihitung persentase siswa yang tuntas atau mencapai KKM yang ditentukan yaitu 75. Rumus yang digunakan untuk menghitung persentase siswa yang tuntas adalah sebagai berikut.

P = NF x 100% Keterangan :

P = Angka Persentase

F = Frekuensi (Jumlah siswa yang mencapai nilai KKM) N = Jumlah seluruh siswa

Indikator keberhasilan penelitian ini adalah meningkatnya keterampilan menulis pantun yang dilihat dari KKM yang ditentukan yaitu 75. Jika nilai rata- rata dan persentase banyaknya siswa yang mencapai nilai minimal 75 adalah 75 %. Sementara proses pembelajaran dikatakan berhasil jika aktivitas siswa dan guru mencapai 75 %.

25

Penelitian dilaksanakan pada bulan September s.d November 2017. Pada penelitian siklus I dan II, guru melakukan perencanaan yang matang untuk melaksanakan pembelajaran mengenai menulis pantun dengan model pembelajaran yang sudah dipersiapkan. Adapun perencanaan yang dibuat adalah; (1) menentukan waktu penelitian;(2) membuat perangkat pembelajaran; (3) merancang lembar observasi. Dalam tahapan perencanaan guru bekerjasama dengan observer dengan harapan hasil yang didapatkan akan lebih maksimal.

Keterampilan Menulis Pantun

Keterampilan menulis adalah salah satu komponen dalam yang penting dalam keterampilan berbahasa, yang berhubungan erat dengan keterampilan berbahasa lainnya. Menulis digunakan dalam proses komunikasi secara tertulis atau tidak langsung dengan orang lain. Kesempatan menulis akan diperoleh siswa, yaitu dengan melalui proses latihan. Semakin sering latihan maka semakin besar peluang untuk dapat menulis. Menurut pendapat Prof. Henry Guntur Tarigan (2008:22) ,Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu.

Sedangkan Menurut pendapat Suparno dan Yunus (2008: 1.3) yang menyatakan menulis merupakan suatu kegiatan penyampaian pesan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Sementara itu, Yunus Abidin (2012:181) menyatakan menulis adalah proses mengemukakan pendapat atas dasar masukan yang diterima penulis dari berbagai sumber ide. Jadi menulis adalah kegiatan mereaksi sumber ide yang dapat berupa segala objek yang merangsang penulis uuntuk menulis termasuk tulisan dari orang lain.Jadi berdasarkan beberapa pendapat di atas penulis mendefinisikan bahwa menulis adalah sebuah proses menyatakan pendapat yang dalam bentuk simbol atau tulisan yang mengandung makna yang dapat dipahami oleh orang membacanya.

Untuk membuat sebuah pantun peserta didik wajib memiliki keterampilan dan kreatifitas yang baik agar hasil tulisannya menarik untuk dibaca. Pantun yang dibuat dapat membuat si pembaca merasa terhibur dan menimbulkan motivasi. Sebelumnya, peserta didik juga mesti memahami tentang konsep pantun terlebih dahulu.

Wendi Widya (2009: 5) mengemukakan beberapa pendapat tentang asal kata pantun. Kata pantun berasal dari bahasa Jawa, yaitu pantun atau pari yang berarti padi. Kata pantun

26

juga bisa berasal dari kata vtun, yang berasal dari bahasa Kawi tuntun atau tuntunan yang berarti mengatur.

Menurut Soetarno (2008: 19) pantun adalah bentuk puisi yang terdiri atas empat larik yang bersajak bersilih dua-dua (pola ab-ab), dan biasanya tiap larik terdiri atas empat perkataan. Dua larik pertama disebut sampiran, sedangkan dua larik berikutnya disebut isi pantun.Sedangkan Surana (2010:31) menyatakan bahwa pantun ialah sebuah bentuk puisi lama yang terdiri atas empat larik, yang berima silang “a-b-a-b”, larik pertama dan kedua disebut dengan sampiran atau bagian objektis, yang biasanya berupa sebuah lukisan alam atau hal apa saja yang dapat diambil sebagai suatu kiasan, larik ketiga dan keempat dinamakan isi atau bagian dari subjektif.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas menulis mendefinisikan Pantun sebagai salah satu bentuk sastra lisan atau tulisan yang terdiri dari empat baris, baris pertama dan kedua adalah sampiran dan baris ketiga dan keempat adalah isi yang bersajak a-b-a-b dan memiliki makna atau pesan kepada pembacanya.

Untuk mempelajari menulis pantun, penulis mencoba berkreasi melalui sebuah media pembelajarann yang merupakan salah satu praktik baik yang dilakukan penulis.

Media Pembelajaran Kotak Cermat

Dalam Bahasa Arab, media berarti perantara (wasail) atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Sementara itu diperkuat dengan pendapat, Cecep Kustandi, dkk (2011: 8) menyebutkan bahwa media pembelajaran adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar dan berfungsi untuk memperjelas makna pesan yang disampaikan, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan lebih baik dan sempurna. Menurut pendapat HM. Musfiqon (2012: 26) memahami media pembelajaran paling tidak ditinjau dari 2 aspek, yaitu pengertian bahasa dan pengertian secara terminologi. Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti ’perantara’ atau ‘pengantar’. Kata kunci media adalah “perantara”.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa media pembelajaran adalah perantara dalam proses pembelajaran yang berupa alat dan berfungsi untuk menjelaskan sebuah konsep sehingga tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Sejalan dengan pendapat di atas, Cecep Kustandi dan Bambang Sutjipto (2011:19) mengatakan, secara umum, kedudukan media dalam sistem pembelajaran adalah sebagai : (1) alat bantu; (2) alat penyalur pesan; (3) alat penguatan (reinforcement); dan (4) wakil guru dalam menyampaikan informasi secara lebih teliti, jelas dan menarik.

27

. Pada materi menulis pantun penulis membuat kreatifitas media “KOTAK CERMAT” akronim dari Kotak Tantangan Kreatif Cepat Lancar Menulis Pantun.

Gambar 1. Media Kotak Cermat

Kotak Cermat yakni sebuah media pembelajaran yang berbentuk kotak yang terbuat dari kardus bekas digunakan secara kreatif oleh peserta didik yang mana bagian -bagian dalamnya terdapat tantangan-tantangan berlevel sehingga memotivasi peserta didik kreatif berpikir menyelesaikan tantangan-tantangan tersebut. Tantangan-tantangan yang dimaksudkan berupa kata atau kalimat yang diambil dari kotak yang menjadi stimulus untuk peserta didik melanjutkan pantun yang akan dibuat. Peserta didik akan tampak bersemangat belajar menulis pantun.

Kata dan kalimat yang ditulis ditempelkan pada stereofom bekas dibentuk sedemikian rupa dengan ditempeli kertas warna-warni. Setiap kelompok bekerjasama menentukan pantun yang akan dibuat. Dengan cara menekan , sehingga akan keluar kata atau kalimat diatas stereofom berwarna. Ini merupakan tantangan bagi mereka. Peserta didik akan berpikir secara kritis, berdiskusi, dan mulai mempresentasikan hasil diskusinya.

Aplikasi Media kotak Cermat terdiri dari beberapa level. Level di sini bertujuan untuk membedakan tantangan -tantangan yang akan diselesaikan oleh setiap kelompok. Level pertama adalah tantangan paling mudah. Level terakhir adalah tantangan tersulit, Pada dasarnya kotak cermat dapat memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam hal mengingat dan mempraktikkan tahapan dalam menulis pantun dengan mudah. Pada level kesatu peserta didik menyusun pantun acak. Pada level 2 ada 1 baris yang hilang (sampiran/isi) peserta didik melengkapinya. Level 3 menulis pantun berdasarkan 2 baris sampiran atau dua baris isi yang sudah ada. Level 4 peserta didik membuat pantun berdasarkan satu kata yang dapat digunakan sebagai akhir sampiran atau isi. Level 5 peserta

28

didik membuat pantun berdasarkan tema. Untuk menyelesaikan tantangan ini guru memberikan tugas mengerjakan LKS kepada setiap kelompok

Hasil dan Pembahasan

Penelitian dilaksanakan terdiri dari 2 siklus. Yang mana setiap siklusnya dilaksanakan dua kali pertemuan. Setiap siklus terdiri dari beberapa tahapan. Adapun empat tahapan tersebut adalah perencanaan. pelaksanaan, observasi. dan refleksi.

Tahap refleksi dilakukan di akhir siklus I ditemukan kelemahan-kelemahan yaitu: 1) masih ada siswa pasif mengikuti pembelajaran. Ketika diberikan tugas kelompok, yang terlihat aktif mengerjakan hanya sebagian siswa, sedangkan siswa yang lain sibuk bercerita dan bermain-main. 2) Tugas kelompok bisa dipresentasikan setelah guru memberi beberapa kali perpanjangan waktu. 3) Siswa kurang serius mendengarkan presentasi hasil diskusi kelompok lain. 4) Siswa belum menguasai keterampilan menulis pantun terutama tentang persajakan 5) siswa kurang bersemangat mengerjakan LKS.

Hasil observasi terhadap aktivitas guru, guru sudah melaksanakan proses pembelajaran dengan baik dari siklus I ke siklus II sudah sesuai dengan rencana pembelajaran yang dirancang, namun pada pertemuan pertama dan kedua tidak semua kelompok dapat mempresentasikan hasil kerjanya. Waktu banyak terbuang karena menunggu kelompok lain untuk beriskusd. Dalam hal ini manajemen waktu kurang baik. Sehingga hasil belajar siswa kurang maksimal. Perlu dilakukan tindakan pada siklus

kedua. Tindakan yang dilakukan adalah guru lebih memanajemen waktu dengan baik, mengarahkan, dan membimbing siswa di setiap kelompok agar lebih meningkatkan semangat dan hasil belajarnya. Guru memaksimalkan pembimbingan dalam diskusi kelompok.

Dengan demikian, pada siklus I penelitian belum menunjukkan hasil yang ditargetkan karena capaianya belum sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Hal ini terjadi diprediksi karena manajemen waktu belum maksimal dan masih terlihat siswa belum serius dan bermain- main ketika diskusi kelompok, sehingga hasil belajar menulis pantun belum maksimal. Dengan demikian penulis melanjutkan ke siklus berikutnya dan melaksanakan sesuai dengan rekomendasi hasil refleksi. Penulis membuat perencanaan yang lebih matang terkait manajemen waktu dan lebih memaksimalkan penggunaan media agar semua siswa telibat aktif dalam belajar.

Pada siklus II menunjukkan adanya peningkatan persentase.. Hal ini sudah sesuai dengan indikator yang diharapkan, dimana data sudah menunjukkan jika siswa tampak bersemangat dalam menyimak penjelasan guru dan menyelesaikan tugas kelompok.

29

Pembatasan waktu sudah bisa ditepati oleh kelompok sehingga guru tidak lagi memberikan perpanjangan-perpanjangan waktu. Sebagian besar anggota kelompok sudah merasa bertanggung jawab atas pekerjaan kelompok. Tidak lagi terlihat siswa yang bermain-main atau berbicara sendiri saat diskusi kelompok. Siswa juga terlihat bersemangat untuk menyelesaikan tugas lebih cepat agar bisa segera mempresentasikannya. Siswa serius menyimak penjelasan guru tentang tahapan menulis pantun. Ketika kerja kelompok siswa terlihat lebih kompak.

Data yang ditunjukkan pada pertemuan kedua siklus II menjelaskan dimana siswa semakin berani menanyakan pantun yang dibuat ketika tugas individu, berusaha memperbaiki dan tidak malu untuk membacakan hasil diskusi kelompok di depan kelas. Siswa antusias ingin membacakan pantun yang mereka buat. Hasil observasi menunjukkan semangat belajar siswa. Siswa tampak bersemangat ketika disuruh bekerja kelompok, mengerjakan LKS, dan mendemonstrasikan media pembelajaran, siswa sudah mulai berani bertanya, dan menyelesaikan tugas dengan tepat waktu Siswa sangat semangat mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Data hasil belajar siswa dimaksud ditunjukkan pada tabel berikut ini.

No Nama Siswa Siklus I Siklus II

1 ARA 60 80 2 ASM 80 100 3 AND 100 100 4 AUR 47 63 5 DDP 100 100 6 DEL 60 60 7 DMY 60 80 8 DVE 47 76 9 DAM 100 100 10 EZF 47 63 11 FDE 100 100 12 FNP 47 47 13 FUR 63 100 14 HBS 63 80 15 MAD 80 80 16 MTK 63 80 17 NRA 100 100 18 OKT 100 100 19 RMR 80 100 20 RTR 60 60

30 21 RDA 100 100 22 SWD 76 80 23 SFR 100 100 24 SCR 80 80 25 VND 100 100 26 YLD 76 100 Jumlah 1989 2229 Rata-rata 76,50 85,73 Jumlah yang tuntas 15 21

Jumlah yang tidak tuntas

11 5

Hasil evaluasi pada siklus I menunjukkan baru mencapai 76,50 yaitu terdapat 15 orang yang tuntas sesuai KKM yang ditentukan dan 11 orang belum tuntas belajar. KKM yang ditentukan adalah 75 % secara klasikal. Sementara pada siklus I, ketercapaiannya baru mencapai 57,69%..

Data yang ditunjukkan pada siklus II nilai rata-rata siswa adalah 85,73. Pada siklus II terdapat 21 orang siswa yang mengalami ketuntasan belajar dan 5 orang yang belum tuntas. Lima orang yang belum tuntas masih dalam kategori “Cukup”. Menurut pengalaman selama ini kelima siswa tersebut memang mengalami permasalahan keterlambatan dalam belajar. Nilai hasil belajar mereka hampir selalu rendah di setiap

mata pelajaran. Peningkatan ketuntasan klasikal menulis pantun naik menjadi 80,76 %. Peningkatan ini sebagai hasil dari penerapan model pembelajaran yang maksimal sesuai rancangan yang dibuat.

Hasil penelitian pada siklus II menunjukkan peningkatan signifikan dibanding pada pra tindakan. Nilai rata- rata kelas meningkat dari 76,50 pada siklus I menjadi 85,73 pada siklus II. Sedangkan jumlah siswa yang mencapai KKM meningkat dari 15 orang pada siklus I menjadi 21 orang pada siklus II. Peningkatan hasil evaluasi dikarenakan model pembelajaran yang dilaksanakan sudah teraplikasi dengan baik, siswa aktif, pengelolaan kelas dan pengaturan waktu sudah maksimal. Karena hasil yang didapat pada siklus II sudah sesuai dengan kriteria keberhasilan yaitu minimal nilai rata-rata 75 dan siswa yang mencapai KKM minimal 75%, sehingga penelitian selesai pada siklus II.

Pada siklus I kelemahan terjadi pada aspek: 1) kemampuan mengerjakan LKS, 2) Kemampuan bertanya, 3)menghargai pendapat orang lain, 4) kemampuan menyimpulkan, 5) kemampuan mengkondisikan kelompok. Atas kelemahan-kelemahan tersebut rekomendasi yang diberikan untuk dilaksanakan pada siklus selanjutnya, adalah dimana guru agar ;1) memperbaiki LKS agar lebih mudah dipahami 2) memberikan motivasi kepada siswa agar berani bertanya 3) menekankan pentingnya saling menghargai pendapat 4) membimbing

31

siswa dalam menyimpulkan pembelajaran 5) Guru membimbing siswa dalam bekerja kelompok. Sedangkan pada siklus II kelemahan-kelemahan yang terjadi sudah sangat berkurang sehingga sudah termasuk kategori yang wajar dan biasa, maka dari siklus II ini tidak ada lagi yang direkomendasikan.

Simpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data dapat disimpulkan bahwa penggunaan media kotak cermat dapat meningkatkan hasil belajar menulis pantun pada siswa kelas V SDN 08 Kepahiang tahun pelajaran 2017-2018. Peningkatan keterampilan menulis pantun ditunjukkan dengan meningkatnya rata-rata hasil evaluasi belajar siswa. Dalam penelitian ini, nilai rata-rata hasil evaluasi yang diperoleh siswa pada siklus I adalah 76,50 dan pada siklus II nilai rata-rata hasil evaluasi siswa menjadi 85,73. Peningkatan hasil belajar menulis pantun juga ditunjukkan dengan meningkatnya persentase ketuntasan belajar siswa. Siswa dinyatakan tuntas jika telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan, yakni 75. Jumlah siswa yang tuntas pada siklus I adalah 15 siswa sedangkan pada akhir siklus II siswa yang telah tuntas mencapai 21 siswa. Pada siklus kedua ketuntasan secara klasikal mencapai 80,76%. Dengan demikian sudah mencapai kriteria yang