• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dede Iskandar, S.Pd

SD Negeri 1 Langkaplancar, Kabupaten Pangandaran, Provinsi Jawa Barat

iskandar2188@gmail.com

Abstrak

Pemanfaatan teknologi informasi untuk menunjang keberhasilan pembelajaran pada jenjang sekolah dasar masih dianggap suatu kesulitan yang luar biasa bagi sebagian guru, hal ini dikarenakan tingkat kemahiran teknologi informasi guru yang masih renda. Pemerintah melalui Pustekkom Kemdikbud sudah dari sejak lama mengembang portal Rumah Belajar yang dapat dimanfaatkan untuk penunjang keberhasilan proses pembelajaran. Keterbatasan alokasi jam pelajaran tatap muka di kelas merupakan salah satu unsur penyebab rendahnya ketercapaian hasil belajar siswa. Sejatinya guru harus mampu mendesain atau merancang metode pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa sehingga belajar makna dapat dirasakan oleh siswa. Tujuan dari pemanfataan kelas maya adalah untuk meningkatkan keberhasilan belajar siswa yang dinilai masih rendah ketika siswa selesai mengikuti proses pembelajaran di kelas klasikal. Teknologi internet merupakan faktor utama dalam pemanfatan kelas maya, tanpa jaringan internet dan peralatan pendukung seperti; android, laptop, atau komputer pemanfaatan kelas maya akan sangat mustahil dapat dilaksanakan sebagai bahan pengayaan bagi belajar siswa yang dapat diakses di mana saja, kapan saja, dan dengan siapa saja.

Kata kunci: kelas maya; pembelajaran; bermakna

Pendahuluan

Teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang pesat membawa banyak perubahan pada berbagai aspek kehidupan, termasuk dunia guruan. Bangsa yang makmur dan maju memulai pembangunannya dari pengembangan sumber daya manusia melalui guruan yang berkualitas. Untuk mewujudkan guruan yang berkualitas memerlukan tenaga guru profesional yang menguasai berbagai keahlian, termasuk salah satunya adalah penguasaan teknologi informasi dan komunikasi. Kualitas sumber daya manusia yang diharapkan dapat bersaing di era global sangat ditentukan oleh kualitas guru yang merupakan garda terdepan guruan. Guru harus memanfaatkan teknologi dan informasi untuk menunjang peran profesinya sebagai tenaga guru profesional. Profesionalitas guru pada zaman sekarang akan sangat dipengaruhi oleh pendayagunaan teknologi informasi dan komunikasi. Bahkan fenomena pergeseran dari konsep “sekolah konvensional” yang bercirikan kelas dalam sekat ruang terbatas ke “sekolah Net” dengan kelas tanpa sekat dalam bentuk kelas maya yang berbasis internet.

Kemendikbud melalui Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Guruan dan Kebudayaan (Pustekkom) mengembangkan suatu portal pembelajaran yang bernama portal Rumah Belajar dengan alamat url http://belajar.kemdikbud.go.id pada Juli 2011. Sesuai

151

dengan Permendikbud No. 11 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Guruan dan Kebudayaan, dimana Pustekkom mempunyai tugas untuk melaksanakan pengembangan dan pendayagunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk guruan dan kebudayaan. Portal Rumah Belajar ini merupakan salah satu usaha untuk memfasilitasi proses pembelajaran melalui media jaringan atau secara online. (Kurniawan, 2017:3). Portal Rumah Belajar menyediakan konten-konten multimedia pembelajaran sebagai sumber belajar dan fasilitas pembelajaran jarak jauh secara online melalui fitur Kelas Maya.

Pembelajaran bermakna mengacu pada konsep bahwa pengetahuan yang dipelajari sepenuhnya dipahami oleh individu dan bahwa individu mengetahui bagaimana fakta yang spesifik berkaitan dengan fakta-fakta yang tersimpan sebelumnya dalam otak. Tugas guru sebagai guru sejatinya harus mampu menciptkan suatu ide atau gagasan dalam mengelola kegiatan pembelajaran sehingga proses pembelajaran dapat bermakna bagi siswa sebagai pengalaman yang sulit untuk dilupakan. Kaitannya dengan pembelajaran bermakna, strategi pembelajaran di Kelas Maya lebih bersifat konstruktivistik yang menuntut pembelajaran aktif dan berpusat pada siswa sehingga mendorong keterampilan siswa.

Desain pembelajaran yang dibuat oleh guru sangat menunjang terhadap keberhasilan pembelajaran. Keterbatasan sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah jangan dijadikan sebagai alasan guru untuk tidak kreatif dalam mengelola pembelajaran di kelas. Berdasarkan pengalaman terbaik sebagai guru di SD Negeri 1 Langkaplancar yang lokasinya berada di daerah pegunungan dan jauh dari pusat pemerintahan Kabupaten Pangandaran telah berhasil memanfaatkan kelas maya dalam kegiatan proses pembelajaran dan hasil belajar yang dicapai siswa sangat baik. Untuk berbagi pengalaman terbaik saya kepada rekan-rekan guru yang lain, kendala yang dihadapi adalah guru-guru tidak mengetahui bahwa Pustekkom sudah sejak lama mengembangkan portal Rumah Belajar yang salah satu fitur utamanya adalah kelas maya.

Permasalahan dalam best practice ini dirumuskan sebagai berikut: (1) Bagaimanakah teknis pemanfaatan kelas maya untuk menghasilkan pembelajaran yang bermakna bagi siswa kelas VI SD Negeri 1 Langkaplancar? (2) Bagaimanakah efektivitas pemanfaatan kelas maya untuk menghasilkan pembelajaran yang bermakna bagi siswa kelas VI SD Negeri 1 Langkaplancar?

Mengacu pada rumusan masalah tersebut, maka best practice ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui teknis pemanfaatan kelas maya untuk menghasilkan pembelajaran yang bermakna bagi siswa kelas VI SD Negeri 1 Langkaplancar, (2) Mengetahui tingkat

152

keefektivan pemanfaatan kelas maya untuk menghasilkan pembelajaran yang bermakna bagi siswa kelas VI SD Negeri 1 Langkaplancar.

Kajian Teori

Upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu guruan masih terus menjadi fokus perhatian utama pemerintah. Banyak agenda reformasi yang telas, sedang, dan akan dilaksanakan. Reformasi guruan adalah restrukturisasi guruan, yakni memperbaiki pola hubungan sekolah dengan lingkungannya dan dengan pemerintah, pola pengembangan perencanaan serta pola pengembangan manajerialnya, pemberdayaan guru dan restrukturisasi model-model pembelajaran (Murphy, 1992:10).

Pembelajaran atau ungkapan yang lebih dikenal sebelumnya “pengajaran” adalah upaya untuk membelajarkan siswa (Degeng, 1989:11). Aktivitas belajar pada siswa dapat terjadi dengan direcanakan (by designed) dan dapat pula terjadi tanpa direncanakan. Upaya membelajarkan siswa dapat dirancang tidak hanya dalam berinteraksi dengan guru sebagai satu-satunya sumber belajar, melainkan berinteraksi dengan semua sumber belajar yang mungkin dapat dipakai untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Menurut AECT (Association Education Centre and Technology) dalam Muhaimin (2004:145), sumber belajar dapat berupa pesan, orang, bahan, alat, teknik, san latar atau lingkungan.

Kelas Maya adalah kelas yang diadakan tanpa tatap muka secara langsung antara pengajar dan yang menerima bahan ajar. Kelas virtual berhubungan langsung dengan internet. Dimana pengajar menyediakan sebuah forum kepada para penerima bahan ajar dan melakukan diskusi seperti kegiatan belajar mengajar dikelas. Kelas Maya di Rumah Belajar merupakan sebuah learning management system (LMS) yang dikembangkan khusus untuk memfasilitasi terjadinya pembelajaran dalam jaringan (online) antara siswa dan guru kapan saja, di mana saja. Strategi pembelajaran di Kelas Maya lebih bersifat konstruktivistik yang menuntut pembelajaran aktif dan berpusat pada siswa sehingga mendorong keterampilan siswa. Pembelajaran kelas maya ini menggunakan teknologi pembelajaran (Rumah Belajar) untuk merancang, menyampaikan, dan mengatur pembelajaran formal dan informal serta berbagi pengetahuan, sehingga model pembelajaran kelas maya ini dirancang sebagai pelengkap kegiatan pembelajaran di kelas dengan lebih banyak pada aktivitas asynkronous berdasarkan fasilitas TIK yang tersedia di sekolah.

Komponen pendukung pembelajaran kelas maya yaitu:

1. Konten untuk pembelajaran, berhubung pembelajaran dilakukan tanpa tatap muka, jadi guru harus memberikan materi (konten) untuk siswanya.

153

2. Perangkat keras (hardware), berupa komputer, laptop, tablet, maupun smartphone. 3. Perangkat lunak (software), seperti LMS, dll.

4. Strategi komunikasi, menyangkut bagaimana siswa mengikuti pembelajaran, mengerjakan tugas, dan mengikuti ujian.

5. Jaringan internet, kelas maya tidak bisa berjalan tanpa internet. Jadi ketersediaan internet adalah wajib.

Implementasi pemanfaatan TIK dalam pembelajaran melibatkan pihak sekolah dalam hal ini kepala sekolah, guru, siswa, admin (operator) dan orang tua. Sekolah sebagai penyelenggara kelas maya, sehingga sekolah melalui kepala sekolah membuat kebijakan untuk membuka kelas maya, mengatur, merencanakan, dan melaksanakan pembelajaran melalui kelas maya.

Guru sebagai pengelola kelas maya memiliki peran dalam keberhasilan pelaksanaan kelas maya. Hal ini terkait tugas-tugas yang harus dilakukan guru dalam merencanakan, mempersiapkan, melaksanakan dan mengevaluasi proses pembelajaran melalui kelas maya.

Belajar bermakna (meaningful learning) yang digagas David P. Ausubel adalah suatu proses pembelajaran dimana siswa lebih mudah memahami dan mempelajari, karena guru mampu dalam memberi kemudahan bagi siswanya sehingga mereka dengan mudah mengaitkan pengalaman atau pengetahuan yang sudah ada dalam pikirannya. Sehingga belajar dengan “membeo” atau belajar hafalan (rote learning) adalah tidak bermakna (meaningless) bagi siswa. Belajar hafalan terjadi karena siswa tidak mampu mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang lama.

Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut Ausubel adalah struktur kognitif yang ada, stabilitas dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu. Seseorang belajar dengan mengasosiasikan fenomena baru ke dalam skema yang telah ia punya. Dalam prosesnya siswa mengkonstruksi apa yang ia pelajari dan ditekankan pelajar mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan fakta-fakta baru ke dalam system pengertian yang telah dipunyainya.

Ausubel berpendapat bahwa guru harus dapat mengembangkan potensi kognitif siswa melalui proses belajar bermakna. Mereka yang berada pada tingkat guruan dasar, akan lebih bermanfaat jika siswa diajak beraktifitas, dilibatkan langsung dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan pada tingkat guruan yang lebih tinggi, akan lebih efektif jika menggunakan penjelasan, peta konsep, demonstrasi, diagram dan ilustrasi.

154

1. Belajar dengan penemuan yang bermakna, yaitu mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan materi pelajaran yang dipelajarinya atau siswa menemukan pengetahuannya dari apa yang ia pelajari kemudian pengetahuan baru itu ia kaitkan dengan pengetahuan yang sudah ada.

2. Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna, yaitu pelajaran yang dipelajari ditemukan sendiri oleh siswa tanpa mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya, kemudian dia hafalkan.

3. Belajar menerima (ekspositori) yang bermakna, materi pelajaran yang telah tersusun secara logis disampaikan kepada siswa sampai bentuk akhir, kemudian pengetahuan yang baru itu dikaitkan dengan pengetahuan yang ia miliki.

4. Belajar menerima (ekspositori) yang tidak bermakna, yaitu materi pelajaran yang telah tersusun secara logis disampaikan kepada siswa sampai bentuk akhir, kemudian pengetahuan yang baru itu dihafalkan tanpa mengaitkannya dengan pengetahuan yang ia miliki.

Prasyarat agar belajar menerima menjadi bermakna menurut Ausubel, yaitu:

1. Belajar menerima yang bermakna hanya akan terjadi apabila siswa memiliki strategi belajar bermakna,

2. Tugas-tugas belajar yang diberikan kepada siswa harus sesuai dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa,

3. Tugas-tugas belajar yang diberikan harus sesuai dengan tahap perkembangan intelektual siswa.

3. Hasil dan Pembahasan

Motivasi siswa sesungguhnya berkaiatan erat dengan keinginan siswa untuk terlibat dalam proses pembelajaran. Motivasi sangat diperlukan bagi terciptanya proses pembelajaran di kelas secara efektif. Motivasi memiliki peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran, baik dalam proses maupun pencapaian hasil. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami langsung apa yang dipelajarinya dengan mengaktifkan lebih banyak indera daripada hanya mendengarkan orang/guru menjelaskan. Pembelajaran itu sendiri pada hakekatnya adalah suatu proses interaksi antar anak dengan anak, anak dengan sumber belajar dan anak dengan guru. Kegiatan pembelajaran ini akan menjadi bermakna bagi anak jika dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan memberikan rasa aman bagi anak. Proses

155

belajar bersifat individual dan kontekstual, artinya proses belajar terjadi dalam diri individu sesuai dengan perkembangannya dan lingkungannya.

IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang harus diajarkan kepada siswa di jenjang sekolah dasar. Namun dilain hal pelajaran IPA sering kali dianggap sebagai suatu pelajaran yang tidak disukai oleh siswa karena dianggap sulit. Guru juga terkadang mengalami kesulitan dalam memberikan materi pelajaran IPA secara tuntas di kelas. Jumlah alokasi jam pelajaran IPA yang terbatas mengharuskan guru untuk lebih memberikan tugas pengayaan atau pekerjaan rumah sebagai suplemen tambahan karena terbatasnya waktu yang tersedia di kelas klasikal.

Sudah dapat dipastikan dengan minat belajar IPA siswa yang rendah dan terbatasnya waktu yang tersedia untuk pembelajaran IPA di kelas, hasil belajar siswa yang dicapai juga tidak akan maksimal. Hal demikian juga terjadi di Kelas VI SD Negeri 1 Langkaplancar dengan jumlah siswa 17 orang, tingkat ketercapaian pelajaran IPA masih rendah. Untuk itu saya sebagai guru Kelas VI telah berupaya dan mencoba memanfaatkan fitur Kelas Maya dari portal Rumah Belajar dengan berbantukan teknologi internet sebagai bahan pelajaran tambahan atau pengayaan bagi siswa pada pelajaran IPA yang dapat diakses dimana saja, kapan saja, dan dengan siapa saja. Keterbatasan sarana penunjang juga menjadi kendala yang luar biasa, namun karena kegigihan dan semangat antara guru, siswa, sekolah, dan orangtua keterbatasan tersebut dapat diatasi. Tidak semua siswa Kelas VI di SD Negeri 1 Langkaplancar mampu mengoperasikan android, laptop atau komputer. Dengan metode belajar kelompok permasalahan tersebut juga dapat diatasi.

Sebelum pemanfaatan fitur kelas maya, sekolah dan guru telah melakukan persiapan dan memperoleh data materi apa saja yang akan dibuat kelas maya dan daftar siswa yang akan ikut remedial. Berikut ini alur penerapan model pembelajaran kelas maya melalui Rumah Belajar sebagai program remedial. Guru telah melakukan analisis hasil ujian siswa pada materi tertentu. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan tes diagnostic tersebut, guru telah menentukan daftar siswa yang akan mengikuti remedial. Kemudian guru menyiapkan materi, media yang telah dilakukan penyederhanaan untuk diberikan di kelas maya. Selanjutnya guru melakukan persiapan di kelas maya.

Sekolah sebagai penyelenggara, guru, dan siswa wajib melakukan pendaftaran di Kelas Maya jika akan membuka fitur Kelas Maya. Pendaftaran dapat diklasifikasikan sebagai penyelenggara, guru, dan siswa. Berikut ini langkah-langkah pendaftaran di Kelas Maya.

156

Setelah guru dan siswa memiliki akun di kelas maya, langkah selanjutnya adalah guru membuat bahan ajar materi yang akan disampaikan kepada siswa melalui kelas maya. Dalam mengelola kelas guru juga dapat membuat bahan ajar dengan format video atau gambar, dan juga dapat memberikan latihan soal langsung yang dapat diselesaikan oleh siswa yang berupa latihan atau tugas.

Hasil yang diperoleh siswa setelah memanfatkan kelas maya sebagai kelas tambahan dalam proses pembelajaran sangat baik. Tingkat pemahaman siswa lebih maksimal dan siswa sangat antusias mengikuti proses pembelajaran dengan pemanfaatan kelas maya. Dalam hal pemanfatan kelas maya peran guru juga sangat penting sama halnya dengan proses pembelajaran kelas klasikal. Hanya saja kelas maya tidak mengharus guru dan siswa bertatap muka secara langsung, namun komunikasi tetap berjalan dengan lancar.

4. Simpulan

Simpulan dari best practice ini adalah (1) Motivasi belajar siswa menjadi lebih meningkat, karena siswa belajar dengan suasana dan teknik yang baru dengan berbantukan teknologi internet. (2) Pemanfatan kelas maya sangat menunjang terhadap tingkat keberhasilan belajar siswa. Keterbatasan waktu belajar di sekolah dapat lebih dimaksimalkan dengan belajar melalui kelas maya yang dapat diakses dimana saja, kapan saja, dan dengan siapa saja.

Kelas maya merupakan fitur yang sudah lama dikembangkan oleh Kemdikbud melalui Pustekkom. Namun dalam perjalanannya masih banyak guru yang belum mengetahuinya bahkan senggan untuk memanfaatkan dalam proses pembelajaran. Sejatinya guru harus mampu untuk menciptakan proses pembelajaran yang bermakna bagi siswa. Pembelajaran kelas klasikal bukan satu-satunya proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Dengan pemanfaatan kelas maya siswa akan lebih tertarik untuk leih mendalami materi pelajaran yang diberikan oleh guru.

157 5. Daftar Pustaka

Asra, M.Ed. dan Dra. Sumiati. (2009). Metode Pembelajaran. Bandung: CV wacana Prima. Asrori M. (2009). Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV wacana Prima.

Taufani C.K. (2008). Wikipedia untuk Guru. Bandung: Globalindo Universal Multikreasi. Nurhayati A.S. (2018). Petunjuk Pemanfaatan Kelas Maya Dalam Penerapan Model

Pembelajaran Kelas Maya Melalui Rumah Belajar Sebagai Program Remidial. Jakarta: Pustekkom Kemdikbud.

Pustekkom. (2018). Portal Rumah Belajar. http://belajar.kemdikbud.go.id. diunduh di Pangandaran, 14 September 2018.

Anakciremai. (2013). Pengertian Belajar Bermakna.

https://www.anakciremai.com/2011/11/pengertian-belajar-bermakna.html, diunduh di Pangandaran, 14 September 2018.

158

BEST PRACTICE: INTEGRASI PEMBELAJARAN IPS-PPKn DENGAN