• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelelahan Kerja Perawat di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Tentara Binjai Binjai

METODE PENELITIAN 3.1Jenis Penelitian

5.2 Kelelahan Kerja Perawat di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Tentara Binjai Binjai

Hasil pengukuran univariate pada tabel 4.11 diperoleh bahwa perawat yang mengalami kelelahan kerja rendah sebanyak 12 orang (31,6%), perawat yang mengalami kelelahan kerja sedang sebanyak 23 orang (60,5%), dan perawat yang mengalami kelelahan kerja tinggi sebanyak 3 orang (7,9%). Dari tabel ini diperoleh bahwa jumlah kategori terbanyak untuk kelelahan kerja yaitu pada kategori kelelahan kerja sedang yang mungkin diperlukan tindakan di kemudian hari untuk mencegah tingkat kelelahan yang lebih tinggi pada pekerja khususnya perawat yang memiliki uraian tugas keperawatan di rumah sakit. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Tarwaka (2015) bahwa kelelahan kerja pada kategori sedang mungkin diperlukan tindakan dikemudian hari.

Dalam melakukan pekerjaan dapat mengakibatkan seseorang mengalami kelelahan. Seseorang yang mengalami kelelahan mengalami gejala-gejala kelelahan yaitu gejala pelemahan kegiatan, gejala pelemahan motivasi, dan gejala kelelahan fisik (Suma’mur 2009 dan Tarwaka 2015).

Kelelahan kerja yang dialami sebahagian besar perawat yaitu gejala pelemahan kegiatan seperti merasa lelah seluruh badan, perasaan berat di kepala, sering menguap saat bekerja, merasa mengantuk, merasa ingin berbaring, dan gejala pelemahan kegiatan lainnya. Hal ini terjadi karena saat bekerja terjadi

pembebanan pada otot sehingga mengakibatkan berkurangnya kinerja otot. Kelelahan pada otot mengakibatkan melemahnya kemampuan perawat dalam melakukan tugas-tugas keperawatan.

Kelelahan pada pekerja juga ditandai dengan gejala pelemahan motivasi seperti tidak dapat berkonsentrasi, sulit memusatkan perhatian, mudah melupakan sesuatu, merasa susah berpikir, dan gejala kelelahan lainnya. Hal ini dapat terjadi karena lamanya kerja fisik dan mental yang dilakukan oleh perawat. Lama kerja dalam tiap shift di Rumah Sakit Tentara Binjai memiliki waktu yang berbeda. Perawat juga mendapat shift malam yang dapat membuat gangguan irama tubuh. Sebab-sebab psikologis seperti tanggung jawab dan kekhawatiran kepada pasien membuat perawat lelah.

Kelelahan kerja yaitu gambaran kelelahan fisik juga dialami perawat seperti merasa kaku pada bagian bahu, merasa sakit pada bagian kepala, nyeri pada punggung, dan gejala kelelahan fisik lainnya. Hal ini dapat terjadi karena perawat juga melakukan kerja fisik dalam melaksanakan uraian tugas keperawatan. Pekerjaan perawat seperti merawat, mengangkat, mendorong, dan pekerjaan yang berdiri membuat perawat menunjukkan gambaran kelelahan fisik. 5.3 Hubungan Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja pada Perawat di

Unit Rawat Inap Rumah Sakit Tentara Binjai

Hasil uji fisher antara beban kerja dengan kelelahan kerja diketahui bahwa nilai p = 0,530 sehingga p > 0,05 yang artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara beban kerja dengan kelelahan kerja pada perawat di unit rawat inap Rumah Sakit Tentara Binjai tahun 2016.

Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hariyono (2009), menunjukkan hubungan yang signifikan antara beban kerja dengan kelelahan kerja pada perawat di Rumah sakit Islam Yogyakarta PDHI dengan taraf signifikan 0,000 <0,05. Perawat merasa kelelahan akibat lonjakan pasien untuk penyakit seperti fibris, ISPA, GEA (radang perut), TBC dan Hipertensi. Lonjakan pasien yang banyak tidak sesuai dengan jumlah tempat tidur yang dibutuhkan sehingga banyak pasien dewasa yang dirujuk ke ruang anak sehingga menyebabkan beban kerja perawat berlebih.

Menurut Tarwaka (2015), beban kerja merupakan sesuatu yang muncul dari interaksi antara tuntutan tugas-tugas, lingkungan kerja dimana digunakan sebagai tempat kerja, keterampilan, perilaku dan persepsi dari pekerja. Beban kerja juga diartikan sebagai tuntutan tugas atau upaya-upaya yang dilakukan untuk melakukan pekerjaan. Beban kerja yang berasal dari luar tubuh pekerja seperti tugas-tugas, organisasi, dan lingkungan kerja yang merupakan stressor.

Kelelahan kerja dapat terjadi akibat faktor-faktor seperti intensitas dan lamanya kerja fisik dan mental, problem fisik seperti tanggung jawab, konflik, circadian rhythm, lingkungan, kenyerian, kondisi kesehatan, nutrisi. Kelelahan terus-menerus dalam waktu lama dapat menjadi kelelahan kronis. Rasa lelah tidak hanya terjadi setelah melakukan pekerjaan, melainkan juga selama bekerja bahkan sebelum bekerja. Perasaan lesu menjadi gejala penting pada kelelahan kronis. Kelelahan kronis cenderung menyebabkan meningkatkan absentisme terutama mangkir kerja dan mengakibatkan tingginya angka sakit pada tenaga kerja individual dan kelompok yang menderita kelelahan kronis (Tarwaka, 2015).

Menurut Hariyono (2009), beban kerja berlebih akan berdampak pada penurunan kualitas pelayanan keperawatan yang dilakukan oleh perawat. Beban kerja erat kaitannya dengan kinerja, yang mana berkaitan pula dengan performa dalam melakukan suatu pekerjaan. Apabila beban kerja berlebih akan berpengaruh dengan kinerjanya, dimana hal ini berkaitan dengan tingkat kelelahan seseorang. Beban kerja yang berlebih dapat menyebabkan menurunnya moral dan motivasi perawat sehingga hal ini menjadi salah satu penyebab kelelahan kerja.

Suma’mur (1989), menyatakan bahwa beban kerja menjadi salah satu faktor untuk terjadinya kelelahan kerja. Beban kerja perawat termasuk tugas-tugas yang dilakukan oleh perawat di unit rawat inap. Dalam International Datasheets on Occupation (2000) perawat dalam menjalankan tugasnya dapat menderita kelelahan akibat pekerjaan yang berdiri dan berjalan, shift dan kerja malam, keseluruhan tanggung jawab, dan faktor psikologi dan organisasi.

Namun ternyata beban kerja tidak selalu mengakibatkan pekerja mengalami kelelahan kerja, tergantung bagaimana individu mengelola waktu dan pekerjaannya agar performa kerja tidak menurun. Lingkungan dan organisasi juga dapat diatur sedemikian rupa agar pekerja merasa nyaman dalam bekerja dan pekerjaan dapat optimal. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Perwitasari dan Tualeka (2014), menunjukkan tidak ada hubungan antara beban kerja dengan kelelahan kerja perawat di RSUD dr. Mohamad Soewandhie dengan nilai p > 0,005 ( p = 0,618 ).

Berdasarkan hasil diketahui bahwa dari 38 orang perawat hanya ada 3 orang yang mengalami kelelahan tinggi dari 24 orang beban kerja berat. Rumah

Sakit Tentara Binjai mempunyai jumlah perawat terbanyak dengan usia < 24 tahun sebanyak 20 orang. Usia rentang 20 - <40 tahun merupakan fase dewasa awal yang merupakan usia produktif untuk bekerja sehingga perawat dapat dipacu kemampuannya dalam menyelesaikan suatu pekerjaan dengan baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hasibuan (2005) dan Mangkunegara (2001), bahwa karyawan muda umumnya mempunyai fisik yang lebih kuat, dinamis, dan kreatif sehingga kinerjanya maksimal. Karyawan muda memiliki keinginan untuk maju, rasa ingin tahu yang tinggi, energik, terbuka menerima pendapat, memiliki inisiatif tinggi, serta pemikiran yang luas dan terarah yang menunjang pencapaian kinerja optimal.

Menurut Suma’mur (2009), kelelahan dapat dikurangi bahkan ditiadakan dengan berbagai cara yang bersifat umum dan pengelolaan kondisi pekerjaan dan lingkungan kerja di tempat kerja seperti menerapkan jam kerja dan waktu istirahat sesuai ketentuan yang berlaku, pengaturan cuti yang tepat, penyelenggaraan tempat istirahat, pemanfaatan masa libur dan peluang untuk rekreasi, mengurangi monotoni dan stres, penerapan ergonomi dalam bekerja, pengorganisasian proses produksi yang tepat, pengendalian faktor fisik, seleksi dan penempatan tenaga kerja, pelatihan, dan supervisi.

Rumah Sakit Tentara Binjai juga rutin melakukan pelatihan kepada para pekerjanya khususnya perawat seperti pelatihan pencegahan dan pengendalian penyakit infeksi, pelatihan komunikasi, pelatihan kebakaran, pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD), dan pelatihan lainnya agar pekerjanya terampil dan sebagai pembentukan dasar profesionalitas.

Berdasarkan Undang-undang No 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pasal 79 ayat b, pekerja berhak mendapatkan cuti tahunan sekurang-kurangnya 12 hari setelah pekerja tersebut bekerja selama 12 bulan secara terus-menerus. Pihak Rumah Sakit Tentara Binjai memberikan cuti kepada perawatnya selain cuti hamil dan nifas yaitu cuti 12 hari dalam setahun bagi perawat tetap dan 6 hari dalam setahun bagi perawat sementara. Cuti ini dapat dimanfaatkan perawat untuk berlibur sehingga dapat menghilangkan kepenatan dalam bekerja.

Pihak rumah sakit juga melakukan seleksi dan penempatan untuk pekerja baru sesuai dengan pendidikan dan pengalaman kerja. Dilihat dari distribusi perawat berdasarkan pendidikan terakhir, perawat di unit rawat inap dengan pendidikan terendah yaitu D3 Keperawatan. Hal ini sesuai dengan PPNI bahwa jenjang pendidikan terendah untuk perawat bekerja di rumah sakit yaitu D3 Keperawatan.

Dalam menjalankan tugasnya, perawat di unit rawat inap Rumah Sakit Tentara Binjai dibantu oleh bidan dalam menjalankan tugasnya. Walaupun beban kerja perawat tinggi, tetapi apabila tugas-tugas keperawatan tersebut dikerjakan secara bersama-sama, maka kelelahan perawat tersebut menjadi berkurang..

Pengaturan rotasi shift yang dilakukan pihak Rumah Sakit dapat mengatasi kejenuhan dan menambah pengalaman perawat. Hal ini sesuai dengan pendapat Wahyudi (2002), menyebutkan bahwa tujuan dari sistem rotasi adalah untuk menambah pengetahuan, pengalaman, meningkatkan keterampilan, dan mengatasi kejenuhan.

Rumah Sakit Tentara Binjai memiliki taman dan ruang terbuka hijau seluas 12,691 �2(termasuk parkir) yang dapat dimanfaatkan perawat untuk menyegarkan pikiran, menstimulasi krestivitas dan produktifitas, memberikan kenyamanan serta memperindah lingkungan. Hal ini sesuai dengan fungsi ekstrinsik Ruang Terbuka Hijau menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5 Tahun 2008.

Maka, dilihat dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa program dan usaha yang dilakukan oleh pihak Rumah Sakit Tentara Binjai dalam mengatasi kelelahan kerja cukup baik.