• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN... I-1 (Halaman 78-93)

PEMERINTAHAN DAERAH

Terhadap 10.000 Jumlah Penduduk Usia Sekolah SD/MI dan SMP/MTs Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 - 2012

12. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera

a. Contraceptive Prevalence Rate (CPR)/Peserta KB Aktif

Jumlah peserta KB aktif dari tahun ke tahun mengalami kenaikan, walaupun tidak begitu signifikan, yaitu dari 5,08 juta (tahun 2009) menjadi 5,40 juta (tahun 2012), namun mengalami penurunan menjadi 5,38 juta (tahun 2013). Penurunan CPR ini disebabkan banyak peserta KB aktif berganti cara (konversi) dari peserta KB Metode Kontrasepsi Jangka Panjang/MKJP (khususnya IUD dan implant) ke non MKJP. Upaya yang dilakukan dalam rangka meningkatkan CPR

II - 59

antara lain melalui Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) serta peningkatan pemahaman masyarakat terhadap program KB pada Keluarga pra KS dan KS I agar bersedia menggunakan MKJP. Perkembangan jumlah peserta KB aktif di Jawa Tengah Tahun 2009 – 2013 dapat dilihat pada Tabel 2.73.

Tabel 2.73.

Peserta KB Aktif di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 – 2013

No Tahun Jumlah PUS Peserta KB Aktif Persentase

1 2009 6.487.025 5.080.590 78.32

2 2010 6.561.254 5.155.761 78.58

3 2011 6.683.596 5.285.530 79,32

4 2012 6.738.688 5.403.576 80.19

5 2013 6.774.113 5.388.214 79,54

Sumber: BKKBN Provinsi Jawa Tengah, 2010-2014

b. Drop Out (DO) KB

DO peserta KB dari tahun ke tahun mengalami kenaikan, baik secara persentase maupun jumlah absolut. Hal ini antara lain disebabkan masih rendahnya komitmen kabupaten/kota terhadap program KB, nomenklatur kelembagaan yang berbeda serta rasio PLKB tidak proporsional dengan jumlah desa/kelurahan, serta sebagian besar akseptor masih menggunakan alat kontrasepsi non MKJP. Upaya yang dilakukan agar dapat menekan DO KB antara lain melalui Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE), peningkatan pemahaman masyarakat terhadap program KB pada Keluarga pra KS dan KS I agar bersedia menggunakan MKJP dan peningkatan SDM PLKB. Kondisi peserta DO KB di Jawa Tengah selama Tahun 2009 – 2013 dapat dilihat pada Tabel 2.74.

Tabel 2.74.

Peserta DO KB di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 - 2013

No. Tahun DO KB

Jumlah (orang) Persentase

1 2009 655.569 11,69

2 2010 829.455 13,11

3 2011 911,924 14,71

4 2012 960.277 15,09

5 2013 1.033.375 16,09

Sumber: BKKBN Provinsi Jawa Tengah, 2010-2014

c. Unmet Need

Perkembangan unmet need KB dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan, walaupun secara absolut masih tinggi, bahkan pada Tahun 2013 mengalami sedikit peningkatan. Hal ini disebabkan masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk

II - 60

ber KB, dikarenakan PUS yang tidak ingin memiliki dan menunda punya anak tetapi tidak mau ber KB. Upaya yang dilakukan agar dapat menekan unmet need KB antara lain melalui Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE), peningkatan pemahaman masyarakat terhadap program KB, peningkatan SDM PLKB dan kerjasama antar berbagai institusi. Kondisi

unmet need tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.75.

Tabel 2.75.

Unmet Need KB di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 - 2013

No. Tahun Jumlah PUS Jumlah (orang) Unmet Need(%) KB

1 2009 6.487.025 758.084 11,69

2 2010 6.561.254 760.704 11,59

3 2011 6.683.596 729.796 10,95

4 2012 6.738.688 691.640 10,26

5 2013 6.774.113 705.992 10,42

Sumber: BKKBN Provinsi Jawa Tengah, 2010-2014

d. Pengembangan Peran Serta Masyarakat dalam Layanan KB Mandiri

Peran serta masyarakat dalam layanan KB mandiri sangat diperlukan bagi suksesnya pengendalian penduduk di Jawa Tengah. Pencapaian program pembangunan tidak harus semuanya menjadi beban pemerintah, oleh karena itu peran PUS dari kalangan yang mampu sangat diapresiasi. Pencapaian peserta KB Mandiri cenderung mengalami peningkatan dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012, namun menurun pada tahun 2013. Upaya yang dilakukan agar dapat meningkatkan kepesertaan KB Mandiri antara lain melalui penyadaran masyarakat kalangan mampu dan masyarakat keturunan untuk mengikuti KB Mandiri. Jumlah peserta KB mandiri di Jawa Tengah tahun 2009 – 2013 dapat dilihat pada Tabel 2.76.

Tabel 2.76.

Peserta KB Mandiri di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 - 2013

No Tahun Peserta KB Mandiri (orang)

1 2009 2.827.153

2 2010 2.938.270

3 2011 2.903.225

4 2012 2.964.527

5 2013 2.389.891

Sumber: BKKBN Provinsi Jawa Tengah, 2010-2014

e. Jumlah Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera 1

Persentase Keluarga yang termasuk kategori Pra Keluarga Sejahtera semakin menurun, yaitu dari 31,59% (tahun 2009)

II - 61

menjadi 28,39% (tahun 2012), mengindikasikan semakin meningkatnya kualitas kesejahteraan keluarga. Kondisi tersebut selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.77.

Tabel 2.77.

Jumlah Keluarga Sejahtera

Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 - 2012

Tahun Jumlah KK Keluarga Pra Sejahtera Keluarga Sejahtera I Keluarga Sejahtera II

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

2009 9.489.024 2.997.410 31,59 1.813.895 19,12 2.104.910 22,18 2010 9.650.555 2.908.390 30,14 1.855.649 19,23 2.186.248 22,65 2011 9.816.537 2.826.038 28,79 1.886.682 19,22 2.264.023 23,06 2012 9.841.123 2.793.948 28,39 1.905.066 19,36 2.264.309 23,01 Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2010-2013

13. Sosial

a. Sarana Sosial

Ketersediaan sarana sosial seperti panti asuhan, panti jompo dan panti rehabilitasi menjadi faktor penting dalam upaya penanganan PMKS. Dalam kaitan ini panti sosial milik pemerintah memiliki peran strategis sebagai ujung tombak yang bersentuhan langsung dalam penanganan PMKS melalui sistem kelembagaan serta mendorong munculnya produk-produk operasional pelayan-an kesejahterapelayan-an sosial.

Selama kurun waktu tahun 2009 - 2012 telah dilakukan peningkatan kualitas sarana prasarana milik pemerintah dengan harapan mampu mendorong peningkatan kualitas layanan sosial, sebagaimana dapat dilihat Tabel 2.78.

Tabel 2.78.

Peningkatan Kualitas Sarpras Panti Sosial

Milik Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 – 2012 No Tahun Jumlah Panti Sosial Jumlah Panti Sosial Yang di Rehab Persentase

1 2009 52 8 15,38

2 2010 52 5 9,62

3 2011 52 5 9,62

4 2012 52 11 21,15

Sumber : Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah, 2013

b. Penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)

Penanganan PMKS telah diupayakan oleh berbagai elemen yakni pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota dan masyarakat, melalui sistem kelembagaan (Balai Rehabilitasi Sosial) dan sistem berbasis masyarakat. Penanganan PMKS di Provinsi Jawa Tengah dalam kurun waktu tahun 2009-2012 menunjukkan peningkatan dari 0,10% menjadi 2,37%. Namun demikian capaian kinerja penanganan PMKS tersebut masih sangat rendah apabila dibanding dengan populasi PMKS yang ada di Jawa Tengah. Oleh karenanya ke depan penanganan tersebut perlu ditingkatkan

II - 62

dengan harapan nantinya PMKS mampu melaksanakan fungsi sosial dan meningkat kesejahteraannya, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.79.

Tabel 2.79.

Penanganan PMKS di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 – 2012

No Tahun Populasi PMKS Penanganan Jumlah Persentase

1 2009 6.584.535 6.260 0,10

2 2010 6.243.091 42.706 0,70

3 2011 6.111.535 118.935 1,95

4 2012 6.090.369 144.217 2,37

Sumber : Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah, 2013

c. Jumlah PMKS yang memperoleh Bantuan Sosial

Secara garis besar penanganan PMKS dimaksud terbagi ke dalam dua kelompok yaitu PMKS Potensial dan Non Potensial, dengan demikian jumlah penanganan PMKS tidak berbanding lurus dengan jumlah PMKS yang memperoleh bantuan sosial. Pada tahun 2009 persentase PMKS yang mendapatkan bantuan sosial sebesar 0,05% meningkat menjadi 0,11% pada tahun 2013. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.80.

Tabel 2.80.

Jumlah PMKS yang Mendapatkan Bantuan Sosial Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 - 2013

No Tahun PMKS (orang) Populasi

Jumlah PMKS Penerima Bantuan Sosial (orang) Persentase 1 2009 6.584.535 3.491 0,05 2 2010 6.243.091 3.003 0,05 3 2011 6.111.535 4.426 0,07 4 2012 6.090.369 7.257 0,12 5 2013 5.507.993 6.177 0,11

Sumber : Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah, 2014

d. Jumlah PSKS yang Memperoleh Bimbingan/Pelatihan

Upaya untuk penguatan kapasitas PSKS dilakukan melalui bimbingan/pelatihan guna membantu pemerintah dalam penanganan PMKS. Jumlah PSKS yang mendapatkan bimbingan/pelatihan selama kurun waktu tahun 2009 - 2013 mengalami peningkatan dari 710 PSKS (0,36%) pada tahun 2009 menjadi 2.200 PSKS (1,11%) pada tahun 2013. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.81.

II - 63

Tabel 2.81.

Penguatan Kapasitas PSKS di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 - 2013

No Tahun Populasi PSKS Penguatan Kapasitas Persentase

1 2009 197.316 710 0,36

2 2010 197.316 1.067 0,54

3 2011 197.316 1.008 0,51

4 2012 197.316 2.612 1,32

5 2013 197.316 2.200 1,11

Sumber : Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah, 2014

e. Jumlah Panti yang sudah menerapkan Standar Pelayanan

Hingga tahun 2013, Balai Rehabilitasi Sosial milik Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sebanyak 27 unit seluruhnya telah menyusun standar pelayanan rehabilitasi sosial sebagai landasan operasional pelayanan rehabilitasi sosial penerima manfaat sistem kelembagaan namun dalam implementasinya belum ditindaklanjuti dengan survei kepuasan masyarakat. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.82.

Tabel 2.82.

Jumlah Balai Rehabilitasi Sosial Yang Menerapkan Standar Pelayanan (SOP) di Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2009 - 2013

No Tahun Balai Resos Standar Pelayanan

1 2009 27 1

2 2010 27 1

3 2011 27 1

4 2012 27 1

5 2013 27 1

Sumber : Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah, 2014 14. Ketenagakerjaan

a. Rasio Kesempatan Kerja Terhadap Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas

Perkembangan rasio kesempatan kerja terhadap penduduk usia 15 tahun ke atas periode tahun 2009-2013 terus mengalami peningkatan, dimana tahun 2009 sebesar 64,19% berturut-turut sampai dengan tahun 2013 menjadi sebesar 70,72%. Hal tersebut mengindikasikan semakin banyaknya penduduk yang dapat terserap dalam lapangan pekerjaan, secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2.83.

II - 64

Tabel 2.83.

Rasio Kesempatan Kerja Terhadap Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas di Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2009 – 2013 No Tahun Jumlah Penduduk yang Bekerja (orang) Jumlah Penduduk Usia Kerja (orang) Rasio Kesempatan Kerja (%) 1 2009 15.835.382 24.669.525 64,19 2 2010 15.809.447 23.874.585 66,22 3 2011 15.916.135 23.905.331 66,58 4 2012 16.132.890 23.933.408 67,41 5 2013 16.986.776 24.020.083 70,72

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2010-2014 b. Tingkat Penyelesaian Hubungan Industrial

Kasus Hubungan Industrial (HI) selama periode tahun 2009-2013 menunjukkan jumlah berfluktuatif namun cenderung mengalami penurunan dan dapat terselesaikan 100%. Data selengkapnya sebagaimana Tabel 2.84.

Tabel 2.84.

Jumlah Kasus dan Status Penyelesaian Hubungan Industrial di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 - 2013

No Tahun Jumlah Kasus Status

1 2009 1.063 100% terselesaikan

2 2010 2.349 100% terselesaikan

3 2011 511 100% terselesaikan

4 2012 4.017 100% terselesaikan

5 2013 522 100% terselesaikan

Sumber : Dinakertransduk Provinsi Jawa Tengah, 2010-2014 c. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

Perkembangan jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah pada Tahun 2009 – 2012 cenderung mengalami peningkatan, diikuti dengan peningkatan TPAK dari 69,27% pada tahun 2009 menjadi 71,43% pada tahun 2012. Namun tahun 2013 sedikit mengalami penurunan menjadi sebesar 70,72% seiring dengan menurunnya jumlah angkatan kerja. Masih tingginya TPAK perlu diikuti dengan perluasan lapangan kerja dan peningkatan kompetensi tenaga kerja atau diarahkan untuk melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Jumlah angkatan kerja dan TPAK sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.85.

II - 65

Tabel 2.85.

Jumlah dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 – 2013

No Tahun Angkatan Kerja *)

Jumlah (orang) TPAK (%)

1 2009 17.087.649 69,27

2 2010 16.856.330 70,60

3 2011 16.918.797 70,77

4 2012 17.095.031 71,43

5 2013 16.986.776 70,72

Sumber : BPS Provinsi Jateng dan Pusdatinaker, 2010-2014 Ket : *) data per Agustus tahun bersangkutan

d. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

Jumlah Penganggur dan Tingkat Pengangguran Terbuka di Jawa Tengah selama periode tahun 2009 – 2012 terus mengalami penurunan, yang mengindikasikan bahwa semakin meningkatnya angkatan kerja yang dapat terserap di pasar kerja, namun pada tahun 2013 mengalami kenaikan menjadi sebesar 6,02% yang disebabkan oleh kenaikan harga BBM dan bertambahnya lulusan baru pencari kerja, secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2.86.

Tabel 2.86.

Jumlah Penganggur dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 – 2013

No Tahun Jumlah Penganggur (orang) *) TPT (%) *) 1 2009 1.252.267 7,33 2 2010 1.046.883 6,21 3 2011 1.002.662 5,93 4 2012 962.010 5,63 5 2013 1.022.728 6,02

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2010-2014 Ket : *) data per Agustus tahun bersangkutan

Posisi relatif sebaran TPT kabupaten/kota di Jawa Tengah pada tahun 2013 dibandingkan dengan rata-rata TPT Provinsi Jawa Tengah dan Nasional menunjukkan 13 kabupaten/kota berada di atas Provinsi Jawa Tengah dan Nasional; 4 kabupaten/kota berada di atas Provinsi Jawa Tengah dan di bawah Nasional; serta 18 kabupaten/kota berada di bawah Provinsi Jawa Tengah dan Nasional. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 2.21.

II - 66

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2013 (diolah) Gambar 2.21

Persebaran Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Kabupaten/Kota

di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013

e. Pencari Kerja yang Ditempatkan

Jumlah pencari kerja di Jawa Tengah yang di tempatkan dari Tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 menunjukkan peningkatan, sebagai dampak positif diberlakukannya kewajiban perusahaan melaporkan tenaga kerja yang diterima melalui mekanisme penempatan tenaga kerja. Kondisi jumlah pencari kerja yang ditempatkan dapat dilihat pada Tabel 2.87.

Tabel 2.87.

Pencari Kerja yang Ditempatkan di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 - 2013

Tahun Pencari Kerja yang Terdaftar Pencari Kerja yang Ditempatkan Persentase

2010 602.024 88.671 14,73

2011 580.564 242.193 41,72

2012 671.603 219.374 32,66

2013 743.058 324.989 43,74

Sumber : Dinakertransduk Provinsi Jawa Tengah, 2011-2014 f. Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja

Tingkat produktivitas tenaga kerja di Jawa Tengah selama periode tahun 2009-2013 mengalami peningkatan cukup signifikan, mengindikasikan bahwa produktivitas tenaga kerja di Jawa Tengah semakin meningkat daya saingnya. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.88.

II - 67

Tabel 2.88.

PDRB ADHK Tahun 2000 per Tenaga Kerja di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 - 2013

No Tahun PDRB ADHK 2000 (Juta Rupiah) Jumlah Tenaga Kerja 2000/Tenaga Kerja PDRB ADHK (Juta Rupiah) 1 2009 176.673.456,57 15.835.382 11,16 2 2010 186.995.480,63 15.809.447 11,83 3 2011 198.226.349,46 15.916.135 12,45 4 2012 210.848.300,00 16.132.890 13,07 5 2013*) 233.099.000,00 15.964.048 14,60

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2010-2014 Keterangan : *) Angka Sangat Sementara

g. Proporsi Tenaga Kerja yang Berusaha Sendiri dan Pekerja Keluarga Terhadap Total Kesempatan Kerja (yang bekerja)

Proporsi tenaga kerja yang berusaha sendiri dan pekerja keluarga terhadap total kesempatan kerja (yang bekerja) di Jawa Tengah selama periode tahun 2009 – 2012 mengalami penurunan yang mengindikasikan semakin meningkatnya pekerja formal di berbagai sektor. Namun pada tahun 2013, proporsi tersebut mengalami peningkatan menjadi 55,91% dibandingkan tahun 2012 sebesar 55,40%. Perkembangan capaian proporsi tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 2.89.

Tabel 2.89.

Proporsi Tenaga Kerja yang Berusaha Sendiri dan Pekerja Keluarga Terhadap

Total Kesempatan Kerja (yang bekerja) (%) di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 - 2013

No Tahun

Proporsi Tenaga Kerja dan Pekerja Keluarga terhadap Total

Kesempatan Kerja (%) 1 2009 61,51 2 2010 59,93 3 2011 58,17 4 2012 55,40 5 2013 55,91

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah dan Pusdatinaker,2010-2014 h. Rasio Rata-rata Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK)

dibanding Kebutuhan Hidup Layak (KHL)

Pencapaian rasio UMK dibandingkan KHL di Jawa Tengah selama periode tahun 2009-2013 terus mengalami peningkatan yang mengindikasikan bahwa pendapatan tenaga kerja telah mendekati kebutuhan hidup layak. Perkembangan rasio UMK kabupaten/kota dibandingkan KHL di Jawa Tengah tahun 2009-2013 secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2.90.

II - 68

Tabel 2.90.

Rasio Rata - Rata Upah Minimum Kabupaten/Kota Dibanding Kebutuhan Hidup Layak (KHL) Di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 – 2013

No Tahun (Rp/bln/orang) UMK KHL

(Rp/bln/orang) Rasio (%) 1 2009 679.083 752.389 90,30 2 2010 734.861 801.210 91,81 3 2011 780.801 830.216 94,09 4 2012 834.255 864.859 96,42 5 2013 914.275,68 940.375 97,31

Sumber : Dinakertransduk Provinsi Jawa Tengah, 2010-2014

i. Jumlah Kepesertaan Jamsostek dalam Hubungan Industrial

Jumlah perusahaan dan jumlah tenaga kerja yang telah mengikuti program Jamsostek selama periode tahun 2009 – 2012 terus mengalami peningkatan, mengindikasikan bahwa kesadaran perusahaan dan tenaga kerja terhadap jaminan sosial ketenagakerjaan semakin meningkat. Perkembangan jumlah perusahaan dan tenaga kerja secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2.91.

Tabel 2.91.

Perkembangan Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja yang Mengikuti Program Jamsostek di Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2009 - 2013

No Tahun Perusahaan Jumlah Jumlah Tenaga Kerja

1 2009 9.737 643.574

2 2010 18.978 1.330.917

3 2011 19.664 1.966.390

4 2012 21.899 2.186.821

5 2013 22.247 1.249.235

Sumber : Dinakertransduk Provinsi Jawa Tengah, 2010-2014

j. Jumlah Pekerja/Buruh Sektor Non Formal yang Menjadi Peserta Program Jamsostek

Jumlah pekerja/buruh sektor non formal yang menjadi peserta program Jamsostek atau yang lebih dikenal dengan Tenaga Kerja Luar Hubungan Kerja (TKLHK) selama tahun 2009 - 2013 berfluktuatif, namun cenderung meningkat. Hal ini mengindi-kasikan bahwa kesadaran pekerja/buruh sektor non formal terhadap jaminan sosial ketenagakerjaan semakin meningkat, secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2.92.

II - 69

Tabel 2.92.

Perkembangan Jumlah Pekerja Sektor Non Formal yang Mengikuti Program Jamsostek

di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 – 2013

No Tahun Jumlah Tenaga Kerja (orang)

1 2009 36.954

2 2010 33.107

3 2011 29.969

4 2012 32.784

5 2013 40.983

Sumber : Dinakertransduk Prov. Jateng, 2010-2014 15. Koperasi Usaha Kecil dan Menengah

a. Koperasi

Koperasi sebagai salah satu pemegang peran penting dalam perekonomian Jawa Tengah, perlu selalu ditingkatkan kinerjanya agar tetap dalam kondisi aktif dan sehat, terutama pada unit Koperasi Simpan Pinjam (KSP). Tingkat keaktifan koperasi dalam kurun waktu 2009 - 2013 cenderung meningkat, dari sebesar 79,16% pada Tahun 2009 menjadi sebesar 80.22% pada Tahun 2013. Kondisi ini menunjukkan bahwa sampai dengan Tahun 2013 masih terdapat sebanyak 21.832% koperasi yang tidak aktif. Perkembangan koperasi aktif di Jawa Tengah selama Tahun 2009 - 2013 dapat dilihat pada Tabel 2.93.

Tabel 2.93.

Persentase Koperasi Aktif di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 - 2013

No. Uraian 2009 2010 2011 2012 2013

1 Jumlah Koperasi 25.076 25.427 26.346 26.857 27.215

2 Jumlah Koperasi aktif (unit) 19.850 19.617 20.571 21.308 21.832

3 Persentase koperasi aktif (%) 79,16 77,15 78,08 79,34 80.22

Sumber : Dinas Koperasi & UMKM Provinsi Jawa Tengah, 2014

Persentase koperasi sehat di Jawa Tengah selama tahun 2009-2013 menunjukkan peningkatan, yang digambarkan dengan persentase koperasi sehat pada Tahun 2009 sebesar 0,29% menjadi 15.50 % pada Tahun 2013. Kondisi ini menunjukkan bahwa tingkat kesehatan koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam masih sangat rendah, sehingga memerlukan pembinaan khususnya dalam pengelolaan keuangan koperasi. Perkembangan tingkat kesehatan koperasi di Jawa Tengah Tahun 2009 - 2013 dapat dilihat pada Tabel 2.94.

II - 70

Tabel 2.94.

Jumlah Koperasi Sehat KSP/USP di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 - 2013 No Uraian 2009 2010 2011 2012 2013 1 Jumlah koperasi simpan pinjam (KSP/USP) 16.157 19.129 19.881 20.296 21.928

2 Jumlah koperasi sehat (unit) 40 189 116 1.733 3.400

3 Persentase koperasi sehat (%) 0,25 0,99 0,58 8,54 15,50

Sumber : Dinas Koperasi & UMKM Provinsi Jawa Tengah, 2014 b. UMKM

Dalam rangka pemberdayaan UMKM, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melakukan pembinaan UMKM. Jumlah UMKM yang telah dibina menunjukkan peningkatan dari sebanyak 65.878 unit pada Tahun 2009 menjadi 90.339 unit pada Tahun 2013. Sedangkan jumlah usaha mikro kecil dan menengah di Jawa Tengah sampai dengan Tahun 2013 mencapai sebanyak 3.792.071 unit.

UMKM juga mampu menyerap tenaga kerja yang cukup banyak, di mana penyerapan tenaga kerja dari UMKM meningkat dari sebesar 278.000 orang pada Tahun 2009 menjadi sebanyak 480.508 orang pada Tahun 2013. Selain itu aset UMKM juga meningkat dari sebesar Rp.4.334 Milyar rupiah pada Tahun 2009 menjadi Rp.9.634 Milyar rupiah pada Tahun 2013. Omset juga mengalami peningkatan dari sebesar Rp.10.194 Milyar rupiah pada Tahun 2009 menjadi Rp.20.345 Milyar rupiah pada Tahun 2013. Secara rinci data UMKM binaan Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat pada Tabel 2.95.

Tabel 2.95.

Data UMKM Binaan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 - 2013 No Uraian Satuan 2009 2010 2011 2012 2013 1 Jumlah UMKM unit 65.878 67.616 70.222 80.583 90.339 Produksi/Non Pertanian unit 20.682 21.205 23.374 26.171 30.103 Pertanian unit 9.385 9.775 10.097 13.242 15.819 Perdagangan unit 28.172 28.247 28.362 32.055 33.958 Jasa unit 7.639 8.389 8.389 9.115 - 2 Penyerapan Tenaga Kerja orang 278.000 285.335 293.877 345.622 480.508 3 Asset Rp. Milyar 4.334 4.448 5.266 6.816 9.634 4 Omzet Rp. Milyar 10.194 10.463 14.476 18.972 20.345

Sumber : Dinas Koperasi & UMKM Provinsi Jawa Tengah, 2014

Dukungan kredit perbankan menjadi hal yang cukup penting dalam rangka pengembangan UMKM. Penyaluran kredit

II - 71

bagi UMKM dapat dilihat dari realisasi penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR). Perkembangan realisasi KUR di Jawa Tengah dalam kurun waktu Tahun 2009 - 2013 menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan, dari sebesar Rp 2.428 Milyar pada Tahun 2009 menjadi sebesar Rp. 18.630Milyar pada Tahun 2013. Pada kurun waktu yang sama jumlah UMKM yang mengakses KUR juga mengalami peningkatan dari sebanyak 474.188 UMKM menjadi 1.965.795 UMKM. Perkembangan realisasi KUR di Jawa Tengah yang disalurkan melalui 7 bank pelaksana dapat dilihat pada Tabel 2.96.

II - 72

Tabel 2.96.

Realisasi KUR Menurut Bank Pelaksana di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 - 2013

NO PELAKSANA BANK

TAHUN

2009 2010 2011 2012 2013

UMKM REALISASI (Rp) UMKM REALISASI (Rp) UMKM REALISASI (Rp) UMKM REALISASI (Rp) UMKM REALISASI (Rp)

1 BANK MANDIRI 134 32.955.578.260 466 94.753.078.260 844 256.804.121.630 2.019 507.154.121.630 14.718 820.624.589.577 2 BRI 471.710 2.084.642.024.893 902.047 3.873.897.521.800 1.177.574 5.348.223.321.900 1.510.391 8.379.574.423.118 1.849.864 13.524.550.474.729 3 BNI 1.730 182.652.060.835 4.578 273.538.163.800 13.897 628.314.122.962 54.348 1.300.668.773.279 61.167 1.732.815.155.325 4 BANK BUKOPIN 260 70.500.000.100 562 88.238.997.499 842 112.685.540.635 842 112.685.540.635 843 113.934.002.509 5 BANK SYARIAH MANDIRI 112 35.270.100.000 269 79.528.047.459 496 88.310.447.459 3.841 164.731.818.831 7.799 267.565.991.472 6 BTN 242 21.990.072.382 1.419 74.876.809.547 2.443 121.840.274.734 3.394 248.747.091.311 4.111 445.933.609.688 7 BANK JATENG - - 5.468 310.970.501.000 12.732 748.500.293.061 20.502 1.246.754.668.061 27.293 1.724.711.991.500 JUMLAH 474.188 2.428.009.836.470 914.809 4.795.803.119.365 1.208.828 7.304.678.122.381 1.595.337 11.960.316.436.865 1.965.765 18.630.135.814.800 Sumber : Dinas Koperasi & UMKM Provinsi Jawa Tengah, 2014

II - 73

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN... I-1 (Halaman 78-93)