• Tidak ada hasil yang ditemukan

H. Peran Petugas Kesehatan dalam Mengatasi Pola Konsumsi Tuak di Desa

I. Keluhan Kesehatan Akibat Konsumsi Tuak pada Peminum Tuak di Desa

Keluhan kesehatan adalah keadaan seseorang yang mengalami gangguan kesehatan atau kejiwaan (BPS, 2012). Keluhan kesehatan akibat konsumsi tuak didefinisikan sebagai keadaan seseorang yang mengalami gangguan kesehatan setelah mengonsumsi tuak. WHO dalam Mahkamah Agung (2012) menyatakan bahwa keluhan yang dirasakan jika konsumsi minuman keras dalam jangka waktu panjang adalah konsumen akan terancam masalah kesehatan yang serius seperti kerusakan hati, ginjal, paru-paru, jantung, radang usus, penyakit liver, kerusakan otak bahkan hingga gangguan jiwa.

Menurut Kepala Puskesmas Siatas Barita, masalah kesehatan yang sering dialami oleh para peminum tuak dalam lingkup wilayah Kecamatan

Siatas Barita adalah hipertensi, diabetes melitus dan gastritis. Sementara menurut Bidan Desa Lumban Siagian Jae, masalah kesehatan yang dialami oleh peminum tuak di Desa Lumban Siagian Jae adalah penyakit di saluran pencernaan, namun sangat jarang terjadi.

Data yang diperoleh menunjukkan bahwa proporsi peminum tuak yang memiliki keluhan kesehatan setelah mengonsumsi tuak lebih besar (52,6%) dari pada peminum tuak yang tidak memiliki keluhan kesehatan. Data tersebut juga menunjukkan bahwa 3 (tiga) besar keluhan kesehatan yang paling banyak dirasakan oleh peminum tuak adalah hipertensi (25%), gigi keropos (23,7%) dan penyakit pada saluran pencernaan (19,7%).

Data tersebut didukung dengan data mengenai daftar penyakit terbanyak di Puskesmas Siatas Barita tahun 2015 yang menunjukkan bahwa 5 (lima) besar penyakit paling banyak pada bulan Januari-Februari 2015 di Puskesmas Siatas Barita adalah hipertensi, ISPA, tukak lambung (maag), karies gigi dan TB paru. Ketiga penyakit yang menjadi keluhan kesehatan pada peminum tuak termasuk ke dalam lima besar penyakit di Puskesmas Siatas Barita.

1. Hipertensi

Hipertensi merupakan penyakit yang mendapat perhatian dari semua kalangan masyarakat, mengingat hipertensi sebagai penyebab utama meningkatnya risiko penyakit stroke, jantung, diabetes melitus dan ginjal.

Seseorang dikatakan hipertensi jika darahnya mencapai tekanan 140 mmHg ke atas.

Tuak dapat memicu munculnya hipertensi karena adanya kandungan alkohol sebesar 4%-%% di dalamnya (Noviyanti, 2014). Alkohol dengan kadar sedang dan ringan akan memberikan efek protektif terhadap penyakit kardiovaskular karena alkohol dapat meningkatkan kadar HDL, namun jika berlebihan alkohol akan meningkatkan trigliserida dalam darah (Artanti, 2008). Tingginya kadar trigliserida mengakibatkan adanya gangguan kadar lemak di dalam darah. Kadar lemak akan meningkat dan menumpuk dalam pembuluh darah sehingga membentuk plak. Gangguan kadar lemak dalam darah dapat menjadi salah satu faktor penyebab penyakit jantung dan pembuluh darah, salah satunya adalah hipertensi (Teo dkk, 2011).

Kadar lemak dalam darah akan menumpuk dan membentuk plak pada sisi pembuluh darah. Plak tersebut tentu akan menghambat aliran darah dalam pembuluh darah ke seluruh tubuh. Darah yang terus menerus mengalir tentu akan memberikan tekanan yang semakin tinggi karena adanya plak yang mempersempit saluran pembuluh darah.

Plak

Beberapa penelitian membuktikan adanya pengaruh konsumsi tuak dengan munculnya penyakit hipertensi, salah satunya penelitian Oroh dkk (2013) yang membuktikan adanya hubungan antara konsumsi alkohol dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Tumaratas Kecamatan langowan Barat Kabupaten Minahasa, dimana masyarakat yang mengonsumsi alkohol mempunyai peluang menderita hipertensi 4,3 kali lebih besar dari pada yang tidak mengonsumsi alkohol. Sesso dalam penelitiannya juga menunjukkan adanya hubungan positif antara konsumsi alkohol dengan munculnya penyakit hipertensi baik pada pria maupun wanita (Sesso, 2008). Beilin juga mendukung pernyataan tersebut dengan menyebutkan bahwa konsumsi alkohol yang rendah akan menurunkan risiko terjadinya hipertensi (Beilin & dkk, 1996).

Hasil yang berbeda diperoleh oleh penelitian Anggraeny dkk (2013) yang menyebutkan bahwa konsumsi alkohol bukan merupakan faktor risiko terhadap kejadian hipertensi pada lansia. Hasil ini sejalan dengan penelitian Irza (2009) yang menyatakan bahwa konsumsi alkohol tidak berpengaruh terhadap timbulnya penyakit hipertensi. Perbedaan tersebut diduga terjadi karena responden yang diteliti pada kedua penelitian tersebut bukan termasuk kepada peminum berat, yaitu peminum yang tidak mengonsumsi alkohol dalam jumlah yang banyak.

2. Gigi Keropos

Selain penyakit hipertensi, penyakit yang dapat diakibatkan oleh konsumsi tuak adalah gigi keropos. Konsumsi alkohol dapat merusak

struktur gigi, hal tersebut sesuai dengan penelitian Touyz (2010) yang menyebutkan bahwa alkohol akan menyebabkan kerusakan pada gigi, kerusakan tersebut berupa erosi gigi, oklusal dan bruksisme.

Gigi keropos, yang biasa disebut sebagai erosi gigi merupakan suatu proses hilangnya jaringan keras gigi yang bersifat irreversible sebagai akibat dari proses kimiawi tanpa ada campur tangan bakteri atau karena sebab yang belum diketahui (Pranani, 2008). Erosi gigi disebabkan oleh kontak langsung berkelanjutan antara permukaan gigi dengan zat-zat asam.

Penelitian Noviyanti (2014) membuktikan bahwa mengonsumsi tuak dalam waktu yang lama akan menyebabkan terjadinya erosi gigi pada peminumnya. Hal tersebut terjadi karena tuak memiliki pH 5,34 yang berarti minuman tuak bersifat asam sehingga gigi mengalami demineralisasi sebagai akibat dari suasana lingkungan mulut yang asam, demineralisasi ini yang kemudian menyebabkan erosi gigi (Noviyanti, 2014).

3. Gangguan Pencernaan

Gangguan pada saluran pencernaan (gastrointestinal) juga dapat disebabkan oleh konsumsi tuak. Gastrointestinal ialah suatu kelainan atau penyakit pada jalan makanan/pencernaan. Gangguan pencernaan yang paling sering terjadi pada masyarakat Desa Lumban Siagian Jae adalah maag.

Maag dapat terjadi karena meningkatnya kadar asam klorida (HCl) dalam lambung sehingga menyebabkan iritasi pada selaput lendir pada sisi-sisi lambung. Menurut Avinash dkk (2011), minuman yang mengandung alkohol, termasuk tuak, dapat dengan cepat merangsang sekresi asam lambung dan mempercepat pengosongan lambung. Hal ini sesuai dengan penjelasan dari Andyana (2012) yang menyatakan bahwa konsumsi alkohol dapat meningkatkan sekresi asam lambung.

Penelitian Kaufman dan rekannya membuktikan bahwa konsumsi alkohol dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan pada gastrointestinal, misalnya gastritis besar dan perdarahan pada duodenum (Kaufman & dkk, 1995). Penelitian Rahma dkk (2013) menyatakan bahwa konsumsi alkohol merupakan faktor risiko kejadian gastritis dimana responden yang mengonsumsi alkohol berisiko 1,86 kali menderita gastritis dibandingkan dengan yang tidak mengonsumsi alkohol.

Epilog

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa konsumsi tuak secara berlebihan merupakan perilaku yang dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan. Berikut ini adalah jaring-jaring penyebab (web causation) yang mendorong konsumsi tuak pada masyarakat Desa Lumban Siagian Jae:

Pengetahuan Sikap Kebiasaan Keluarga Peran Petugas Kesehatan Tradisi Nilai-Nilai dan Kepercayaan Masyarakat Konsumsi Tuak

Bagan 4.Web Causation Konsumsi Tuak Masyarakat Desa Lumban Siagian Jae (MacMahon & Pugh, 1970)

Keterangan:

Skor variabel dihitung berdasarkan jumlah panah yang keluar, dari kotak, setiap tanda panah ( ) diberikan skor 1

mendorong konsumsi tuak pada masyarakat Desa Lumban Siagian Jae secara berurutan berdasarkan besarnya pengaruh adalah nilai dan kepercayaan masyarakat (skor = 6), tradisi konsumsi tuak (skor = 5), peran petugas kesehatan (skor = 4), sikap (skor = 3), pengetahuan (skor = 2) dan kebiasaan keluarga (skor = 1).

Faktor yang memberikan pengaruh paling besar adalah nilai dan kepercayaan, dimana nilai dan kepercayaan masyarakat terhadap konsumsi tuak akan mempengaruhi faktor lainnya, seperti tradisi, sikap, pengetahuan, peran petugas kesehatan dan kebiasaan keluarga. Maka intervensi yang dilakukan terhadap nilai dan kepercayaan masyarakat kemungkinan besar akan lebih efektif dalam mengubah pola konsumsi tuak pada masyarakat Desa Lumban Siagian Jae.

Setiap orang berhak untuk sehat, maka setiap orang sebaiknya juga memelihara kesehatan dan faktor-faktor risiko agar terhindar dari penyakit, salah satunya dengan mengurangi atau mengendalikan diri terhadap pola konsumsi tuak atau minuman beralkohol lainnya. Tokoh masyarakat bersama dengan petugas kesehatan sebaiknya mengadakan diskusi umum untuk membahas konsumsi tuak pada masyarakat Batak Toba dari aspek agama, tradisi dan dampaknya terhadap status kesehatan peminum.

136 BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN