• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Konsumsi Tuak Pada Peminum Tuak di Desa Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Konsumsi Tuak Pada Peminum Tuak di Desa Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara Tahun 2015"

Copied!
204
0
0

Teks penuh

(1)

KABUPATEN TAPANULI UTARA SUMATERA UTARA TAHUN 2015

SKRIPSI

Oleh:

Sukma Mardiyah Panggabean 1111101000139

PEMINATAN EPIDEMIOLOGI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(2)

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN EPIDEMIOLOGI

Skripsi, Mei 2015

Nama : Sukma Mardiyah Panggabean, NIM : 1111101000139

Analisis Konsumsi Tuak Pada Peminum Tuak di Desa Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara Tahun 2015

xx + 152 halaman, 15 grafik, 4 tabel, 4 bagan, 6 gambar, 9 lampiran Abstrak

Desa Lumban Siagian Jae merupakan daerah dimana sebagian besar penduduknya adalah peminum tuak dengan pola konsumsi yang berlebihan, padahal konsumsi tuak berlebihan dapat mengakibatkan banyak keluhan kesehatan. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pola dan faktor-faktor yang mendorong konsumsi tuak serta keluhan kesehatan yang terjadi pada peminum tuak di Desa Lumban Siagian Jae. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional

dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Sampel yang diteliti sebanyak 76 orang yang diperoleh melalui metode simple random sampling. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat dan content analysis untuk mendeskripsikan seluruh variabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar merupakan peminum berat dengan jumlah konsumsi tuak lebih dari 500 ml (89,5%) dan meminum tuak selama lebih dari delapan tahun (82,9%). Munculnya perilaku konsumsi tuak didorong oleh faktor pengetahuan, sikap, tradisi, kepercayaan, kebiasaan keluarga dan peran petugas kesehatan.

Sebagian besar peminum tuak memiliki pengetahuan yang cukup mengenai tuak (64,5%) dan lebih banyak memiliki sikap negatif terkait konsumsi tuak (69,7%). Faktor tradisi dan kepercayaan menjadi faktor pendorong munculnya perilaku konsumsi tuak karena diketahui bahwa kebiasaan minum tuak telah dilakukan turun temurun sejak peradaban raja-raja Batak dan hingga saat ini sebagian besar (76,2%) keluarga peminum tuak masih memiliki kebiasaan mengonsumsi tuak, peminum tuak juga mempercayai khasiat tuak dapat meringankan keletihan mereka setelah bekerja. Petugas kesehatan hanya melakukan penanggulangan secara holistik, namun lebih cenderung kepada individu. Keluhan kesehatan yang dirasakan oleh para peminum tuak antara lain hipertensi (25%), gigi keropos (23,7%) dan penyakit saluran pencernaan (19,7%). Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pemerintah dalam merumuskan kebijakan penanggulangan konsumsi tuak di Desa Lumban Siagian Jae, dan bagi peminum tuak agar lebih mampu mengendalikan pola konsumsi tuak.

Kata Kunci: Konsumsi Tuak, Pengetahuan, Sikap, Tradisi, Kepercayaan, Kebiasaan Keluarga, Peran Petugas Kesehatan, Keluhan Kesehatan

(3)

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE DEPARTEMENT OF PUBLIC HEALTH

EPIDEMIOLOGY CONCENTRATION Undergraduate Thesis, Mei 2015

Name : Sukma Mardiyah Panggabean, ID Number : 1111101000139

Tuak Consumption Analysis of Tuak Drinkers in Lumban Siagian Jae Siatas Barita District of North Tapanuli, North Sumatra 2015

xx + 152 pages, 15 graphics, 4 tables, 4 schemes, 6 pictures, 9 attachments Abstract

Lumban Siagian Jae is the region which most of its inhabitans are tuak drinkers, whereas many health complaints are caused by tuak consumption. Recent research was to determine the patterns and the triggering factors and health complaints caused by tuak consumption. The research uses a cross-sectional study with quantitative and qualitative approaches. Samples were examined as many as 76 tuak drinkers that were obtained through a simple random sampling method. Data analysis used was univariate analysis and content analysis to describe all of variables.

Results of this research show that tuak drinkers most widely are heavy drinkers that consume tuak above 500 mL (89.5%) and had been drinking tuak for more than eight years (82.9%). The factors triggering tuak consumption are knowledge, attitude, tradition and culture, belief, family habit and roles of health worker.

Drinkers’ knowledge about tuak is commonly at sufficient levels (64.5%) and the proportion of drinkers whose negative attitude toward tuak consumption was bigger (69.7%) than they whose the positive attitude. Traditions, cultural and belief become the dominant factors because it is known that tuak consumption had been made since the days of the Batak kingdom and until today most (76,2%) of tuak

drinkers’ families, still have the habit of tuak consuming, drinkers also believe that

tuak can relieve their fatigue after working in the morning until noon. Local health authorities did not do a holistic intervention, they are more likely to do individual intervention by providing counseling when the drinkers come for treatment. Some of the health complaints that felt by many tuak drinkers are hypertension (25%), tooth loss (23.7%) and diseases of the digestive tract (19.7%). Thus, the results of recent research can be used as a reference for the goverment to establish the policy to solve the behavior of tuak comsumption, the drinkers also should control their behavior in tuak comsuming.

Keywords: Tuak Consumption, Knowledge, Attitude, Tradition and Culture, Belief, Family Habits, Role of Health Worker, Health Complaint

(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN Judul Skripsi

ANALISIS KONSUMSI TUAK PADA PEMINUM TUAK DI DESA LUMBAN SIAGIAN JAE KECAMATAN SIATAS BARITA KABUPATEN TAPANULI UTARA SUMATERA UTARA TAHUN 2015

Telah diperiksa, disetujui dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Jakarta, Juli 2015

Disusun Oleh:

Sukma Mardiyah Panggabean NIM. 1111101000139

PEMINATAN EPIDEMIOLOGI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(5)

PANITIA SIDANG SKRIPSI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(6)

RIWAYAT HIDUP

Identitas Personal

Nama : Sukma Mardiyah Panggabean

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat dan Tanggal Lahir : Tarutung, 28 November 1993

Alamat Asal : Jalan Marhusa no 25 A, Desa Lumban Siagian Jae, Kec. Siatas Barita Kab. Tapanuli Utara- Sumatera Utara

No. Handphone : 085763099815

Alamat Email : sukma.mardiyah@gmail.com

Program Studi : Kesehatan Masyarakat (Epidemiologi)

Pendidikan Formal

TK : TK Al Falah Tarutung-Sumatera Utara

SD : SDN 173105 Tarutung- Sumatera Utara

SMP : MTs Darul Mursyid, Tapanuli Selatan –

Sumatera Utara

SMA : MA Darul Mursyid, Tapanuli Selata- Sumatera Utara

Prestasi

- Peringkat I English Speech Putri Pekan Olahraga dan Seni Anar Pesantren Daerah Sumatera Utara tahun 2008

- Peringkat I (Regu) Lomba Tingkat 3 Kwartir Cabang Tapanuli Selatan - Peringkat II English Speech Putri Pekan Olahraga dan Seni Anar Pesantren

Daerah Sumatera Utara tahun 2010

(7)

- Peringkat XIV Final Science Competition Expo se- Sumatera Bagian Utara cabang Ilmu Kimia tahun 2011

- Peserta Pesta Sains Nasional 2011

- Penerima Beasiswa Santri Berprestasi Kementerian Agama RI 2011-sekarang

Pengalaman Organisasi

- Koordinator I Asrama Putri 3 Pesantren Darul Mursyid

- Sekretaris Angkatan XIII Vanfeinzure Pesantren Darul Mursyid

- Staff Ahli Pengembangan Masyarakat Persatuan Aksi Mahasiswa IAKMI (PAMI) Jakarta Raya

- Staff Ahli Informasi dan Komunikasi BEM FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

- Ketua Biro Event Organizer BEM FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta - Ketua Departemen Komunikasi dan Informasi CSS MoRA (Community of Santri

Scholar Ministry of Religious Affair) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

- Staff Ahli Informasi dan Komunikasi ESA (Epidemiology Students Association) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillaahi robbil ‘aalamiin, segala puji bagi Allah SWT yang selalu memberikan rahmat dan ridho sehingga melancarkan proses penyelesaian skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk menyelesaikan studi strata 1 Kesehatan Masyarakat dengan judul Analisis Konsumsi Tuak pada Peminum Tuak di Desa Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara Tahun 2015.

Ucapan terima kasih penyusun sampaikan kepada:

1. Keluarga besar, khususnya Ibunda Hj. L. G. Harahap yang tidak lelah memberikan semangat dan dukungan kepada penyusun;

2. Bu Yuli Amran dan Bu Minsarnawati selaku dosen pembimbing, dimana keduanya telah bersedia membimbing dan mengarahkan penyusun hingga tersusunnya skripsi ini;

3. Ibu Hoirun Nisa selaku penanggung jawab Peminatan Epidemiologi;

4. Puskesmas Siatas Barita, Bidan Desa dan warga Desa Lumban Siagian Jae yang membantu kelancaran penyusunan skripsi ini;

5. Keluarga besar BEM FKIK periode 2012-2013 dan periode 2013-2014;

6. Keluarga besar CSS MoRA di Indonesia, khususnya CSS MoRA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;

(9)

8. Teman seperjuangan di Program Studi Kesehatan Masyarakat, khususnya di Peminatan Epidemiologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;

9. Para sahabat yang selalu memberikan dukungan, khususnya kepada Ikna Qonita, Niekha Zoelienna, Faizatul Islamiyah, Feela Zaki Safitri, Ika Nur Atikoh, Hatan Fahledi dan Lailatul Maghfiroh;

10.My sisters from another mother: Kak Surotul Ilmiyah, Astuti Akin, Sri Purwanti dan Sri Nur Shadrina.

11.Semua pihak yang telah ikut membantu dalam penyusunan skrispi ini yang tidak dapat penyusun sebutkan satu per satu.

Permohonan maaf penyusun sampaikan jika terdapat kesalahan, baik pada tata bahasa dan penulisan pada skripsi ini. Saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan agar kemudian penelitian ini dilanjutkan kepada tingkat yang lebih sempurna. Semoga Allah SWT selalu memberikan petunjuk kepada kita semua. Amin.

Ciputat, Mei 2015

(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GRAFIK... xix

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR BAGAN ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR ISTILAH ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Pertanyaan Penelitian ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ...10

(11)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA ... 12

A. Epidemiologi Konsumsi Alkohol ...12

1. Distribusi Peminum Alkohol ...14

2. Determinan Konsumsi Alkohol ...18

B. Tuak ...20

1. Definisi ...20

2. Kandungan Tuak ...22

C. Dampak Konsumsi Tuak ...24

1.Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah ...24

2. Diabetes Melitus ...27

3. Penyakit Mulut dan Gigi ...28

4. Penyakit Ginjal ...29

5. Penyakit Hati ...30

6. Penyakit Pencernaan ...32

7. Gangguan Psikologi ...33

D. Konsumsi Tuak ...34

1. Definisi Konsumsi Tuak ...34

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Tuak ...35

(12)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 53

A. Kerangka Konsep ...53

B. Definisi Operasional ...56

C. Definisi Istilah ...62

BAB IV METODE PENELITIAN ... 63

A. Desain Penelitian ...63

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ...63

C. Populasi, Sampel dan Informan Penelitian ...63

1Populasi ...63

2. Sampel ...64

3. Informan ...65

D. Pengumpulan Data ...66

E. Manajemen Data ...68

F. Triangulasi ...70

(13)

BAB V

HASIL ... 72 A. Pola Konsumsi Tuak pada Peminum Tuak di Desa Lumban Siagian

Jae ...72 B. Pengetahuan Mengenai Konsumsi Tuak pada Peminum Tuak di Desa

Lumban Siagian Jae ... 75 C. Sikap Peminum Tuak di Desa Lumban Siagian Jae terkait Konsumsi

Tuak ...76 D. Tradisi Konsumsi Tuak di Desa Lumban Siagian Jae ...77 E. Kepercayaan Masyarakat Desa Lumban Siagian Jae terhadap Konsumsi

Tuak ... 80 F. Kebiasaan Mengonsumsi Tuak pada Keluarga di Desa Lumban Siagian

Jae ...84 G. Peran Petugas Kesehatan dalam Mengatasi Pola Konsumsi Tuak di Desa

Lumban Siagian Jae ...88 H. Keluhan Kesehatan Akibat Konsumsi Tuak pada Peminum Tuak di Desa

Lumban Siagian Jae ... 92

BAB VI

PEMBAHASAN ... 94 A. Keterbatasan Penelitian ...94 B. Pola Konsumsi Tuak pada Peminum Tuak di Desa Lumban Siagian Jae ...94 C. Pengetahuan Mengenai Konsumsi Tuak pada Peminum Tuak di Desa

(14)

D. Sikap Peminum Tuak di Desa Lumban Siagian Jae terkait Konsumsi

Tuak ... 106

E. Tradisi Konsumsi Tuak di Desa Lumban Siagian Jae ... 111

F. Kepercayaan Masyarakat Desa Lumban Siagian Jae terhadap Konsumsi Tuak ... 117

G. Kebiasaan Mengonsumsi Tuak pada Keluarga di Desa Lumban Siagian Jae ... 120

H. Peran Petugas Kesehatan dalam Mengatasi Pola Konsumsi Tuak di Desa Lumban Siagian Jae ... 124

I. Keluhan Kesehatan Akibat Konsumsi Tuak pada Peminum Tuak di Desa Lumban Siagian Jae ... 128

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ... 136

A. Simpulan ... 136

B. Saran ... 137

DAFTAR PUSTAKA ... 139

(15)

DAFTAR GRAFIK

5.1 Distribusi Frekuensi Peminum Tuak di Desa Lumban Siagian Jae

Berdasarkan Jumlah Tuak Yang Dikonsumsi 72

5.2 Distribusi Frekuensi Peminum Tuak di Desa Lumban Siagian Jae

Berdasarkan Lama Mengonsumsi Tuak 73

5.3 Distribusi Frekuensi Peminum Tuak di Desa Lumban Siagian Jae

Berdasarkan Usia Mulai Mengonsumsi Tuak 73

5.4 Orang yang Mengajak Peminum Tuak untuk Mengonsumsi Tuak 74

5.5 Waktu Peminum Tuak untuk Mengonsumsi Tuak 75

5.6 Tingkat Pengetahuan Peminum Tuak Mengenai Konsumsi Tuak di

Desa Lumban Siagian Jae 76

5.7 Sikap Peminum Tuak terkait Konsumsi Tuak di Desa Lumban

Siagian Jae 77

5.8 Alasan Peminum Tuak untuk Mengonsumsi Tuak di Desa Lumban

Siagian Jae 80

5.9 Dampak Positif Konsumsi Tuak Yang Dipercaya oleh Peminum

Tuak di Desa Lumban Siagian Jae 81

5.10 Distribusi Frekuensi Peminum Tuak Berdasarkan Jenis Pekerjaan 83 5.11 Kebiasaan Mengonsumsi Tuak pada Keluarga Peminum Tuak di

(16)

5.12 Tanggapan Peminum Tuak Mengenai Dukungan Keluarga Terhadap

Konsumsi Tuak 85

5.13 Tanggapan Peminum Tuak di Desa Lumban Siagian Jae Terkait

Konsumsi Tuak pada Keturunan Mereka 86

5.14 Tanggapan Peminum Tuak Mengenai Peran Petugas Kesehatan

dalam Mengatasi Konsumsi Tuak di Desa Lumban Siagian Jae 89 5.15 Keluhan Kesehatan Yang Dirasakan oleh Peminum Tuak di Desa

(17)

DAFTAR TABEL

3.1 Definisi Operasional 56

3.2 Definisi Istilah 62

4.1 Informan Penelitian 66

5.1 Daftar Penyakit di Puskesmas Siatas Barita Periode Januari-Februari

(18)

DAFTAR BAGAN

1 Social/Culture Factors Affecting Perceived Risk (Edberg, 1955)

43

2 Kerangka Teori Green (2005) 52

3 Kerangka Konsep 55

4 Web Causation Konsumsi Tuak Masyarakat Desa Lumban Siagian Jae (MacMahon & Pugh, 1970)

(19)

DAFTAR GAMBAR

1 Model determinan sosial hilir dan hulu bagi kesehatan individu dan

kesehatan populasi (Kaplan dalam Murti, 2009) 13

2 Distribusi peminum minuman keras di dunia (Sumber: WHO, 2014) 16

3 Mekanisme alkohol menyebabkan penyakit hati 31

4 The Health Belief Model (Strecther dalam Hayden, 2014) 45

5 Piramida Kebuthuhan Dasar Maslow (1954) 47

(20)

DAFTAR ISTILAH

Lapo tuak : Warung yang dijadikan sebagai tempat jual beli tuak. Warung ini juga dijadikan sebagai tempat untuk berkumpul sambil meminum tuak bersama.

Sopo partungkoan : Rumah atau gubuk yang digunakan oleh para raja-raja Batak untuk berdiskusi atau rapat.

Dalihan Na Tolu : Kerangka atau sistem kekerabatan masyarakat Batak yang meliputi hubungan-hubungan kerabat darah dan hubungan perkawinan yang mempertalikan satu kelompok. Terdiri dari 3 kekerabatan, yaitu keluarga pihak Istri (hula-hula), anak perempuan (boru) dan teman semarga (Dongan Tubu)

Pisang sitanduk : Pisang tanduk

Manuan ompu-ompu : Upacara menanam tanaman sejenis bunga bakung di atas kuburan orang yang meninggal oleh cucu dari orang yang meninggal tersebut. upacara ini bertujuan agar keturunan orang yang meninggak hidup sejahtera.

Manulangi : Upacara menyuapi orang tua yang lanjut usia dengan makanan kesukaan atau makanan yang terbaik oleh anak dan cucunya.

Tuak tangkasan /

tuak na tonggi

(21)

Raru : Sebutan untuk kelompok jenis kulit kayu yang ditambahkan pada nira aren dan bertujuan untuk mempertahankan kandungan dan kadar alkohol pada proses fermentasi menjadi tuak.

Subang : Haram, terlarang atau tidak boleh dikonsumsi.

(22)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Minuman keras sudah lama dikenal di kalangan masyarakat dan telah menjadi masalah umum di seluruh dunia. WHO (2014) menyebutkan bahwa sebanyak 61,7% populasi di seluruh dunia telah meminum alkohol selama lebih dari 12 bulan yang menyebabkan sekitar 3,3 juta kematian atau 5,9% dari seluruh kematian di seluruh dunia (WHO, 2014).

(23)

Minuman beralkohol tradisional merupakan salah satu jenis minuman yang marak di beberapa wilayah Indonesia. Minuman beralkohol tradisional dibuat dan dikemas secara sederhana serta sering dijadikan sebagai jamuan di acara adat, misalnya Minuman Cap Tikus dari Manado dan Minahasa, Ballo dari Makassar, Sopi dari Maluku dan sekitarnya, Lapen dari Yogyakarta, Arak Bali dan lain sebagainya (BPOM, 2014). Tuak juga merupakan salah satu minuman beralkohol tradisional yang berasal dari daerah Sumatera Utara terutama di daerah Tapanuli Utara dan sekitarnya. Tuak terbuat dari batang kelapa atau batang aren dan diambil airnya kemudian dicampurkan dengan raru. Nira aren yang merupakan bahan dasar pembuatan tuak mengandung alkohol dengan kadar 4% (Ilyas, 2013).

Suku Batak sebagai suku utama Provinsi Sumatera Utara menjadikan tuak sebagai tradisi yang sulit untuk dilepaskan. Tuak sering digunakan sebagai jamuan dan sajian utama pada acara adat atau upacara. Riskesdas tahun 2007 menyebutkan bahwa Provinsi Sumatera Utara merupakan provinsi urutan ke-12 dengan peminum alkohol terbanyak, dimana prevalensi peminum alkohol selama 12 bulan terakhir di Provinsi Sumatera Utara sebesar 6,1%, sedangkan peminum yang masih minum dalam satu bulan terakhir sebesar 4,4% (Kemenkes RI, 2007).

(24)

Siagian Jae telah mengonsumsi tuak sejak mereka remaja. Hal tersebut disebabkan karena tradisi minum tuak yang kental di masyarakat Suku Batak Toba. Selain itu, hampir semua masyarakat desa tersebut menganut Agama Kristen, sehingga tidak ada batasan dan larangan untuk mengonsumsi minuman keras.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada 45 orang peminum tuak di Desa Lumban Siagian Jae, diperoleh hasil bahwa 22,7% dari mereka meminum tuak sebanyak 600 mL per harinya, 52,3% sebanyak 800 mL per harinya, 20% sebanyak 1000 mL dan 5% sebanyak 1200 mL per harinya. Selain itu, banyak peminum tuak (45%) yang tidak ingin menghentikan kebiasaannya untuk konsumsi tuak, hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh faktor sosial dan budaya masyarakat batak. Maka dari itu, promosi dan edukasi kesehatan sangat penting diberikan kepada masyarakat Desa Lumban Siagian Jae, terutama bagi peminum tuak, untuk bisa meningkatkan pengetahuan dan memperbaiki sikap terkait konsumsi tuak agar perilaku konsumsi tuak dapat dikendalikan dan tidak menimbulkan masalah kesehatan bagi peminumnya.

(25)

Penyakit yang paling sering diakibatkan oleh konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan adalah hipertensi. Hasil penelitian Suanders di Sidney menunjukkan bahwa lebih dari 50% peminum alkohol memiliki tekanan darah di atas 140/90mmHg (Saunders, 1987). Sesso juga menyebutkan terdapat hubungan positif antara konsumsi alkohol dengan munculnya penyakit hipertensi baik pada pria maupun wanita (Sesso, 2008).

Konsumsi alkohol juga dapat mengganggu fungsi dari semua bagian saluran pencernaan. Alkohol konsumsi akut menyebabkan perubahan dalam motilitas esophagus dan perut yang mendukung terjadinya reflux gastroesophageal dan refluks esfofagitis sehingga dapat menyebabkan kerusakan mukosa lambung (Bode & Bode., 1997).

Dental Health Australia menyebutkan bahwa hal-hal yang dapat terjadi akibat konsumsi alkohol antara lain adalah kerusakan atau erosi gigi, mulut kering, buruknya kebersihan mulut, hingga terjadinya kanker mulut (Dental Health Australia). Selain itu, minuman keras juga akan mengganggu fungsi dan proses sistem reproduksi. Hasil penelitian eksperimen dari Ilyas membuktikan bahwa pemberian tuak pada mencit jantan dengan dosis yang lebih tinggi dan waktu yang lebih lama cenderung menurunkan kualitas spermatozoa dan menekan jumlah anak hasil perkawinannya (Ilyas, 2013).

(26)

muncul tentu karena adanya faktor-faktor pencetus, penguat dan pendukung. Hal ini sesuai dengan teori Lawrence Green yang menyatakan bahwa komponen yang mempengaruhi perilaku seseorang terdiri dari faktor predisposisi, reinforcing dan

enabling.

Setiawan dalam penelitian kualitatif di Kabupaten Maluku Tengah membuktikan bahwa pengetahuan dan sikap masyarakat akan membentuk persepsi dan kontrol yang salah terhadap minuman keras sehingga peluang munculnya perilaku konsumsi minuman keras akan semakin besar (Setiawan, 2013). Harju dalam Ruslan (2013) menyatakan bahwa sikap memainkan peran kunci dalam memutuskan munculnya sebuah tindakan atau perilaku.

Tradisi dan kepercayaan juga memberikan pengaruh kuat pada perilaku seseorang. Mengingat tuak dijadikan sebagai minuman sehari-hari bagi laki-laki Batak Toba dan wajib menjadi jamuan pada saat upacara atau ibadah (Ikegami, 1997). Di sisi lain, Bapak Haposan Panggabean, sesepuh desa, masyarakat Batak Toba juga pada umumnya mempercayai adanya kebahagiaan dan persaudaraan ketika mengonsumsi tuak, dengan kebahagiaan tersebut maka penyakit tidak akan muncul.

(27)

langkah awal untuk mengendalikan perilaku konsumsi minuman keras. Rendahnya pengetahuan mengenai masalah kesehatan, kurangnya kesadaran untuk sehat, tradisi dan kepercayaan, dan peran keluarga serta keluarga serta petugas kesehatan terhadap pola konsumsi tuak semakin menguatkan mereka pada perilaku tersebut dan sebenarnya merugikan kesehatan.

B. Rumusan Masalah

Hasil Survei Demografi dan Kependudukan Indonesia (SDKI) tahun 2012 memberikan informasi bahwa persentase peminum alkohol pada pria berusia 15-19 tahun sebesar 30,2% dan berusia 20-24 tahun sebesar 52,9%, sementara persentase wanita berusia 15-19 tahun sebesar 3,5% dan berusia 20-14 tahun sebesar 7,1%. Hal ini menunjukkan prevalensi peminum minuman beralkohol masih tinggi.

(28)

C. Pertanyaan Penelitian

Adapun pertanyaan- pertanyaan yang akan dijawab pada penelitian ini antara lain:

1. Bagaimana pola konsumsi tuak pada peminum tuak di Desa Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara tahun 2015?

2. Bagaimana tingkat pengetahuan mengenai tuak pada peminum tuak di Desa Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara tahun 2015?

3. Bagaimana sikap peminum tuak terkait konsumsi tuak di Desa Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara tahun 2015?

4. Bagaimana tradisi konsumsi tuak pada masyarakat Desa Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara tahun 2015?

5. Bagaimana kepercayaan masyarakat terhadap tuak di Desa Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara tahun 2015?

(29)

7. Bagaimana peran petugas kesehatan dalam mengatasi pola konsumsi tuak di Desa Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara tahun 2015?

8. Bagaimana keluhan kesehatan peminum tuak di Desa Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara tahun 2015?

D. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola dan faktor-faktor yang mendorong konsumsi tuak serta keluhan kesehatan yang dirasakan peminum tuak di Desa Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara tahun 2015.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

a. Diketahuinya pola konsumsi tuak pada peminum tuak di Desa Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara tahun 2015

(30)

c. Diketahuinya sikap peminum tuak terkait konsumsi tuak di Desa Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara tahun 2015

d. Diketahuinya tradisi konsumsi tuak pada masyarakat Desa Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara tahun 2015

e. Diketahuinya kepercayaan masyarakat terhadap tuak di Desa Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara tahun 2015

f. Diketahuinya kebiasaan keluarga mengonsumsi tuak di Desa Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara tahun 2015

g. Diketahuinya peran petugas kesehatan dalam mengatasi pola konsumsi tuak di Desa Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara tahun 2015

(31)

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan acuan untuk melakukan penelitian sejenis yang lebih kompleks, seperti penelitian bivariat atau multivariat.

2. Manfaat Bagi Pemerintah dan Instansi Kesehatan

Melalui penelitian ini, pemerintah dapat mengetahui faktor penyebab dominan masalah konsumsi tuak pada masyarakat Desa Lumban Siagian Jae sehingga pemerintah dapat memberikan penanggulangan yang tepat sasaran dan tepat guna dalam mengendalikan pola konsumsi tuak tersebut.

3. Manfaat Bagi Peminum Tuak

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi mengenai dampak konsumsi tuak sehingga para peminum tuak memiliki kemauan untuk mengendalikan perilaku mengonsumsi tuak.

F. Ruang Lingkup

(32)
(33)

12 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Epidemiologi Konsumsi Alkohol

(34)

Gambar 1. Model determinan sosial hilir dan hulu bagi kesehatan individu dan kesehatan populasi (Kaplan dalam Murti, 2009)

(35)

Sebagaimana telah disebutkan bahwa epidemiologi merupakan ilmu tentang distribusi dan determinan masalah kesehatan, maka berikut ini adalah penjabaran mengenai distribusi peminum alkohol dan determinan konsumsi alkohol.

1. Distribusi Peminum Alkohol

Distribusi peminum alkohol dapat ditinjau melalui tiga variabel utama, yakni orang, tempat dan waktu.

a. Menurut Orang

Murray dan Lopez dalam Jernigan (2001) menyatakan bahwa sebesar 5% dari semua kematian di seluruh dunia yang terjadi pada usia 5 sampai 29 tahun disebabkan oleh penyalahgunaan alkohol. The Global Burden of Disease Study mendukung pernyataan tersebut dengan membuktikan bahwa penyalahgunaan alkohol jauh lebih umum terjadi di antara orang-orang muda (Jernigan, 2001).

Di seluruh dunia, peminum alkohol berat lebih sering ditemukan pada kelompok usia 15 sampai 19 tahun (11,7%), dibandingkan dengan kelompok usia 15 tahun ke atas (7,5%). Menurut jenis kelamin, proporsi peminum alkohol pada laki-laki lebih besar (21,5%) dari pada perempuan (5,7%) (WHO, 2014).

(36)

menyumbang persentase paling besar (4,9%) dari pada perempuan (0,3%). prevalensi peminum alkohol paling tinggi pada kelompok usia 25-34 tahun, yaitu 6,7% dan disusul oleh kelompok usia 15-24 tahun dan 35-44 tahun, yaitu sebesar 5,5%. SDKI tahun 2012 menunjukkan bahwa berdasarkan jenis kelamin, prevalensi laki-laki jauh lebih besar (38,8%) dari pada perempuan (4,6%) dan berdasarkan usia, prevalensi kelompok usia 20-24 tahun lebih besar (60%) dibandingkan dengan kelompok usia 15-19 tahun (33,7%).

(37)

b. Menurut Tempat

Secara global, konsumsi alkohol paling tinggi berada di wilayah Eropa dan Amerika. Konsumsi alkohol menengah berada di wilayah Pasifik Barat dan Afrika. Selanjutnya konsumsi alkohol terendah ditemukan di Asia Tenggara dan Mediterania Timur (WHO, 2014)

Gambar 2. Distribusi peminum minuman keras di dunia (Sumber: WHO, 2014)

Menurut WHO (2014), perbedaan jumlah peminum alkohol berbeda-beda di setiap wilayah. Hal tersebut disebabkan karena interaksi berbagai faktor, baik dari faktor sosial, ekonomi, kepercayaan dan budaya. Misalnya adanya daerah yang didominasi oleh agama Islam sehingga larangan mengonsumsi alkohol sangat ditekankan.

(38)

peminum alkohol lebih banyak berada di pedesaan (5,1%) dari pada di perkotaan (3,9%). Hal ini juga dipengaruhi oleh adanya interaksi faktor baik internal maupun eksternal, misalnya pengetahuan atau budaya.

Suhardi (2011) menyatakan bahwa daerah perkotaan dengan prevalensi peminum alkohol yang tinggi berada di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Papua Barat dan Papua. Daerah pedesaan dengan prevalensi peminum alkohol yang tinggi berada di Provinsi Sumatera Utara, Bali, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku, Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur, Gorontalo dan Sulawesi Utara .

c. Menurut Waktu

(39)

membuat pesta dan menyajikan alkohol sebagai jamuan (National Single Window Indonesia, 2012).

2. Determinan Konsumsi Alkohol

Determinan konsumsi alkohol dapat ditinjau melalui tiga variabel utama, yakni agent, host dan environment.

a. Agent

Agent adalah penyebab masalah kesehatan yang dapat berupa unsur hidup, unsur mati atau keadaan hidup seseorang (Budiarto, 2002). Agent yang berperan dalam pembentukan perilaku mengonsumsi alkohol adalah keadaan hidup, misalnya adanya masalah keluarga, perasaan tidak dihargai, terasing dari kelompok sosial atau stress (Cwikel dalam Cwikel, 2006).

b. Host

(40)

Berdasarkan distribusi peminum alkohol, dapat diketahui bahwa secara nasional maupun global, peminum lebih banyak dari kalangan laki-laki dari pada perempuan. Menurut Kurniawati dkk (2011) hal ini disebabkan karena pria cenderung lebih tertutup daripada wanita sehingga masalah lebih sering diselesaikan dengan cara yang menyenangkan dirinya sendiri. Selain itu, pria juga lebih berani dalam melakukan hal-hal yang mengandung risiko tinggi.

Peminum alkohol di dunia lebih banyak berasal dari kelompok usia remaja (15-19 tahun), sementara di Indonesia lebih banyak dari kelompok usia dewasa (25-34 tahun). Hal ini disebabkan karena penduduk Indonesia mayoritas beragama Islam dan dilarang mengonsumsi alkohol sehingga penduduk Indonesia memiliki batasan, terutama remaja, juga dibatasi oleh adanya pemantauan orang tua, sementara orang dewasa pada umumnya tidak lagi dipantau oleh orang tua karena telah dianggap mampu mengendalikan jalan hidup sendiri. Selain itu, orang dewasa juga cenderung memiliki masalah lebih banyak dari pada usia remaja sehingga orang dewasa lebih banyak mengonsumsi alkohol untuk melepaskan bebannya.

c. Environment

(41)

lingkungan fisik, kimia, biologi dan sosial (Efendi & Makhfudli, 2009). Faktor lingkungan yang paling berperan dalam membentuk perilaku mengonsumsi alkohol adalah lingkungan sosial.

Lingkungan sosial tersebut dapat berupa tradisi, budaya, adat istiadat, norma, kebijakan, kepercayaan, agama, sikap, standar dan gaya hidup, pekerjaan, ekonomi, organisasi dan politik. Masyarakat terpapar oleh lingkungan sosial karena adanya interaksi dan dukungan media komunikasi yang telah berkembang (Chandra, 2006).

B. Tuak

1. Definisi

Alkohol adalah cairan transparan yang dapat diperoleh dari fermentasi karbohidrat dan ragi, mudah menguap, dapat bercampur dengan air, eter atau kloroform (Iskandar, 2012). Peraturan Presiden nomor 74 tahun 2013 menyatakan bahwa minuman beralkohol merupakan minuman yang mengandung etil alkohol atau etanol (C2H5OH) yang diproses dengan cara fermentasi dengan atau tanpa destilasi dari bahan hasil pertanian. Minuman beralkohol tradisional merupakan minuman beralkohol yang diproduksi secara tradisional dan dikemas sederhana serta dipergunakan untuk kebutuhan adat istiadat atau upacara keagamaan.

(42)

a. Golongan A adalah minuman dengan kadar etil alkohol atau etanol (C2H5OH) sampai dengan 5% (lima persen);

b. Golongan B adalah minuman dengan kadar etil alkohol atau etanol (C2H5OH) 6% (enam persen) sampai dengan 20% (dua puluh persen); dan

c. Golongan C adalah minuman dengan kadar etil alkohol atau etanol (C2H5OH) 21% (dua puluh satu persen) sampai dengan 55% (lima puluh lima persen).

Tuak adalah minuman beralkohol tradisional di daerah Sumatera Utara, terutama pada Suku Batak Toba, yang mengandung alkoholdengan kadar 4% (Ilyas, 2013). Berdasarkan keputusan dan peraturan yang telah ditetapkan, maka tuak dapat digolongkan sebagai salah satu jenis minuman keras. Dengan demikian, tuak dapat digolongkan sebagai minuman keras golongan A. Jika dibandingkan dengan minuman alkohol import, seperti

whisky atau brandy yang mengandung kadar alkohol sebesar 20% - 50% (golongan C) (Mahkamah Agung, 2012), kadar alkohol tuak jauh lebih rendah.

(43)

permukaan laut, termasuk di Indonesia. Maka dari itu tuak dapat dengan mudah diproduksi di wilayah Indonesia (Ikegami, 1997).

Tuak memiliki posisi sebagai minuman sehari-hari bagi laki-laki Suku Batak Toba. Tuak juga berperan penting sebagai tradisi dalam adat Batak Toba, misalnya dalam adat manulangi, yaitu upacara penjamuan orang tua yang telah bercucu oleh keturunan-keturunannya, tuak menjadi menu utama dalam jamuan tersebut (Ikegami, 1997). Tuak juga berperan penting dalam acara manuan ompu-ompu, dimana tuak digunakan untuk menyiram tanaman yang dinamakan ompu-ompu yang ditanam pada sawah atau kebun orang yang sudah meninggal. Tuak merupakan sarana perwujudan silaturahmi dengan adanya jamuan kehormatan bagi Dalihan Na Tolu, yaitu nama lain yang diberikan bagi tiga garis hubungan yang dihormati oleh suatu keluarga (Lumban Gaol & Husin, 2013).

2. Kandungan Tuak

Tuak yang sering dikonsumsi oleh masyarakat Batak Toba dapat

dibuat dari air nira dari batang aren, biasanya resep ini akan turun-temurun

(44)

asam fumarat dan asam piroglutamat sebesar 0,02% (Haryanti & dkk, 2012).

Fermentasi yang terjadi pada nira dibantu oleh adanya bakteri

Saccharomyces sp, nira sangat mudah mengalami fermentasi karena memiliki ragi liar (Muku & Sukadana, 2009). Fermentasi yang terjadi mengakibatkan adanya perombakan terhadap senyawa-senyawa penyusunnya. Perombakan salah satunya terjadi pada gula yang akan berubah menjadi alkohol dan selanjutnya berubah menjadi asam cuka. Pada pembuatan tuak, biasanya ditambahkan kulit batang Sonneratia sp.

(kayu raru), penambahan kulit batang tersebut berguna untuk menghambat proses fermentasi nira khususnya pada proses oksidasi alkohol menjadi asam cuka (Sinda & Len, 2003).

Setelah melalui proses fermentasi, air nira akan memproduksi tuak

yang mengandung air 88,4%; protein 0,38%; lemak 0,2%; mineral 0,02% dan

karbohidrat 7% dan alkohol 4% (diperoleh dari perombakan gula dalam air

nira) (Noviyanti, 2014). Noviyanti (2014) menjelaskan bahwa air nira yang

baru diambil dari pohonnya memiliki rasa manis dengan pH netral sekitar 7,

akan tetapi karena adanya pengaruh lingkungan dan fermentasi menyebabkan

air nira tersebut terkontaminasi sehingga pH menurun menjadi 5,34 dan rasa

(45)

C. Dampak Konsumsi Tuak

WHO dalam Putusan Mahkamah Agung (2012) menyebutkan bahwa terdapat dampak negatif bagi konsumen minuman keras, dampak tersebut dikelompokkan berdasarkan jangka waktu. Dampak konsumsi minuman keras berdasarkan jangka waktu konsumsi terbagi menjadi 2 (dua), yaitu:

a. Jangka Pendek

Dampak yang dirasakan jika konsumsi minuman keras dalam jangka waktu pendek antara lain mulut akan terasa kering, pupil mata membesar, detak jantung lebih kencang, rasa mual dan kesulitan bernafas. Dampak psikis yang terjadi adalah perasaan merasa hebat, tidak ada rasa malu dan merasa santai (relax).

b. Jangka Panjang

Dampak yang dirasakan jika konsumsi minuman keras dalam jangka waktu panjang adalah konsumen akan terancam masalah kesehatan yang serius seperti kerusakan hati, ginjal, paru-paru, jantung, radang usus, penyakit liver, kerusakan otak bahkan hingga gangguan jiwa.

Berikut ini adalah beberapa penyakit yang dapat diakibatkan oleh konsumsi alkohol secara berlebihan.

1. Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah

(46)

Sistem kardiovaskuler merupakan organ sirkulasi darah yang berfungsi memberikan dan mengalirkan suplai oksigen dan nutrisi keseluruh jaringan tubuh yang di perlukan dalam proses metabolisme tubuh, terdiri dari jantung, komponen darah dan pembuluh darah. Menurut ICD (International Classification of Disease) menyebutkan bahwa penyakit jantung dan pembuluh darah terdiri dari rematik akut, jantung rematik kronik, hipertensi, penyakit hati iskemik, penyakit paru dan sirkulasi, penyakit serebrovaskular, penyakit pada arteri, arteriola dan kapiler, penyakit pada vena dan sistem limfa dan lain-lain (Bustan, 2007).

Pada beberapa penelitian, disebutkan bahwa alkohol dengan kadar sedang dan ringan akan memberikan efek protektif terhadap penyakit kardiovaskular karena alkohol dapat meningkatkan kadar HDL. Namun, jika berlebihan, alkohol akan meningkatkan trigliserida dalam darah (Artanti, 2008). Tingginya kadar trigliserida mengakibatkan adanya gangguan kadar lemak di dalam darah. Kadar lemak akan meningkat dan menumpuk dalam pembuluh darah sehingga membentuk plak. Hasil penelitian menunjukan bahwa gangguan kadar lemak dalam darah dapat menjadi salah satu faktor penyebab penyakit jantung dan pembuluh darah (Teo dkk, 2011).

(47)

signifikan antara peningkatan kematian akibat penyakit kardiovaskular dengan konsumsi alkohol (Chenet & dkk, 1998). Keil menjelaskan bahwa konsumsi alkohol dalam jumlah yang banyak akan meningkatkan prevalensi penyakit hipertensi dan stroke hemoragik serta penyakit kardiovaskular (Keil & dkk, 1997).

Salah satu penyakit kardiovaskuler yang paling sering mendapat perhatian dari semua kalangan masyarakat adalah hipertensi. Hipertensi merupakan gerbang awal yang memicu munculnya penyakit degeneratif lainnya, seperti penyakit stroke, jantung, diabetes melitus dan ginjal. Seseorang dikatakan hipertensi jika darahnya mencapai tekanan 140 mmHg ke atas. Diagnosis hipertensi secara umum mengacu kepada klasifikasi tekanan darah oleh JNC 7 untuk pasien dewasa (umur ≥18 tahun) yang diukur berdasarkan rata-rata pengukuran dua tekanan darah atau lebih pada dua atau lebih kunjungan klinis (Direktorat Bina Farmasi dan Klinis, 2006).

(48)

2. Diabetes Melitus

Konsumsi alkohol secara berlebihan akan mengubah sistem metabolisme. Tuak sebagai salah satu minuman yang mengandung alkohol akan memicu risiko munculnya diabetes melitus pada seseorang. Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit kronis yang muncul karena turunan keluarga, karena kekurangan produksi insulin oleh pankreas atau karena tidak efektifnya insulin yang dihasilkan (WHO, 2015).

Beberapa penelitian menyatakan bahwa mengonsumsi alkohol memiliki asosiasi terbalik terhadap risiko penyakit diabetes melitus. Salah satunya adalah penelitian Ajani yang menunjukkan bahwa peminum alkohol dengan kadar menengah memiliki risiko diabetes lebih rendah dari pada dengan kadar tinggi (Ajani, 2000). Beberapa ilmuwan berpendapat bahwa hal tersebut karena alkohol memberikan efek hipoglikemi pada peminumnya, maka peminum dengan riwayat diabetes melitus berisiko lebih rendah terkena diabetes yang lebih parah. Namun jika alkohol dikonsumsi secara berlebihan maka kadar glukosa dalam tubuh akan semakin menurun sehingga seseorang akan lebih sering mengonsumsi glukosa. Hal ini malah semakin meningkatkan risiko munculnya diabetes melitus (Hassan & dkk, 2002).

(49)

Hassan dan kawan-kawan yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara konsumsi alkohol secara berlebihan dengan munculnya diabetes melitus pada seseorang (Hassan & dkk, 2002). Penelitian Kao juga membuktikan bahwa konsumsi alkohol secara berlebihan akan meningkatkan risiko diabetes melitus namun jika dikonsumsi hanya dengan kadar sedang maka tidak akan meningkatkan risiko diabetes melitus (Kao & dkk, 2002).

3. Penyakit Mulut dan Gigi

Penyakit mulut dan gigi juga dapat diakibatkan oleh konsumsi alkohol. Touyz menyebutkan bahwa alkohol akan menyebabkan kerusakan pada gigi, kerusakan tersebut berupa erosi gigi, oklusal dan bruksisme (Touyz, 2010).

Berdasarkan penelitian Noviyanti (2014) membuktikan bahwa konsumsi tuak dalam waktu yang lama akan menyebabkan terjadinya erosi gigi pada peminumnya. Erosi gigi disebabkan oleh kontak langsung berkelanjutan antara permukaan gigi dengan zat-zat asam. Demineralisasi email gigi akan terjadi apabila pH lingkungan mulut mencapai tingkat keasaman 5,5 (Noviyanti, 2014). Diketahui dari penelitian Fadhilah (2012) menunjukkan bahwa tingkat keasaman tuak adalah 5,34 yang berarti minuman tuak tersebut bersifat asam dan sangat berpeluang besar menyebabkan erosi gigi.

(50)

menyebabkan mukosa dari selaput lendir rongga mulut menjadi lemah sehingga mukosa rongga mulut sangat mudah mengalami mikro lesi baik akibat trauma mekanis. Mikro lesi dapat berupa sariawan atau bahkan dapat berdampak lebih besar seperti kanker mulut.

Boyle dalam sebuah review menyebutkan bahwa dalam masa pengamatan selama 10 (sepuluh) tahun ditemukan adanya hubungan antara munculnya kanker mulut dengan kebiasaan konsumsi alkohol (Boyle & dkk, 1990). Rothman dan Keller mendukung penelitian tersebut dengan menyatakan bahwa paparan gabungan antara mengonsumsi alkohol dan merokok dapat menyebabkan kanker oral (mulut), maka dari itu kedua paparan tersebut perlu ditiadakan untuk mencegah terjadinya kanker mulut (Rothman & Keller, 1972).

4. Penyakit Ginjal

Penyakit ginjal kronis atau sering disebut sebagai Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan penyakit yang terjadi akibat adanya abnormalitas struktur atau fungsi ginjal selama tiga bulan atau lebih. Penyakit ginjal dimanisfetasikan oleh salah satu dari beberapa gejala sebagai berikut (Rahmadi, 2010):

(51)

Mengonsumsi alkohol secara berlebihan akan mengganggu mekanisme kerja ginjal, sehingga memunculkan gangguan-gangguan baru pada sistem perkemihan. Sifat alkohol sebagai diuretik dapat mempengaruhi keseimbangan elektolit dalam darah. Alkohol akan menekan produksi ADH (Antidiuretik Hormone) dari kelenjar hipofisis. Selanjutnya tubuh akan mengeluarkan air terus menerus sehingga tubuh akan kekurangan air dan proses ekskresi urin dalam ginjal akan terganggu (Dasgupta dalam Adnyana, 2012).

Studi kohort yang dilakukan oleh Shankar dan rekannya membuktikan bahwa konsumsi alkohol sebanyak empat porsi atau lebih per hari berhubungan dengan munculnya penyakit ginjal kronik (Shankar & dkk, 2006). Penelitian Yamagata menunjukkan bahwa konsumsi alkohol kurang dari 20 gram per hari akan mengurangi risiko albuminuria pada pria, namun efek proteksi tersebut akan hilang jika seseorang mengonsumsi minuman sebanyak 20 gram atau lebih per harinya (Yamagata & dkk, 2007).

5. Penyakit Hati

(52)

oleh pengakuan dari para responden bahwa mereka gemar mengonsumsi arak tradisional sejak muda. Arak yang diminum sebanyak 1-2 gelas selama 2-3 kali tiap minggu.

Gambar 3. Mekanisme alkohol menyebabkan penyakit hati

(53)

Stress oksidatif yang telah terjadi selanjutnya dapat mengakibatkan rendahnya sistem antioksidan dalam tubuh sehingga dapat meningkatkan kepekaan terhadap reaksi senyawa oksigen reaktif (SOR). Peroksidasi lipid merupakan kerusakan pada proses oksidasi lemak akibat reaktivitas SOR (Setiawan dan Suhartono, 2007). Gangguan pada proses oksidasi lemak dapat memicu terjadinya penimbunan lemak dalam hati. Peroksidasi lipid akan menyebabkan timbulnya inflamasi pada hati karena adanya reaksi pertahanan tubuh. Inflamasi ini selanjutnya akan berkembang ke arah sirosis hati jika konsumsi alkohol tetap belanjut (Gramenzi dkk, 2006).

6. Penyakit pada Saluran Pencernaan

Penyakit pada saluran pencernaan sering disebut sebagai gastrointestinal. Penyakit Gastrointestinal yang termasuk yaitu kelainan penyakit kerongkongan (eshopagus), lambung (gaster), usus halus (intestinum), usus besar (colon), hati (liver), saluran empedu (traktus biliaris) dan pankreas (Hadi, 2002).

(54)

terjadi adalah hiper regenatif sehingga terjadi penumpukan pada lokasi tertentu dan menyebabkan tumor (Pronko & dkk, 2002).

Penyakit gastrointestnal yang sering muncul pada masyarakat adalah maag. Maag terjadi karena sekresi asam klorida (HCl) yang berlebihan dalam lambung. Pada dasarnya HCl diperlukan untuk membantu menghancurkan makanan dalam lambung, akan tetapi akan menjadi masalah ketika produksi HCl berlebihan atau ketika perut dalam keadaan kosong sementara HCl tetap bekerja. Hal ini yang dapat menyebabkan terjadinya maag pada seseorang.

Minuman keras, termasuk tuak, dapat memicu munculnya penyakit maag, hal tersebut karena adanya kandungan alkohol. Menurut Avinash dkk (2011) dan Andyana (2012), minuman dengan jumah alkohol rendah dapat dengan cepat merangsang sekresi asam lambung dan mempercepat pengosongan lambung.

7. Gangguan Psikologi

(55)

memberikan kepekaan pada peminum berat, sehingga peminum tersebut akan memberikan respon cepat apabila mendapatkan penawaran hal-hal baru seperti narkoba (Wiers & dkk, 2002).

Pengaruh alkohol terhadap psikologis berhubungan dengan efeknya terhadap sistem saraf pusat. Terdapart neurotransmitter yang berperan dalam menyampaikan rasa senang, yaitu dopamin, yang berpusat pada ventral tergmental area (VTA) di daerah otak tengah. Alkohol, dengan sifat kimianya, mampu mengaktivasi pengeluaran dopamin secara langsung sehingga orang yang meminum alkohol cenderung merasa senang dan lupa akan masalahnya (Adnyana, 2012).

D. Konsumsi Tuak

1. Definisi Konsumsi Tuak

(56)

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Tuak

Konsumsi tuak dipengaruhi oleh faktor-faktor baik dari dalam maupun dari luar subyek. Menurut Lawrence Green, perilaku secara umum terbagi tiga yang meliputi (Noorkasiani & dkk, 2007):

a. Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi merupakan faktor yang mempermudah terjadinya perilaku seseorang. Faktor-faktor yang termasuk sebagai predisposisi antara lain:

1) Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu yang terjadi melalui proses penginderaan terhadap suatu objek tertentu dan berperan sebagai landasan dan dasar dalam membuat keputusan termasuk keputusan untuk berperilaku (Pickett & Hanlon, 2008). Dinata (2013) menyebutkan dalam penelitiannya bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi munculnya perilaku mengonsumsi minuman keras adalah pengetahuan, baik pengetahuan seputar minuman keras maupun pengetahuan keagamaan yang melarang konsumsi minuman keras.

(57)

a) Tahu

Tahu merupakan tingkat pengetahuan paling rendah. Tingkatan ini sama dengan mengingat kembali suatu yang spesifik dari seluruh bagian yang dipelajari sebelumnya.

b) Memahami

Memahami merupakan kemampuan dalam menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan menginterpretasikan objek tersebut dengan benar.

c) Penerapan

Penerapan merupakan kemampuan untuk mengaplikasikan informasi yang telah diterima dan dipelajari sbelumnya pada situasi atau kondisi sebenarnya.

d) Analisis

Analisis merupakan kemampuan untuk menjabarkan suatu materi kepada beberapa komponen yang masih terdapat pada suatu struktur atau lingkup yang sama dan saling berkaitan.

e) Sintesis

(58)

f) Evaluasi

Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek, dimana penilaian yang dilakukan didasarkan pada kriteria yang telah ada dan telah dipelajari. Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu (Efendi & Makhfudli, 2009):

a) Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan upaya pemberian ilmu dan pengetahuan dari pendidik kepada didik. Penelitian Asiah membuktikan bahwa tingkat pendidikan sangat berhubungan dengan pengetahuan kesehatan seseorang (Asiah, 2010). Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka pengetahuan cenderung semakin baik.

b) Informasi

Akses terhadap informasi yang baik juga akan menambah pengetahuan seseorang. Sumber informasi yang lebih banyak akan memberikan pengetahuan yang lebih luas.

c) Pengalaman

(59)

Semakin banyak pengalaman seseorang maka akan semakin banyak hal yang dapat dipelajari.

d) Sosial ekonomi

Tingkat kemampuan seseorang untuk bersosialisasi, bermasyarakat dan memenuhi kebutuhan hidup dapat menambah tingkat pengetahuan.

2) Sikap

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap suatu rangsangan atau objek. Ekspresi sikap tidak dapat dilihat secara nyata, namun dapat ditafsirkan. Sikap mengandung penilaian secara emosional, baik secara afektif, kognitif dan konatif. Sikap dapat terbentuk dengan adanya interaksi sosial, baik secara fisik maupun psikis (Maulana, 2007).

(60)

Seperti halnya pengetahuan, sikap juga memiliki beberapa tingkatan, antara lain (Simamora, 2008):

a) Receiving, yakni jika seseorang menerima dan memperhatikan stimulus yang diberikan. Misalnya, sikap seseorang terhadap konsumsi tuak dapat diketahui dengan kehadiran orang tersebut di warung tuak setiap hari.

b) Responding, yakni jika seseorang memberikan tanggapan terhadap stimulus. Misalnya, sikap seseorang menjawab pertanyaan mengenai perasaan yang dirasakan saat telah meminum tuak.

c) Valuing, yakni jika seseorang telah merepon suatu stimulus kemudian membahasnya dengan orang lain atau bahkan mengajak atau mempengaruhi orang lain untuk merespon. Misalnya, ketika seseorang mendapatkan berita mengenai peraturan penutupan jual beli minuman keras kemudian mengajak teman-temannya untuk berembuk dan menolak peraturan tersebut.

(61)

Suatu sikap tidak secara otomatis terwujud dalam diri seseorang, sikap muncul karena dibentuk oleh pengaruh dan intervensi yang terjadi selama perkembangan hidup seseorang. Pengaruh tersebut dapat muncul dari lingkungan (eksternal) maupun dari disi seseorang tersebut (internal). Kedua faktor tersebut yang mempengaruhi terbentuknya sikap seseorang (Maulana, 2007).

a) Faktor Internal i. Fisiologis

Faktor penting terkait fisiologis adalah umur dan kesehatan, misalnya orang muda pada umumnya lebih ceroboh dalam menentukan tindakan dibandingkan dengan orang tua yang lebih berhati-hati.

ii. Psikologis

(62)

b) Faktor Eksternal i. Pengalaman

Pengalaman terhadap suatu objek akan membentuk sikap terhadap objek tersebut. Misalnya seseorang yang biasanya meminum tuak setiap hari akan berhenti jika mengalami gangguan kesehatan setelah meminum tuak.

ii. Situasi

Situasi atau keadaan seseorang akan membentuk atau mengubah suatu sikap pada seseorang tersebut. Faktor situasi mencakup faktor lingkungan dimana manusia tinggal, baik lingkungan sosial, ekonomi, tradisi atau budaya. Lindsay menyebutkan dalam artikelnya bahwa tradisi berperan dalam mempengaruhi sikap dan perilaku, karena tradisi setiap negara berbeda, maka akan membentuk sikap yang berbeda-beda pula (Lindsay, 2005).

iii. Peraturan dan Norma

(63)

dan lain sebagainya. Peraturan baik yang selalu diikuti masyarakat akan membentuk sikap positif pada masyarakat.

iv.Hambatan dan Pendorong

Hambatan dan dukungan juga penting diperhitungkan dalam pembentukan sikap seseorang. Dukungan sosial akan memberikan pengaruh terhadap peraturan, kepatuhan tersebut akan berdampak pada terbentuknya sikap positif pada masyarakat (Kusumadewi & dkk, 2011).

3) Tradisi

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, tradisi merupakan adat kebiasaan turun-temurun dari nenek moyang yang masih dijalankan oleh masyarakat sebagai keturunannya (Setiawan, 2015). Tuak mempunyai arti yang khusus bagi masyarakat Batak Toba karena tuak merupakan kebiasaaan yang diturunkan oleh nenek moyang dan dapat digunakan sebagai sarana keakraban serta sebagai pengungkapan rasa terima kasih. Hal ini menjadi salah satu dasar pemikiran mengapa tuak dijadikan sebagai tradisi masyarakat Batak Toba.

(64)

menampilkan perilaku atau tindakan. Suryoputro dkk (2006) menyebutkan dalam penelitiannya bahwa karakter tradisi dalam suatu wilayah berpengaruh terhadap perilaku masyarakat setempat, misalnya perilaku seksual atau perilaku kesehatan.

Menurut Edberg (1955) dalam Edberg (2013), berikut ini adalah alur tradisi membentuk perilaku mengonsumsi tuak pada masyarakat.

Bagan 1. Social/Culture Factors Affecting Perceived Risk (Edberg, 1955)

Bagan di atas menunjukkan bahwa tradisi memegang peran penting dalam membentuk perilaku masyarakat, karena pada dasanya manusia ingin diterima oleh masyarakat sekitar sehingga akan mengikuti apa yang menjadi tradisi masyarakat tersebut.

Tuak adalah minuman beralkohol yang dapat meningkatkan risiko penyakit

Konsumsi tuak adalah kebiasaan yang diturunkan oleh nenek moyang. Masyarakat Batak Toba yakin bahwa

segala sesuatu yang diturunkan oleh nenek moyang adalah hal yang baik.

Kekhawatiran tidak memperoleh teman dan kehilangan status sosial dalam masyarakat jika tidak

ikut mengonsumsi tuak

Risk Behavior on Public Health Perspective

Mediating Social/Cultural Factor

(65)

4) Kepercayaan

Tradisi tidak hanya memberikan warna pada perilaku masyarakat, tetapi juga berpengaruh dalam keyakinan dan kepercayaan (Marzuki, 2011). Menurut Johannes dan Diya (2012), keyakinan atau kepercayaan adalah pikiran deskriptif yang dianut seseorang mengenai suatu hal. Seseorang yang telah memiliki kepercayaan terhadap sesuatu akan merasakan efek berupa kepuasan psikologis jika dia melakukan tindakan berdasarkan kepercayaan tersebut.

(66)

Gambar 4. The Health Belief Model (Stretcher dalam Hayden, 2014)

(67)

b. Faktor Pendukung (Enabling)

Faktor pendukung merupakan faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan seperti warung jual beli tuak. Misalnya, seorang pemuda sudah mengetahui bahaya dari mengonsumsi tuak, namun karena warung penjual tuak masih banyak dan tersebar merata di desanya, pemuda tersebut akan semakin mudah terpengaruh untuk ikut meminum tuak.

c. Faktor Penguat (Reinforcing)

Faktor penguat adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku antara lain:

1) Kebiasaan keluarga

(68)

Berbicara mengenai peranan keluarga dalam membentuk perilaku anggota keluarga, maka teori yang dapat menjelaskan hal tersebut adalah teori kebutuhan dasar Abraham Maslow (1954) (Rahmah, 2013). Berikut ini adalah piramida Maslow yang menunjukkan tingkatan kebutuhan dasar manusia.

Gambar 5. Piramida Kebutuhan Dasar Maslow (1954)

(69)

Kebutuhan pertama adalah kebutuhan fisiologis yang merupakan kebutuhan primer yang wajib untuk dipenuhi seperti pangan, sandang dan papan, kebutuhan ini diperlukan pada saat masa pertumbuhan (Rahmah, 2013). Selain asupan kebutuhan fisiologis, kebutuhan biologis juga seyogyanya diperhatikan oleh keluarga untuk memaksimalkan manfaat dari keberadaan kebutuhan fisiologi, misalnya dengan menyediakan waktu untuk tidur atau rekreasi.

Kebutuhan keamanan dan keselamatan juga penting diperhatikan oleh keluarga, salah satunya dengan memperhatikan ancaman penyakit akibat konsumsi minuman keras (Rahmah, 2013). Setiap anggota keluarga pada dasarnya menginginkan kebebasan, namun peran orang tua adalah membatasi kebebasan tersebut dengan berbagi pengetahuan mengenai bahaya minuman keras.

Keluarga selanjutnya memperhatikan kebutuhan sosial anggota keluarga. Setiap orang memiliki keinginan untuk berhubungan dengan orang lain agar dapat diterima dan berbagi pada saat kesulitan (Rahmah, 2013). Dewasa ini, banyak orang tua yang telah memahami adanya kebutuhan tersebut, akan tetapi mereka terkadang keliru dalam bergaul, misalnya terpengaruh untuk mengonsumsi tuak.

(70)

seseorang dan kemudian memberikan feedback yang mendukung mengenai hasil kerjanya terbukti efektif untuk memotivasi kinerja dan performa seseorang menjadi lebih baik (Lianto, 2013). Keluarga dalam hal ini berperan untuk memberikan pengakuan yang baik terhadap hasil kerja yang diperoleh oleh anggota. Pengakuan tersebut dibutuhkan untuk meningkatkan kepercayaan diri dan kekuatan sehingga kemungkinan besar anggota keluarga tidak lagi membutuhkan tuak sebagai sarana untuk meningkatkan semangat kerja.

Kebutuhan yang terakhir adanya kebutuhan untuk aktualisasi diri atau melakukan tindakan sesuai dengan keinginan (Rahmah, 2013). Terpenuhinya kebutuhan fisiologi, biologi, perhatian dan rasa memiliki, cinta dan kasih sayang serta saling menghargai akan membentuk perilaku yang baik. Semakin baik peran keluarga dalam memenuhi kebutuhan dasar anggota keluarganya, maka semakin baik pula aktualisasi diri yang akan terbentuk.

(71)

2) Dukungan Petugas Kesehatan

Undang-undang nomor 36 tahun 2014 menyebutkan bahwa petugas kesehatan, yang sering disebut sebagai tenaga kesehatan, adalah setiap orang yang mengabdikan diri di bidang kesehatan yang memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan untuk melakukan upaya kesehatan.

Berdasarkan peran dan fungsi pokok Puskesmas, maka peran tenaga kesehatan secara umum adalah (Purwatiningsih, 2008):

a) Sebagai role model di masyarakat dalam menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat sebagai perwujudan pembangunan kesehatan

b) Membina peran serta masyarakat sebagai perwujudan dari pemberdayaan masyarakat

c) Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat.

(72)

mengubah perilaku seseorang yang membahayakan kesehatannya, contohnya konsumsi tuak.

E. KerangkaTeori

Teori yang digunakan sebagai acuan untuk melakukan analisis konsumsi tuak adalah Teori Lawrence Green (2005). Teori Green dijadikan sebagai acuan karena teori ini membahas perilaku tidak hanya dari aspek internal individu namun juga mempertimbangkan faktor eksternal.

Green (2005) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku seseorang terdiri dari faktor predisposisi, pemungkin dan penguat. Faktor predisposisi perilaku konsumsi tuak terdiri dari pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan. Faktor pemungkin terdiri dari ketersediaan saran pelayanan kesehatan dan warung tuak. Faktor penguat terdiri dari dukungan petugas kesehatan dan kebiasaan keluarga.

(73)
(74)

53 BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pola perilaku dan faktor-faktor yang mendorong konsumsi tuak serta keluhan kesehatan yang dirasakan peminum tuak di Desa Lumban Siagian Jae tahun 2015. Faktor yang tidak diteliti dalam penelitian ini adalah keberadaan warung tuak dan sarana pelayanan kesehatan. Kedua faktor tersebut tidak dijadikan sebagai variabel karena penelitian ini hanya dilakukan di satu area dan sempit sehingga tidak terdapat variasi pada kedua faktor tersebut.

Adapun variabel-variabel yang diteliti adalah tingkat pengetahuan, sikap, keluhan kesehatan, kebiasaan keluarga dan peran petugas kesehatan. Tradisi serta kepercayaan juga akan dibahas secara kualitatif sebagai faktor yang mempengaruhi perubahan pengetahuan dan sikap pada masyarakat Desa Lumban Siagian Jae. Variabel umur, jenis kelamin, pekerjaan dan pendidikan yang termasuk dalam faktor predisposisi sudah termasuk faktor demografi yang juga akan dibahas pada penelitian ini.

(75)

Sikap menjadi salah satu variabel yang diteliti sebagai pembentuk perilaku pada seseorang. Sikap seseorang terhadap suatu objek dinilai sebagai penentu tindakan seseorang terhadap objek tersebut. Apabila seseorang menunjukkan sikap mendukung terhadap konsumsi tuak maka hal tersebut akan mendorongnya untuk mengonsumsi tuak.

Tradisi dan kepercayaan juga merupakan salah satu variabel yang membentuk perilaku seseorang. Tradisi minum tuak di Desa Lumban Siagian Jae akan membiasakan masyarakat tersebut untuk mengonsumsi tuak. Selain itu, kepercayaan juga akan tertanam seiring dianutnya tradisi tersebut. Sehingga masyarakat Desa Lumban Siagian Jae semakin terdorong untuk mengonsumsi tuak.

(76)
(77)

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel/Istilah Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

Banyaknya tuak yang dikonsumsi dalam sehari yang diukur berdasarkan satuan mL sesuai dengan jenis gelas yang digunakan.

Kuesioner

1. Ringan, jika meminum < 210 mL tuak

2. Sedang, jika meminum 210-500 mL tuak

3. Berat, jika meminum >500 mL tuak.

Sumber: Institute of Alcohol Studies (2013)

Ordinal

Lama

konsumsi tuak

Selisih antara usia pertama kali mengonsumsi tuak dengan usia saat penelitian dilakukan dalam hitungan tahun.

Kuesioner 1. Pertanyaan terstruktur 2. Lama konsumsi dihitung

dalam tahun dan

(78)

5-Variabel/Istilah Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur Pengetahuan Jawaban benar responden atas

pertanyaan peneliti yang diberikan.

Kuesioner 1. Pertanyaan terstruktur 2. Perhitungan skor dari

pertanyaan yang dijawab dengan benar.

Sikap Tanggapan responden terhadap pernyataan yang diberikan oleh peneliti.

Kuesioner 1. Pertanyaan terstruktur 2. Sikap dihitung dengan

(79)

Variabel/Istilah Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur Tradisi Tanggapan masyarakat bahwa

konsumsi tuak merupakan kebiasaan yang diturunkan oleh nenek moyang dan menjadi adat istiadat hingga saat ini.

Kuesioner Pertanyaan terstruktur 0. Tidak ada, jika rensponden tidak menganggap tuak sebagai tradisi.

1. Ada, jika responden menganggap tuak sebagai tradisi.

Ordinal

Kepercayaan Keyakinan masyarakat Desa Lumban Siagian Jae bahwa tuak membawa dampak positif baik secara fisik maupun psikis.

Kuesioner Pertanyaan terstruktur 0. Tidak ada, jika responden meyakini tuak tidak memiliki dampak positif.

1. Ada, jika responden meyakini minuman tuak memiliki dampak positif.

Ordinal

Kebiasaaan Keluarga

Pengakuan responden terkait kebiasaan mengonsumsi tuak yang dimiliki oleh keluarganya.

Kuesioner Pertanyaan terstruktur 0. Tidak ada, jika responden tidak memiliki anggota keluarga dengan kebiasaan meminum tuak

1. Ada, jika responden memiliki anggota keluarga dengan kebiasaan meminum tuak

(80)

Variabel/Istilah Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur Peran Petugas

Kesehatan.

Pengakuan responden terkait peran dan penanggulangan dari petugas kesehatan dalam mengatasi perilaku konsumsi tuak.

Kuesioner Pertanyaan terstruktur 0. Tidak ada, jika responden tidak merasa ada peran petugas kesehatan dalam mengatasi perilaku konsumsi tuak

1. Ada, jika responden merasa ada peran petugas kesehatan dalam mengatasi perilaku konsumsi tuak

2. Tidak ada respon, jika responden menganggap bahwa petugas kesehatan tidak memperhatikan masalah perilaku konsumsi tuak.

Ordinal

Keluhan Kesehatan Gangguan atau keluhan kesehatan yang dirasakan oleh responden setelah mengonsumsi tuak.

Kuesioner Pertanyaan terstruktur 1. Tidak ada keluhan, jika peminum tidak mengalami gangguan kesehatan.

(81)

Variabel/Istilah Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur 2. Hipertensi, atas hasil

diagnosis dokter setelah mengonsumsi tuak.

3. Erosi gigi/Gigi Keropos, jika terdapat struktur gigi yang tidak kuat.

4. Gangguan Saluran Pencernaan, jika responden merasa sakit pada gastrointestinal, misalnya maag.

5. Gangguan Ginjal, atas hasil diagnosis dokter setelah mengonsumsi tuak.

(82)

Variabel/Istilah Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur 7. Diabetes Melitus, atas hasil

diagnosis dokter setelah mengonsumsi tuak.

Gambar

Gambar 1. Model determinan sosial hilir dan hulu bagi kesehatan individu dan kesehatan
Gambar 2. Distribusi peminum minuman keras di dunia (Sumber: WHO, 2014)
Gambar 3. Mekanisme alkohol menyebabkan penyakit hati
Gambar 4. The Health Belief Model (Stretcher dalam Hayden, 2014)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Prosedur Pencairan/ penyaluran dana bantuan Kemitraan Penyelenggaraan Ujian Akhir Madrasah (UAM) Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan bahasa Arab untuk MI,

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 1978 tentang Penerimaan Sumbangan Pihak Ketiga Kepada Daerah.. Dengan

Jika belum mempunyai LMS sendiri maka akan difasilitasi dengan menggunakan lms pditt.. Mata kuliah yang diajukan harus sudah lengkap

Diperlukan tampilan yang lebih cantik dan lebih menarik, selain itu juga diperlukan penerapan API agar sistem dapat berinteraksi dengan sistem lain seperti sistem

[r]

Upacara atau ceremony adalah sistem atau rangkaian tindakan yang ditata oleh adat atau hukum yang berlaku dalam masyarakat yang berhubungan dengan berbagai macam

Ada beberapa jenis kamuflase seperti menyesuaikan diri dengan perubahan dalam lingkungan, ada juga yang tidak menyembunyikan sama sekali, tapi menakuti hewan lain dengan

Sistem Informasi Geografis (SIG) digunakan sebagai salah satu prasarana penunjang untuk menganalisis lokasi atau titik rawan yang sering terjadi kecelakaan.Dalam pemetaan