• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMAKMURAN DAN KEMISKINAN e Kemakmuran

Dalam dokumen 106689940 Ilmu Sosial Dasar docx (Halaman 197-200)

JumlahMigrai dalam 1 tahun X 1000 Jumlah penduduk

SISTEM EKONOMI : PRODUKSI, DISTRIBUSI DAN KONSUMS

2. KEMAKMURAN DAN KEMISKINAN e Kemakmuran

Adanya lapisan4apisan sosial atau kedudukan-kedudukan yang berbeda-beda tingkatannya dalam masyarakat, maka diakui pula adanya anggapan umum bahwa ukuran kemakmuan bagi tiap-tiap golongan atau lapisan di dalam masyarakat adaIah berbeda.

Sebenarnya pandangan yang dianut orang-orang terhadap pengertian kemakmuran tidak selalu sama, misalnya persepsi kemakmuran menuut buruh, guru, ulama, pegawai, pengusaha dan sebagainya. Jadi kedudukan-kedudukan tidak hanya mempunyai perbedaan dalam hak-hak dan kewajiban-kewajiban atau peranan, tetapi pula dapat berbeda persepsinya. Bagi orang-orang yang biasa berpikir rasional dan eksak, kemakmuran seseorang atau masyarakat diukur dengan jumlah serta nilai bahan-bahan dan barang-barang yang dimiiki atau yag dikuasal untuk memelihara dan menikmati hidupnya. Makin banyak jumlahnya dan makin tinggi nilainya maka makin tinggi taraf kemakmuran hidupnya. Karena itu setiap orang mengejar berbagai fasiitas dan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan untuk menunjang kehidupan dan kelangsungan hidup keluarganya. Kebutuhan hidup itu bermacam-macam, akan tetapi apabila digolongkan hanya ada dua, yaitu: kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder. Kebutuhan primer berupa barang-barang pangan, sandang dan papan yang pertama-tama dituntut untuk menunjang hidup rnanusia. Kebutuhan- kebutuhan yang tak dapat ditangguhkan penggunaannya disebut kebutuhan sekunder, misalnya berupa barang-barang kenikmatan, kemewahan dan lain4ain.

Pandangan yang berbeda dan pandangan di atas adalah yang dianut inasyarakat umum, terutama yang hidup di daerah pedesaan. Bagi mereka pengertian kemakrnuran tidakJ berbe da dan pada pengertian kbahagiaan.

Kebahagiaan ialah suatu keadaan di mana keinginii-keinginan sesemang atau sesuatu rnasyarakat seimbang dengan keadaan material atau sosial yang dimiliki atau dikuasainya,

Bagi mereka yang tidak membedakai antara kernakrnuran dan kebahagiaan, rnaka seseorang nierasa niakmur apabila ada keserasian antara keinginankeinginannya dan keadaan material atau sosial yang dinuiiki atau dikuasainya. Apabila keadaan material atan sosial itu melebihi keinginannya maka keadaan itu dapat mengganggu keseimbangan

rasa pada orang yang me ngalammva sanipai pada suatu waktu rasa keniakmuran orang itu nanungkat lebth tinggi pula. Sebaliknya apabila keadaan material atau sosial Ladi kurang danpada ang diinginkannya maka perasaan orang yang rnengalarnii-jya dapat diiputi oleh frustas1 aLan kakecewaan sampai ia berhasil mencapai keseirn. bangan lagi antara keinginannya dan keadaan yang nyata di sekitarnya, OIeh karena itu setiap orang selalu mencarj keseim.. bangan antara keinginan dan keadaan materi atau sosial. Untuk men capai keseimbangan itu, berbagai cara dapat dilakukannya, ada yang menggunakan daya dan tipu daya, saling bersaing, saling beitengkar, makan memakan antara seorang dengan yang lainnya di dalam suatu lirigkungan.

Uniuk rriemulihkan kernbali perasaan maktiiur pada seseorang dapat diatasi melalui dua cara, yaitu pertania keadaar materi atau sosial ditingkatkan sesuai dengan keinginan..keinginan. Kedua keinginan-keingjiian diturunkan sesuai dengan keadaan rnateri atau sosial yang dimiliki.

Kalau kita bandingkan kedua pandangan di utas, yang pertama hersifat eksak, kalau tidak dinamakan absolut. Pandangan kedua lebih bersifat relatif sebab adanya taktorfaktor keingirian yang pada pokoknya berdasarkan pada perasaan, Pandangan kedua pada akhirnya akan berubah pula sebagai akibat perkembangan masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahu

Pandangan yang berbeda dari pandangan di atas adalari yang dianut masyarakat urnum, terutama yang hidup di daerah pedesaan. 13agi rnereka pengertian kerndkfrilran tidaldan berbeda dan pada pengertian kbahagiaan. Kebahagiaan ialah suatu keadaan di inana keinginmkeinginan sesecang atau sesuatu masarakat sdmbang dengan keadaan material atau sosial yang dimiliki atau dikuasainya.

Bagi mereka yang tidak rnernbedakar1 antara keniakrriuran dan kebahagiaan, maka sese%rang merasa makunir apabila ,ida keserasian antara keinginan-keinginannya dan keadaar material alan sosial yang dimiiki atau

dikuasainya. Apabila keadaan material atau sosial itu melebihi keinginannya maka keadaan itu dapat mengganggu keseimbangan rasa pada orang yang mengaiaminya sanipai pada suatu waktu nasa kerriakmurari orang itu nienmgkat lebih tinggi pula. Sebaliknya apabila keadaan material alan sosial tadi kurang daripada ang diinginkannya rnaka prasaan orang yang mengalaininya dapat diiputi oleh frustasi atau kekecewaan sampai ia berhasil mencapai keseimbangan lagi antara keinginannya dan keadaan yang nyat.a di sekitarnya. Oleh karena itu setiap orang selalu mencari keseim.. bangan antara keinginan dan keadaan mater-i atau sosial. Untuk mencapai keseimbangan itu, berbagai cara dapat dilakukannya, ada yang menggunakan daya dan tipu daya, saling bersaing, saling bertengkar, rnakan meinakan antara seorang dengan yang Iainnya di dalam suatu lirigkungan.

Untuk rnemulihkan kernbali perasaan makinur pada sese orang dapat diatasi rnelalui dua cara, yaitu pertama keadaan materi atau sosial ditingkatkan sesuai dengari keinginan.keinginan. Kedua keinginan-keingjnan dituruukan sesuai dengan keadaan rnateri atau sosial yang dimiliki,

Ka]au kita band ingkan kedua pandangan di atas, yang pertama hersifat eksak, kalau tidak dinamakan absolut. Pandangan kedua lebih bersifat relatif sebab adanya faktor-faktor keinginan yang pada pokoknya berdasarkan pada perasaan. Pandangan kedua padd dkhirnya akan berubah pula se bagai akibat perkembangan masyarakat dan perkembangan i]mu pengetahuan dan teknologi dalam proses modernisasi yang menuntut berpikir secara eksak dan rasional.

Seseorang untuk memperoleh kemakmuran hidupnya di dalam keluarga, umumnya setiap orang akan bekerja dengan sungguh-.sungguh dengan menggunakan kemampuan yang ada padanya. Persaingan-persaingan akan selalu terjadi. Faktor penyebabnya bukanlah karena persoalan keterbatasan lapangan kerja saja, tetapi masalahnya sangat komplek. Individu sendiri telah ditakdirkan mempunyai watak bersaing antara sesama manusia untuk menguasai sumber- sumber daya alam dan kekuasaan yang pada gilirannya untuk memperoleh kemakmuran buat dia sendiri dan keluarganya. Persaingan antara sesama manusia dalam usaha memperoleh sumber-sumber alam dan dana adalah suatu yang wajar terjadi di dalam kehidupan masyarakat. Persaingan pada galibnya justru berfungsi sebagai alat penggerak manusia dan keadaan yang apatis dan tanpa gairah. Namun demikian, persaingan suatu saat bisa berubah ménjadi konflik, sebab kepentingan mereka bertabrakan. Sebaliknya, justru tanpa persaingan, bekerja dengan sungguh-sungguh maka kemakmuran tidak akan bisa dicapai. Padahal setiap orang di manapun mengharapkan din dan keluarganya memperoleh kemakmuran, dapat mencapai jumlah dan nilai barang yang berlebihan untuk dimiiki dan dinikmati. Minimal adanya keseimbangan antara kebutuhan hidup dengan materi atau sosial yang ia miliki. Berdasarkan uraian di atas dapatlah ditarik suatu kesimpulan, bahwa kemakmuran ialah suatu suasana umum di mana setiap orang yang bekerja sungguh-sungguh dengan menggunakan kemampuan yang ada padanya terjamin akan rumah, sandang dan papannya yang layak buat dia sendiri dan keluarganya. Istilah layak di sini menunjukkan pada perbedaan-perbedaan taraf yang dinilai pantas buat orang-orang dan berbagai golongan atau lapisan-lapisan sosial yang berbeda satu sama lain.

Di samping itu, tingkat kemakmuran suatu keluarga atau masyarakat ditentukan oleh standar nilai dan norma-norma yangberlaku pada suatu masyarakat tertentu. Demikian pula, bahwa tingkat kemakmuran banyak dipengaruhi oleh keadaan faktor-faktor demografis, seperti fertiitas, mortalitas, perkawin

an, migrasi dan mobiitas sosial. b. Kemiskinan

Salah satu masalah yang dipunyai oleh manusia, yang sama tuanya dengan usia kemanusiaan itu sendiri dan implikasi permasalahannya dapat melibatkan ke seluruh aspek kehidupan manusia, tetapi sering tidak disadari kehadirannya sebagai masalah, ialah kemiskinan. Dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat, kemiskinan adalah sesuatu yang nyata adanya, bagi mereka yang tergolong miskin, mereka sendiri merasakan dan menjalani kehidupan dalam kemiskinan tersebut. Kemiskinan itu akan lebih terasa lagi apabila mereka telah membandingkannya dengan kehidupan orang lain yang lebih tinggi tingkat kehidupannya. Selanjutnya, kemiskinan hzimnya dil ukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok, seperti pangan, pakaian, papan sebagai tempat berteduh, Emil Salim (1982) menyatakan bahwa mereka dikatakan berada di bawah garis kemiskinan apabila pendapatan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hitlup yang paling pokok, seperti pangan, pakaian, tempat berteduh dan lain-lain.

Suparlan (1981) menyatakan kemiskiwtn adalah sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Standar kehidupan yang rendah mi secara langsung nampak pengaruhya terhadap tingkat keadaan kesehatan, kehidupan moral dan rasa harga din dan mereka yang tergolong sebagai orang miskin.

Kemiskinan bukanlah sesuatu yang terwujud sendiri terlepas dan aspek-aspek lainnya, tetapi kemiskinan itu terwujud sebagai basil interaksi antara berbagai aspek yang ada dalam kehidupan manusia. Aspek-aspek tersebut, terutama adalah aspek sosial dan ekonomi. Aspek sosial ialah adanya ketidak

Samaansosial cli antara sesama warga masyarakat yang bersangkutan, seperti perbedaan suku bangsa, ras, kelamin, usia; yang bersumber dan corak sistem pelapisan sosial yang ada dalam masyarakat. Sedangkan yang dimaksud dei.gan aspek ekonomi ialah, adanya ketidaksamaan di antara sesama warga masyarakat dalam hak dan kewajiban yang berkenaan dengan pengalokasian sumber-sumber daya ekonomi.

Kiasifikasi atau penggolongan seseorang atau masyarakat itu dikatakan miskin, ditetapkan dengan menggunakan tolok ukur. Tolok ukur yang urnumnya dipakai adalah sebagai benkut:

1) tingkat pendapatan 2) kebutuhan relatif.

Dalam dokumen 106689940 Ilmu Sosial Dasar docx (Halaman 197-200)