• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kemampuan Berkomunikasi Masyarakat pada Masa Pandemi

Dalam dokumen LITERASI DIGITAL DI ERA PANDEMI COVID-19 (Halaman 88-0)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2.3 Kemampuan Berkomunikasi Masyarakat pada Masa Pandemi

Communication abilities merupakan indikator yang terdapat dalam Social Competence pada Individual Compenetence Framework. Setelah masyarakat menguasai keterampilan penggunaan media sosial secara teknik maupun praktik, individu masyarakat dituntut untuk dapat menguasai Social Competence untuk menambah relasi sosial dan memiliki keterampilan dalam berekspresi di media sosial. Adapun komponen communication abilities yang terdapat dalam penelitian ini meliputi konten tentang Covid-19 yang dibagikan di media sosial, bergabung dalam grup khusus yang membahas Covid-19 di media sosial, serta bergabung atau pernah membuat social project tentang Covid-19 di media sosial.

Una sebagai informan pertama mengaku bahwa terkadang ia membagikan himbauan tentang protokol kesehatan dan informasi tentang gejala dan vaksin Covid-19 di grup keluarga dan teman dekat di WhatsApp. Selain itu, Una juga pernah mengomentari postingan temannya yang beriskan informasi tentang Covid-19, namun Una mengaku hanya sekadar berkomentar untuk menanyakan kembali kebenaran informasi yang dibagikan oleh temannya tersebut. Selain itu, Una juga tidak tergabung dalam grup apapun yang membahas tentang Covid-19 dan tidak pernah tergabung atau membuat social project tentang Covid-19 di media sosial karena ia tidak memiliki minat terhadap isu-isu Covid-19. Selain itu juga menurutnya media sosial adalah media hiburan yang hanya digunakan untuk mencari kesenangan.

Informan kedua dalam penelitian ini, Reza, mengaku bahwa ia pernah membagikan informasi terbaru tentang Covid-19 ke teman dan keluarga di WhatsApp. Selain itu, Reza mengaku pernah mengirimkan informasi tentang Covid-19 di media sosial, namun ia tidak terlalu mengingat apa yang pernah dia komentari. Reza juga tergabung dalam grup keluarga yang terkadang membahas tentang Covid-19 di WhatsApp, namun ia mengaku tidak pernah tergabung atau membuat social project tentang Covid-19 di media sosial karena ia tidak berkonsentrasi di bidang tersebut.

Berbeda dengan informan pertama dan kedua, Kak Cut mengaku ia tidak pernah membagikan informasi apapun tentang Covid-19 di media sosial karena

merasa pengetahuan yang dipunyai belum mumpuni. Namun, Kak Cut mengaku pernah mengomentari kiriman yang berisikan informasi Covid-19 yang diaksesnya di media sosial. Kak Cut juga tidak tergabung dalam grup apapun yang membahas tentang Covid-19 dan tidak pernah tergabung atau membuat social project tentang Covid-19 di media sosial.

Sama dengan Kak Cut, Bu Santi juga tidak pernah membagikan informasi apapun tentang Covid-19 di media sosial karena merasa pengetahuan yang dipunyai belum mumpuni. Bu Santi juga mengaku tidak pernah mengomentari kiriman yang berisikan informasi Covid-19, tidak tergabung dalam grup apapun yang membahas tentang Covid-19, serta tidak pernah tergabung atau membuat social project tentang Covid-19 di media sosial.

Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa tingkat Communication Abilities masyarakat Desa Paya Bedi Kabupaten Aceh Tamiang masih berada pada level basic. Dua dari empat informan diketahui pernah membagikan informasi yang infodemi Covid-19 kepada grup keluarga dan teman dekat, sementara dua lainnya tidak pernah sama sekali membagikan informasi tentang Covid-19 di media sosial manapun. Selain itu, tiga dari empat informan tidak pernah tergabung dalam grup atau kelompok diskusiyang membahas tentang isu Covid-19 secara spesifik, sementara satu informan mengaku hanya tergabung dalam grup keluarga yang sesekali membahas tentang infodemi Covid-19. Keempat informan juga tidak pernah tergabung dalam social project tentang Covid-19 di media sosial apapun.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti tentang literasi digital di era pandemi Covid-19, yaitu tentang penggunaan media sosial masyarakat di masa pandemi Covid-19, pemahaman kritis masyarakat tentang infodemi Covid-19 di media sosial, serta kemampuan berkomunikasi masyarakat pada masa pandemi Covid-19 di media sosial.

Literasi digital merupakan elemen penting yang harus dimiliki masyarakat selama masa pandemi Covid-19 agar tercapainya kesadaran bermedia atau melek media. Literasi media merupakan sebuah kesadaran di mana masyarakat dapat menggunakan media sosial secara teknis di masa pandemi Covid-19, dapat memahami fitur-fitur yang ada di media sosial, mengidentifikasi konten hoaks tentang Covid-19, serta dapat bersosialisasi dan mengadakan proyek sosial di

media sosial yang dapat berdampak pada sekitar di tengah pandemi Covid-19 saat ini. Literasi media merupakan sebuah hal yang masih asing bagi masyarakat Desa Paya Bedi Kabupaten Aceh Tamiang, walaupun sebagian informan sudah mencapai indikator dari masing-masing elemen.

Berdasarkan tabel tingkat literasi media berdasarkan Individual Competence Framework yang dikeluarkan oleh European Commission dalam Final Reports Study Assessment Criteria for Media Literacy Levels, masyarakat Desa Paya Bedi Kabupaten Aceh Tamiang berada pada level basic. Masyarakat di desa tersebut sudah dapat menggunakan media sosial yang digunakan untuk mengakses informasi tentang Covid-19, walaupun mereka dapat dikategorikan sebagai pengguna pasif yang hanya menjadi penikmat konten-konten yang berisikan informasi tentang Covid-19 di media sosial mereka. Pemahaman masyarakat Desa Paya Bedi Kabupaten Aceh Tamiang hanya pada tahap pemahaman umum, karena mereka hanya mengetahui fitur-fitur basic di media sosial, seperti fitur menyukai, mengomentari, membagikan kiriman, dan lain-lain. Walaupun menjadi pengguna pasif, masyarakat Desa Paya Bedi Kabupaten Aceh Tamiang tergolong dalam heavy user atau pengguna berat media sosial karena intensitas penggunaan media sosial yang cukup lama. Penggunaan media sosial tersebut selaras dengan pemberlakuan WFH dan pembelajaran jarak jauh, sehingga banyak aktivitas masyarakat yang dialihkan ke dalam jaringan (daring).

Menurut World Health Organization (2019), secara luas infodemi dapat dipahami sebagai misinformasi atau berita palsu (fakenews) terkait epidemi yang menyebar dengan cepat dan mudah di dunia maya karena masifnya penggunaan aplikasi-aplikasi media sosial. Infodemi merupakan banjir informasi, baik akurat ataupun tidak akurat yang membuat orang kesulitan menemukan sumber dan panduan terpercaya saat mereka membutuhkannya.Untuk itu, kemampuan literasi media sangat diperlukan agar masyarakat dapat mengidentifikasi infodemi atau hoaks tentang Covid-19 yang tersebar dengan mudah di media sosial.

Keempat informan dalam penelitian ini mengaku sudah dapat mengidentifikasi hoaks tentang Covid-19 yang tersebar di media sosial mereka.

Mereka mengidentifikasi hoaks dengan memeriksa sumber dan data-data yang ditampilkan dalam konten tersebut. Secara umum, para informan telah melakukan

identifikasi dasar penyebaran konten hoaks dengan benar, namun dua dari empat informan tidak pernah menjadikan verifikasi ulang (fact check) sebagai salah satu indikator untuk mengidentifikasi konten hoaks.

Konten hoaks pada dasarnya tidak dapat diidentifikasi hanya dengan keyakinan diri pengguna semata sehingga perlu adanya pengecekan kebenaran pada setiap konten yang diragukan kebenarannya. Oleh karena itu, sebagian masyarakat Desa Paya Bedi Kabupaten Aceh Tamiang belum dapat mengidentifikasi penyebaran konten hoaks di media sosial mereka dengan baik dan benar.

Proses literasi media dapat dilihat sebagai sebuah alur lingkaran yang selalu terhubung. David Buckingham menyebutkan literasi media sebagai kemampuan untuk mengakses media merujuk pada kemampuan untuk menentukan konten media yang sesuai dengan kebutuhannya dan menghindar dari konten media yang tidak dibutuhkan, kemudian dapat menciptakan konten yang bermanfaat untuk masyarakat (Tim PKKMB, 2013). Jika diusut, tahapan literasi media dimulai dengan memahami konten media, kemudian menganalisis konten tersebut sehingga pengguna dapat menyaring konten sesuai dengan kebutuhannya. Tahap selanjutnya adalah memproduksi konten kreatif di media yang menjadikan pengguna sebagai kreator atau atau orang yang memproduksi suatu konten, yang nantinya konten tersebut akan dikonsumsi oleh pengguna lainnya. Jika seorang pengguna dapat menyaring konten di media sosialnya dengan baik sehingga media yang ia miliki memberikan dampak positif pada dirinya, maka ia akan menjadi pengguna yang mampu memprduksi konten bermanfaat lainnya, begitu pula sebaiknya. Oleh karena itu, dapat disimpulkan seorang konsumen media yang telah tercapai literasi medianya akan membantu menumbuhkan kesadaran bermedia pengguna yang lain dengan menjadi seorang producer konten media yang baik dikarenakan berkurangnya penyebaran konten yang memberikan dampak negatif bagi pengguna media.

Berdasarkan hasil wawancara bersama dengan empat informan penelitian, peneliti menyimpulkan bahwa masyarakat Desa Paya Bedi Kabupaten Aceh Tamiang belum memiliki kemampuan untuk menciptakan konten yang berisikan informasi tentang Covid-19. Mereka aktif menggunakan media sosial, namun

sebagian dari informan hanya sebatas membagikan kiriman tentang informasi Covid-19 ke grup-grup keluarga dan teman dekat mereka. Informan pertama dan kedua dalam penelitian ini, Una dan Reza mengaku pernah membagikan kiriman tentang Covid-19 yang berisikan protokol kesehatan, informasi tentang gejala, vaksin Covid-19 dan informasi terbaru lainnya di grup keluarga dan teman.

Sementara, Kak Cut dan Bu Santi selaku informan ketiga dan keempat mengaku tidak pernah membagikan kiriman apapun karena merasa belum memiliki informasi dan pengetahuan yang mumpuni.

Hal ini sejalan dengan penuturan Bapak Revi Renaldi selaku Kepala Seksi Infrastruktur dan Teknologi Telematika Dinas Komunikasi Informatika dan Persandian Kabupaten Aceh Tamiang bahwa rendahnya kemampuan masyarakat Aceh Tamiang dalam mengidentifikasi hoaks di media sosial disebabkan oleh fenomena pandemi Covid-19 merupakan fenomena baru yang sebelumnya tidak pernah terjadi dan bukan sebuah pengetahuan umum bagi masyarakat, sehingga terjadi kekurangan pemahaman masyarakat terhadap fenomena pandemi Covid-19. Selain itu algoritma media sosial yang hanya menampilkan informasi sejenis secara terus-menerus kepada orang-orang yang menyukai berita tersebut sehingga kemampuan masyarakat untuk memilah suatu informasi menjadi terganggu atau terdistorsi oleh media sosial yang menyajikan informasi yang berulang sehingga masuk ke dalam pikiran dan perasaan, kemudian berubah menjadi sebuah keyakinan bahwa berita yang dikonsumsinya tersebut, yang bisa jadi merupakan suatu informasi bohong adalah suatu kebenaran. Fenomena maraknya infodemi Covid-19 ini sudah ditanggulangi oleh Pemerintah Aceh Tamiang dengan mengdaakan webinar tentang cara menanggulangi hoaks, menyediakan website-website untuk melaporkan konten hoaks Covid-19, hingga memasang imbauan di berbagai media seperti billboard di tempat keramaian. Namun, tampaknya situasi tersebut tidak terlalu membuahkan hasil dalam meningkatkan kemampuan literasi media masyarakat Aceh Tamiang, khususnya di Desa Paya Bedi.

Peneliti mengusulkan bahwa kemampuan literasi media masyarakat ini dapat ditingkatkan melalu program komunikasi kesehatan dan penyuluhan yang dilakukan oleh pemerintah. Menurut Notoatmodjo (2007), komunikasi kesehatan adalah usaha yang sistematis untuk mempengaruhi secara positif perilaku

kesehatan masyarakat, dengan menggunakan berbagai prinsip dan motode komunikasi, dari komunikasi interpersonal hingga komunikasi massa. Sementara penyuluhan menurut Samsudin (1977) adalah suatu usaha pendidikan non-formal yang dimaksudkan untuk mengajak orang sadar dan mau melaksanakan ide-ide baru. Penyuluhan merupakan suatu usaha menyebarluaskan hal-hal yang baru agar masyarakat tertarik, berminat dan bersedia untuk melaksanakannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Komunikasi kesehatan dan penyuluhan pada masyarakat Desa Paya bedi Kabupaten Aceh Tamiang dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya dengan membuat berbagai macam program literasi media dengan memanfaatkan opinion leader di tengah masyarakat agar membuat masyarakat lebih peduli terhadap infodemi Covid-19 sehingga tidak mudah terserang hoaks. Pemerintah dapat membuat sebuah kampanye atau pelatihan yang melibatkan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tamiang bekerja sama dengan pemerintahan desa untuk membuat suatu pelatihan tentang literasi media dan cara menanggulangi hoaks Covid-19. Selain itu, pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang juga dapat menggunakan berbagai macam media seperti media televisi lokal, koran lokal, media online lokal, spanduk, hingga poster dan selebaran yang menampilkan informasi cara menanggulangi hoakks Covid-19 dalam rangka meningkatkan kepedulian masyarakat terkait infodemi Covid-19.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan

Hasil penelitian yang dilakukan peneliti literasi digital di era infodemi Covid-19 (Studi penggambaran Individual Competence Framework literasi digital di masa pandemi Covid-19 pada anggota masyarakat Desa Paya Bedi Kabupaten Aceh Tamiang), dapat disimpulkan ke dalam beberapa hal sebagai berikut:

1. Masyarakat Desa Paya Bedi Kabupaten Aceh Tamiang memiliki pemahaman tentang informasi Covid-19 di Facebook, WhatsApp dan Instagram namun masih berada di level dasar atau basic. Berdasarkan Individual Competence Framework yang terdiri dari keterampilan teknis (use skills), pemahaman kritis (critical understanding), serta kemampuan berkomunikasi (communication abilities), level basic adalah level di mana individu memiliki seperangkat kemampuan dalam penggunaan dasar media.

Individu dalam tingkatan ini masih memiliki keterbatasan dalam penggunaan media internet dan hanya mengetahui fungsi dasar, serta digunakan untuk tujuan-tujuan tertentu tanpa arah yang jelas. Kapasitas pengguna untuk berpikir secara kritis dalam menganalisis informasi yang diterima serta kemampuan komunikasi melalui media masih terbatas.

2. Keterampilan teknis (use skills) masyarakat Desa Paya Bedi Kabupaten Aceh Tamiang berada pada level basic, di mana keempat informan sudah akrab dengan penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari, namun dua dari empat informan penelitian hanya memahami fitur-fitur secara umum di media sosial mereka.

3. Pemahaman kritis (critical understanding) masyarakat Desa Paya Bedi Kabupaten Aceh Tamiang dalam menangani infodemi Covid-19 masih berada di level basic. Semua informan mengaku dapat mengidentifikasi hoaks dengan hanya mengakses informasi melalui sumber yang jelas dan memiliki data yang akurat, namun hanya dua dari empat informan yang

Universitas Sumatera Utara

melalukan verifikasi ulang (fact check) terhadap informasi tentang Covid-19 yang ditemuinya di media sosial.

4. Kemampuan berkomunikasi (communication abilities) masyarakat Desa Paya Bedi Kabupaten Aceh Tamiang juga masih berada di level basic.

Keseluruhan informan tidak pernah membagikan konten yang memuat informasi Covid-19 kepada khalayak umum di media sosial, dua informan hanya membagikan informasi tentang Covid-19 kepada keluarga dan teman dekat di media sosial, serta keseluruhan informan tidak pernah mengikuti proyek sosial ataupun tergabung ke dalam grup yang membahas isu Covid-19 di media sosial.

5.2 Saran

Penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti mengenai literasi digital di era infodemi Covid-19 (Studi penggambaran Individual Competence Framework literasi digital di masa pandemi Covid-19 pada anggota masyarakat Desa Paya Bedi Kabupaten Aceh Tamiang), maka peneliti ingin memberikan saran yang dapat bermanfaat untuk berbagai pihak, yakni:

1. Saran teoritis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi pada pengembangan teori yang digunakan dalam literasi media khususnya dalam media sosial di masa pandemi Covid-19.

2. Saran akademis, mahasiswa Ilmu Komunikasi maupun kalangan yang lebih luas, diharapkan lebih mendalami isu literasi media dan mengembangkan teori-teori literasi media sehingga dapat menciptakan suatu pengukuran literasi media yang lebih akurat yang disesuaikan dengan situasi terkini.

3. Saran praktis, pemahaman masyarakat mengenai literasi media di masa pandemi Covid-19 perlu ditingkatkan melalui pengadaan kegiatan pengabdian masyarakat ataupun penyuluhan. Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman literasi media masyarakat ke level medium hingga advance.

DAFTAR REFERENSI

Abdulsyani. (2002). Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Andi Prastowo. (2010). Menguasai Teknik-teknik Koleksi Data Penelitian.

Kualitatif. Jogjakarta: DIVA Press.

Andres Kaplan & Michael HaenLein. (2010). User Of The World, Unite! The Challenges and Opportunities Of Social Media. Business Horizon Vol. 53 No. 1, pp. 59-68.

Baran, Stanley J, (2004). Introduction to Mass Communication: Media Literacy and Culture 3rd Edition. New York: McGraw-Hills.

Basrowi dan Sukidin. (2002). Metode Penelitian Kualitatif Perspektif Mikro.

Surabaya: Insan Cendikia.

Bogdan, Robert C. dan Sari Knop Biklen. (1982). Qualittaive Research for Education. London: Allyn and Bacon, Inc.

Chandra, Thiara Figlia. (2020). Kesadaran Bermedia Sosial Di Kalangan Remaja Kampung Nelayan Belawan. Skripsi. Tidak Diterbitkan. Universitas Sumatera Utara.

Cinelli, M., et. al. (2020). The Covid-19 Social Media Infodemic. Diakses pada 8 April 2021, dari https://arxiv.org.

CNN Indonesia. (2020). Netflix Dulang 15,7 Juta Pelanggan Baru kala Pandemi.

diakses pada 25 Maret 2021 dari

https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20200422143905-220-496116/netflix-dulang-157-juta-pelanggan-baru-kala-pandemi.

CoMuNeLab. (2020). Covid-19 Infodemics Observatory. Diakses pada 25 Maret 2021, dari https://covid19obs.fbk.eu/#/.

Conney Stephanie. (2021). Hal yang Dicari Netizen Indonesia di Google Terkait Virus Corona. Kompas. Diakses pada 25 Maret 2021, dari https://tekno.kompas.com/read/2021/02/25/14390087/7-hal-yang-dicari-netizen-indonesia-di-google-terkait-virus-corona?page=all.

Dharma, Alexander Arie Sanata dan Azhar Kasim. 2021. Infodemi Covid-19 dalam Perspektif Open Government: Sebuah Tinjauan Literatur. Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan, 6(1): 105-125.

European Commission. (2009). Study on Asessment Criteria for Media Literacy Levels.

Fabianus, Fensi. (2018). Fenomena Hoax: Tantangan terhadap Idealisme Media dan Etika Bermedia. Bricolage, Jurnal Magister Ilmu Komunikasi, 8(2):

133-148.

Fahmi Anwar. (2017). Perubahan dan Permasalahan Media Sosial. Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni, 1(1):137-144.

Ferry Andika. (2020). Pencarian Seputar Virus Corona Meningkat Sangat Tinggi di Google. Indozone. Diakses pada 25 Maret 2021, dari https://www.indozone.id/tech/DNsYqk/pencarian-seputar-virus-corona-meningkat-sangat-tinggi-di-google-saat-ini/read-all.

Handayani, Rina Tri., dkk. (2020). Pandemi Covid-19, Respon Imun Tubuh, Dan Herd Immunity. Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal, 10(3): 373 – 380.

Hardani, dkk. (2020). Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. Yogyakarta:

Pustaka Ilmu.

Hobbs, R. (1996). Media Literacy, Media Activism. Telemedium, the Journal of Media Literacy, 42(3).

Holilah, Ilah. (2016). Dampak Media terhadap Perilaku Masyarakat. Jurnal Studi Gender dan Anak, 3(1): 103-114.

Iman Gunawan. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Teori dan Praktik. Jakarta:

PT Bumi Aksara.

Iriantara, Yosal. (2011). Hubungan Media: Konsep, Pendekatan dan Praktik.

Bandung: Remaja Rosdakarya

Islam, M. S., dkk. (2020). Covid-19 Related Infodemic and its Impact on Public Health: A Global Social Media Analysis. The American Journal of Tropical Medicine and Hygiene, 103(4): 16-21.

Jan H. Kietzmann, Kristopher Hermkens, Ian McCarthy and Bruno S. Silvestre.

(2011). Social media? Get serious! Understanding the functional building blocks of social media. Business Horizons, 4(3), 241-251.

Kaplan, Andreas M dan Michael Haenlein. (2010). Users of the World Unite! The Challenges and Opportunites of Social Media. Bussiness Horizon.

Karo, Marni Br. 2020. ―Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Strategi Pencegahan Penyebaran Virus Covid-19‖. Prosiding dari Seminar Nasional Hardiknas: 1-4.

Kemendikbud. (2021). KBBI Daring Kemendikbud. Diakses pada 30 Juli 2021 dari https://kbbi.kemdikbud.go.id.

Kementrian Kominfo. (2021). Kominfo Mencatat Sebanyak 1.028 Hoaks Tersebar terkait COVID-19. Diakses pada 30 Juli 2021, dari https://kominfo.go.id/content/detail/28536/kominfo-mencatat-sebanyak-1028-hoaks-tersebar-terkait-covid-19/0/sorotan_media.

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Kulkarni, P., Prabhu, S., D, S. K., & Ramraj, B. (2020). Covid-19-infodemic overtaking pandemic? Time to disseminate facts over fear. Indian Journal of Community Health, 32(2 Special Issue), 264–268.

Kuntjojo. (2009). Metodologi Penelitian. Kediri: Universitas Nusantara PGRI.

Kurniawati, Juliana dan Siti Baroroh. (2016). Literasi Digital Mahasiswa Universitas Bengkulu. Jurnal Komunikator, 8(2), 51-66.

Martinez, Agnes. (2020). Literasi Media Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Skripsi. Tidak Diterbitkan. Universitas Sumatera Utara.

Mazdalifah dan Yovita Sabarina Sitepu. (2019). Literasi Media Berbasis Kearifan Lokal di Sumatera Utara. Medan: Yayasan Al Hayat.

McMillan, J.H. and Schumacher, S.S. (1997). Research in Education: A Conceptual Introduction. Longman, New York.

Meilinda, Nurly, Krisna Murti dan Novaria Maulina. (2019). Literasi Media Digital Berbasis Individual Competence Framework pada Anggota Majelis Taklim Kota Palembang Pengguna Whatsapp. MetaCommunication;

Journal Of Communication Studies, 4(2), 169-181.

Merriam Webster. (2020). Infodemic: An Epidemic of Information | Merriam-Webster. Diakses pada 28 Februari 2021, dari https://www.merriam-webster.com/words-at-play/words-were-watchinginfodemic-meaning.

Moleong, Lexy J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Morens, D. M., Folkers, G. K. dan Fauci, A. S. (2009). What Is a Pandemic?. The Journal of Infectious Diseases, 200(7): 1018–1021.

Mulyana, Deddy. (2003). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nasrullah, Rulli. (2016). Media Sosial: Perspektif Komunikasi, Budaya, dan Sosioteknologi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Nasution. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.

Natoatmodjo, Soekidjo. (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta:

Rineka Cipta.

Nazir, Moh. (2005). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Novianti, Dewi dan Siti Fatonah. (2018). Literasi Media Digital di Lingkungan Ibu-Ibu Rumah Tangga di Yogyakarta. Jurnal Ilmu Komunikasi, 16 (1): 1-14

Patton, Q. M. (1987). How to use qualitative methods in evaluation. New Dehli:

Sage Publications.

Potter, W. James. (2019). Media Literacy. United Kingdom: Sage Publication.

Priyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif. Sidoarjo: Zifatama Publishing.

Rahmi A, 2013. Pengenalan Literasi Media pada anak usia sekolah dasar. Jurnal Studi Gender, 8(2).

Retnowati, Yuni. (2015). Urgensi Literasi Media untuk Remaja sebagai Panduan Mengkritisi Media Sosial. Jurnal Perlindungan Anak dan Remaja, 314-331.

Rothkopf, D.J. (2003). When the Buzz Bites Back-The Washington Post. Diakses

pada 28 Februari 2021, dari

https://www.washingtonpost.com/archive/opinions/2003/05/11/when-the-buzz-bitesback/bc8cd84f-cab6-4648-bf58-0277261af6cd/.

Rubin, A. (1998). Media Literacy: Editor‘s Note. Journal of Communication, 48(1), 3–4.

Salim dan Syahrum. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:

Citapustaka Media.

Samsudin, S. (1977). Dasar Penyuluhan Pertanian dan Modernisasi. Bandung:

Banacipta.

Silverblatt, Art. (1995). Media literacy: Keys to Interpreting Media Messages.

London: Praeger.

Soerjono Soekanto. (1982). Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Universitas.

Indonesia Press.

Sohrabi, C., dkk. (2020). World Health Organization Declares Global Emergency:

A Review of The 2019 Novel Coronavirus (Covid-19). International Journal of Surgery, 76, 71–76.

Soleman B. Taneko. (1984). Struktur Dan Proses Sosial; Suatu Pengantar.

Sosiologi Pembangunan. Jakarta: Rajawali.

Subagyo, P. Joko. (2015). Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek. Jakarta:

Subagyo, P. Joko. (2015). Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek. Jakarta:

Dalam dokumen LITERASI DIGITAL DI ERA PANDEMI COVID-19 (Halaman 88-0)