• Tidak ada hasil yang ditemukan

F. Lokasi dan Waktu Penelitian

1) Kematangan Emosional Anak Didik

Dalam menjalankan tugasnya, asisten wali pemasyarakatan biasanya mengunjungi asrama anak didik setiap hari untuk memantau perkembangan perilaku dan kepribadian diri anak didik melalui pengamatan perilaku dan obrolan seputar aktivitas keseharian anak didik. Namun, aktivitas tersebut tidak rutin dijalankan setiap hari, melainkan ketika ada waktu senggang diantara keduanya.

Sebagian besar informan petugas mengemukakan bahwa hal yang paling sering ditanyakan oleh anak didik pada umumnya maupun anak didik residivis kepada asisten wali pemasyarakatan yaitu seputar pembebasan bersyarat, masa 2/3 tahanan, remisi anak, dan permasalahan seputar pembebasan.Anak didik residivis jarang menceritakan secara terbuka mengenai aktivitas kesehariannya di lembaga pembinaan khusus anak.Asisten wali pemasyarakatan mengemukakan bahwa dirasa masih ada keengganan dan keraguan dari anak didik pada umumnya maupun residivis untuk menceritakan kehidupan pribadinya selama menjalani masa tahanan kepada petugas walaupun kedekatan dan kenyamanan dalam berkomunikasi sudah diciptakan diantara keduanya.Informan anak didik residivis mengemukakan bahwa hal yang membuat dirinya enggan untuk berbicara mengenai keseharian dirinya selama menjalani masa tahanan kepada petugas adalah ketakutan akan tidak mendapatkan kesempatan untuk menjalani masa remisi dan pembebasan bersyarat. Hal ini menjadi salah satu alasan karena salah satu syarat untuk mendapatkan remisi dan pembebasan bersyarat adalah berkelakukan baik. Sehingga, anak didik memilih untuk tertutup dalam hal kepentingan pribadinya

dan lebih menyukai untuk menceritakan hal-hal yang bersifat umum dalam kaitannya dengan pembinaan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak.

Sebagian besar informan anak didikresidivis juga mengemukakan bahwa dirinya tidak pernah menceritakan tentang kesehariannya bersama teman-teman di dalam asrama kepada petugas Lembaga Pembinaan Khusus Anak.Asisten Wali Pemasyarakatan menyadari bahwa solidaritas diantara mereka sangat kuat, sehingga bila ada masalah pun tidak pernah ada yang berani melaporkan, penyelesaian permasalahan tersebut ditangani oleh diri mereka sendiri.Hal ini didukung oleh sebagian besar informan dari anak didik bahwa bila ada masalah, mereka berupaya untuk menyelesaikannya sendiri tanpa sepengetahuan petugas.Biasanya jika ada permasalahan di dalam asrama, tamping RW (anak didik yang diberikan wewenang untuk bertanggungjawab atas sebuah asrama) memiliki peran yang penting untuk menanganinya sebelum ditangani oleh petugas Lembaga Pembinaan Khusus Anak. Namun, bila permasalahan yang dihadapi oleh anak didik melampaui batas pengendalian emosionalnya, maka biasanya anak didik akan bertindak kasar dengan memukul temannya. Hal ini terkadang menjadi sebuah perkelahian besar, namun masih dapat dikendalikan oleh teman satu asrama yang menjabat sebagai ketua asrama sebelum ditangani oleh petugas secara langsung yang akan berdampak pada pengurangan masa remisi terhadap anak didik.

Pemberian pelayanan pembinaan dalam bentuk kegiatan pelatihan keterampilan diikuti sebagai bentuk pilihan minat dan bakat bagi seluruh anak didik Lembaga Pembinaan Khusus Anak. Sebagian besar informan anak didik residivis mengakui bahwa salah satu hal yang mendasari dirinya tidak mengikuti banyak kegiatan adalah adanya rasa malas karena umur dirinya sudah tergolong cukup dewasa bagi dirinya untuk mengikuti kegiatan tersebut bersama anak-anak lainnya yang masih berada dibawah umurnya. Dalam hal

ini, anak didik residivis cenderung untuk memiliki teman dekat dengan sesama anak didik yang sudah lama tinggal di Lembaga Pembinaan Khusus Anak dalam umur yang sama dan jarang berbaur dengan anak didik baru.Mayoritas anak didik residivis menganggap bahwa dirinya merupakan anak didik senior yang bertugas untuk menjaga keberadaan anak didik baru lainnya. Dalam hal ini, anak didik residivis biasanya berbaur dengan anak didik baru untuk berdiskusi mengenai tata cara dan etika bergaul di Lembaga Pembinaan Khusus Anak.

Sebagian besar informan petugasmengemukakan bahwa perencanaan anak didik selepas dari keluar dari Lembaga Pembinaan Khusus Anak adalah keinginan untuk bekerja.Namun, diketahui dari sebagian besar informan teman-teman dari anak didik residivis, mayoritas pelaku residivis telah merencanakan kembali untuk melakukan tindak kejahatan, baik dalam kasus serupa maupun berbeda atas pengetahuan yang didapat dari teman-teman sesama anak didik.

Bila ada permasalahan selama menjalani masa pembinaan, mayoritas informan anak didik residivis mengemukakan bahwa mereka peka akan yang mereka rasakan, namun cenderung menerima begitu saja suasana hati mereka, sehingga tidak berusaha untuk mengubahnya. Biasanya permasalahan yang mempengaruhi kepekaan emosional diri mereka adalah kondisi kekerabatan dengan temannya bila mengalami permasalahan, menghadapi persepsi emosional diri akan tanggapan atau stigma negatif dari petugas terhadap dirinya, dan pemikiran akan stigmatisasi negatif dari masyarakat bila dirinya akan kembali dalam kehidupan bermasyarakat selepas menjalani masa pembebasan. Bila mengalami permasalahan dengan temannya, anak didik memberikan respon atau tanggapan emosional yang berbeda. Terkadang tidak mempedulikan dengan sikap acuh agar tidak terjadi keributan diantara

keduanya dan terkadang pula langsung bertindak secara emosional dengan melampiaskan kemarahan atau bertidak kasar secara fisik. Namun, sebagian besar informan anak didik mengemukakan bahwa jika berada dalam Lembaga Pembinaan Khusus Anak dirinya cenderung untuk memilih diam daripada bertindak emosional oleh karena adanya aturan berkelakuan baik agar mendapatkan remisi atau pembebasan beryarat.

Dalam kehidupan bermasyarakat, berdasarkan pengalaman pribadi ketika pertama kembali ke masyarakat, sebagian besar informan anak didik residivis cenderung memilih untuk menghindari masyarakat dengan berdiam diri di rumah atau memilih untuk menjauh meninggalkan lingkungan sekitar rumahnya untuk bermain bersama teman-temannya. Namun, sebagian besar informan anak didik residivis mengemukakan bahwa jika ada masyarakat yang memberikan respon negatif akan keberadaan dirinya, maka mereka cenderung akan bertindak secara emosional karena ketidakberdayaan diri untuk menerima tanggapan negatif tersebut yang membuat dirinya merasa tidak enak. Tanggapan emosional yang biasanya diberikan oleh anak terhadap masyarakat berupa perlawanan secara langsung ataupun tanggapan emosional diri berupa dendam dan sakit hati. Informan anak didik residivis masih menganggap bahwa masyarakat mengganggap dirinya negatif, sehingga mereka menganggap bahwa masyarakat adalah hal yang perlu dihindari oleh dirinya.

Dokumen terkait