• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komunikasi Antara Anak Didik dengan Keluarga

F. Lokasi dan Waktu Penelitian

2) Komunikasi Antara Anak Didik dengan Keluarga

Informan anak didik residivis mengakui bahwa walaupun ada fasilitas telepon yang diberikan oleh Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandung, namun dirinya belum berani memanfaatkan media tersebut untuk

menghubungi keluarga maupun kerabatnya.Lebih lanjut, informan

menceritakan bahwa dirinya masih merasa malu dan takut untuk menghubungi keluarga dikala dirinya berada di Lembaga Pembinaan Khusus Anak.Hal ini didasarkan atas alasan takut mengecewakan dan mengganggu aktivitas keluarganya bila dirinya hanya menghubungi untuk sekedar melepas rasa rindu apalagi untuk meminta uang bekal.

Aksesibilitas anak didik untuk berhubungan dengan keluarga

diantaranya melalui kunjungan keluarga dan media komunikasi telepon kantor. Kuantitas kunjungan keluarga tidak ditentukan oleh pihak Lembaga Pembinaan Khusus Anak, semua tergantung kepada masing-masing kepentingan keluarga terhadap anak didik.Selama menjalani masa tahanan, kuantitas kunjungan kelurga bagi setiap anak didik berbeda, bahkan ada yang tidak pernah dikunjungi keluarganya sampai masa anak didik keluar dari Lembaga Pembinaan Khusus Anak.Dalam hal ini, anak didik resdivis mengakui bahwa dirinya belum pernah dikunjungi oleh keluarganya selama menjalani masa pembinaan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandung. Informan anak didik residivis mengemukakan bahwa beberapa hal yang menjadi alasan kuantitas kunjungan keluarga rendah diantaranya adalah jarak antara rumah dengan Lembaga Pembinaan Khusus Anakyang jauh dan tingkat perekonomian yang rendah.Kuantitas kunjungan keluarga tidak menjadi prioritas Lembaga Pembinaan Khusus Anak untuk mengadakan evaluasi bagi setiap anak didik.

Bila akan diadakan sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan atau sidang

melalui buku daftar kunjungan dan meminta informasi kepada wali pemasyarakatan mengenai sejauh mana kuantitas kunjungan keluarga anak didik tersebut karena salah satu persyaratan untuk mendapatkan masa pembebasan bersyarat adalah ada jaminan dari keluarga. Bila kuantitas kunjungan keluarga rendah atau belum pernah dikunjungi sama sekali, maka petugas akan menghubungi keluarga yang bersangkutan. Setiap akhir bulan, petugas akan merekap hasil daftar kunjungan yang digunakan sebagai arsip untuk mengetahui kuantitas kunjungan keluarga terhadap anak didik. Namun, hal ini hanya sebatas menjadi pengetahuan petugas untuk kemudian dikomunikasikan kepada asisten wali pemasyarakatan dan belum ada tindak lebih lanjut bagi anak didik yang memiliki kuantitas kunjungan keluarga yang rendah.Asisten wali pemasyarakatan sesekali menanyakan kepada anak didiknya seputar kondisi keluarga dan kemungkinan kunjungan, namun bila keluarga tidak kunjung datang, belum ada ketentuan bagi asisten wali pemasyarakatan untuk menghubungi keluarganya.

Kesempatan yang diberikan oleh Lembaga Pembinaan Khusus

Anakbagi anak didik untuk berhubungan dengan keluarganya melalui media komunikasi telepon tidak ada periode waktu yang khusus. Bila Kepala Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandung sedang ada waktu luang, maka anak didik berkesempatan untuk meminjam telepon kantor sebagai sarana untuk menghubungi keluarganya. Pemakaian telepon kantor bagi anak didik yaitu dengan cara mengeraskan volume suara telepon dan berbicara di ruangan Kepala Lembaga Pembinaan Khusus Anak didampingi oleh petugas pembinaan atau asisten wali pemasyarakatan, sehingga dapat diketahui isi dari pembicaraannya. Hal ini meminimalisir terjadinya pelanggaran bagi anak didik. Anak didik juga berkesempatan untuk meminta izin memakai media komunikasi telepon bila diperlukan dengan cara meminta kepada asisten wali pemasyarakatan atau petugas keamanan yang bertugas di blok. Dalam hal ini,

sebagai salah satu ketentuan untuk memenuhi persyaratan dalam mendapatkan pembebasan bersyarat, anak didik dengan 1/3 sisa masa tahanan diwajibkan untuk menelepon keluarga menjadi penjamin bagi anak bila diberikan kesempatan untuk menjalani pembebasan bersyarat.

Berdasarkan sebagian informan petugas, keluarga anak didik pada umumnya maupun anak didik residivis tidak memiliki hubungan khusus dengan staf pembinaan maupun asisten wali pemasyarakatan. Baik keluarga maupun petugas tidak saling mengenal satu sama lain, dengan kata lain keluarga anak didik hanya mengetahui peran petugas keseluruhan tanpa mengetahui peran staf pembinaan dan asisten wali pemasyarakatan. Bila ingin mengajukan pembebasan bersyarat, maka staf pembinaan memberitahukan secara umum kepada anaknya untuk diberitahukan kepada keluarga yang menanyakan untuk langsung menghubungi salah satu staf pembinaan yang sudah ditentukan.Asisten wali pemasyarakatan tidak berhubungan langsung dengan keluarga bila ada pengajuan pembebasan bersyarat.Anak didik diminta langsung untuk menghubungi bagian staf pembinaan tanpa ada konsultasi atau persetujuan terlebih dahulu dari asisten wali pemasyarakatan.

Asisten wali pemasyarakatan tidak mengenal dan memiliki hubungan khusus dengan orangtua anak didiknya. Bila ada orangtua yang menitipkan anaknya kepada petugas, tidak secara khusus ditujukan kepada asisten wali pemasyarakatan.Bila ada orangtua yang berkunjung ke Lembaga Pembinaan Khusus Anak, pembicaraan yang sering terjadi adalah seputar permintaan orangtua untuk menitipkan anaknya dan meminta anaknya untuk diberikan kesempatan menjadi tamping atau mengikuti program asimilasi. Dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan, tidak ada hasil evaluasi atau surat keterangan perkembangan anak didik yang diberikan untuk orangtuanya, baik selama

menjalani masa pembinaan maupun ketika anak akan kembali ke dalam kehidupan bermasyarakat.

Namun, informan Asisten Wali Pemasyarakatan meninjau bahwa

kuantitas dan kualitas komunikasi yang terjadi antara anak didik dengan orangtuanya lebih baik ketika menjalani masa pembinaan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak daripada ketika anak didik masih belum berstatus sebagai narapidana.Hal ini diketahui ketika petugas menanyakan perihal hubungan sosial antara dirinya dengan keluarga dalam tahap assesment awal masa registrasi. Hal ini dibenarkan oleh anak didik residivis bahwa sebelum menjadi anak berhadapan dengan hukum, anak didik memiliki kualitas dan kuantitas hubungan yang kurang baik dengan orangtuanya.Pada saar anak masuk ke dalam Lembaga Pembinaan Khusus Anak, orangtua anak didik lebih memperhatikan kondisi dirinya ketika kembali ke dalam kehidupan

bermasyarakat. Namun, mayoritas informan anak didik residivis

mengemukakan bahwa dirinya hanya mendapatkan kunjungan keluarga yang jarang, bahkan terhitung hanya 1-2x selama menjalani masa pembinaan dari awal masa registrasi.

Dokumen terkait